Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN LUKA BAKAR (COMBUTIO)

DI RUANG KENANGA RSUD HJ. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

OLEH :
ASNA MAYA SARI
NIM. 180104020

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2018
Nama Mahasiswa : Asna Maya Sari
NIM : 180104020
Diagnosa : Luka bakar (combutio)

A. PENGERTIAN
Menurut Aziz Alimul Hidayat, A, (2008) luka bakar adalah kondisi atau
terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabkan oleh panas yang tinggi,
tetapi oleh senyawa kimia, listrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap
sinar matahari.

Smeltzer, dkk (2008) menjelaskan bahwa luka bakar (combustio) adalah


kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

Menurut Betz C, L & Sowden, L, A (2009) luka bakar adalah kerusakan


jaringan karena karena kontak dengan agens, tremal, kimiawi, atau listrik.

Menurut Arif Mutaqqin (2011) Luka bakar merupakan luka yang unik
diantara bentuk luka-luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar
jaringan mati (escar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang
lama.

B. ETIOLOGI
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis
besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi :
1. Paparan api
Flame : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
Benda panas (kontak) : Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka
yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan,
yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
C. PATHWAYS

Bahan Kimia Termis Radiasi Listrik/petir

Masalah Keperawatan:
Biologis LUKA BAKAR Psikologis
 Gangguan Citra Tubuh
 Defisiensi pengetahuan
 Anxietas
Pada Wajah Di ruang tertutup Kerusakan kulit

Kerusakan mukosa Keracunan gas CO Penguapan meningkat


Masalah Keperawatan:

Oedema laring CO mengikat Hb Peningkatan pembuluh darah  Resiko infeksi


kapiler  Nyeri akut
 Kerusakan integritas kulit
Obstruksi jalan nafas Hb tidak mampu
mengikat O2 Ektravasasi cairan (H2O,
Elektrolit, protein) Masalah Keperawatan:
Gagal nafas
Hipoxia otak  Hambatan mobilitas fisik
MK: ketidak Tekanan onkotik menurun.
efektifan pola nafas Tekanan hidrostatik
meningkat
tidak efektif

Cairan intravaskuler
menurun
Masalah Keperawatan:
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi  Kekurangan volume cairan

Gangguan sirkulasi
makro

Gangguan perfusi organ penting Gangguan


sirkulasi seluler

Otak Kardiovaskuler Ginjal Hepar GI Neurologi Imun Gangguan


Traktus perfusi

Hipoxia Kebocoran Hipoxia Pelepasan Gangguan Daya


kapiler sel ginjal katekolamin Dilatasi Neurologi tahan Laju
lambung tubuh metabolisme
Sel otak menurun meningkat
mati Penurunan Fungsi Hipoxia Hambahan
curah jantung ginjal hepatik pertumbuhan
menurun Glukoneogenesis
Gagal glukogenolisis
fungsi Gagal Gagal ginjal Gagal
sentral jantung hepar
MK:
Ketidakseimbanga
n njutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
11. EKG
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Kekurangan Volume Cairan
2. Nyeri akut
3. Kerusakan integritas kulit

F. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan pada penderita luka bakar
sebagai berikut:
1. Resusitasi
Pada pasien dengan luka bakar bila terjadi syok segera di lakukan resusitasi
ABC.
a. Airway Management
1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada
pasien tidak sadar.
2) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal.
3) Pembedahan (krikotiroldotomi) bila indikasi trauma silafasial/gagal
intubasi.
b. Breathing/Pernapasan
1) Berikan supplement O2.
2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks.
3) Pantau oksimetri nadi dan observasi.
c. Circulation
1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya
2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit.
3) Perawatan local
Untuk luka bakar derajat I dan II bias dilakukan perawatan lokal
yaitu dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh
golongan: silver sulfadiazine, moist exposure burn
ointment, ataupun yodium providon.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar biasanya
menggunakan rumus yang di rekomendasikan
Cara Evans
 Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
 Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara Baxter
 Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua
3. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat seperti antibiotic spectrum luas bertujuan untuk mencegah
infeksi terhadap pseudomonas yang dipakai adalah golongan
aminoglikosida. untuk mengatasi nyeri diberikan opiate dalam dosis rendah
melalui intravena.
4. Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak
2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
G. FOKUS INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan (4120)
cairan berhubungan selama 3x24 jam, keseimbangan volume
1. Monitor status hidrasi (membran mukosa lembab,
dengan kegagalan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil :
denyut nadi adekuat dan tekanan darah normal)
mekanisme regulasi  Keseimbangan Cairan (0601)
2. Monitor tanda-tanda vital dan hasil laboratorium
Indikator IR ER
3. Tingkatkan asupan oral
Kesimbangan intake 1 5
4. Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan
output
Tekanan Darah 1 5
Monitor Cairan (4130)
Turgor kulit 1 5 1. Monitoring asupan dan pengeluaran
Keterangan: 2. Periksa turgor kulit
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
2. Nyeri b/d Agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (1400)
injuri fisik (luka selama 3x24 jam, nyeri pasien berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi
bakar) dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas dan
 Kontrol Nyeri (1605) faktor pencetus.
Indikator IR ER 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
Menggunakan 1 5 ketidaknyamanan
tindakan 3. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
pengurangan nyeri mempengaruhi respon pasien terhadap
tanpa analgesik ketidaknyamanan
Menggunakan 1 5 4. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
analgesik yang Pemberian Analgesik (2210)
direkomendasikan 1. Berikan analgesik yang diresepkan
Melaporkan nyeri 1 5
yang terkontrol
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan
 Tingkat nyeri (2102)
Indikator IR ER
Ekspresi nyeri pada 1 5
wajah
Tekanan darah 1 5
Keterangan:
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (3360)
kulit b/d cedera
selama 5x24 jam, kerusakan integritas 1. Monitor karakteristik luka
kimiawi (luka bakar)
kulit teratasi dengan kriteria hasil : 2. Bersihkan luka dengan NS atau pembersih lain yang
2. Integritas Jaringan : kulit dan tepat
membran mukosa 3. Ganti balutan
Indikator IR ER 4. Pertahankan teknik steril
Temperature kulit 1 5 5. Periksa setiap kali perubahan balutan
Susunan dalam 1 5
batas normal Kontrol infeksi (6540)
Perfusi jaringan 1 5 1. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
Integritas kulit 1 5 2. Ajarkan pada pasien dan keluarga tanda dan gejala
Keterangan : infeksi
1. Sangat terganggu 3. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara menghindari
2. Banyak terganggu infeksi
3. Cukup terganggu 4. Dorong intake cairan dan nutriasi yang tepat
4. Sedikit terganggu 5. Berikan terapi antibiotik yang sesuai
5. Tidak terganggu
3. Penyembuhan luka bakar
Indikator IR ER
Presentase 1 5
penyembuhan area
luka bakar
Granulasi jaringan 1 5
Perfusi jaringan 1 5

Keterangan :
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Besar
5. Sangat besar

Indikator IR ER
Kulit melepuh 1 5
Bau busuk luka 1 5

Keterangan :
1. Sangat besar
2. Besar
3. Sedang
4. Terbatas
5. Tidak ada
H. DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.


Jakarta. Salemba Medika

Aziz Alimul Hidayat.(2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan


II.Jakarta : Salemba Mardika.

Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : EGC


Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan Pasien.
Edisi:3.Jakarta:EGC

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai