PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
B. Usia
Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi OSAS yang tinggi pada
usia tua. Penelitian yang dilakukan Sleep Heart Health Study menunjukkan
bahwa 25% laki-laki dan 11% wanita memiliki AHI yang tinggi pada
kelompok umur 40-98 tahun. Puncak usia pasien yang terdiagnosis OSAS
pertama kali secara umum adalah pada usia 50 tahun. Namun demikian
hubungan antara usia dengan OSAS masih kontroversial karena banyaknya
faktor perancu dan penyakit-penyakit lain yang ikut mendasari terjadinya
OSAS.
C. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian epidemiologi melaporkan OSAS lebih sering terjadi
pada pria dibanding wanita. Selain itu, terdapat beberapa hipotesis yang
menjelaskan hubungan jenis kelamin dengan timbulnya OSAS antara lain
karena efek hormonal yang dapat mempengaruhi muskulatur saluran nafas
bagian atas, perbedaan distribusi lemak dan perbedaan struktur dan fungsi
faring.
3
merupakan faktor resiko timbulnya OSAS. Micrognatia dan retrognatia akan
menyebabkan palatum mole, lidah dan jaringan lunak sekitar faring
terdorong ke posterior sehingga saluran nafas akan menyempit. Selain itu,
posisi maksila yang terlalu posterior juga dapat menjadi faktor resiko
terjadinya OSAS. Hal ini terjadi karena palatum durum dan jaringan lunak di
sekitar faring terdorong ke posterior sehingga ukuran lumen saluran nafas
mengecil. Kelainan pada tulang hyoid dapat menyebabkan terjadinya OSAS.
Hyoid yang terlalu inferior akan menyebabkan lidah tertarik ke posterior
karena hyoid menjadi salah satu insersio dari otot-otot pembentuk lidah.
Kelainan pada tonsil yang merupakan salah satu jaringan limfoid di saluran
nafas atas dapat menyebabkan OSAS. Hipertrofi tonsil dapat menyebabkan
OSAS terutama pada anak.
4
pria dan 30% wanita dewasa mengeluh mengalami rasa mengantuk yang
berlebihan di siang hari. Epworth Sleepiness Scale (ESS) adalah kuisioner
yang mudah dan cepat untuk menilai gejala rasa mengantuk.
2.4 Patofisiologi
Pasien dengan OSAS mampu mempertahankan patensi saluran nafas bagian
atas selama bangun atau tidak tidur, karena peningkatan tonus otot saluran
nafas akibat input dari pusat kortikal yang lebih tinggi. Namun selama tidur
kolaps jalan nafas bagian atas terjadi pada saat inspirasi dan kadang-kadang
meningkatkan usaha bernafas. Pada anak lebih sering mengalami periode
obstruksi parsial saluran nafas yang berkepanjangan dan hipoventilasi
dibandingkan orang dewasa. Keadaan apnea lebih jarang pada anak dan
umumnya waktu lebih singkat daripada orang dewasa. Hipoksia dan
hiperkapnia terjadi akibat siklus obstruksi parsial atau total. Obstruktif apnea
menyebabkan peningkatan aktifitas otot-otot dilatators saluran nafas atas
sehingga mengakibatkan berakhirnya apnea. Pada anak dengan OSAS arousal
jauh lebih jarang, dan obstruksi parsial dapat berlangsung terus selama berjam-
jam tanpa terputus.
5
2.5 Pathway
Faktor Resiko
Keletihan
Penurunan
Inefektif
Ventilasi
Pola Nafas Resiko Intoleransi
Aktivitas
Hipoksemia, Hipoksia
Resiko Gangguan
Pertukaran Gas
Resiko
Gagal
Kurang Nyeri Tum-Bang
Pengetahuan
6
2.6 Komplikasi
7
Pasien dengan OSAS lebih mungkin mengaspirasi sekret dari respiratorik atas
yang dapat menyebabkan kelainan respiratorik bawah dan memungkinkan
terjadinya infeksi respiratorik. Keadaan ini dapat membaik setelah dilakukan
tonsilektomi dan/atau adenoidektomi. Beberapa anak dengan tonsil yang besar
mengalami disfagia atau merasa sering tercekik dan mempunyai risiko untuk
mengalami aspirasi pneumonia.
6. Gagal nafas dan kematian
Laporan kasus telah melaporkan adanya gagal nafas pada pasien dengan
OSAS yang berat atau akibat komplikasi perioperatif.
2.7 Pencegahan
8
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan untuk memperluas jalan
napas atas pada pasien dengan OSAS terdiri dari :
a. Operasi hidung.
b. Operasi palatum, dengan atau tanpa tonsilaktomi.
c. Operasi reduksi pangkal lidah.
d. Operasi maksilomandibular.
e. Trakheotomi
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum seringkali normal pada pasien dengan OSAS,
selain adanya obesitas, pembesaran lingkar leher, dan hipertensi. Lakukan
evaluasi saluran nafas bagian atas pada semua pasien, tetapi terutama pada
orang dewasa nonobese dengan gejala yang sejalan dengan OSAS. Temuan
pemeriksaan fisik yang mungkin adalah sebagai berikut:
Obesitas - indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30 kg / m2.
Lingkar leher yang besar - Lebih dari 43 cm (17 inch) pada pria dan
37 cm (15 inch) pada wanita. Lingkar leher 40 cm atau lebih memiliki
9
sensitivitas 61% dan spesifisitas 93% untuk OSAS, terlepas dari jenis
kelaminnya.
Skor Mallampati abnormal (meningkat).
Penyempitan dinding saluran nafas lateral, yang merupakan prediktor
independen dari adanya OSAS pada pria tetapi tidak pada wanita.
Tonsil yang membesar.
Retrognatia atau mikrognathia.
Langit-langit keras (palatum durum) melengkung tinggi.
Hipertensi arteri sistemik, muncul pada sekitar 50% dari pasien dengan
OSAS.
C. Pemeriksaan penunjang
Baku emas untuk diagnosis OSAS adalah melalui pemeriksaan tidur
semalam dengan alat polysomnography (PSG). Parameter-parameter yang
direkam pada PSG adalah electroencephalography (EEG), electrooculography
(pergerakan bola mata), electrocardiography (EKG), electromyography
(pergerakan rahang bawah dan kaki), posisi tidur, aktivititas pernafasan dan
saturasi oksigen. Karakteristik OSAS pada saat dilakukan PSG adalah
penurunan saturasi oksigen berulang, sumbatan sebagian atau komplit dari
jalan nafas atas (kadang-kadang pada kasus yang berat terjadi beberapa ratus
kali) yang disertai dengan ≥ 50% penurunan amplitudo pernafasan,
peningkatan usaha pernafasan sehingga terjadi perubahan stadium tidur
menjadi lebih dangkal dan terjadi desaturasi oksigen.
10
D. Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas b/d hipoksia
2. Gangguan ventilasi spontan b/d dispnea
11
2 Gangguan pertukaran - Agar pertukaran Pengkajian.
gas b/d Hipoksia Gas : pertukaran a. Pantau saturasi O2 dengan
CO2 atau O2 di oksimeter nadi.
alveolar untuk b. Pantau hasil gas darah.
mempertahankan c. Observasi terhadap sianosis,
konsentrasi Gas terutama membran mukosa.
darah arteri. Pendidikan Pasien/Keluarga.
- Gangguan d. Jelaskan penggunaan alat
pertukaran Gas akan bantu yang diperlukan.
terkurangi yang Aktivitas Kolaboratif.
dibuktikan dengan e. Konsultasikan dengan
status pernafasan : dokter tentang kebutuhan
ventilasi tidak akan pemeriksaan gas darah
bermasalah. arteri (GDA) dan
- Status pernafasan : pengguanaan alat bantu yang
pertukaran Gas dianjurkan sesuai dengan
tidak akan adanya perubahan kondisi
terganggu dengan pasien.
indicator gangguan. f. Laporkan perubahan
sehubungan dengan
pengkajian data.
g. Berikan obat yang
diresepkan untunk
mempertahankan
keseimbangan asam-basa.
Aktivitas Lain.
h. Atur posisi untuk
memaksimalkan potensiaal
ventilasi.
i. Atur posisi untuk
mengurangi dispeneu.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) adalah gangguan
pernapasan saat tidur yaitu menurun atau berhenti total aliran udara
pernapasan beberapa saat. Menurut American Academy of Sleep
Medicine, hal tersebut terjadi ketika otot-otot rileks selama tidur
menyebabkan kelumpuhan jaringan lunak dan menghalangi jalan nafas
atas yang kemudian menyebabkan pengurangan sebagian (hypopneas)
dan jeda lengkap (apnea) bernafas yang berlangsung setidaknya 10
detik saat tidur.
Faktor resiko dari OSAS :
a. Obesitas
b. Usia
c. Jenis Kelamin
d. Ukuran lingkar leher
e. Kelainan struktur saluran nafas bagian atas
Keadaan apnea lebih jarang pada anak dan umumnya waktu lebih
singkat daripada orang dewasa. Hipoksia dan hiperkapnia terjadi akibat
siklus obstruksi parsial atau total. Obstruktif apnea menyebabkan
peningkatan aktifitas otot-otot dilatators saluran nafas atas sehingga
mengakibatkan berakhirnya apnea.
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para
pembaca khususnya mahasiswa dapat lebih mengetahui dan memahami
tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Obstructive sleep
apnea syndrome (OSAS). Sehingga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan bisa mengaplikasikannya dalam dunia
keperawatan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Carroll JL, Loughlei GM. Diagnostic criteria for obstructive sleep apnea syndrome in
children. Pediatr Pulmonol 1992.
Deegan MN. Clinical prediction rules in obstructive sleep apnea syndrome. Eur
Respir J 1997.
Schechter MS, Technical report: Diagnosis and management of childhood obstructive
sleep apnea syndrome.Pediatrics 2002
Antariksa B. Patogenesis, diagnostik dan skrining OSA (obstructive sleep apnea).
Available from: http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/OSA% 20.
Accessed agustus, 13,2019.
14