Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY.

DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIK FEVER

DI RUANG IGD RS HERMINA TANGERANG

Diajukan untuk menempuh ujian diklat Gawat Darurat 3

Rumah Sakit Hermina Tangerang

Farra ainiyyah putri


011200206

INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT HERMINA TANGERANG


2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini dilakukan oleh :

Nama : Farra Ainiyyah Putri

Id Karyawan : 011200206

Jabatan : Perawat Klinik Level 1A Kualifikasi Gawat Darurat

Judul : Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. A dengan


Dengue Haemorrhagik Fever Di Ruang IGD RS Hermina
Tangerang
Telah berhasil dipertanggung jawabkan di depan peguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk meyelesaikan diklat GADAR III di Hermina
Tangerang

Tangerang, Agustus 2021


Penguji

Yuliwati, Amd.Kep
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Tulis ini dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. A DENGAN

DENGUE HAEMORRHAGIK FEVER DI RUANG IGD RS HERMINA

TANGERANG”. Dalam penyusunan karya tulis ini tak luput dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Nienne Aridhayanthi Hainun, MARS, selaku direktur RS. Hermina Tangerang

2. Sr. Yuliwati, Amd.Kep, selaku CI pembimbing

3. Sr. Mulyani, Amd.Kep selaku Kepala Perawat IGD Hermina Tangerang

4. Rekan sejawat dan semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu sehingga

karya tulis ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Penyusun menyadari karya tulis ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu,

kritik serta saran yang dapat membangun, sangat diharapkan demi perbaikan pada

karya tulis berikutnya.

Tangerang, Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) umumnya ditularkan melalui nyamuk yang

terinfeksi virus dengue. Pada pasien DHF dapat ditemukan beberapa gejala seperti

suhu tubuh tinggi serta mengigil, mual, muntah, pusing, pegal-pegal, bintik-bintik

merah pada kulit. Pada hari ke 2-7 demam dapat meningkat hingga 40-410C serta

terdapat beberapa perdarahan yang kemungkinan muncul berupa perdarahan dibawah

kulit (ptekia), hidung dan gusi berdarah, serta perdarahan yang terjadi didalam tubuh,

tanda dan gejala tersebut menandakan terjadinya kebocoran plasma (Centre of Health

Protection, 2018). Klien dengan DHF akan mengalami kekurangan volume cairan

pada tubuh yang disebabkan adanya kebocoran plasma. Tubuh mengeluarkan zat-zat

sikotin sebagai reaksi imun terhadap virus dengue. Kemudian zat-zat tersebut

berkumpul dipembuluh darah yang mengakibatkan kebocoran plasma. Kondisi lebih

lanjut pada pasien yang mengalami kekurangan volume cairan dapat menyebabkan

tubuh mengalami dehidrasi. Pada dehidrasi berat, akan terjadi penurunan kesadaran

(Musyayyadah, 2015). World Health Orgnization (WHO) (2019) mencatat terjadi

penurunan signifikan pada kasus Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di Amerika pada

tahun 2017 mencapai 584.263 kasus sedangkan pada tahun 2016 mencapai 2.177.171

kasus. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan 2 Indonesia (2019),

di Indonesia pada bulan Januari 2019 terdapat 133 jiwa meninggal dunia dari 13.683

kasus DHF. Demikian pula pada bulan Februari 2019 kasus DHF terus mengalami

peningkatan yang mencapai 16.692 kasus, sedangkan pasien meninggal mencapai 169.

Sementara itu di Jawa Timur pada tahun 2016, penderita DHF dengan masalah resiko

kekurangan volume cairan mencapai 34,8 % (16 orang dari 46 orang) (Yuniarsih,
2019). DHF disebabkan nyamuk Aedes Aegepty dan nyamuk Aedes Albopictus yang

terinfeksi atau membawa virus dengue. Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit

manusia, nyamuk juga melepaskan virus. Virus dengue yang masuk kedalam tubuh

beredar dalam pembuluh darah bersama dengan darah. Virus bereaksi dengan antibody

yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan melepaskan C3 dan C5. Akibat dari

pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan sakit kepala. Kemudian

zat tersebut saling berikatan dengan darah dan berkumpul dipembuluh darah yang

kecil dan tipis yang mengakibatkan plasma bocor dan merembes keluar. Plasma darah

yang terdiri dari darah, air, protein, ion dan gula akan keluar ke ekstraseluler yang

mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan volume cairan. Kondisi lebih lanjut dari

kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan syok hipovolemik yang kemudian

mengarah pada kegagalan organ untuk melakukan tugasnya hingga kematian

(Kardiyudiana, 2019).

Tindakan yang diberikan pada pasien dengan masalah kekurangan volume cairan

yakni: memantau tanda-tanda vital, mengobservasi turgor kulit, memeriksa hasil

laboratorium, mendorong untuk meningkat masukan secara oral seperti pemberian

minum yang adekuat, jus, susu dan makanan ringan, memantau dan mencatat masukan

serta keluaran untuk mengetahui keseimbangan cairan. Seseorang dapat dikatakan

dehidrasi apabila terdapat tanda dan gejala berikut: menurunnya turgor kulit, berat

badan turun, mukosa mulut kering, frekuensi nadi meningkat, TD menurun, pucat,

nafas cepat, suhu tubuh meningkat (Renira,2019).

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien Dengue Hemorrhage Fever

(DHF) di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Hermina Tangerang?


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di

ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Hermina Tangerang

2. Tujuan Khusus

a) Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien Dengue

Hemorrhage Fever (DHF) di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit

Hermina Tangerang

b) Mampu menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Dengue Hemorrhage

Fever (DHF) di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Hermina

Tangerang

c) Mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien Dengue

Hemorrhage Fever (DHF) di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit

Hermina Tangerang

d) Mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien Dengue

Hemorrhage Fever (DHF) di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit

Hermina Tangerang

e) Mampu melaksanakan evaluasi pada klien Dengue Hemorrhage Fever (DHF)

di ruang Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Hermina Tangerang


D. Manfaat

1) Manfaat Teoritis

Hasil dari studi ini diharapkan bisa mengembangkan asuhan keperawatan pada klien

Dengue Hemorrhage Fever (DHF).

2) Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis Dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien

Dengue Hemorrhage Fever (DHF)

b) Bagi Rumah sakit Diharapkan studi kasus ini dijadikan bahan pertimbangan dalam

proses belajar dan bahan bacaan tentang asuhan keperawatan pada klien Dengue

Hemorrhage Fever (DHF)

c) Bagi pasien dan keluarga Diharapkan studi kasus ini dijadikan tambahan informasi

tentang penyakit Dengue Hemorrhage Fever (DHF)


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dengue Hemorrhage Fever (DHF)

2.1.1 Definisi DHF

Infeksi virus dengue merupakan penyebab Dengue Hemorrhage Fever (DHF).

Virus dengue merupakan virus kelompok B (Arthopod-Bornevirus). Penularan

penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi virus dengue menggit atau

menghisap darah manusia yang sakit ke manusia yang sehat. Nyamuk tersebut

merupakan nyamuk yang termasuk dalam keluarga Flavafiridae dan golongan

flavivirus. Jadi nyamuk merupakan vektor atau transmisi virus dari manusia ke

manusia atau menusia kehewan atau hewan kemanusia. Nyamuk yang membawa

virus dengue sendiri terbagi dalam beberapa jenis yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-

4 yang banyak ditemukan diseluruh plosok Indonesia (Kardiyudiani, 2019). WHO

dalam buku Keperawatan Medikal Bedah 1 (Kardiyudiana, 2019) mendefinisikan

DHF sebagai penyakit yang memiliki keriteria: suhu tubuh naik turun tanpa sebab

yang jelas, tampak perdarahan (ptekia, gusi berdarah, melena, muntah darah), jumlah

trombosit mengalami penurunan dalam periksaan laboratorium, serta permebilitas

pembuluh darah mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya

hematokrit.

2.1.1 Klasifikasi DHF

Menurut WHO, 2011 dalam buku “asuhan keperawatan praktis

berdasarkan penerapan diagnosa nanda, nic, noc” (Nurarif, 2016) klasifikasi

derajat DHF dibagi menjadi:


8
1) Derajat 1

Demam secara terus menerus disertai menggigil, pada pemeriksaan torniquet atau

uji bendung positif dan disaat dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan

hasil trombisit mengalami penurunan sedangkan hematokrit meningkat.

2) Derajat 2

Tanda dan gejala sama seperti derajat 1, selain itu ditemukan adanya perdarahan

pada gusi, ptekie, perdarahan lambung yang dapat mengakibatkan melena dan

muntah darah.

3) Derajat 3

Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 dan derajat 2 serta pasien mengalami

perburukan keadaan dengan tekanan darah mengalami penurunan, frekuensi

nadi cepat, nadi teraba lemah, akral dingin.

4) Derajat 4

Pasien mengalami penurunan kesadaran, terjadi syok hipovolemik.

2.1.2 Etiologi DHF

Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF. Virus dengue

merupakan virus kelompok B atau arthropode-bornevirus. Virus dengue

menular melalui suntikan nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes Albopictus

yang terinfeksi oleh virus saat menghisap darah seseorang yang sehat. Penularan

penyakit DHF bisa terjadi pada manusia kemanusia atau manusia kehewan

ataupun sebaliknya. Manusia yang sedang sakit DHF kemungkinan bisa

menularkan kemanusia lainnya yang sehat, tergantung dari sistem imunitas dari

masing-masing individu untuk melawan virus tersebut. Dalam waktu 3 sampai

14 hari setelah virus masuk kedalam tubuh, tubuh akan memberikan tanda dan

gejala sebagai perlawanan alami dari dalam. Gejala umum yang dialami

penderita peyakit DHF yakni demam disertai menggigil, pusing, pegal-pegal

(Handayani, 2019).

2.1.3 Manifestasi Klinis


9
1) Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan

2) Uji turniquet positif

3) Lemah

4) Nafsu makan berkurang

5) Anoreksia

6) Muntah

7) Nyeri sendi dan otot

8) Pusing

9) Trombistopenia (<100.000/ul)

10) Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah, melena,

hematuria masif (Renira, 2019)

2.1.5 Pathofisiologi

Nyamuk Aedes yang terinfeksi atau membawa virus dengue menggigit manusia.

Kemudian virus dengue masuk kedalam tubuh dan berdar dalam pembuluh darah bersama

darah. Virus kemudian bereaksi dengan antibody yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan

melepaskan C3 dan C5. Akibat dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan

sakit kepala, mual, ruam pada kulit. Pathofisiologi primer pada penyakit DHF adalah meningkatnya

permeabilitas membran vaskuler yang mengakibatkan kebocoran plasma sehingga cairan yang ada

diintraseluler merembes menuju ekstraseluler. Tanda dari kebocoran plasma yakni penurunan jumlah

trombosit, tekanan darah mengalami penurunan, hematokrit meningkat. Pada pasien DHF terjadi

penurunan tekanan darah dikarenakan tubuh kekurangan hemoglobin, hilangnya plasma darah selama

terjadinya kebocoran, Hardinegoro dalam buku keperawatan medikal bedah 1 (Kardiyudiana, 2019).
18

cairan yang ada diintraseluler merembes menuju ekstraseluler. Tanda dari kebocoran

plasma yakni penurunan jumlah trombosit, tekanan darah mengalami penurunan,

hematokrit meningkat. Pada pasien DHF terjadi penurunan tekanan darah

dikarenakan tubuh kekurangan hemoglobin, hilangnya plasma darah selama

terjadinya kebocoran, Hardinegoro dalam buku keperawatan medikal bedah 1

(Kardiyudiana, 2019).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Price and Wilson (2016) berpendapat, pada pemeriksaan laboratorium pada

pasien DHF didapatkan hasil:

1) Penurunan jumlah trombosit (normalnya 100.000/mm3).

2) Hemoglobin dan hematokrit mengalami peningkatan 20% dari nilai normal.

3) Terjadi penurunan leukosit atau dalam batas normal.

Menurut Murwani (2011) prosedur diagnostik pada pasien DHF meliputi

a. Pemeriksaan darah lengkap

- Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20% atau lebih)

- Trombositopeni

- Perpanjangan masa perdarahan dan berkurangnya tingkat protobin

- Asidosis

- Kimia darah : hiponatremia, hipokalemia, hipoproteinemi

b. Uji tourniquet positif

Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara

memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima

menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF

biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau

lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan

menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.

c. Tes serologi (uji H): respon antibody sekunder


19
d. Isolasi virus

e. Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi

karena adanya rembesen plasma

f. Urine : albuminuria ringan

g. Sumsum tulang : awal hiposeluler kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5

dengan gangguan maturasi. Hari ke 10 biasanya normal

h. USG : hematomegali-splenomegal

2.1.7 Penatalaksanaan

Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul.

Masalah yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada umumnya

masalah yang ada pada pasien DHF yakni demam tinggi disertai menggigil. Pada

pasien demam dapat dilakukan pemberian kompres hangat untuk menurunkan

demam. Selain itu pasien DHF juga mengalami kekurangan volume cairan

dikarenakan demam karena pindahnya cairan interavaskuler ke ekstravaskuler.

Pada pasien DHF yang mengalami kekurangan volume cairan, tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang hilang dengan

meningkatkan asupan secara oral misalnya makan dan minum air yang cukup,

pemberian oralit serta pemberian cairan secara parenteral (Jannah, 2019).

1. Farmakoterapi

Menurut Nugroho (2012) farmakoterapi pada pasien DHF sebagai berikut

a. Ciprofloxasin

Golongan fluorkuinolon dengan spektrum kerja yang luas sebaiknya obat ini digunakan

sebagai obat untuk menghindari resistensi dengan pesat. Obat golongan ini mempunyai

mekanisme aksi menghambat DNA gyrase sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA

bakteri. DNA gyrase merupakan enzim bakterial yang bertanggung jawab terhadap proses

pembukaan dan supercoil DNA dan protein bakteri. Quinolon merupakan satu-satunya
20
antibiotik yang menghambat replikasi DNA. Antibiotik golongan ini digunakan pada infeksi

saluran kencing. Efek samping: mual muntah, kadang-kadang terjadi neuritis. Zat ini tidak

dapat digunakan bila fungsi ginjal terganggu.

b. Paracetamol

Derivat asetanilida ini adalah metabolit dari fenasitin yang dahulu banyak digunakan

sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek

sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiatnya analgetik dan antipiretik, tetapi

tidak antiradang. Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri paling aman, juga untuk

suamedika (pengobatan mandiri). Efek samping: kerusakan hati (dosis besar, terapi jangka

lama).
21
c. Lameson

Berdaya k.l 20% lebih kuat dari prednisolon (1956) dengan berbagai cara penggunaan

oral dan parentral. Efek Samping: retensi Na, dan cairan, gangguan penyembuhan luka,

gangguan metabolisme karbohidrat, lemah otot, osteoporosis.

d. Metoklopramid

Merupakan antagonis reseptor D-2 Yang digunakan untuk antimual. Efek samping:

reaksi ekstrapiramidal, pusing, lelah, mengantuk, sakit kepala, depresi, gelisah, hipertensi.

e. Imboos Force

Komposisi Pertablet imboos force: echinacea 250 mg, Zn, picolinate 10 mg. Efek

samping: gangguan GI ringan dan reaksi alergi.

f. Infus RL

Komposisi/ 1000 ml: Na 130 mEq/L, Cl 109 mEq/L, K 4 mEq/L, Ca 2.7 mEq/L, Laktat

28 mEq/L (NaCl 6 gram), KCl (0,3 g. CaCl2 0,2 g, Na Laktat 3,1 g, API add 1000 ml.)

Osmolaritas: 273 mOsm/L.


22
2. Diet

Tujuan diet pada pasien DHF adalah memberikan makanan dan cairan secukupnya

untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta mencegah komplikasi pendarahan.

Menurut Almatsier (2004) syarat diet pada pasien DHF adalah sebagai berikut.

a. Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan

b. Energi dan protein cukup sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya. Faktor stress

tergantung ada tidaknya komplikasi 1,4-1,6. Rasio kalori berbanding nitrogen adalah

150:1.

c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara

bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan

d. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat ditingkatkan secara bertahap

e. Cukup cairan dan vitamin, terutama vitamin C untuk meningkatkan faktor pembekuan.

f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis

maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perorangan)

g. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut, baik total, maupun suplemen

h. Bila terlihat tanda-tanda perdarahan saluran pencernaan penderita dipuasakan

i. Memberi tanda istirahat pada lambung.

2.1.8 Kompilkasi

Komplikasi pada DHF menurut Nur Wakhidah (2015) yaitu:

1) Dehidrasi sedang sampai berat.

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan.

3) Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus.

Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan

gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun, kadar natrium,

kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula darah diatas normal

atau mengalami peningkatan (Jannah, 2019).

2.1.9 Masalah Keperawatan pada DHF


23
Masalah keperawatan pada pasien DHF (Dengue Hemorrhage Fever)

(Nanda, 2015)

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

2) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah.

2.2 Konsep Dasar Kekurangan Volume Cairan pada DHF

2.2.1 Definisi Kekurangan Volume Cairan

Kekurangan volume cairan atau hipovolemia merupakan kondisi dimana

tubuh mengalami penurunan asupan cairan dikarenakan adanya muntah yang

banyak, kehilangan nafsu makan yang mengakibatkan asupan yang masuk

kedalam tubuh berkurang. Selain itu, penyebab kekurangan volume cairan bisa

diakibatkan demam yang sangat tinggi dan adanya luka bakar pada derajat 2-4.

Cairan yang ada dibawah kulit keluar atau menguap karena demam atau adanya

luka, sehingga cairan yang ada didalam intrseluler akan keluar menuju

intrvaskuler untuk menggantikan cairan inravaskuler yang hilang secara terus

menerus. Hal ini juga dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan (Nilam,

2018).

2.2.2 Etiologi Kekurangan Volume Cairan

Faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya volume cairan (Nanda, 2015)

meliputi:

1) Penurunan asupan cairan atau intake yang diakibatkan oleh mual, muntah,

penurunan kesadaran.

2) Hambatan mengakses cairan.

3) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan.

4) Kehilangan cairan yang aktif.

2.2.3 Manifestasi Klinis Kekurangan Volume Cairan

Klien yang mengalami kekurangan volume cairan pada umumnya


24
ditemukan tanda dan gejala berikut: terjadi penurunan pada elstisitas kulit,

tekanan darah menurun, frekuensi nadi cepat, kencing sedikit atau miksi,

membran bibir tampak kering, kulit kering, suhu tubuh meningkat, hematokrit

meningkat, berat badan menurun, haus, kelemahan (NANDA, 2018).

2.2.4 Pathofisiologi Kekurangan Volume Cairan

Kekurangan volume cairan atau hipovolemia adalah suatu kondisi diamana

tubuh mengalami penurunan asupan cairan atau bisa juga disebabkan tubuh

kehilangan cairan dan elektrolit secara proporsional. Kekuarangan cairan terjadi

ketika cairan yang ada di intravaskuler hilang yang diakibatkan oleh suhu tubuh

yang terlalu tinggi , adanya luka dengan derajat 2-4. Untuk mengganti cairan

intravaskuler yang hilang tubuh mengkompensasi dengan mengeluarkan atau

memindahkan cairan intrerseluler ke intravaskuler. Sehingga hal ini

mengakibatkan tubuh mengalmi penurunan cairan ekstraseluler (Nilam, 2018).

2.2.5 Komplikasi

1) dehidrasi sedang hingga berat.

2) syok hipovolemik.

3) kejang.

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF dengan Masalah

Kekurangan Volume Cairan

2.3.1 Pengkajian keperawatan

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pengkajian merupakan tahap yang

penting sebelum melakukan asuhan keperawatan. Pengkajian bertujuan untuk


25
mendapatkan data-data tentang pasien sebelum menentukan rencana asuhan

keperawatan yang akan diberikan. Pengkajian dilakukan dengan beberapa teknik

yakni: Wawancara: pengkajian yang dilakukan dengan memberikan beberapa

pertanyaan pada pasien atau keluarga pasien. Pengukuran: meliputi pemeriksaan

tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan yang

dilakukan dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi untuk melihat adanya kelainan atau tidak.

1) Kaji riwayat keperawatan

a) Identitas

Semua orang dapat terserang DHF baik dewasa maupun anak-anak. Umunya

anak-anak dapat terserang DHF karena kemampuan tubuh untuk melawan

virus masih belum kuat.

b) Keluhan Utama

Pada saat pengkajian pertama pada klien dengan DHF sering kali keluhan utama

yang didapatkan adalah panas atau demam.

c) Riwayat penyakit sekarang

Data yang didapat dari klien atau keluarga klien tentang perjalanan penyakit

dari keluhan saat sakit hingga dilakukan asuhan keperawatan. Biasanya

klien mengeluh demam yang disertai menggil, mual, muntah, pusing, lemas,

pegal-pegal pada saat dibawa ke rumah sakit. Selain itu terdapat tanda-

tanda perdarahan seperti ptekie, gusi berdarah, diare yang bercampur darah,

epitaksis.

d) Riwayat penyakit dahulu

Pada klien DHF tidak ditemukan hubungan dengan riwayat penyakit dahulu.

Hal ini dikarenakan DHF disebabkan oleh virus dengue dengan masa

inkubasi kurang lebih 15 hari. Serangan ke dua bisa terjadi pada pasien yang

pernah mengalami DHF sebelumnya. Namun hal tersebut jarang terjadi


26
karena pada pasien yang pernah mengalami serangan sudah mempunyai

sistem imun pada virus tersebut.

e) Riwayat penyakit keluarga

Penyakit DHF merupakan penyakit yang diakibatkan nyamuk terinfeksi virus

dengue. Jika salah satu dari anggota keluarga ada yang terserang penyakit

DHF kemungkinan keluarga lainnya dapat tetular karena gigitan nyamuk.

2) Pengkajian pola dan fungsi kesehatan

a) Nutrisi: klien mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan klien

mengalami mual, muntah setelah makan.

b) Aktifitas: klien biasanya mengalami gangguan aktifitas dikarenakan klien

mengalami kelemahan, nyeri tulang dan sendi, pegal-pegal dan pusing.

c) Istirahat tidur: demam, pusing, nyeri, dan pegal-pegal berakibat

terganggunya istirahat dan tidur.

d) Eliminasi: pada klien DHF didapatkan klien memngalami diare, hluaran

urin menurun, BAB keras.

e) Personal hygine: klien biasanya merasakan pegal dan perasan seperti

tersayat pada kulit karena demam sehingga pasien memerlukan bantuan

orang lain dalam memenuhi perawatan diri.

3) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Pada derajat I II dan III biasanya klien dalam keadaan composmentis

sedangkan pada derajat IV klien mengalami penurunan kesadaran. Pada

pemeriksaan didapatkan hasil demam naik turun serta menggigil,

penurunan tekanan darah, frekuensi nadi cepat dan teraba lemah.

b) Kulit

Kulit tampak kemerahan merupakan respon fisiologis dan demam tinggi, pada

kulit tampak terdapat bintik merah (petekhie), hematom, ekmosis (memar).

c) Kepala
27
Pada klien dengan DHF biasanya terdapat tanda pada ubun-ubun cekung.

d) Wajah

Wajah tampak kemerahan, kemungkinan tampak bintik-bintik merah atau

ptekie.

e) Mulut

Terdapat perdarahan pada gusi, mukosa tampak kering, lidah tampak kotor.

f) Leher

Tidak tampak pembesaran JPV.

g) Dada

Pada pemeriksaan dada biasanya ditemui pernapasan dangkal, pada perkusi

dapat ditemukan bunyi napas cepat dan sering berat, redup karena efusi

pleura. Pada pemeriksaan jantung ditemui suara abnormal, suara jantung S1

S2 tunggal, dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan, sianosis pada

organ tepi.

h) Abdomen

Nyeri tekan pada perut, saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi terdapat

pembesaran hati dan limfe.

i) Anus dan genetalia

Pada pemeriksaan anus dan genetalia terkadang dapat ditemukannya gangguan

karena diare atau konstipasi, misalnya kemerahan, lesi pada kulit sekiatar

anus.

j) Ekstermitas atas dan bawah

Pada umumnya pada pemeriksaan fisik penderita DHF ditemukan ekstermitas

dingin, lembab, terkadang disertai sianosis yang menunjukkan terjadinya

renjatan.

4) Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan darah pada pasien DHF akan didapatkan hasil:


28
a) Uji turniquet positif.

b) Jumlah trombosit mengalami penurunan.

c) Hematokrot megalami peningkatan sebanyak >20%.

d) Hemoglobin menurun.

e) Peningkatan leukositit

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan disusun setelah mendapatkan data-data yang

ditemukan dilapangan dan menegakkan masalah keperawatan. Kemudian

masalah keperawatan dikelompokkan untuk melihat prioritas dari masalah

keperawatan yang paling utama untuk dilakukan asuhan keperawatan.

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) diagnosa keperawatan yang umumnya

muncul pada pada pasien DHF yaitu:

a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

b) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi.

c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah.

2.3.2 Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Kekurangan volume Keseimbangan Cairan 0601 Manajemen Cairan 4120


cairan adalah 1. Jaga intake/ asupan yan
penurunan cairan akurat dan catat outpu
intravaskuler, interstisial, (pasien)
dan/ atau intraseluler, ini 2. Monitor status hidrasi
mengacu pada (misalnya, membran
dehidrasi, kehilangan cairan mukosa lembab, denyu
saja tanpa perubahan pada nadi adekuat, dan tekan
natrium. darah orostatik)
29
Batasan karakteristik 3. Monitor hasil
1. Perubahan status laboratoriu m
mental yang relevan dengan
2. Penurunan turgor kulit retensi
3. Penurunan tekanan Sangat
terganggu
Banyak
terganggu
Cukup
terganggu
Sedikit
terganggu
Tidak
terganggu
darah SKALA
4. Penurunan tekanan OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN
nadi Indikator:

060101 1 2 3 4 5
Tekanan darah

060122
1 2 3 4 5
Denyut nadi
radial

060107
Keseimbangan
1 2 3 4 5
intake dan
output dalam
24 jam

060116 1 2 3 4 5
Turgor kulit

060117
Kelembaban 1 2 3 4 5
membran
mukosa
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada
1 2 3 4 5
20

5. Penurunan 060108 cairan


volume nadi Suara napas (misalnya,
6. Penurunan adventif peningkatan
turgor lidah berat jenis,
060113
7. Penurunan Bola mata 1 2 3 4 5
peningkatan
haluaran cekung dan BUN,
urin lembek penurunan
8. Penurunan hematokrit,
pengisian 060115 1 2 3 4 5 dan
vena Kehausan peningkatan
9. Membran kadar
mukosa 060124 1 2 3 4 5 osmolalitas
Pusing
kering urin)
10. Kulit kering 4. Monitor
11. Peningkatan tanda-tanda
suhu tubuh vital pasien
12. Peningkatan 5. Monitor
frekuensi makanan/
nadi cairan yang
13. Peningkatan dikonsumsi
hematokrit dan hitung
14. Peningkatan asupan
konsentrasi kalori harian
urin 6. Berikan
15. Penurunan terapi IV,
berat badan seperti yang
tiba-tiba ditentukan
16. Haus 7. Berikan
17. Kelemahan dieuretik
Faktor yang yang
berhubungan diresepkan
a) Hambatan 8. Dukung
mengakses pasien dan
cairan keluarga
b) Asupan untuk
cairan membantu
kurang dalam
c) Kurang pemberian
pengetahuan makan
tenang dengan baik
kebutuhan 9. Tawari
cairan makanan
ringan
(misalnya,
minuman
ringan dan
buah-
buahan
segar/jus
buah)
21

Tabel 2.3 Rencana Asuhan Keperawatan (Nanda NOC dan NIC 2015)

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah tindakan yang harus dilakukan atau penatalaksanaan

dari sebuah intervensi yang telah ditentukan sebelumnya pada intervensi

berdasarkan diagnosa keperawatan. Penatalaksanaan dilaksanakan dengan

tindakan secara mandiri, melakukan observasi, melakukan edukasi, dan

kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.


22
Menurut Nurarif (2015) pentalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien

Dengue Hemorrhage Fever (DHF) berdasarkan prinsip-prinsip berikut:

a) Mempertahankan pola nafas.

b) Mempertahankan keseimbangan cairan.

c) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.

d) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap untuk melihat hasil atau menilai sejauh mana

tercapainya suatu intervensi yang dilakukan dan respon klien terhadap

pemberian asuhan keperawatan yang diberikan (Perry Potter, 2005). Dalam

evaluasi keperawatan terdapat beberapa langkah untuk mengevaluasi keperatan

yang sudah dilakukan, yakni:

a) Mengumpulakan data-data dalam pemberian asuhan keperawatan.

b) Membandingkan data dari hari kehari dari sebelum pemberian asuhan

keperawatan hingga sesudah pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan

rencana tindakan yang sudah ditetapkan.

c) Melihat dan mengukur serta membandingkan hasil perkembangan pasien setelah

diberikan asuhan keperawatan


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Identitas pasien

Nama : Ny. A
Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat :
Agama : Islam
Pendidikan : Diploma 3
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 159 cm
No Rekam Medis : K.275017
Diagnosa Medis : DHF grade 2
Nama DPJP : Dr. J, Sp.PD

Pengkajian
a. Data Subjektif
Pasien datang ke IGD tanggal 2 Agustus 2021 jam 09.00 wib dengan

keluhan mual dan muntah sejak kemaren pagi, muntah dengan frekuensi 4

sampai 7x/hari, isi muntah pasien hanya air, penurunan nafsu makan sudah

2 hari, demam hari ini tidak tetapi os mengatakan ada riwayat demam

tanggal 29/7/2021 selama 3 hari, setelah itu tidak demam tetapi terdapat

bintik-bintik kemerahan di kedua lengan dan sedikit di daderah badan

pasien, pasien juga mengatakan lemas sampai sulit untuk beraktifitas,

batuk dan pilek tidak, sesak tidak, pusing ada sesekali, nyeri menelan

tidak, Bab dan Bak tidak ada keluhan, nyeri ulu hati tidak ada, os

mengatakan tidak ada perdarahan pada saat BAB, tidak ada mimisan dan

tidak ada gusi berdarah,os mengatakan khawatir dengan anaknya apabila

pasien di rawat di rumah sakit karena anaknya masih kecil. Os


menagatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi, asma, jantung, diabetes,

atau penyakit berat lainnya, os juga mengatakan tidak ada alergi pada obat

jenis apapun.

b. Data obyektif
K/U sedang, kesadaran CM, GCS 15, TD: 115/78 mmhg, suhu: 37C, nadi:
102x/m, dengan pulsasi lemah, RR: 21x/m, BB 65 kg SP02 98% (room
air)
c. Pengkajian persistem
Kepala: Pasien mengatakan pusing sesekali
Datar Wajah: Tidak ada kelainan
Leher: Tidak ada kelainan
Tidak ada Sensorik: Tidak ada kelainan
Motorik: Tidak ada kelainan Lain-lain
d. Sistem penglihatan
Posisi mata: Simetris Besar pupil: Isokor Kelopak mata: Tidak ada
kelainan Konjungtiva: Tidak anemis Sklera: Anikterik Alat bantu
pengelihatan: Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
e. Sistem pendengaran
Tidak ada kelainan Tidak menggunakan alat bantu pendengaran

f. Sistem penciuman
Tidak ada kelainan
g. Sistem pernafasan
Pola nafas: normal, RR : 21x/mnt Retraksi : Tidak, NCH : Tidak, Irama
nafas: Teratur ,Kesulitan bernafas : Tidak, Batuk dan sekresi : Tidak,
Suara nafas : Vesikuler, Perkusi : Resonan
h. Sistem kardiovaskuler
Warna kulit: Normal, Nyeri dada: Tidak, Denyut nadi: Teratur, Sirkulasi:
Akral dingin, Pulsasi: lemah CRT : < 2 detik, Bunyi jantung : Normal.

i. Sistem pencernaan
Mulut: Tidak ada kelainan, Gigi: Tidak ada kelainan, Lidah: Bersih,
Tenggorokan: Tidak ada kelainan, Leher: Tidak ada kelainan, Abdomen:
Tidak ada kelainan, Peristaltik usus: Tidak ada kelainan, Anus : Tidak ada
keluhan, BAB: Tidak ada kelainan, Makan ½ porsi, mual ada, muntah 3x-
7x, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati tidak ada
j. Sistem genitalia
Kebersihan : Bersih, Kelainan: Tidak ada kelainan, BAK: tidak ada
keluhan
k. Sistem perkemihan
Warna urin tampak kuning jernih, os terpasang kateter urin no 16 pengunci
25 cc aqua dest, pada saat kateter urin terpasang urin yang keluar 500 cc
dari pukul 09.30-10.30 wib.

l. Sistem integument

Turgor kulit : kering, Warna : Normal (TAK) Integritas : Normal, tidak


ada luka, mukosa mulut kering, akral dingin, terdapat ptekie di lengan
kanan dan kiri serta di sedikit di badan.

m. Sistem musculoskeletal

Pergerakan sendi : bebas, Kekuatan otot : baik, Nyeri sendi : tidak


ada,Oedema : tidak ada Fraktur : tidak ada, Parese : tidak ada, Postur
tubuh : normal.

n. System endokrin metabolic

Mata: tidak ada keluhan, Leher : tidak ada kelainan, Ekstremitas : Tidak
ada keluhan.
o. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Tanggal Hasil Nilai Normal
02/08/2021 Hemoglobin : 14,6 N: 11,7-15,5 g/dl
Jam : 09.00
Hematokrit : 44 N: 40,0-52,0%
Leukosit : 2700 N: 3.800- 10.600/uL
Trombosit : 27000
N: 150.000- 440.000/Ul

Basofil 0
N: 0-1%
Eosinofil 0
N: 1-3%
Batang 0
N: 2-6%
Segmen 30
N: 50-70%
Limfosit 57
N: 20-40%
Monosit 13
N: 2-8%

Glukosa sewaktu
N: <180 mg/dl
: 107

ELEKTROLIT
Natrium: 134 N:137,00- 145,00
Kalium: 3,5 N: 3,60-5,00
Chlorida: 102 N: 98,00-
107,00

Covid-19 antigen rapid :


Negatif

Negatif
Tanggal Hasil Nilai Normal
02/08/2021 Hemoglobin : 12,7 N: 11,7-15,5 g/dl
Jam : 15.00
Hematokrit : 36 N: 40,0-52,0%
Leukosit : 4100 N: 3.800- 10.600/uL
Trombosit : 20000
N: 150.000- 440.000/Ul

Tanggal Hasil Nilai Normal


02/08/2021 Hemoglobin : 12,5 N: 11,7-15,5 g/dl
Jam : 23.00
Hematokrit : 37 N: 40,0-52,0%
Leukosit : 3900 N: 3.800- 10.600/uL
Trombosit : 24.000
N: 150.000- 440.000/Ul

Tanggal Hasil Nilai Normal


05/08/2021 Hemoglobin : 12,8 N: 11,7-15,5 g/dl
Jam : 06.00
Hematokrit : 37 N: 40,0-52,0%
Leukosit : 3200 N: 3.800- 10.600/uL
Trombosit : 25.000
N: 150.000- 440.000/Ul

Radiologi
Kesan: tidak tampak infiltrat paru, tidak tampak kardiomegali

p. Penatalaksanaan/ Terapi
Terapi dari dokter jaga IGD:

Pemberian cairan RL loading 1000cc selama 1 jam


Injeksi omeprazole 40 mg
Injeksi ondancentron 8 mg
Pemasangan kateter urin no 16 pengunci 25 cc aqua dest
Terapi DPJP :

IVFD 2000cc/24jam

Omeprazole 2x1 Iv

Ondansentron 3x1 Iv

Sucralfat 3x1C

Diet Ml

Cek HR /12jam

Pct 1 gr k/p

q. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS: Kekurangan volume
Gigitan nyamuk aedes cairan dan elektrolit
 keluhan mual dan
aegypti
muntah sejak
kemaren pagi,
Masuknya virus dengue
 muntah dengan dalam tubuh
frekuensi 4 sampai
7x/hari, isi muntah Kontak dengan antibodi
pasien hanya air,
 penurunan nafsu Virus berekasi dengan
makan sudah 2 hari, antibodi
 ada riwayat demam
tanggal 29/7/2021 Terbentuknya
selama 3 hari kompleks virus
 Pasien merasa pusing antibodi
 Pasien mengatakan
lemas Aktivasi C3 & C5
DO:
 Pasien tampak
lemas
 Mukosa mulut
tampak kering
Pelepasan C3a
 Natrium: 134 &C5a
 Kalium: 3,5
 Chlorida: 102 Peningkatan
permaibilitas
 Akral dingin dinding pembuluh
darah
 TD: 115/78
mmhg, suhu:
37C, nadi: Perembesan plasma
102x/m, RR: keluar menuju
21x/m ekstravaskuler
 Intake : 1433 cc

 Output : 1000 cc Kekurangan volume


cairan
 Balance cairan : +244

 Diuresis : 2,1
cc/kgbb/jam
 IWL : 189

2 DS : Pasien tidak Virus masuk Hipertermi


sirkulasi
mengeluh demam tetapi
mempunya riwayat demam
4 hari yang lalu Menempel di sel fagosit
DO : mononuklear
- TD: 115/78 mmhg, suhu:
37C, nadi: 102x/m, RR: Masuk &
21x/m menginfeksi sel fagosit

- Riwayat demam 4 hari


Virus bereplikasi
yang lalu di dalam sel fagosit

Aktivasi sel T
helper, T sitotoksis &
sistem komplemen

Endothelium
hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter
Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus

Peningkatan
thermostatic set poin
Peningkatan
suhu > 37,5oC

Hipertemi
3 DS : Virus masuk dan Ketidakseimbangan
 penurunan nafsu makan bereaksi dengan nutrisi kurang dari
sudah 2 hari, kebutuhan tubuh

 keluhan mual dan


muntah sejak kemaren Gangguan endotel
antibodi
pagi,
 muntah dengan
frekuensi 4 sampai Agregasi trombosit
7x/hari, isi muntah
pasien hanya air,

Mengaktivasi sistem
koagulasi
DO :
 Pasien tampak
lemas
Pengeluaran ADP
 Mukosa mulut (Adenosin Di Phosphat)
tampak kering
 Natrium: 134 Trombosit melekat satu
 Kalium: 3,5 sama lain

 Chlorida: 102
Trombosit dihancurkan
 Akral dingin oleh RES
 TD: 115/78
mmhg, suhu: Kerja hati dan linfa
37C, nadi: berlebihan untuk
menghancurkan
102x/m, RR:
trombosit yang rusak
21x/m

Hepatomegali-
Splenomegali

Mendesak lambung

Peningkatan HCL
Mual dan muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

4 DS : - Nyamuk aedes aegypti Resiko perdarahan


berhubungan dengan
DO : trombositopenia.
 Pasien tampak Mengigit manusia
lemas
 Mukosa mulut
Viremia
tampak kering
 Hemoglobin :
14,6 Menyerang antibodi

 Hematokrit : 44
 Leukosit : 2700 Komplek virus-
antibodi dalam
 Trombosit :
darah
27000

Agrerasi trombosit

Kerusakan trombosit

Fungsi trombosit
menurun

Trombositopenia hebat

Perdarahan

Diagnosa Keperawatan
1. Kurang volume cairan dan elektrolit
2. Hipertermia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko perdarahan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
1 Kurang volume cairan dan Tujuan: - Observasi ttv
elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Monitor mual dan muntah
Ditandai dengan: kurang dari 24 jam diharapkan masalah kurang - Observasi balance cairan dan diuresis
DS: volume cairan dan elektrolit tidak terjadi - Anjurkan pasien untuk istirahat
 Pasien mengatakan lemas
dengan kriteria hasil: - Libatkan keluarga untuk membantu
1 minggu,
 Pasien merasa pusing - Asupan makanan meningkat pasien
 Pasien mengatakan Asupan cairan normal
- - Edukasi untuk minum 8 gelas/hari
muntah kurang lebih 5x-
6x - Muntah tidak terjadi - Kolaborasi dengan dpjp untuk
 Pasien merasa haus - BAK dalam batas normal pemberian therapy
 Pasien mengatakan sering
bak malam hari
DO:
 Pasien tampak lemas
 GDS: 420
 Keton darah : 1,3
 Natrium :139
 Kalium : 4,10
 Chloride : 98
2. Pola nafas tidak efektif di tandai Tujuan: - Observasi tanda-tanda vital setiap 6
dengan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam
DS: kurang dari 24 jam diharapkan masalah Pola - Observasi suara nafas
 Pasien mengatakan sesak
nafas tidak efektif tidak terjadi dengan kriteria - Observasi SP02
nafas
 lemas hasil: - Posisikan pasien semifowler
- Ttv pasien stabil dengan TD : 120/80 - Ajarkan tehnik bernafas dan
DO: mmhg, N: 60-100x/mnt S : 36,5-37,5 C relaksasi dgn benar
 TD: 138/84 mmhg, RR : 18-20 x/menit - Jelaskan pada pasien untuk
suhu:36,1C,
nadi:85108x/m, - Tidak ada rektraksi dada mengurangi aktivitas
RR: 24x/mnt. - Tidak ada sianosis - Kolaborasi dengan dokter
 Sp02 : 96%- NK 98%
 Nafas tampak cepat - Suara nafas normal yaitu pemberian terapi
vesikuler

3. Ketidakseimbangan kadar Tujuan: - monitor TTV dan KU


glukosa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - monitor kadar gula darah
Ditandai dengan: kurang dari 24 jam diharapkan - monitor tanda dan gejala
DS: ketidakseimbangan glukosa dapat teratasi hiperglikemia
DS: dengan kriteria hasil: - Anjurkan istirahat cukup
 Pasien mengatakan lemas
- Pusing menurun - Libatkan keluarga untuk melakukan
 R/ DM 5 tahun tdk
terkontrol - Kadar glukosa darah normal kegiatan seharihari sesuai
DO:
kemampuan
 GDS : 420 mg/dl
 Ph < 7,35 - Edukasi pasien tentang monitor
 Agd hasil asidosis kadar gula darah secara mandiri dan
metabolik
tanda-tanda hipoglikemia.
- - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pengaturan diit
4 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Sediakan materi dan media untuk
Ditandai dengan: 1x24 jam pengetahu an keluarga mengerti pendidikan ksehatan
DS: dengan kriteria hasil: - Berikan kesempatan untuk bertanya
 Pasien mengatakan tidak
- Prilaku sesuai anjuran meningkat - Jelaskan factor resiko yang
kontrol 3
 Pasien mengatakan - Kemampuan menjelaskan dapatmenimbulkan masalah kesehatan
sering mengkonsumsi pengatahuan tentang suatu topic - Ajarkan untuk prilaku hidup sehat dan
makanan dan minuman
manis - Pengatahuan tentang masalah yang bersih
 Pasien mengatakan dihadapi meningkat.
jarang olahraga
DO:
 Pasien tampak lemas
 GDS :420 mg/dl
 Pasien tampak belum
mengerti mengenai
penyakitnya
 Pendidikan pasien SMP
 Pasien sering bertanya
tentang penyakitnya.
Implementasi Keperawatan
Hari No DX Implementasi Perawat
Tanggal
Jam
Senin 1,2,3,4 Mengkaji keluhan pasien, mengobservasi Sr.D
7 Junin2021 K/U pasien, kesadaran, dan TTV
Jam 08.40 Respon:
Pasien mengatakan lemas, pusing, mual dan
muntah kurang lebih 5x-6x, nyeri ulu hati
nafsu makan menurun, dan sering BAK.
Riwayat DM kurang lebih 5 tahun,
pengobatan tidak terkontrol, sering
mengonsumsi makanan dan minuman
manis.
Riwayat HT, jantung disangkal
Riwayat alergi obat tidak ada
Hasil TTV: K/U sedang, kesadaran CM,
GCS 15, TD: 138/804, suhu:36,1C,
nadi:108x/m, RR: 24x/m, BB:70kg. pasien
tampak lemas, akral hangat, nadi teraba kuat
Jam 08.45 1,2,3 . Sr.D
Memberikan posisi semi fowler
Jam 08.55 1,2
Sr.D
Memasang 02 nasal kanule 3 lpm
Respon : Sp02 98-99%
Jam 09.00 1,2,3
Sr.D
Mengecek GDS
Respon : pasien bersedia
Hasil : GDS 420
Jam 09.10 1,2,3
Melakukan pemasangan infus, mengambil
specimen darah dan kolaborasi dengan Sr.D
dokter dalam pemberian cairan intravena
Respon: pasien bersedia
Hasil: terpasang ivfd nacl 1000 cc selama 1
jam
Jam 09.40 1,2,3
Sr.D
Memberikan terapi injeksi ranitidine 50 mg
dan ondancentron 8 mg
Respon:pasien bersedia
Hasil: injeksi ranitidine dan ondancentron
Jam 10.00 1,2,3
Sr.D
Mengecek GDS ulang setelah 1 jam
Respon: pasien setuju
Hasil: gds 370 mg/dl
Jam 10.05 1,3
Sr.D
Berkolaborasi dengan dokter IGD untuk
pemberian terapi insulin dan cairan
mentenance
Respon:
Hasil: injeksi insulin novorapid 10 unit sc,
nacl 20 tpm
Jam 10.30 1,2
Melakukan pemasangan kateter urine no.16 Sr.D
fiksasi aquabidest 25ml
Respon : urine keluar berwarna kuning
500cc
Jam 10.45 1,,2,3,4,
Sr.D
Melakukan pemeriksaan penunjang lab,ro
thorak dan EKG

Jam 11.45 1,2,3,4


Sr.D
Berkolaborasi dengan dokter IGD dalam
menjelaskan kosndisi pasien, hasil
pemerikasaan penunjang serta rencana
perawatan untuk pasien. Mengedukasi
paseien dan keluarga untuk menjaga diet
pasien serta memantau kadar gula pasien
secara rutin saat sudah dirumah
Respon:
Hasil: pasien dan keluarga mengerti atas
penjelasan dokter
Mengecek ulang GDS setelah pemberian
insulin selama 1 jam
Respon:
Hasil: gds 447 mgdl
c. Evaluasi Keperawatan
TGL EVALUASI
07/06/2021 S: Pasien mengatakan lemas berkurang, mual
Jam 13.30 berkurang, muntah tidak ada, pusing berkurang,
sesak tidak ada.

O: K/U sedang, kes : CM, akral hangat, nadi kuat,


TD: 122/75, rr:20x/m, hr: 74 s:36, mual berkurang,
muntah tidak ada
A:
Dx I Kurang volume cairan dan elektrolit
teratasi sebagian
Dx II Pola nafas tidakefektif teratasi
Dx III Ketidak setabilan kadar gula belum
teratasi
Dx IV Kurangnya pengetahuan teratasi sebagian
P:
Intervensi DxI ,DxII, DxIV dilanjutkan di ruang
perawatan
19
16
17

Anda mungkin juga menyukai