Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma kandung empedu merupakan karsinoma yang jarang, kurang dari


1% dari seluruh kanker di Amerika Serikat.1 Karsinoma kandung empedu lebih sering
dijumpai pada wanita dibandingkan pada laki-laki ( 3-4 banding 1),2,3 lebih dari 50%
pasien berusia diatas 50 tahun atau lebih tua pada saat diagnosis ditegakkan. Tumor
dari kandung empedu adalah jarang terjadi baik itu yang jinak ataupun yang ganas.
Rata-rata 2 % dari seluruh kanker ditemukan pada autopsi. Adenoma jinak atau
papiloma secara nyata jarang terjadi dibandingkan dengan tumor ganas.
Kolangiokarsinoma adalah tumor primer yang paling penting dari kandung empedu
dan dapat melibatkan diantara intrahepatik atau ekstrahepatik kandung empedu. 2,3,4
Kolelitiasis telah terbukti sebagai faktor resiko dalam terbentuknya
karsinoma kandung empedu, dan batu empedu dijumpai dalam 74-92% kasus. Batu
empedu menyebabkan iritasi kronik dan peradangan pada kandung empedu yang
menyebabkan displasia mukosa dan berakibat karsinoma. Selain batu empedu, faktor
resiko lain adalah kelainan kongenital, kelainan gastrointestinal, bahan kimia dan
infeksi terutama yang disebabkan oleh Salmonella Typhi.5
Secara mikroskopis, sebagian besar karsinoma kandung empedu adalah
adenokarsinoma dengan menunjukkan diferensiasi yang bervariasi.2 Adenokarsinoma
dapat dibagi menjadi berdiferensiasi baik, sedang dan buruk3,6,7
Pengobatan dari karsinoma kandung empedu adalah pembedahan yang
tergantung pada tingkat penyakit.2 Prognosis tergantung kepada pada tingkat penyakit
dan tipe histologi.7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Karsinoma kandung empedu merupakan tumor ganas epitelial dengan perubahan


pada kelenjar yang berasal dari kandung empedu. Tumor ganas primer kandung
empedu adalah jenis adenokarsinoma dengan penyebaran invasif langsung kedalam
hati dan porta hati. 1

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat dengan panjang
sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol
sedikit ke luar tepi hati, di bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral musculus rektus
abdominalis. Sebagian besar korpus menempel dan tertamam di bagian dalam
jaringan hati. Kandung empedu tertutu seluruhnya oleh lipatan peritoneum visceral.
Infundibulum kandung empedu longgar, karena tidak terfiksasi ke permukaan hati
oleh lapisan peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat
bendungan oleh batu, maka bagian infundibulum menonjol seperti kantong dan
disebut kantong Hartmann. Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3
mm. dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral
Heister, yang memudahkan cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung
empedu tetapi menahan aliran keluarnya.8

Saluran empedu ekstra hepatic terletak di dalam ligamentum hepatoduodenale


dengan batas atas porta hepatik sedangkan batas bawahnya distal papilla Vater.
Bagian hulu saluran empedu intrahepatik bermuara ke saluran yang paling kecil yang
disebut kanalikulus empedu yang yang meneruskan curahan sekresi empedu melalui
duktus interlobaris ke duktus lobaris, dan selanjutnya ke duktus hepatikus di hilus.9

Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm. panjang
duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara duktus
sistikus. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum menembus jaringan
pancreas dan dinding duodenum membentuk papilla Vater yang terletak di sebelah
medial dinding duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter Oddi (m.
sfingter ampula hepatikopankreatika), yang mengatur aliran empedu ke dalam
duodenum. Duktus pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang sama dengan
duktus koledokus di dalam ampula Vater, tetapi dapat pula terpisah.9

Variasi anatomi kandung empedu, saluran empedu dan pembuluh arteri yang
memperdarahi kandung empedu dan hati sering ditemukan. Variasiseperti ini, yang
kadang ditemukan dalam bentuk luas, perlu diperhatikan oleh ahli bedah untuk
menghindari komplikasi pembedahan seperti perdarahan atau cedera pada duktus
hepatikus atau duktus koledokus.9

Gambar 2.1 Anatomi Kandung Empedu


Salah satu fungsi hati adalah untuk memproduksi cairan empedu,
normalnya antara 600-1200 ml/hari. Kandung empedu (vesica fellea) berperan
sebagai reservoir empedu dan mampu menyimpan sekitar 45-50 ml cairan
empedu. Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara di dalam
kandung empedu, dan di sini akan mengalami proses pemekatan. Fungsi primer
dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan
natrium. Kandung empedu mampu memekatkan zat terlarut yang kedap, yang
terkandung dalam empedu hepatik 5-10 kali dan mengurangi volumenya 80-90%.
Untuk membantu proses pemekatan cairan empedu ini, mukosa vesica fellea
mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan.
Sehingga permukaanya tampak seperti sarang tawon. Sel-sel thorak yang
membatasinya juga mempunyai banyak mikrovilli. Empedu dibentuk oleh sel-sel
hati dan ditampung di dalam kanalikuli. Cairan ini kemudian disalurkan ke
duktus biliaris terminalis yang terletak di dalam septum interlobaris. Saluran ini
kemudian keluar dari hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri. Kemudian
keduanya membentuk duktus biliaris komunis. Pada saluran ini sebelum
mencapai doudenum terdapat cabang ke kandung empedu yaitu duktus
sistikus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu sebelum
disalurkan ke duodenum.10

III. ETIOLOGI
a. Riwayat penyakit keluarga dengan fibrosis kongenital:
 hepatic fibrosis kongenital
 kista koledokus
 polikistik liver
b. Parasit
 Clonorchis sinensis
 Opisthorchis viverrini yang ditemukan di thailand, laos dan Malaysia
barat.
c. Batu empedu dan hepatolitiasis, resiko exstrahepatik kanker kandung empedu
diturunkan hingga 10 tahun atau lebih setelah kolesistektomi.
d. Sklerosis kolangitis primer.
e. Kolitis ulserative.
f. Zat-zat beracun:
 Thorium dioxide (thorotrast)
 Radionuclides
 Carcinogens (eg, arsenic, dioxin, nitrosamines, polychlorinated
biphenyls)
g. Obat-obatan:
 Kontrasepsi oral.
 Metildopa
 Isoniazid

h. Tipoid kronik yang karier mempunyai angka kejadian yang lebih besar dari
kanker hepatobilier, yang meliputi kolangiokarsinoma.

i. Sirosis kandung empedu.

IV. EPIDEMIOLOGI

Karsinoma kandung empedu merupakan karsinoma yang jarang, kurang dari 1%


dari seluruh kanker di Amerika Serikat.1 Karsinoma kandung empedu lebih sering
dijumpai pada wanita dibandingkan pada laki-laki ( 3-4 banding 1),2,3,5 lebih dari
50% pasien berusia diatas 50 tahun atau lebih tua pada saat diagnosis ditegakkan.2,3,4
Dengan usia rata-rata lebih dari 65 tahun.3

Prevalensi tinggi dilaporkan dari Meksiko, Bolivia, Chile, Israel dan Jepang
timur. Juga dilaporkan pada kelompok dengan meningkatnya prevalensi dari
cholelithiasis ( Native Americans dan Hispanic Americans) memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya karsinoma kandung empedu. Di Indonesia, kolelitiasis baru
mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih
terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan.5

V. PATOFISIOLOGI KARSINOMA VESICA FELLEA

Tumor kandung empedu disebabkan oleh karena sumbatan dari kandung empedu
dengan stasis bilier dan menyebabkan penurunan fungsi hati. Sumbatan pada bilier
menyebabkan disfungsi hepatoseluler, malnutrisi yang progresif, koagulopathi,
pruritus, disfungsi ginjal dan kolangitis. Inflamasi yang sangat lama dengan
perkembangan dari peradangan yang kronis adalah poss akhir dari proses
pembentukan tumor pada kandung empedu. Organisme parasit yang memacu
perubahan DNA dan mutasi memacu produksi karsinogen dan radikal bebas dan
stimulasi dari proliferasi sel pada epitel kandung empedu, yang menyebabkan kanker.
Bakteri dapat memacu adanya zat endogen, derivate karsinogen garam empedu,
seperti lithocholate, juga merupakan implkasi dari patogenesis. Hal ini didukung oleh
penelitian epidemiologi pada penderita typoid. Karsinoma kandung empedu jarang
ditemukan dan biasanya didapat pada usia lanjut. Kebanyakan berhubungan dengan
batu kandung empedu. Resiko keganasan sesuai dengan lamanya menderita batu
kandung empedu. Tumor ganas primer kandung empedu adalah jenis adenokarsinoma
dengan penyabaran invasive langsung ke dalam hati dan porta hati. Metastasis terjadi
ke kelenjar getah bening regional, hati, dan paru. Kadang karsinoma ditemukan
secara tidak sengaja sewaktu melakukan kolesistektomi untuk kolelitiasis, dan sering
telah terjadi penyebaran. 3,5

Klasifikasi:

Adenocarcinoma Papillary
Tipe ini merupakan adenokarsinoma berdiferensiasi baik yang terdiri dari
struktur villous dan papiller dimana terkadang membentuk cabang atau seperti daun
pakis yang dilapisi oleh epitel atypik dengan sedikit atau tanpa fibrovascular core.
Sel-sel berbentuk kuboid atau kolumnar dengan tingkatan atypia yang bervariasi, inti
yang hiperkhromatik dengan nukleoli yang prominent, gambaran mitotik dan N/C
ratio yang meningkat. Jumlah produksi musin yang bervariasi, metaplasia intestinal
dengan sel-sel goblet, sel-sel endokrin dan sel-sel panet juga dapat dijumpai. Tumor
dapat tumbuh intraluminal dan dapat menjadi sangat besar sebelum berinvasi ke
lapisan lebih dalam pada dinding kandung empedu.6,7

Adenokarsinoma, tipe intestinal


Tumor ini merupakan adenokarsinoma yang berdiferensiasi baik yang terdiri
dari kelenjar-kelenjar bentuk tubular yang dilapisi oleh sel-sel kolumnar tinggi
dengan sel-sel goblet yang banyak dan terkadang dijumpai sel-sel paneth dan sel-sel
endokrin. 3,6,7,12

Adenokarsinoma, tipe Gastric Foveolar


Merupakan neoplasma yang jarang yang terdiri dari kelenjar yang dilapisi
oleh gastric foveolar type (sel kolumnar, inti di basal,dan sitoplasma dipenuhi oleh
mukus).6

Adenokarsinoma, tipe clear cell


Merupakan tipe yang sangat jarang, dominan terdiri dari glycogen rich clear
cells yang memiliki batas sitoplasma yang jelas dan inti yang hiperkhromatik. Tumor
ini tumbuh dalam lembaran, nodul, struktur papiller dan batang-batang. 6,7,12

Adenokarsinoma, tipe mucinous


Karsinoma musinous didefinisikan sebagai tumor yang terdiri dari lebih dari
50% musin ekstraselular. Sering merupakan massa gelatinous pada dinding kandung
empedu. Tumor ini dapat menunjukkan satu dari dua gambaran histologi
1) Genangan dari musin dengan sel-sel yang mengapung di tengah atau

2) genangan musin yang dilapisi oleh epitel ganas. Stroma fibrous sering
mengelilingi genangan musin. Musin yang banyak menyebabkan tumor
ini terlihat hiposelular.Terkadang gambaran adenokarsinoma dengan
differensiasi baik atau sedang yang klasik juga dapat dijumpai.3,6,7,12
Squamous cell carcinoma
Squamous cell carcinoma merupakan 1% dari semua keganasan tumor pada
kandung empedu. Terdiri dari sel-sel skuamous, dapat berupa tipe keratinizing dan
non keratinizing3,7

Adenosquamous Carcinoma
Tumor ini terdiri dari dua komponen malignan yaitu kelenjar dan skuamous.
Perubahan dari kedua komponen ini bervariasi, tetapi secara umum merupakan
berdiferensiasi sedang. Keratin pearls sering dijumpai pada komponen skuamous dan
sering dijumpai musin pada pada komponen kelenjar.7

Signet Ring Cell Carcinoma


Terdiri dari sel-sel yang mengandung musin intrasitoplasma sehingga
mendorong inti ke arah pinggir. Jumlah yang bervariasi dari musin ekstraselular
biasanya dijumpai.7

Undifferentiated Carcinoma
Undifferentiated carcinoma memiliki karakteristik tidak dijumpai struktur
kelenjar pada tipe ini. Tipe ini memiliki 4 variant gambaran histologi 1)
Undiffferentiated carcinoma, spindle and giant cell type. Merupakan varian yang
sering dijumpai dan menyerupai sarkoma. Terdiri dari jumlah yang bervariasi dari
sel-sel spindle, giant dan poligonal, tetapi fokus dari kelenjar-kelenjar yang
berdiferensiasi baik biasanya dijumpai. Area dari skuamous juga dapat dijumpai.
Jarang dijumpai fokus dari osteoclast-like multinucleated giant cell. 2)
Undifferentiated carcinoma with osteoclast giant cells. Terdiri dari sel-sel
mononuklear dan osteoclast-like giant cell menyerupai giant cell tumour of bone. 3)
Undifferentiated carcinoma, small cell type. Tumor terdiri dari lembaran dari sel-sel
bentuk bulat dengan inti yang vesikular dan anak inti yang menonjol terkadang
mengandung musin pada sitoplasma. 4) Undifferentiated carcinoma, nodular or
lobular type. Terdiri dari nodul atau lobulus yang berbatas jelas dari sel-sel tumor,
menyerupai karsinoma payudara.7

Small Cell Carcinoma


Small cell carcinoma merupakan sekitar 4% dari karsinoma kandung empedu.
Gambaran histologi yang menyerupai gambaran histologi pada paru. Small cell
carcinoma merupakan tumor yang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi, meskipun
demikian tumor ini memiliki respon yang baik terhadap kemotherapi. Terkadang
dapat bercampur dengan elemen squamous, kelenjar atau clear cell.3

Carcinosarcoma
Tumor ganas ini terdiri dari dua komponen yaitu carcinomatous dan
sarcomatous . Elemen epitel biasanya dominan dan membentuk kelenjar tetapi dapat
pula membentuk batangan atau lembaran. Fokus dari sel skuamous ganas terkadang
dijumpai. Komponen mesenkim terdiri dari fokus elemen yang heterolog seperti
chondrosarcoma, osteosrcoma dan rhabdomyosarcoma.7

Histokimia dan Imunohistokimia


Musin yang dijumpai pada karsinoma kandung empedu bervariasi banyaknya
dan khususnya tipe sialomusin, dimana pada keadaan normal, peradangan dan
obstruksi musin yang dihasilkan adalah dominan tipe sulfomusin.2 Musin positif
ditunjukkankan oleh pewarnaan d-PAS (PAS dengan diathase), mucicarmin, dan
Alcian Blue.6
Pewarnaan imunohistokimia dengan menggunakan keratin memberikan pewarnaan
positif kuat. Pewarnaan keratin yang sering dipergunakan pada karsinoma kandung
empedu dan duktus kandung empedu ekstrahepatik adalah CK7+/CK20+, dimana
peripheral (intrahepatic) cholangiocarcinoma memberikan warna CK7+/CK20-.
Marker lain yang dapat dipergunakan pada adenokarsinoma kandung empedu adalah
EMA, CEA dan terkadang Alpha Feto Protein.2
Stage tumor:
Stage dibentuk dengan tumor (primer), nodul (limfe regional), metastasis
(perpindahan).
 T1 – Tumor pada mukosa
 T2 – Tumor menginvasi pada jaringan periduktus
 T3 - Tumour menginvasi struktur yang lebih luas.
 N0 – Tidak melibatkan kelenjar limfe regional.
 N1 – Melibatkan kelenjar limfe regional
 M0 – Tidak ada metastasis jauh.
 M1 – adanya metastasis jauh.
Stage:
 Stage I - T1, N0, M0
 Stage II - T2, N0, M0
 Stage III - T1-2, N1, M0
 Stage IVA - T3, N0-1, M0
 Stage IVB - T1-3, N0-1, M1

VI. MANIFESTASI KLINIS

Diagnosis dari karsinoma kandung empedu biasanya didiagnosa secara insidental


yang disebabkan oleh gejala peradangan yang berhubungan dengan kolelithiasis atau
kolesistitis. Sebagian besar pasien karsinoma kandung empedu dijumpai pada
penyakit yang sudah lanjut. Tanda dan gejala dari karsinoma kandung empedu tidak
spesifik.3,11 Manifestasi klinik yang sering dijumpai adalah nyeri pada perut kuadran
atas kanan dan penurunan nafsu makan, mual dan muntah,intoleransi terhadap
lemak.12

Hanya 20-25% pasien dengan batu empedu yang menunjukkan gejala klinia.
Biasa batu empedu dijumpai ketika dilakukan pemeriksaan USG dan dijumpai
asimtomatik pada 80% pasien. 12
1. Kolik bilier Kolik yang diakibatkan oleh obstruksi transien dari batu empedu
merupakan keluhan utama pada 70-80% pasien. Nyeri kolik disebabkan oleh spasme
fungsional di sekitar lokasi obstruksi. Nyeri kolik mempunyai karakteristik spesifik;
nyeri yang dirasakan bersifat episodik dan berat, lokasi di daerah epigastrium, dapat
juga dirasakan di daerah kuadran kanan atas, kuadran kiri, prekordium, dan abdomen
bagian bawah. Onset nyeri tiba-tiba dan semakin memberat pada 15 menit pertama
dan berkurang hingga tiga jam berikutnya. Resolusi nyeri lebih lambat. Nyeri dapat
menjalar hingga region interskapular, atau ke bahu kanan. 12

2. Kolesistitis kronik diagnosis yang tidak pasti yang ditandai dengan nyeri perut atas
kanan yang bersifat intermiten, distensi, flatulens, dan intoleransi makanan berlemak,
atau apabila mengalami kolesistitis episode ringan yang berulang. 12

3. Kolesistitis obstruktif akut Ditandai dengan nyeri konstan pada hipokondrium


kanan, pireksia, mual , dapat atau tidak disertai dengan jaundice, Murphy sign positif
(nyeri di kuadran atas kanan), leukositosis. 12

4. Kolangitis Ditandai dengan nyeri abdominal, demam tinggi, obstruktif jaundice


(Charcot’s triad), nyeri hebat pada kuadran atas kanan. 12

5. Jaundice obstruktif ditandai nyeri abdominal atas, warna feses pucat, urin berwarna
gelap seperti teh pekat, dan adanya pruritus. Jaundice obstruktif dapat berujung ke
kolangitis bila saluran bersama tetap terjadi obstruksi. 12

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium:
a. Tes fungsi hati
 Hasil pada fungsi tes hati menunjukkan adanya kolestasis pada pasien dengan
tumor kandung empedu. Naik turunnya kadar serum menunjukkan adanya
obstruksi yang tidak lengkap atau hanya melibatkan satu duktus hepatikus. 12
 Pada obstruksi yang tidak lengkap, bilirubin serum naik. Alkalin fosfatase
serum dan gamma glutamine transferase juga mengalami kenaikan karena
adanya kandung empedu yang mengalami peradangan. Penyebab ikterus yang
tergolong prehepatik akan menyebabkan peningkatan bilirubin indirek.
Kelainan intrahepatik dapat berakibat hiperbilirubin indirek maupun direk.
Kelainan posthepatik dapat meningkatkan bilirubin direk.12
 Asparat aminotransferase serum dan alanin aminotransferase, yang
menunjukkan adanya kerusakan sel hepar, biasanya meningkat sedang. 12
b. Gambaran darah secara menyeluruh menunjukkan adanya:
 Pasien biasanya anemia.
 Jumlah leukosit mungkin normal-tinggi.
c. Alfa-fetoprotein biasanya normal dan tidak mengalami kenaikan.
d. Mitokondria antibody serum tes juga menunjukkan hasil yang negatif.
e. Feses terlihat pucat dengan disertai darah.

Pemeriksaan Radiologis:
 Ultrasound pada hati adalah pemeriksaan pilihan pada pasien dengan jaundis
obstruksi dan biasanya menunjukkan dilatasi duktus biliaris intrahepatik. 12
 CT scan pada abdomen menunjukkan adanya dilatasi bilier intrahepatik dan
atropi lobus, tetapi massa tumor biasanya sulit untuk ditunjukkan. Kalsifikasi
biasanya ditemukan. CT scan sangat berguna untuk mendiagnosis tingkat
obstruksi pada hamper seluruh pasien, dan diagnosis spesifik dimungkinkan
pada 78 % pasien. 12
 Spiral CT scan juga merupakan cara analisis yang akurat yang menunjukkan
vaskuler dan anatomi kandung empedu pada hilus. 12
 Digital subtraction angiography (DSA) berguna sebelum diadakan tindakan
operasi yang menunjukkan adanya anatomi pada arteri hepatica dan vena
porta. 12
 Kolangiografi di indikasikan pada pasien dengan kolestatik dengan kandung
empedu yang tidak mengalami dilatasi, ketika diagnosis masih dalam keragu-
raguan. Pemilihan pemeriksaan dengan kolangiografi tergantung pada tetak
dari tumor. 12
 Endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP) yang memiliki
sensitivitas lebih tinggi. Teknik ini memiliki sensitivitas 90 persen dalam
mendeteksi batu di saluran empedu. 12

Pemeriksaan Histologi

Pada kasus tumor kandung empedu, 95 % adalah adenokarsinoma, tumor


dapat berupa noduler, papiler atau dapat menunjukkan adanya striktur. Diagnosis dari
kanker kandung empedu ditegakkan dengan penemuan yang positif pada 2 dari 3
indikator, reaksi pasitif CEA, ukuran inti yang bervariasi, dan pembentukan dari
lumen intra sitoplasmik yang distensi. Invasi neurologis pada penemuan histologi
menunjukkan adanya kanker pada kandung empedu. 12

VIII. PENATALAKSANAAN

Pengobatan dari karsinoma kandung empedu adalah pembedahan yang tergantung


pada tingkat penyakit. Nevin et al merekomendasikan hanya cholecystectomy pada
stage I dan II, pembedahan radikal ( termasuk righ hepatic lobectomy dan
lymphadectomy) pada stage III dan IV dan hanya paliatif pada stage V. Penulis lain
merekomendasikan pendekatan yang lebih agresif untuk stage II karena merupakan
insiden tinggi dari locoregional disease setelah hanya dilakukan cholecystectomy.2

1. Terapi medik diindikasikan pada pasien dengan pasien dengan kondisi umum
yang tidak baik untuk prosedur operasi dan pasien dengan tumor yang tidak
bisa diangkat.
2. Teknik endoskopi pada sumbatan meliputi spingterektomi, dilatasi balon pada
striktur.
3. Endoprostetik transhepatik insersi perkutan juga menunjukkan keberhasilan,
tetapi meningkatkan komplikasi.
4. Kemoterapi telah dicoba pada pasien tetapi tidak menunjukkan keuntungan.
5. Radio terapi intraoperative menggunakan sten bilier dengan iridium (Ir 192),
radium, atau cobalt (Co 60), radioimunoterapi menggunakan sodium iodide (I
131). Radioterapi internal bisa dikombinasikan dengan drainase bilier, tetapi
kemajuannya belum terbukti.

Terapi pembedahan:

Indikasi pembedahan meliputi:


 Tidak ada metastasis ke hati, tidak ada karsinomatosis dan tidak ada perluasan
ke vaskuler.
 Pasien yang mempunyai keadaan umum yang baik.

Kontraindikasi:
 Jika tumor telah meluas ke vena porta atau arteri hepatica.
 Metastasis yang melibatkan paritonel yang difus.
 Invasi vaskuler.
 Pasien yang mempunyai resiko tinggi pada anestesi general dan pembedahan
karena kondisi umum kesehatannya.

Reseksi adalah perawatan yang terbaik dan paliasi yang terbaik. Keuntungan dari
reseksi meliputi kemungkinan sembuh untuk jangka waktu yang lama, terutama pada
pasien dengan tumor bagian distal. Reseksi adalah paliasi yang paling baik dari
terjadinya komplikasi infeksi. Tipe prosedur pembedahan tergantung pada lokasi dan
perluasan dari penyakit. Tumor proksimal (Klatskin tumor) dapat dimanage dengan
teknik yang bervariasi, meliputi:
 Pasien dengan tumor perihiler, tanpa invasi vascular, dapat dengan eksisi
local.
 Tumor tipe III dengan lobektomi hepar kanan atau kiri.

Reseksi pada kandung empedu, mungkin dapat dikombinasikan dengan reseksi


hepar, rekontruksi dapat dilakukan dengan unilateral atau bilateral
hepatikojejunostomi dengan menggunakan stents transhepatik. Tumor kandung
empedu yang moderat dapat dimanage dengan reseksi kandung empedu dan
rekontruksi Roux-en-Y. Tumor yang tidak dapat direseksi dapat di manage dengan
kolesistektomi, Roux-en-Y hepatikojejunostomi atau koledojejunostomi proksimal
dari tumor, dan gastrojejunostomi dan simpathektomi kimia. 2
IX. PROGNOSIS

Prognosis tergantung kepada pada tingkat penyakit dan tipe


histologi.Karsinoma papilari memiliki prognosis yang paling baik. Karsinoma
papilari non invasif memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan karsinoma
invasif tipe lain.7 5 year survival rate lebih dari 90% untuk stage I dan II, 11% untuk
stage III dan IV dan 0 untuk stage V.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandrasoma, Parakrama, Clive R Taylor,Concise Pathology,Third Edition,


Appleton and Lange, Connecticut, 2008. Chapter 44
2. Juan Rosai, Ackermans Surgical Pathology,Volume I, Ninth Edition, Mosby,
2010, p.1044-1048
3. Mills, Stacey, Stenbergs Diagnostic Surgical Pathology, Volume I, Fourth Edition,
Lippincott Williams & Wilkins, p 1796-1801
4. Abbas, Kumar. Pathologic Basis of Disease,Seventh Edition,Saunders, 2008,
p.1321-1322

5. Gallbladder Carcinoma : Radiologic-Pathologic Correlation available at http:


//www.Gallbladder radiographic rsnajlns.org
6. Odze Robert D, MD, FRCP (C), John R. Goldblum, MD, James M Crawford,
MD,PhD, Surgical Pathology of the GI Tract, Liver, Biliary Tract and Pancreas,
Saunders, 2014, p.643-651
7. Hamilton R Stanley, Lauri A Aaltonen,WHO Pathology and Genetics of Tumours
of the Digestive System, IARC Press, Lyon, 2013 p. 204-214
8. Gallbladder Carcinoma available at
http://atlasgeneticsoncology.org/Tumors/GallbladderID5275.html
9. Junqueira, L,Histologi Dasar,Edisi 8,EGC,Jakarta, 2011,hal 332-333
10. Mills E Stacey, Histology for Pathologist, Third Edition, Lippincolt William and
Walkins, 2007,p 707-710.
3rd
11. Rubin Emanuel, Pathology, edition, Lippincott William and Wilkin, 2008,
p.672
12. Allison R. Malchom, The Cancer Handbook, Nature Publishing Group, p.576-577
13. Carcinoma of Gallbladder available at http://www.pathconsultddx.com

Anda mungkin juga menyukai