PENGERTIAN
- Merupakan usaha yang pertama kali dilakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa
seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan.
- BHD adalah serangkaian usaha awal untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan siklus
pada seseorang yang mengalami henti nafas dan henti jantung
TUJUAN
PERSIAPAN ALAT
b. BREATING (PERNAFASAN )
LOOK (MELIHAT) : MELIHAT PERGERAKAN DADA PASIEN
LISTEN (MENDENGARKAN ) : APAKAH ADA SUARA NAFAS TAMBAHAN, BISA
MENGGUNAKAN STETOSKOP
SUARA NAFAS TAMBAHAN BISA BERUPA SNORING (SUARA NGOROK ),
GARGLING ( SUARA BERKUMUR2)
FEEL ( MERASAKAN ) : MERASAKA HEMBUSAN NAFAS PASIEN DNG CARA
MENDEKATKAN PIPI PENOLONG DI DKT HIDUNG PASIEN
APABILA TERJADI HENTI NAFAS MAKA BERIKAN BANTUAN NAFAS 2X. SPASI
ANATAR BANTUAN NAFAS 1 & 2 : 2 DTK, WKT TSB DIGUNAKAN U/ MELIHAT
PERGERAKAN DADA PASIEN. PADA SAAT MEMBERI BANTUAN NAFAS, HIDUNG
PASIEN DITUTUP KEMUDIAN DIBUKA PADA SAAT MELIHAT PERGERAKAN DADA
KEMUDIAN DITUTUP DAN DIBERIKAN BANTUAN NAFAS KEMBALI
c. CIRKULASI
CEK NADI KAROTIS TDK LEBIH DARI 10 DTK DNG CARA JARI TELUNJUK DAN JARI
TENGAH DILETAKKAN PAS DITENGGOROKAN KEMUDIAN DIARAHKAN KE
SAMPING U/ MERASAKAN ADA TIDAKNYA ARTERI KAROTIS, APABILA TDK
TERABA MAKA LAKUKAN RJP. LETAKKAN TANGAN 2 JARI DI ATAS PROSESUS
SIFOIDEUS. DENGAN POSISI TANGAN RIP MARGIN, LAKUKAN RJP DENGAN
KEDALAMAN 5 CM, SEBANYAK 30X RESUSITASI DAN 2X BANTUAN NAFAS
DILAKUKAN 5X SETELAH ITU DI CEK KEMBALI ARTERI KAROTIS DAN
PERNAFASAN PASIEN APABILA TIDAK ADA PERUBAHAN LAKUKAN KEMBALI
RESUSITASI DAN BANTUAN NAFAS 30 : 2
D. DISABILITY
CEK PUPIL MATA, APABILA CAHAYA DI DEKATKAN KE MATA MAKA PUPIL MENGECIL, APABILA DI
JAUKAN DARI CAHAYA , PUPIL MATA MELEBAR
NILAI GCS
Eye (respon membuka mata) :
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata)
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon
ENVIRONMENT CONTROL
Pelaksanaan
1. Lakukan tahapan airway : cek kesadaran pasien dengan cara
- goyangkan bahu sambil memanggil pasien
2. Mintalah pertolongan
3. Perbaiki posisi pasien dan posisi penolong
4. Periksa jalan nafas untuk melihat adanya sumbatan dengan cross finger (ibu jari dan jari-jari
disilangkan)
5. Buka jalan nafas dengan menggunakan metode Head tilt chin lift ( posisi meegang kepala
sambil menengadahkan ) dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan
6. Lakukan tahapan breathing : nilai pernafasan dengan cara :
a. Look – lihat pergerakan dada atau perut
b. Listen – Dengar udara keluar masuk dari hidung
c. Feel – rasakan adanya udara dari mulut atau hidung dengan pipi atau punggung tangan.
7. Jika pasien tidak bernafas maka berikan nafas buatan dengan menggunakan balon resusitasi
sebanyak 2 kali dengan mulut volume udara 700ml - 1 lt (10ml/kg BB) atau sampai dada
mengembang.
8. Periksa denyut jantung pasien dengan meraba arteri karotis , jika arteri karotis teraba cukup
berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali.
9. jika arteri karotis tidak teraba lakukan tahapan circulation, berikan kompresi jantung luar : nafas
buatan menggunakan balon resusitasi dengan perbandingan 30 : 2 baik 1 atau 2 penolong.
10. lakukan Kompresi dengan kecepatan yang sama dengan tehnik perhitungan 1,2,3 sampai 9
1(tiup),1,2,3 sampai 9 2(tiup), 1,2,3 sampai 9 3(tiup) sampai 5 siklus lengkap (satu siklus adalah
30 kali kompresi dan 2 kali ventilasi dengan kecepatan 100 kali permenit.
11. Lakukan penilaian ulang.
Note:
Tehnik melakukan kompresi dada adalah sebagai berikut
tentukan titik atau lokasi mid sternum / tulang iga kanan atau kiri dengan cara menelusuri
dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong sehingga bertemu
letakkan telapak tangan pada titik tekan, separuh dibawah sternum atau diantara 2 putting susu.
tempatkan tangan yang satu diatas punggung tangan pertama
lakukan penekanan kebawah menggunakan pangkal telapak tangan dengan kedalaman 3,8 - 5
cm ( posisi lengan tegak lurus pada sternum)
lakukan kompresi secara teratur pada saat relaksasi telapak tangan tidak boleh diangkat dan
posisi penolong tidak boleh berubah – ubah.
Langkah-langkah BHD:
1. Pastikan keamanan penolong dan keamanan pasien
Segera setelah aman
Hati-hati kemungkinan trauma leher
Jangan pindahkan atau mobilisasi pasien bila tidak perlu
Aktifkan emergency system (118)
2. Memeriksa korban dengan cara menepuk bahu/pencet ujung kuku/tekan (ulek) bagian sternum
3. Segera berteriak minta pertolongan
4. Memperbaiki posisi pasien
5. Memperbaiki posisi penolong
6. Airway (jalan nafas) à periksa jalan nafas
Finger swap
Benda asing à menggunakan jari atau besi yang dilipat 2
Bila pasien tidak memberikan respon:
Supine, permukaan datar dank eras
Bila perlu pindahkan pasien dengan cara kepala, bahu dan badan bergerak bersamaan (in-line)
bila curiga cedera spinal
Posisi penolong à disamping kanan pasien
Membuka jalan nafas à head till – chin lift / jaw trust agar kepala fleksi (jaw trust dilakukan bila
dicurigai fraktur servikal
7. Breating (pernafasan) à berikan bantuan nafas
Memastikan pasien tidak bernafas dengan look (melihat), listen (mendengar), feel (merasakan)
dengan waktu kurang dari 10 detik
8. Apnea, nafas abnormal, nafas tidak adekuat à memberikan bantuan nafas 2 kali dengan waktu
yang singkat.
9. Evaluasi airway dan breathing
Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih
ada sumbatan jalan nafas di mulut pasien. Bila tidak ada lakukan tiupan 2 kali yang adekuat.
10. Bila pasien kembali bernafas, ubah posisi pasien jadi posisi mantap (sim) à posisi miring
11. Circulation (bantuan sirkulasi) à memastikan ada tidaknya denyut nadi (arteri carotis tp pada
bayi arteri brachealis)
12. Evaluasi airway, breathing, circulation
Sirkulasi (-) : teruskan pres jantung luar + nafas buatan
Sirkulasi (+) nafas (-): nafas bautan 10 – 12 kali/menit
Sirkulasi (+) nafas (+) : berikan posisi mantap dan jaga jalan nafas
13. Kompres jantung luar
Pada ½ sternum atau diantara putting susu
Kedalaman kompresi jantung 3,8 – 5 cm
Taruhlah kepala kita (pemeriksa) di atas mulut penderita, dengan melihat miring ke arah
kaki penderita. Mata kita melihat naik turunnya dada penderita, pipi kita meraba – rasakan
hembusan udara dari mulut penderita dan telinga kita mendengarkan akan adanya bunyi
pernafasan. Cara lain adalah dengan menaruh punggung tangan kita di depan hidung penderita
untuk merasakan adanya hembusan udara. Cara ini hanya biasa dilakukan oleh orang yang
berpengalaman.
Apabila pernafasan berbunyi berarti airway tersumbat. Sumbatan ini belum sepenuhnya,
masih ada udara yang dapat masuk – keluar, tetapi karena ada penyempitan, maka timbullah
suara saat bernafas. Jenis – jenis bunyi yang dapat timbul adalah :
Mengorok (snoring), airway tersumbat oleh lidah atau jaringan – jaringan di tenggorokan.
Perhatikan bahwa bunyi mengorok terutama terjadi saat mengeluarkan nafas.
Bunyi kumur – kumur (gurgling), disebabkan adanya muntahan isi lambung, darah, atau cairan
lain yang mungkin ada di airway. Bunyi ini terjadi saat mengeluarkan dan menarik nafas.
Stridor, suara yang keras selama menarik nafas (inspirasi) kemungkinan karena laring yang
membengkak dan menyumbat airway bagian atas. Bisa juga karena tersumbat sebagian (parsial)
oleh benda asing.
Pada umunya lidah merupakan penyebab dari sumbatan airway pada penderita yang tidak
sadar. Penderita yang kesadarannya menurun, pangkal lidahnya dapat jatuh ke belakang dan
menyumbat airway, kemudian timbul bunyi mengorok. Usaha penderita untuk bernafas
kemudian menghasilkan tekanan negatif yang menarik lidah, epiglotis atau keduanya ke dalam
tenggorokan. Apabila kemudian dilakukan pernafasan buatan, maka lidah akan bertambah jatuh
ke belakang, sehingga semakin tersumbat. Oleh karena itu, apabila akan dilakukan pernafasan
buatan, airway selalu harus tetap terbuka.
AIRWAY: Bukalah jalan udara
4.Periksa napas normal, dalam waktu tidak lebih dari 10 detik: perhatikan gerakan dada,
dengarkan bunyi napas, dan rasakan napas pasien di pipi dan telinga anda. Jangan mengira
bahwa hembusan napas pasien berupa napas normal. Bila pasien tidak bernapas secara normal
atau anda tidak yakin, mulailah pernapasan mulut ke mulut.
II. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat.
Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang
diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada
proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma.
Sangat penting bagi pemeriksa untuk mengenal tanda – tanda pernafasan yang tidak adekuat.
Tanda pernafasan tidak adekuat adalah :
1. Hitung frekuensi (laju) pernafasan dalam setengah menit, lalu kalikan angka 2. Pernafasan yang
pasti tidak adekuat apabila kurang dari 8x / menit pada orang dewasa, kurang dari 10x / menit
pada anak atau kurang dari 20x / menit pada bayi.
2. Sesak : Meningkatnya usaha dalam bernafas. Pernafasan normal adalah tanpa usaha.
Penggunaan otot perut secara berlebihan untuk bernafas, karena penderita memakai diafragma
(sekat rongga dada) untuk memaksa udara keluar – masuk dari paru – paru.
3. Sianosis : adalah perubahan warna atau kebiru – biruan pada kulit dan lapisan selaput lendir
(dapat dilihat pada bibir dan selaput lendir mata). Sianosis berarti terlalu banyak CO2. Sianosis
yang jelas terutama akan terlihat pada kuku.
4. Perubahan kesadaran. Apabila otak tidak menerima O2, maka pertama – tama penderita akan
sangat gelisah, tetapi lebih lanjut penderita akan kehilangan kesadarannya (pingsan).
5. Denyut jantung yang lambat atau sangat cepat yang disertai dengan jumlah pernafasan yang
lambat.
III. Circulation
Sirkulasi adalah nama singkat yang berarti peredaran darah. Sebenarnya yang dimaksud
adalah jantung dan semua pembuluh darah, baik pembuluh darah nadi (sistem arteri) maupun
pembuluh darah balik (sistem vena). Kegagalan pada sistem jantung dan pembuluh darah ini
dapat berakibat fatal, kadang – kadang dalam bilangan detik. Kita semua mendengar seseorang
yang sedang mengerjakan sesuatu, jatuh, lalu meninggal. Ini kerapkali disebabkan gangguan
jantung yang mematikan. Tindakan yang cepat dan tepat oleh seorang penolong mungkin akan
menghindarkan penderita dari kematian. Sirkulasi yang adekuat menjamin distribusi oksigen ke
jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari
fungsi sistem kardiovaskuler.
- nadi
- warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri femoral.
Jantung
Pembuluh darah yang terdiri dari pembuluh darah nadi dan pembuluh darah balik
Darah
LABELISASI
Biru : gawat darurat sangat berat
Merah : gawat darurat
Kuning : tidak gawat, tetapi darurat
Hijau : tidak gawat darurat
Hitam : meninggal
Disability
Periksa Pupil (besar, simetri, refleks cahaya)
Periksa kesadaran , GCS
A = Awake (sadar penuh)
V = responds to Verbal command (ada reaksi terhadap perintah)
P = responds to Pain (ada reaksi terhadap nyeri)
U = Unresponsive (tak ada reaksi)
D: Disability,
mengecek status neurologis
E: Exposure,
enviromental control, buka baju penderita tapi cegah hipotermia
TINDAKAN
a. Tanpa Alat
1) Membuka jalan nafas dengan metode :
- Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
- Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)
- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)
Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya dilakukan Jaw Thrust dengan
hati-hati dan mencegah gerakan leher.
b. Dengan Alat
1) Pemasangan Pipa (Tube)
- Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring digunakan untuk
mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat
menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.
- Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan
pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa endotrakhea akan
menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan
pernapasan.
mata).
2 = Membuka mata dengan rangsang nyeri (berikan rangsang nyeri, seperti menekan jari tangan
maupun kaki).
1 = Tidak ada respon.