DISUSUN OLEH :
Muhammad Said
NH0119040
KELAS A1
B. Etiologi
1. Obesitas
2. Usia
3. Jenis Kelamin
D. Manifestasi Klinis
Gejala lainnya yang dialami pasien OSAS pada malam hari adalah
gerakan motorik yang abnormal, mimpi buruk, perasaan sesak nafas
pada malam hari dan nokturia.
Gejala lain yang dialami pasien OSAS pada siang hari dapat
berupa nyeri kepala, merasa tidak segar saat bangun, perubahan
perilaku, penurunan konsentrasi, depresi, cemas, impotensi dan
penurunan libido. Semua gejala ini dapat menyebabkan penurunan
kualitas hidup pasien.
E. Diagnosis
1. Anamnesis Diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
Lingkar leher yang besar - Lebih dari 43 cm (17 inch) pada pria dan 37
cm (15 inch) pada wanita. Lingkar leher 40 cm atau lebih memiliki
sensitivitas 61% dan spesifisitas 93% untuk OSAS, terlepas dari jenis
kelaminnya.
Pemeriksaan Diagnostik
F. Penatalaksanaan
Efikasi dari CPAP biasanya baru mulai dirasakan setelah 2-7 hari. CPAP
diindikasikan pada pasien dengan Indeks Apnea-Hipopnea (AHI) >15
dan AHI <15 yang disertai dengan gejala diurnal hypersomnolence,
gangguan kognisi, gangguan mood, atau disertai dengan hipertensi dan
penyakit arteri koroner.
Pemberian Obat
Selain tata laksana berupa CPAP dan modifikasi gaya hidup, terdapat
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Larrain, et al yang menyatakan
bahwa kombinasi obat antara domperidone dan pseudoefedrin
bermanfaat dalam terapi pasien OSA. Kombinasi kedua obat tersebut
masih jarang digunakan dalam praktik sehari-hari, namun dilaporkan
dapat mengurangi dengkuran, rasa kantuk, episode apnea, dan
desaturasi oksigen selama tidur.
Pembedahan
Gejala neuropsikiatri
Uvulopalatopharynoplasty / UPPP
Trakeostomi
Terapi Suportif
G. Patofisiologi
Ukuran lumen faring yang dibentuk oleh otot dilator faring (m.
pterigoid medial, m. tensor veli palatini, m. genioglosus, m. geniohiod,
dan 16 m. sternohioid) yang berfungsi menjaga keseimbangan tekanan
faring pada saat terjadinya tekanan negatif intratorakal akibat kontraksi
diafragma. Kelainan fungsi control neuromuskular pada otot dilator
faring berperan terhadap kolapsnya saluran nafas. Defek kontrol
ventilasi di otak menyebabkan kegagalan atau terlambatnya refleks
otot dilator faring, saat pasien mengalami periode apnea-hipopnea.
3. Kelainan kraniofasial
H. Intervensi
Sediakan sleep apnea apparatus jika diperlukan.