Anda di halaman 1dari 16

Nama : ANGENIA ITONIAT ZEGA

Prodi : Ners 3A
Nim : 032017044

MELAKUKAN PEMASANGAN
OROPHARINGEAL AIRWAY (OPA)
DEFENISI
Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang
dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara
kepatenan jalan nafas.

TUJUAN :
 Untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka
 Untuk menjaga kepatenan jalan nafas pasien
 Memudahkan pengisapan lender.

INDIKASI :
 Pasien tidak sadar
 Kejang yang akan berkembang menjadi tonik atau gerakan klonik.
 Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
 Memfasilitasi suction pada jalan nafas.

KONTRAINDIKASI
Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena
dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma
oral.

No PROSEDUR
A. PENGKAJIAN
 Kaji kebutuhan penghisapan
 Auskultasi suara nafas : wheezing, crackles
 Observasi status respiratori : gelisah, tachypnea, sesak nafas
 Observasi tanda-tanda : hipoksia, sianosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
lendir, batuk tidak efektif
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi lender
C. PERENCANAAN
Persiapan alat :
 Mayo / Guidel / Oropharingeal tube ssesuai dengan kebutuhan pasien.
 Sarung tangan (handscoon)
 Gunting dan plester
 Bengkok
 Tounge spatel
 Kassa steril
 Suction
 Selang penghisap
Persiapan Lingkungan :
 Ciptakan lingkungan kerja yang nyaman
 Pasang sampiran
Persiapan Pasien
 Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
 Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkin dengan bagian atas
tempat tidur
 Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan tindakan
 Pastikan tidak terdapat reflek faring.
D. PELAKSANAAN
 Cuci tangan gunakan sarung tangan
 Bersihkan mulut dengan kassa steril
 Pilih ukuran airway yang sesuai dengan pasien yaitu menempatkan OPA
di samping wajah dengan ujung OPA pada sudut mulut, ujung yang lain
pada sudut rahang bawah. Bila OPA diukur dan dimasukkan dengan tepat
maka OPA akan tepat sejajar dengan pangkal glottis
 Masukkan OPA dengan mengikuti salah satu cara di bawah ini
1. Balik oropharingeal tube sehingga bagian atasnya menghadap
kemuka atau ke platum, setelah masuk dinding posterior pharing lalu
putar OPA 180⸰ sampai posisi ujung mengarah ke oropharing.
2. Gunakan penekan lidah, gerakkan lidah keluar untuk menghindari
terdorong masuk ke belakang pharing posterior. Masukkan OPA
kedalam posisi yang seharusnya dengan bagian atas masuk kebawah
dan tidak perlu diputar.
 Jika pada saat di pasang ada reflek cegukan cabut jalan nafas dengan
segera dan masukkan kembali
 Lakukan fiksasi di pangkal OPA dengan plester dan letakkan di pipi dan
melintasi bagian datar dari jalan napas, pada bibir pasien.
 Berikan posisi yang nyaman kembali kepada pasien
 Rapikan pasien
 Lepaskan handscoon dan rapikan alat
 Cuci tangan kembali.

Prosedur Perawatan Oropharyngeal Tube


 Cuci tangan daan gunakan sarung tangan
 Lakukan perawatan oral pada sisi rongga mulut yang tidak terhalang oleh
pipa
 Perhatikan tanda panjang pipa dalam sentimeter dengan acuan bibir
pasien
 Pegang pipa dalam tanda tersebut dan dengan hati-hati dan cermat
gerakkan pipa kesisi lain dari mulut pasien
 Pastikan bahwa tanda acuan tetap sama
 Gunakan penghisap oral sesuai kebutuhan.

E. EVALUASI
 Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan napas dapat
menyebabkan muntah-muntah pada pasien yang sensitif dan karenanya
harus digunakan hanya pada pasien sadar.
 Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga
mulut
 Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang
memerlukan pelepasan jalan napas untuk memberikan perawatan oral.
F. DOKUMENTASI
 Catat ukuran dari jalan napas yang digunakan
 Catat waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
 Catat setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap komplikasi
 Catat kecepatan dan sifat dari pernapasan.

Nama : ANGENIA ITONIAT ZEGA


Prodi : Ners 3A
Nim : 032017044

MELAKUKAN PEMASANGAN
NASOPHARYNGEAL AIRWAY ( NPA)

DESKRIPSI :
Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube cara yang ideal untuk
mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah
pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (sally betty, 2005)

TUJUAN :
 Memelihara jalan napas atas terbuka (paten)
 Membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi
 Memfasilitasi pemberian ventilasi dengan volume tidal yang tepat untuk
memelihara pengembangan paru yang adekuat
 Mencegah jalan napas dari aspirasi isi lambung atau benda padat atau cairan
dari mulut, kerongkongan atau jalan napas atas
 Mempermudah penyedotan dalam trakea
 Sebagai alternatif untuk memasukkan obat (Nalokson, Atropin, Vassopresin,
epinefrin dan lidokain ; NAVEL) pada waktu resusitasi jantung paru bila
akses intravena atau intraosseus belum ada.

INDIKASI :
 Sadar/tdk sadar,
 Napas spontan,
 Ada refleks muntah,
 Kesulitan dg OPA.
KONTRAINDIKASI :
 Fraktur wajah
 Fraktur tulang dasar tengkorak.

No PROSEDUR
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Pola nafas tidak efektif
 Resiko aspirasi
 Kerusakan pertukaran gas spontan
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
 Kerusakan menelan
B. PERENCANAAN
Persiapan alat :
 Nasopharingeal airway sesuai kebutuhan/ sesuai ukuran
 Sarung tangan
 Gunting dan plester
 Bengkok
 Kassa steril
 Suction
 Selang penghisap
Persiapan Klien :
 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang akan dilakukan pada
keluarga
 Menjelaskan prosedur pemasangan Nasopharyngeal Airway
 Melakukan inform consent
 Menyiapkan pasien dalam posisi nyaman sesuai kebutuhan, yaitu
posisikan klien terlentang
Persiapan lingkungan:
 Ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman serta kooperatif
 Pasang sampiran atau sketsel
C. PELAKSANAAN
 Cuci tangan gunakan sarung tangan
 Bersihkan mulut dengan kassa steril
 Pilihlah ukuran NPA yang tepat
 Bandingkan diameter luar NPA dengan lubang dalam hidung. NPA
tidak boleh terlalu besar sehingga menyebabkan lubang hidung
memucat. Beberapa tenaga kesehatan menggunakan diameter jari
kelingking pasien sebagai pedoman untuk memilih ukuran yang tepat
 Panjang NPA haruslah sama dengan jarak antara ujung hidung pasien
dengan cuping telinga
 Basahi saluran napas dengan pelumas larut air atau jelly anestesik.
 Masukkan NPA melalui lubang hidung dengan arah posterior
membentuk garis tegak lurus dengan permukaan wajah. Masukkan
dengan lembut sampai dasar nasofaring.
 Bila mengalami hambatan :
 Putar sedikit pipa untuk memfasilitasi pemasangan pada sudut antara
rongga hidung dan nasofaring
 Cobalah tempatkan melalui lubang hidung yang satunya karena pasien
memiliki rongga hidung dengan ukuran yang berbeda
D. EVALUASI
 Kaji status neurologi pasien secara berkala. Jalan nafas dapat
menyebabkan muntah – muntah pada pasien yang sensitive dan
karenanya harus digunakkan hanya pada pasien sadar
 Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga
mulut
 Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang
memerlukan pelepasan jalan napas untuk memberikan perawatan oral
 Lihat kembali keadaan umum pasien
 Tanda-tanda vital pasien
 Pola napas pasien
 Lakukan dokumentasi.
E. DOKUMENTASI
 Catat ukuran dari jalan nafas yang di gunakan
 Catat waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
 Catat setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap komplikasi
 Catat kecepatan dan sifat sifat dari pernapasan

Nama : ANGENIA ITONIAT ZEGA


Prodi : Ners 3A
Nim : 032017044
MELAKUKAN PENGHISAPAN LENDIR
MELALUI MULUT, HIDUNG, DAN TRACHEOSTOMY
DESKRIPSI :
Penghisapan suatu teknik untuk mempertahankan keutuhan jalan napas dengan cara
memasukan kateter kecil kedalam saluran nafas atas dengan tekanan negative untuk
mengeluarkan lender.
TUJUAN :
 Mempertahankan keutuhan jalan nafas dengan mengeluarkan lender
 Mencegah aspirasi pulmonal terhadap cairan tubuh seperti darah/muntahan
(misalnya : klien yang tidak sadar).
LOKASI PENGHISAPAN :
 Oropharyngeal
 Nasopharyngeal
 Nasal/oral Trakheal
 Bayi dan balita : 8 -14 cm
 Anak : 14 - 20 cm
 Dewasa : 20 cm
 Artificial Airway
 Tracheostomy
 Endotracheal tube
PENGATURAN TEKANAN PENGHISAPAN :
Vacum Setting Wall Portable
Infant 60 – 100 mmhg 3 – 5 mmhg
Children 100 – 120 mmhg 5 – 10 mmhg
Adults 120 – 150 mmhg 7 – 15 mmhg

No KOMPONEN RASIONAL
A. PENGKAJIAN
 Kaji kebutuhan penghisapan  Tanda dan gejala yang
 Auskultasi suara nafas : wheezing, menunjukkan obstruksi jalan
crackles nafas bagian bawah dan
 Observasi status respiratori : gelisah, hipoksia jaringan
tachypnea, sesak nafas
 Observasi tanda-tanda : hipoksia,
sianosis
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kebersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan akumulasi
lendir, batuk tidak efektif
 Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan akumulasi lendir
C. PERENCANAAN
Persiapan alat :
 Alat penghisapan lendir dengan botol
berisi larutan desinfektan (missal :
Lysol 2% / savion )
 Kateter penghisap steril dengan
ukuran
 2 kom steril :
 1 kom berisi cairal NaCL
 1 kom berisi larutan desinfektan
( savlon 1 : 100/ resiguard 1:600)
 Sarung tangan steril 1 pasang ( 1
sarung steril untuk tangan yang
dominan dan 1 sarung tangan steril
yang tidak dominan)
 100 cc Normal Saline, handuk bersih
 Kertas tisu, stetoskop
 Piala ginjal, kantong dan kateternya.
 Spatel (pada klien tidak sadar)
Persiapan Klien :
 Jelaskan prosedur dan pentingnya
partisipasi klien selama prosedur  Meningkatkan kerja sama klien
 Jelaskan pentingnya batuk selama dalam penatalaksanaan
prosedur prosedur
 Atur posisi tidur klien fowler/semi
fowler bila tidak ada kontra indikasi.
 Letakkan handuk melintang pada dada
klien
D. PELAKSANAAN
 Mencuci tangan  Mengurangi transmisi
 Tempat handuk secara melintang mikroorganisme
diatas dada klien  Tekanan negative yang
 Atur tekanan negative pada alat berlebihan dapat merusak
penghisap lendir saluran nafas dan dapat
 Buka kateter steril, upayakan agar menyebabkan hiposia
tidak menyentuh area yang tidak steril  Mempersiapkan kateter dan
 Buka kom steril, isi dengan cairan mencegah transmisi
NaCl mikroorganisme
 Memakai sarung tangan steril  Mempersiapkan cairan normal

 Hubungkan kateter steril dengan pipa saline untuk membersihkan

penghisap. Ambil kateter steril dengan kateter penghisap

tangan dominan/steril, hubungkan  Menjaga kateter tetap steril


dengan pipa penghisap yang dipegang
dengan tangan tidak dominan  Memastikan alat berfungsi
 Menghidupkan mesin, control fungsi dengan baik, membasahi
alat dengan memasukkan kateter pada kateter untuk mengurangi
kom berisi NaCl injury pada mukosa
 Bila klien menggunakan O2, lepaskan  Mempermudah masuknya
O2 dengan tangan yang tidak dominan kateter pada tempat yang
lalu segera masukkan kateter dituju dan mencegah
penghisap dengan tangan dominan kerusakan mukosa
dalam keadaan mesin penghisap tidak
berfungsi.  Mencegah injury pada mukosa
 Lakukan intermittent penghisapan
dengan gerakan rotasi sambil menarik
kateter keluar
 Lama penghisapan 10 – 15 detik  Mencegah hipoksia
 Anjurkan nafas dalam, kalau perlu
beri O2 1-2 menit  Mengeluarkan sekresi dari
 Bilas kateter dengan Normal Saline pipa penghisap lendir
 Prosedur dapat diulang sampai jalan  Meningkatkan kebersihan
nafas bersih. Beri cukup waktu jalan nafas dan oksigenasi
diantara penghisapan untuk ventilasi.
 Kaji status kardiopulmonal diantara
waktu penghisapan
 Matikan mesin, lepas sarung tangan
dan kateter. Masukkan dalam kantong
plastic.
 Tutup pipa penyambung dengan kasa  Mencegah kontaminasi pipa
steril penyambung dan kateter

 Angkat handuk, tempatkan dikom


untuk dicuci  Memberi kenyamanan

 Atur posisi klien,k/p anjurkan untuk  Memudahkan melakukan


kumur- kumur tindakan segera bila
 Cuci tangan dibutuhkan

 Kosongkan botol penghisapan tiap


shift/bila cairan didalam botol
penghisapan sudah menunjukkan pada
batas tertentu
 Merapihkan alat-alat, birakan mesin
penghisap dekat tenpat tidur klien bila
masih dibutuhkan
E. EVALUASI  Untuk mengetahui status
 Auskultasi suara nafas, bandingkan respiratory klien untuk
kondisi saluran pernafasan sebelum tindakan selanjutnya
dan sesudah penghisapan
 Identifikasi dampak fisiologik
prosedur penghisapan terhadap klien
F. DOKUMENTASI  Dokumentasi merupakan
 Catat hasil pengkajian saluran nafas aspek legal dalam
sebelum dan sesudah penghisapan, keperawatan
ukuran kateter yang digunakan ,lama
penghisapan, rute penghisapan,
toleransi klien, tekanan negative yang
digunakan bau, jumlah, warna dan
konsistensi lendir
 Catat respon klien

Nama : ANGENIA ITONIAT ZEGA


Prodi : Ners 3A
Nim : 032017044

MELAKUKAN PEMASANGAN
ENDOTRACHEAL TUBE (ETT)
DEFINISI
Ventilasi melalui pipa endotrakeal merupakan cara yang sangat efektif . Jalan nafas
yang terjaga menyebabkan pemberian ventilasi dan oksigen lebih terjamin.
TUJUAN
 Menjaga patensi jalan nafas
 Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
 Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi.
INDIKASI
 Henti jantung, bila ventilasi kantong napas tidak memungkinkan atau tidak
efektif
 Pasien sadar dengan gangguan pernapasan dan pemberian oksigen yang tidak
adekuat dengan alat-alat ventilasi yang tidak invasif
 Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan napas (pasien koma)
KONTRAINDIKASI
 Tumor : Higroma kistik, hemangioma, hematom
 Infeksi : Abces mandibula, peritonsiler abces, epiglotitis
 Kelainan kongenital : Piere Robin Syndrome, Syndrom Collin teacher, atresi
laring, Syndrom Goldenhar, disostosis kraniofasial
 Benda asing
 Trauma : Fraktur laring, fraktur maxila/ mandibula, trauma tulang leher

No PROSEDUR
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kerusakan pertukaran gas spontan
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
 Kerusakan menelan
 Resiko infeksi
B. PERENCANAAN
Persiapan alat :
 Laryngoscope set
 Endotracheal tube sesuai ukuran (pria dan wanita)
 Spuit 10 cc
 Plester
 Suction
 Megil forcepe
 Stetoscope
 Jelly khusus pemasangan ETT dari nasal.
Persiapan Pasien
 mengkaji pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan
 memberitahu dan menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai
prosedur yang akan dilakukan
C. PELAKSANAAN
 Posisikan pasien telentang dengan kepala ekstensi
 Petugas mencuci tangan
 Petugas memakai masker dan sarung tangan
 Lakukan suction jika diperlukan
 Lakukan intubasi
1. Buka blade, pegang tangkai laringoskop dengan tenang
2. Buka mulut pasien
3. Masukkan blade pelan-pelan menyusuri dasar lidah, ujung blade
sudah di pangkal lidah, geser lidah pelan-pelan kea rah kiri
4. Angkat tangkai laringoskop ke depan sehingga menyangkut ke
seluruh lidah ke depan sehingga rona glottis terlihat
5. Ambil pipa ETT sesuai ukuran yang sudah ditentukan sebelumnya
6. Masukkan dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT menyusur ke
rima glottis masuk ke celah pita suara
7. Dorong pelan sehingga seluruh balon STT di bawah pita suara
8. Cabut stylet
9. Tiup balon ETT sesuai volumenya
10. Cek dengan stetoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk lewat
ETT apakah sama antara paru kanan dan kiri
11. Fiksasi ETT dengan plester
12. Hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen
13. Cuci tangan sesudah melakukan intubasi.

D. EVALUASI
 Bandingkan dan kaji pernafasan sebelum dan sesudah dipasang ETT.
 Observasi kedalaman dan posisi ET Tube sesuai rekomendasi dokter.
 Pastikan fiksasi sudah kuat sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perubahan posisi tube.
 Kaji kulit sekitar mulut dan keutuhan mukosa oral membran dan
penekanan area.
E. DOKUMENTASI
 Catat tanggal dan waktu pemasangan ETT dilokasi yang dapat dilihat
dengan jelas
 Lakukan pencatatan pada lembar catatan terintegritas.

Anda mungkin juga menyukai