Id Karyawan : 011200206
Yuliwati, Amd.Kep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Tulis ini dengan judul
TANGERANG”. Dalam penyusunan karya tulis ini tak luput dari bantuan berbagai pihak.
1. dr. Nienne Aridhayanthi Hainun, MARS, selaku direktur RS. Hermina Tangerang
4. Rekan sejawat dan semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu persatu sehingga
Penyusun menyadari karya tulis ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik serta saran yang dapat membangun, sangat diharapkan demi perbaikan pada
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terinfeksi virus dengue. Pada pasien DHF dapat ditemukan beberapa gejala seperti
suhu tubuh tinggi serta mengigil, mual, muntah, pusing, pegal-pegal, bintik-bintik
merah pada kulit. Pada hari ke 2-7 demam dapat meningkat hingga 40-410C serta
kulit (ptekia), hidung dan gusi berdarah, serta perdarahan yang terjadi didalam tubuh,
tanda dan gejala tersebut menandakan terjadinya kebocoran plasma (Centre of Health
Protection, 2018). Klien dengan DHF akan mengalami kekurangan volume cairan
pada tubuh yang disebabkan adanya kebocoran plasma. Tubuh mengeluarkan zat-zat
sikotin sebagai reaksi imun terhadap virus dengue. Kemudian zat-zat tersebut
lanjut pada pasien yang mengalami kekurangan volume cairan dapat menyebabkan
tubuh mengalami dehidrasi. Pada dehidrasi berat, akan terjadi penurunan kesadaran
penurunan signifikan pada kasus Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di Amerika pada
tahun 2017 mencapai 584.263 kasus sedangkan pada tahun 2016 mencapai 2.177.171
kasus. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Kesehatan 2 Indonesia (2019),
di Indonesia pada bulan Januari 2019 terdapat 133 jiwa meninggal dunia dari 13.683
kasus DHF. Demikian pula pada bulan Februari 2019 kasus DHF terus mengalami
peningkatan yang mencapai 16.692 kasus, sedangkan pasien meninggal mencapai 169.
Sementara itu di Jawa Timur pada tahun 2016, penderita DHF dengan masalah resiko
kekurangan volume cairan mencapai 34,8 % (16 orang dari 46 orang) (Yuniarsih,
2019). DHF disebabkan nyamuk Aedes Aegepty dan nyamuk Aedes Albopictus yang
terinfeksi atau membawa virus dengue. Ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit
manusia, nyamuk juga melepaskan virus. Virus dengue yang masuk kedalam tubuh
beredar dalam pembuluh darah bersama dengan darah. Virus bereaksi dengan antibody
yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan melepaskan C3 dan C5. Akibat dari
pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan sakit kepala. Kemudian
zat tersebut saling berikatan dengan darah dan berkumpul dipembuluh darah yang
kecil dan tipis yang mengakibatkan plasma bocor dan merembes keluar. Plasma darah
yang terdiri dari darah, air, protein, ion dan gula akan keluar ke ekstraseluler yang
mengakibatkan tubuh mengalami kekurangan volume cairan. Kondisi lebih lanjut dari
(Kardiyudiana, 2019).
Tindakan yang diberikan pada pasien dengan masalah kekurangan volume cairan
minum yang adekuat, jus, susu dan makanan ringan, memantau dan mencatat masukan
dehidrasi apabila terdapat tanda dan gejala berikut: menurunnya turgor kulit, berat
badan turun, mukosa mulut kering, frekuensi nadi meningkat, TD menurun, pucat,
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada klien Dengue Hemorrhage Fever
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Dengue Hemorrhage Fever (DHF) di
2. Tujuan Khusus
Hermina Tangerang
Tangerang
Hermina Tangerang
Hermina Tangerang
1) Manfaat Teoritis
Hasil dari studi ini diharapkan bisa mengembangkan asuhan keperawatan pada klien
2) Manfaat Praktis
a) Bagi Penulis Dapat mengetahui dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
b) Bagi Rumah sakit Diharapkan studi kasus ini dijadikan bahan pertimbangan dalam
proses belajar dan bahan bacaan tentang asuhan keperawatan pada klien Dengue
c) Bagi pasien dan keluarga Diharapkan studi kasus ini dijadikan tambahan informasi
LANDASAN TEORI
penyakit DHF terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi virus dengue menggit atau
menghisap darah manusia yang sakit ke manusia yang sehat. Nyamuk tersebut
flavivirus. Jadi nyamuk merupakan vektor atau transmisi virus dari manusia ke
manusia atau menusia kehewan atau hewan kemanusia. Nyamuk yang membawa
virus dengue sendiri terbagi dalam beberapa jenis yaitu DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-
DHF sebagai penyakit yang memiliki keriteria: suhu tubuh naik turun tanpa sebab
yang jelas, tampak perdarahan (ptekia, gusi berdarah, melena, muntah darah), jumlah
hematokrit.
Demam secara terus menerus disertai menggigil, pada pemeriksaan torniquet atau
2) Derajat 2
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1, selain itu ditemukan adanya perdarahan
pada gusi, ptekie, perdarahan lambung yang dapat mengakibatkan melena dan
muntah darah.
3) Derajat 3
Tanda dan gejala sama seperti derajat 1 dan derajat 2 serta pasien mengalami
4) Derajat 4
menular melalui suntikan nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes Albopictus
yang terinfeksi oleh virus saat menghisap darah seseorang yang sehat. Penularan
penyakit DHF bisa terjadi pada manusia kemanusia atau manusia kehewan
menularkan kemanusia lainnya yang sehat, tergantung dari sistem imunitas dari
14 hari setelah virus masuk kedalam tubuh, tubuh akan memberikan tanda dan
gejala sebagai perlawanan alami dari dalam. Gejala umum yang dialami
(Handayani, 2019).
3) Lemah
5) Anoreksia
6) Muntah
8) Pusing
9) Trombistopenia (<100.000/ul)
2.1.5 Pathofisiologi
Nyamuk Aedes yang terinfeksi atau membawa virus dengue menggigit manusia.
Kemudian virus dengue masuk kedalam tubuh dan berdar dalam pembuluh darah bersama
darah. Virus kemudian bereaksi dengan antibody yang mengakibatkan tubuh mengaktivasi dan
melepaskan C3 dan C5. Akibat dari pelepasan zat-zat tersebut tubuh mengalami demam, pegal dan
sakit kepala, mual, ruam pada kulit. Pathofisiologi primer pada penyakit DHF adalah meningkatnya
permeabilitas membran vaskuler yang mengakibatkan kebocoran plasma sehingga cairan yang ada
diintraseluler merembes menuju ekstraseluler. Tanda dari kebocoran plasma yakni penurunan jumlah
trombosit, tekanan darah mengalami penurunan, hematokrit meningkat. Pada pasien DHF terjadi
penurunan tekanan darah dikarenakan tubuh kekurangan hemoglobin, hilangnya plasma darah selama
terjadinya kebocoran, Hardinegoro dalam buku keperawatan medikal bedah 1 (Kardiyudiana, 2019).
18
cairan yang ada diintraseluler merembes menuju ekstraseluler. Tanda dari kebocoran
(Kardiyudiana, 2019).
- Trombositopeni
- Asidosis
Menurut WHO dan Depkes RI (2000), uji tourniquet dilakukan dengan cara
memompakan manset sampai ketitik antara tekanan sistolik dan diastolik selama lima
menit. Hasil dipastikan positif bila terdapat 10 atau lebih ptekie per 2,5 cm². Pada DHF
biasanya uji tourniquet memberikan hasil positif kuat dengan dijumpai 20 ptekie atau
lebih. Uji tourniquet bias saja negatif atau hanya positif ringan selama masa shok, dan
menunjukkan hasil positif bila dilakukan setelah masa pemulihan fase shok.
e. Radiologi foto thorak: 50% ditemukan efusi fleura, efusi pleura dapat terjadi
h. USG : hematomegali-splenomegal
2.1.7 Penatalaksanaan
Masalah yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada umumnya
masalah yang ada pada pasien DHF yakni demam tinggi disertai menggigil. Pada
demam. Selain itu pasien DHF juga mengalami kekurangan volume cairan
keperawatan yang dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang hilang dengan
meningkatkan asupan secara oral misalnya makan dan minum air yang cukup,
1. Farmakoterapi
a. Ciprofloxasin
Golongan fluorkuinolon dengan spektrum kerja yang luas sebaiknya obat ini digunakan
sebagai obat untuk menghindari resistensi dengan pesat. Obat golongan ini mempunyai
mekanisme aksi menghambat DNA gyrase sehingga dapat menghambat proses sintesis DNA
bakteri. DNA gyrase merupakan enzim bakterial yang bertanggung jawab terhadap proses
pembukaan dan supercoil DNA dan protein bakteri. Quinolon merupakan satu-satunya
20
antibiotik yang menghambat replikasi DNA. Antibiotik golongan ini digunakan pada infeksi
saluran kencing. Efek samping: mual muntah, kadang-kadang terjadi neuritis. Zat ini tidak
b. Paracetamol
Derivat asetanilida ini adalah metabolit dari fenasitin yang dahulu banyak digunakan
sebagai analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek
tidak antiradang. Dewasa ini dianggap sebagai zat antinyeri paling aman, juga untuk
suamedika (pengobatan mandiri). Efek samping: kerusakan hati (dosis besar, terapi jangka
lama).
21
c. Lameson
Berdaya k.l 20% lebih kuat dari prednisolon (1956) dengan berbagai cara penggunaan
oral dan parentral. Efek Samping: retensi Na, dan cairan, gangguan penyembuhan luka,
d. Metoklopramid
Merupakan antagonis reseptor D-2 Yang digunakan untuk antimual. Efek samping:
reaksi ekstrapiramidal, pusing, lelah, mengantuk, sakit kepala, depresi, gelisah, hipertensi.
e. Imboos Force
Komposisi Pertablet imboos force: echinacea 250 mg, Zn, picolinate 10 mg. Efek
f. Infus RL
Komposisi/ 1000 ml: Na 130 mEq/L, Cl 109 mEq/L, K 4 mEq/L, Ca 2.7 mEq/L, Laktat
28 mEq/L (NaCl 6 gram), KCl (0,3 g. CaCl2 0,2 g, Na Laktat 3,1 g, API add 1000 ml.)
Tujuan diet pada pasien DHF adalah memberikan makanan dan cairan secukupnya
untuk memperbaiki jaringan tubuh yang rusak serta mencegah komplikasi pendarahan.
Menurut Almatsier (2004) syarat diet pada pasien DHF adalah sebagai berikut.
b. Energi dan protein cukup sesuai kemampuan pasien untuk menerimanya. Faktor stress
tergantung ada tidaknya komplikasi 1,4-1,6. Rasio kalori berbanding nitrogen adalah
150:1.
c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara
d. Rendah serat terutama serat tidak larut air. Pemberian serat ditingkatkan secara bertahap
e. Cukup cairan dan vitamin, terutama vitamin C untuk meningkatkan faktor pembekuan.
f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara termis, mekanis
g. Makanan parenteral selalu diberikan pada fase akut, baik total, maupun suplemen
2.1.8 Kompilkasi
Selain itu komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan
gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun, kadar natrium,
kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula darah diatas normal
(Nanda, 2015)
mual, muntah.
kedalam tubuh berkurang. Selain itu, penyebab kekurangan volume cairan bisa
diakibatkan demam yang sangat tinggi dan adanya luka bakar pada derajat 2-4.
Cairan yang ada dibawah kulit keluar atau menguap karena demam atau adanya
luka, sehingga cairan yang ada didalam intrseluler akan keluar menuju
menerus. Hal ini juga dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan (Nilam,
2018).
meliputi:
1) Penurunan asupan cairan atau intake yang diakibatkan oleh mual, muntah,
penurunan kesadaran.
tekanan darah menurun, frekuensi nadi cepat, kencing sedikit atau miksi,
membran bibir tampak kering, kulit kering, suhu tubuh meningkat, hematokrit
tubuh mengalami penurunan asupan cairan atau bisa juga disebabkan tubuh
ketika cairan yang ada di intravaskuler hilang yang diakibatkan oleh suhu tubuh
yang terlalu tinggi , adanya luka dengan derajat 2-4. Untuk mengganti cairan
2.2.5 Komplikasi
2) syok hipovolemik.
3) kejang.
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien DHF dengan Masalah
tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan yang
dilakukan dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,
a) Identitas
Semua orang dapat terserang DHF baik dewasa maupun anak-anak. Umunya
b) Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pertama pada klien dengan DHF sering kali keluhan utama
Data yang didapat dari klien atau keluarga klien tentang perjalanan penyakit
klien mengeluh demam yang disertai menggil, mual, muntah, pusing, lemas,
pegal-pegal pada saat dibawa ke rumah sakit. Selain itu terdapat tanda-
tanda perdarahan seperti ptekie, gusi berdarah, diare yang bercampur darah,
epitaksis.
Pada klien DHF tidak ditemukan hubungan dengan riwayat penyakit dahulu.
Hal ini dikarenakan DHF disebabkan oleh virus dengue dengan masa
inkubasi kurang lebih 15 hari. Serangan ke dua bisa terjadi pada pasien yang
dengue. Jika salah satu dari anggota keluarga ada yang terserang penyakit
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kulit
Kulit tampak kemerahan merupakan respon fisiologis dan demam tinggi, pada
c) Kepala
27
Pada klien dengan DHF biasanya terdapat tanda pada ubun-ubun cekung.
d) Wajah
ptekie.
e) Mulut
Terdapat perdarahan pada gusi, mukosa tampak kering, lidah tampak kotor.
f) Leher
g) Dada
dapat ditemukan bunyi napas cepat dan sering berat, redup karena efusi
organ tepi.
h) Abdomen
Nyeri tekan pada perut, saat dilakukan pemeriksaan dengan palpasi terdapat
karena diare atau konstipasi, misalnya kemerahan, lesi pada kulit sekiatar
anus.
renjatan.
4) Pemeriksaan penunjang
d) Hemoglobin menurun.
e) Peningkatan leukositit
mual, muntah.
060101 1 2 3 4 5
Tekanan darah
060122
1 2 3 4 5
Denyut nadi
radial
060107
Keseimbangan
1 2 3 4 5
intake dan
output dalam
24 jam
060116 1 2 3 4 5
Turgor kulit
060117
Kelembaban 1 2 3 4 5
membran
mukosa
Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada
1 2 3 4 5
20
Tabel 2.3 Rencana Asuhan Keperawatan (Nanda NOC dan NIC 2015)
Evaluasi merupakan tahap untuk melihat hasil atau menilai sejauh mana
TINJAUAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Ny. A
Umur : 39 tahun
Pengkajian
a. Data Subjektif
Pasien datang ke IGD tanggal 2 Agustus 2021 jam 09.00 wib dengan
keluhan mual dan muntah sejak kemaren pagi, muntah dengan frekuensi 4
sampai 7x/hari, isi muntah pasien hanya air, penurunan nafsu makan sudah
2 hari, demam hari ini tidak tetapi os mengatakan ada riwayat demam
tanggal 29/7/2021 selama 3 hari, setelah itu tidak demam tetapi terdapat
batuk dan pilek tidak, sesak tidak, pusing ada sesekali, nyeri menelan
tidak, Bab dan Bak tidak ada keluhan, nyeri ulu hati tidak ada, os
mengatakan tidak ada perdarahan pada saat BAB, tidak ada mimisan dan
atau penyakit berat lainnya, os juga mengatakan tidak ada alergi pada obat
jenis apapun.
b. Data obyektif
K/U sedang, kesadaran CM, GCS 15, TD: 115/78 mmhg, suhu: 37C, nadi:
102x/m, dengan pulsasi lemah, RR: 21x/m, BB 65 kg SP02 98% (room
air)
c. Pengkajian persistem
Kepala: Pasien mengatakan pusing sesekali
Datar Wajah: Tidak ada kelainan
Leher: Tidak ada kelainan
Tidak ada Sensorik: Tidak ada kelainan
Motorik: Tidak ada kelainan Lain-lain
d. Sistem penglihatan
Posisi mata: Simetris Besar pupil: Isokor Kelopak mata: Tidak ada
kelainan Konjungtiva: Tidak anemis Sklera: Anikterik Alat bantu
pengelihatan: Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
e. Sistem pendengaran
Tidak ada kelainan Tidak menggunakan alat bantu pendengaran
f. Sistem penciuman
Tidak ada kelainan
g. Sistem pernafasan
Pola nafas: normal, RR : 21x/mnt Retraksi : Tidak, NCH : Tidak, Irama
nafas: Teratur ,Kesulitan bernafas : Tidak, Batuk dan sekresi : Tidak,
Suara nafas : Vesikuler, Perkusi : Resonan
h. Sistem kardiovaskuler
Warna kulit: Normal, Nyeri dada: Tidak, Denyut nadi: Teratur, Sirkulasi:
Akral dingin, Pulsasi: lemah CRT : < 2 detik, Bunyi jantung : Normal.
i. Sistem pencernaan
Mulut: Tidak ada kelainan, Gigi: Tidak ada kelainan, Lidah: Bersih,
Tenggorokan: Tidak ada kelainan, Leher: Tidak ada kelainan, Abdomen:
Tidak ada kelainan, Peristaltik usus: Tidak ada kelainan, Anus : Tidak ada
keluhan, BAB: Tidak ada kelainan, Makan ½ porsi, mual ada, muntah 3x-
7x, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati tidak ada
j. Sistem genitalia
Kebersihan : Bersih, Kelainan: Tidak ada kelainan, BAK: tidak ada
keluhan
k. Sistem perkemihan
Warna urin tampak kuning jernih, os terpasang kateter urin no 16 pengunci
25 cc aqua dest, pada saat kateter urin terpasang urin yang keluar 500 cc
dari pukul 09.30-10.30 wib.
l. Sistem integument
m. Sistem musculoskeletal
Mata: tidak ada keluhan, Leher : tidak ada kelainan, Ekstremitas : Tidak
ada keluhan.
o. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Tanggal Hasil Nilai Normal
02/08/2021 Hemoglobin : 14,6 N: 11,7-15,5 g/dl
Jam : 09.00
Hematokrit : 44 N: 40,0-52,0%
Leukosit : 2700 N: 3.800- 10.600/uL
Trombosit : 27000
N: 150.000- 440.000/Ul
Basofil 0
N: 0-1%
Eosinofil 0
N: 1-3%
Batang 0
N: 2-6%
Segmen 30
N: 50-70%
Limfosit 57
N: 20-40%
Monosit 13
N: 2-8%
Glukosa sewaktu
N: <180 mg/dl
: 107
ELEKTROLIT
Natrium: 134 N:137,00- 145,00
Kalium: 3,5 N: 3,60-5,00
Chlorida: 102 N: 98,00-
107,00
Negatif
Tanggal Hasil Nilai Normal
02/08/2021 Hemoglobin : 12,7 N: 11,7-15,5 g/dl
Jam : 15.00
Hematokrit : 36 N: 40,0-52,0%
Leukosit : 4100 N: 3.800- 10.600/uL
Trombosit : 20000
N: 150.000- 440.000/Ul
Radiologi
Kesan: tidak tampak infiltrat paru, tidak tampak kardiomegali
p. Penatalaksanaan/ Terapi
Terapi dari dokter jaga IGD:
IVFD 2000cc/24jam
Omeprazole 2x1 Iv
Ondansentron 3x1 Iv
Sucralfat 3x1C
Diet Ml
Cek HR /12jam
Pct 1 gr k/p
q. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS: Kekurangan volume
Gigitan nyamuk aedes cairan dan elektrolit
keluhan mual dan
aegypti
muntah sejak
kemaren pagi,
Masuknya virus dengue
muntah dengan dalam tubuh
frekuensi 4 sampai
7x/hari, isi muntah Kontak dengan antibodi
pasien hanya air,
penurunan nafsu Virus berekasi dengan
makan sudah 2 hari, antibodi
ada riwayat demam
tanggal 29/7/2021 Terbentuknya
selama 3 hari kompleks virus
Pasien merasa pusing antibodi
Pasien mengatakan
lemas Aktivasi C3 & C5
DO:
Pasien tampak
lemas
Mukosa mulut
tampak kering
Pelepasan C3a
Natrium: 134 &C5a
Kalium: 3,5
Chlorida: 102 Peningkatan
permaibilitas
Akral dingin dinding pembuluh
darah
TD: 115/78
mmhg, suhu:
37C, nadi: Perembesan plasma
102x/m, RR: keluar menuju
21x/m ekstravaskuler
Intake : 1433 cc
Diuresis : 2,1
cc/kgbb/jam
IWL : 189
Aktivasi sel T
helper, T sitotoksis &
sistem komplemen
Endothelium
hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmiter
Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik
di hipotalamus
Peningkatan
thermostatic set poin
Peningkatan
suhu > 37,5oC
Hipertemi
3 DS : Virus masuk dan Ketidakseimbangan
penurunan nafsu makan bereaksi dengan nutrisi kurang dari
sudah 2 hari, kebutuhan tubuh
Mengaktivasi sistem
koagulasi
DO :
Pasien tampak
lemas
Pengeluaran ADP
Mukosa mulut (Adenosin Di Phosphat)
tampak kering
Natrium: 134 Trombosit melekat satu
Kalium: 3,5 sama lain
Chlorida: 102
Trombosit dihancurkan
Akral dingin oleh RES
TD: 115/78
mmhg, suhu: Kerja hati dan linfa
37C, nadi: berlebihan untuk
menghancurkan
102x/m, RR:
trombosit yang rusak
21x/m
Hepatomegali-
Splenomegali
Mendesak lambung
Peningkatan HCL
Mual dan muntah
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Hematokrit : 44
Leukosit : 2700 Komplek virus-
antibodi dalam
Trombosit :
darah
27000
Agrerasi trombosit
Kerusakan trombosit
Fungsi trombosit
menurun
Trombositopenia hebat
Perdarahan
Diagnosa Keperawatan
1. Kurang volume cairan dan elektrolit
2. Hipertermia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko perdarahan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan
1 Kurang volume cairan dan Tujuan: - Observasi ttv
elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama - Monitor mual dan muntah
Ditandai dengan: kurang dari 24 jam diharapkan masalah kurang - Observasi balance cairan dan diuresis
DS: volume cairan dan elektrolit tidak terjadi - Anjurkan pasien untuk istirahat
Pasien mengatakan lemas
dengan kriteria hasil: - Libatkan keluarga untuk membantu
1 minggu,
Pasien merasa pusing - Asupan makanan meningkat pasien
Pasien mengatakan Asupan cairan normal
- - Edukasi untuk minum 8 gelas/hari
muntah kurang lebih 5x-
6x - Muntah tidak terjadi - Kolaborasi dengan dpjp untuk
Pasien merasa haus - BAK dalam batas normal pemberian therapy
Pasien mengatakan sering
bak malam hari
DO:
Pasien tampak lemas
GDS: 420
Keton darah : 1,3
Natrium :139
Kalium : 4,10
Chloride : 98
2. Pola nafas tidak efektif di tandai Tujuan: - Observasi tanda-tanda vital setiap 6
dengan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam
DS: kurang dari 24 jam diharapkan masalah Pola - Observasi suara nafas
Pasien mengatakan sesak
nafas tidak efektif tidak terjadi dengan kriteria - Observasi SP02
nafas
lemas hasil: - Posisikan pasien semifowler
- Ttv pasien stabil dengan TD : 120/80 - Ajarkan tehnik bernafas dan
DO: mmhg, N: 60-100x/mnt S : 36,5-37,5 C relaksasi dgn benar
TD: 138/84 mmhg, RR : 18-20 x/menit - Jelaskan pada pasien untuk
suhu:36,1C,
nadi:85108x/m, - Tidak ada rektraksi dada mengurangi aktivitas
RR: 24x/mnt. - Tidak ada sianosis - Kolaborasi dengan dokter
Sp02 : 96%- NK 98%
Nafas tampak cepat - Suara nafas normal yaitu pemberian terapi
vesikuler