Anda di halaman 1dari 6

RESUME

MASALAH (PHLEBITIS) KESEHATAN ANAK PADA SISTEM


PELAYANAN KESEHATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu :
Dr. Atik Ba’diah, S.Pd, S.Kp, M.Kes

Oleh:

Muhammad Jauhar Ridho

P07120520024

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


2020
A. MASALAH (PHLEBITIS) KESEHATAN ANAK PADA SISTEM PELAYANAN
KESEHATAN
1. KONSEP PHLEBITIS
Plebitis adalah peradangan pada intima yang mempunyai ciri khas nyeri, bengkak
sepanjang kanul vena, kemerahan, panas dan terbentuknya pembuluh darah yang
menonjol. Tiga tipe plebitis yaitu mekanikal, kimiawi dan bakterial (INS, 2011;
Douhgerty, Lister & West-Oram, 2015). Kejadian plebitis merupakan salah satu
indikator mutu layanan keperawatan. Standar mutu kejadian plebitis yang
direkomendasikan yaitu kurang dari 154 Carolus Journal of Nursing, Vol. 1 No. 2, 2019
5 % (INS, 2006) sedangkan Central Line Associated Bloodstream Infections (CLABSIs),
menetapkan rata-rata infeksi 0 % (INS 2011).
Phlebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia
maupun mekanik. Hal ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan
hangat disekitar daerah penusukan atau sepanjang vena dan pembengkakan ( Brunner
dan suddarth, 2013 dalam ).
Menurut standar Infusion Nurse Society, angka kejadian flebitis yang masih dapat
diterima adalah ≤5%. Jika lebih dari itu, perlu dilakukan analisis data terkait derajat
flebitis dan kemungkinan penyebab untuk menyusun rencana perbaikan. Pada penelitian
ini didapatkan angka kejadian flebitis sebesar 0,98%, namun diperkirakan masih ada
kasus flebitis pada pasien anak yang tidak dilaporkan ataupun belum tercatat dalam
rekam medis (Bunga, 2018).
Tromboflebitis vena perifer akibat infus digambarkan sebagai adanya edema,
kemerahan, dan perlunakan vena. Sebagian besar peneliti mendiagnosis tromboflebitis
berdasarkan 2 atau lebih gejala, antara lain nyeri, teraba lunak, hangat, kemerahan,
bengkak, dan vena teraba menonjol. (Bunga, 2018).
Komplikasi pemasangan kateter intravena perifer lebih sering pada anak
dibandingkan pada dewasa. Anak memiliki karakteristik fisik dan sikap yang dapat
menyulitkan pemasangan dan perawatan kateter intravena perifer. Karakteristik tersebut
antara lain: vena berdiameter kecil, tidak mampu berkomunikasi, sistem imun yang
belum sempurna serta aktivitas dan perilaku yang tidak bisa diprediksi. (Bunga, 2018).
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PLEBITIS
Hasil penelitian Bunga (2018) menunjukkan Dari 3037 anak yang menjalani rawat
inap dan diberi terapi intravena di bangsal RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode
1 Januari 2014-31 Desember 2016, sejumlah 30 anak terdiagnosis flebitis (0,98%).
Jumlah tersebut merupakan 64% dari 220 kasus flebitis yang didapatkan di bangsal
rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada periode tersebut. Dari 30 pasien tersebut 16 anak
berjenis kelamin perempuan (53,33%), di mana 9 anak (30%) berusia 11-14 tahun.
Pasien dengan status gizi baik sebanyak 22 anak (73,33%) dan gizi buruk sebanyak 5
anak (16,67%). Lama rawat inap terutama adalah lebih dari 14 hari yakni sejumlah 10
anak (33,33%). Pasien yang meninggal saat rawat inap sejumlah 5 anak (16,67%),
sisanya pulang dalam kondisi sembuh atau dalam perbaikan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi kejadian flebitis antara lain: durasi
terpasangnya kateter vena, bahan kateter, ukuran kateter, dan jenis infus yang
dimasukkan. Faktor lain berkaitan dengan pasien seperti jenis kelamin, pemasangan pada
ekstremitas bawah, serta adanya penyakit penyerta lain juga berperan dalam risiko
terjadinya flebitis. (Bunga, 2018)
Usia merupakan salah satu faktor risiko penting dalam terjadinya flebitis pada anak;
hal ini karena vena anak-anak lebih kecil, rapuh, dan rentan terhadap tekanan
intraluminal. Penentuan lokasi pemasangan kateter pada anak juga menjadi masalah
tersendiri. Komplikasi paling sering terjadi pada kelompok usia anak di bawah 3 tahun
(67,7%) dan paling jarang pada anak usia lebih dari 10 tahun (33,3%). Tripathi, et al,
menunjukkan bahwa infiltrasi akibat pemasangan infus paling sering pada kelompok
umur kurang dari 1 tahun dibanding kelompok umur lain. Pada penelitian Bunga (2018)
kejadian flebitis terbanyak pada usia 11-14 tahun (30%), diikuti usia 0-1 tahun sebesar
26,67%.
Pada penelitian Bunga (2018) angka kejadian flebitis terbanyak sebesar 33,33%
pada pasien dengan lama perawatan lebih dari 14 hari. Hal ini sejalan dengan penelitian
Indiyah (2019) yang menunjukkan ada hubungan signifikan antara lamanya pemasangan
dengan phlebitis. Semakin bertambah jumlah hari semakin naik presentase kejadian
phlebitis.
Adanya penyakit yang mendasari seperti kanker atau imunodefisiensi juga dapat
meningkatkan risiko tromboflebitis. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Bunga
(2018) bahwa kasus flebitis anak terbanyak didapatkan pada pasien dengan keganasan
hematologi (30%). Kelainan hematologi seperti anemia juga dialami oleh 26,67% pasien
anak dengan flebitis tersebut.
Penelitian Lanbeck, et al (dalam Bunga, 2018), pada 550 pasien 1386 kateter vena
perifer menunjukkan bahwa berbagai antibiotik memiliki potensi menyebabkan flebitis
yang berbeda. Pada penelitian tersebut insidens flebitis dengan penggunaan antibiotik
sebesar 18,5%, sedangkan tanpa antibiotik sebesar 8,8%. Dikloksasilin dan eritromisin
paling cenderung menyebabkan flebitis. Bensilpenisilin, sefuroksim, dan kloksasilin juga
dihubungkan dengan risiko flebitis, sebaliknya ampisilin, imipenem, klindamisin,
metilmisin, dan vankomisin tidak dijumpai memiliki risiko flebitis. Pada penelitian
Bunga (2018) 73,33% pasien anak dengan flebitis mendapat terapi antibiotik
sebelumnya; lebih dari separuh jumlah tersebut (54,54%) mendapat terapi 2 macam
antibiotic
Hasil Penelitian Indiyah (2019) menunjukkan pengetahuan perawat menunjukkan
bahwa ada hubungan dengan kejadian plebitis. Pengetahuan perawat tentang prosedur
secara teori dan aplikasinya harus dikuasai dan terus mengikuti perkembangan IPTEK
dalam hal peralatannya (model, ukuran, jenisnya) maupun berbagai jenis cairan infus
dan terapi intravena. Pemasangan infus merupakan salah satu prosedur invasif dan
banyak dilakukan di unit keperawatan anak akan senantiasa dilakukan oleh perawat
dengan aman dan penting menjadi perhatian serius dalam upaya mencegah komplikasi
antara lain plebitis.
Tindakan pemasangan infus merupakan tindakan kolaborasi tim medik. Perawat
harus dibekali dengan pengetahuan yang komprehensif tentang pemasangan infus dari
aspek mekanik, kimiawi, bakterial maupun sesuai kondisi pasien sehingga mampu
mencegah dampak yang dapat terjadi. Selain keterampilan juga diutamakan, maka
pemasangan infus pada anak-anak khususnya harus dilakukan oleh perawat yang sudah
berpengalaman. Perawat 24 jam bersama pasien, diharapkan melakukan SOP tentang ini
secara bertanggung jawab. Pengetahuan perawat yang baik tentang kejadian plebitis
mendukung kemampuan untuk melakukan deteksi dini tanda awal dari kejadian plebitis
dan berbagai upaya pencegahannya. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka aspek
pengetahuan baik dalam penelitian ini menjadi determinan kedua. (Indiyah, 2019)
Perilaku perawat yang profesional mampu meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit dalam hal pemberian terapi intravena. Prioritas prinsip tindakan keperawatan untuk
deteksi dini kejadian plebitis meliputi pengenceran obat sesuai ketentuan yang
ditetapkan, lama pemberian obat, keteraturan obat masuk, pencegahan dampak
pemberian obat secara bolus dan senantiasa memperhatikan lokasi insersi pemberian
obat. Rekomendasi lainnya yang dapat diberikan adalah meningkatkan pengetahuan
perawat praktisi melalui inservice training tentang berbagai terapi intravena dan
pemberiannya, peralatan yang digunakan berkaitan terapi intra vena yang terus
berkembang/modifikasi dalam modelnya dan kemampuan deteksi dini tanda gejala
kejadian plebitis dan upaya pencegahannya. (Indiyah, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Indiyah, Sri. dan Irma Yunaningsih. 2019. Faktor Resiko Determinan Terhadap Kejadian
Plebitis pada Pasien Anak Yang Dipasang Infus. Carolus Journal of Nursing Vol. 1 No.2

Bunga, Gita Hening dan Suci Widhiati. 2018. Profil Flebitis pada Anak: Studi di Instalasi
Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Cermin Dunia Kedokteran Vol. 45 No. 8

Anda mungkin juga menyukai