PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat dengan panjang
sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Bagian fundus umumnya menonjol
sedikit ke luar tepi hati, di bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral musculus rektus
abdominalis. Sebagian besar korpus menempel dan tertamam di bagian dalam
jaringan hati. Kandung empedu tertutu seluruhnya oleh lipatan peritoneum visceral.
Infundibulum kandung empedu longgar, karena tidak terfiksasi ke permukaan hati
oleh lapisan peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami distensi akibat
bendungan oleh batu, maka bagian infundibulum menonjol seperti kantong dan
disebut kantong Hartmann. Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3
mm. dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral
Heister, yang memudahkan cairan empedu mengalir masuk ke dalam kandung
empedu tetapi menahan aliran keluarnya.8
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm. panjang
duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara duktus
sistikus. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum menembus jaringan
pancreas dan dinding duodenum membentuk papilla Vater yang terletak di sebelah
medial dinding duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot sfingter Oddi (m.
sfingter ampula hepatikopankreatika), yang mengatur aliran empedu ke dalam
duodenum. Duktus pankreatikus umumnya bermuara ditempat yang sama dengan
duktus koledokus di dalam ampula Vater, tetapi dapat pula terpisah.9
Variasi anatomi kandung empedu, saluran empedu dan pembuluh arteri yang
memperdarahi kandung empedu dan hati sering ditemukan. Variasiseperti ini, yang
kadang ditemukan dalam bentuk luas, perlu diperhatikan oleh ahli bedah untuk
menghindari komplikasi pembedahan seperti perdarahan atau cedera pada duktus
hepatikus atau duktus koledokus.9
III. ETIOLOGI
a. Riwayat penyakit keluarga dengan fibrosis kongenital:
hepatic fibrosis kongenital
kista koledokus
polikistik liver
b. Parasit
Clonorchis sinensis
Opisthorchis viverrini yang ditemukan di thailand, laos dan Malaysia
barat.
c. Batu empedu dan hepatolitiasis, resiko exstrahepatik kanker kandung empedu
diturunkan hingga 10 tahun atau lebih setelah kolesistektomi.
d. Sklerosis kolangitis primer.
e. Kolitis ulserative.
f. Zat-zat beracun:
Thorium dioxide (thorotrast)
Radionuclides
Carcinogens (eg, arsenic, dioxin, nitrosamines, polychlorinated
biphenyls)
g. Obat-obatan:
Kontrasepsi oral.
Metildopa
Isoniazid
h. Tipoid kronik yang karier mempunyai angka kejadian yang lebih besar dari
kanker hepatobilier, yang meliputi kolangiokarsinoma.
IV. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi tinggi dilaporkan dari Meksiko, Bolivia, Chile, Israel dan Jepang
timur. Juga dilaporkan pada kelompok dengan meningkatnya prevalensi dari
cholelithiasis ( Native Americans dan Hispanic Americans) memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya karsinoma kandung empedu. Di Indonesia, kolelitiasis baru
mendapatkan perhatian di klinis, sementara publikasi penelitian batu empedu masih
terbatas. Sebagian besar pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan.5
Tumor kandung empedu disebabkan oleh karena sumbatan dari kandung empedu
dengan stasis bilier dan menyebabkan penurunan fungsi hati. Sumbatan pada bilier
menyebabkan disfungsi hepatoseluler, malnutrisi yang progresif, koagulopathi,
pruritus, disfungsi ginjal dan kolangitis. Inflamasi yang sangat lama dengan
perkembangan dari peradangan yang kronis adalah poss akhir dari proses
pembentukan tumor pada kandung empedu. Organisme parasit yang memacu
perubahan DNA dan mutasi memacu produksi karsinogen dan radikal bebas dan
stimulasi dari proliferasi sel pada epitel kandung empedu, yang menyebabkan kanker.
Bakteri dapat memacu adanya zat endogen, derivate karsinogen garam empedu,
seperti lithocholate, juga merupakan implkasi dari patogenesis. Hal ini didukung oleh
penelitian epidemiologi pada penderita typoid. Karsinoma kandung empedu jarang
ditemukan dan biasanya didapat pada usia lanjut. Kebanyakan berhubungan dengan
batu kandung empedu. Resiko keganasan sesuai dengan lamanya menderita batu
kandung empedu. Tumor ganas primer kandung empedu adalah jenis adenokarsinoma
dengan penyabaran invasive langsung ke dalam hati dan porta hati. Metastasis terjadi
ke kelenjar getah bening regional, hati, dan paru. Kadang karsinoma ditemukan
secara tidak sengaja sewaktu melakukan kolesistektomi untuk kolelitiasis, dan sering
telah terjadi penyebaran. 3,5
Klasifikasi:
Adenocarcinoma Papillary
Tipe ini merupakan adenokarsinoma berdiferensiasi baik yang terdiri dari
struktur villous dan papiller dimana terkadang membentuk cabang atau seperti daun
pakis yang dilapisi oleh epitel atypik dengan sedikit atau tanpa fibrovascular core.
Sel-sel berbentuk kuboid atau kolumnar dengan tingkatan atypia yang bervariasi, inti
yang hiperkhromatik dengan nukleoli yang prominent, gambaran mitotik dan N/C
ratio yang meningkat. Jumlah produksi musin yang bervariasi, metaplasia intestinal
dengan sel-sel goblet, sel-sel endokrin dan sel-sel panet juga dapat dijumpai. Tumor
dapat tumbuh intraluminal dan dapat menjadi sangat besar sebelum berinvasi ke
lapisan lebih dalam pada dinding kandung empedu.6,7
2) genangan musin yang dilapisi oleh epitel ganas. Stroma fibrous sering
mengelilingi genangan musin. Musin yang banyak menyebabkan tumor
ini terlihat hiposelular.Terkadang gambaran adenokarsinoma dengan
differensiasi baik atau sedang yang klasik juga dapat dijumpai.3,6,7,12
Squamous cell carcinoma
Squamous cell carcinoma merupakan 1% dari semua keganasan tumor pada
kandung empedu. Terdiri dari sel-sel skuamous, dapat berupa tipe keratinizing dan
non keratinizing3,7
Adenosquamous Carcinoma
Tumor ini terdiri dari dua komponen malignan yaitu kelenjar dan skuamous.
Perubahan dari kedua komponen ini bervariasi, tetapi secara umum merupakan
berdiferensiasi sedang. Keratin pearls sering dijumpai pada komponen skuamous dan
sering dijumpai musin pada pada komponen kelenjar.7
Undifferentiated Carcinoma
Undifferentiated carcinoma memiliki karakteristik tidak dijumpai struktur
kelenjar pada tipe ini. Tipe ini memiliki 4 variant gambaran histologi 1)
Undiffferentiated carcinoma, spindle and giant cell type. Merupakan varian yang
sering dijumpai dan menyerupai sarkoma. Terdiri dari jumlah yang bervariasi dari
sel-sel spindle, giant dan poligonal, tetapi fokus dari kelenjar-kelenjar yang
berdiferensiasi baik biasanya dijumpai. Area dari skuamous juga dapat dijumpai.
Jarang dijumpai fokus dari osteoclast-like multinucleated giant cell. 2)
Undifferentiated carcinoma with osteoclast giant cells. Terdiri dari sel-sel
mononuklear dan osteoclast-like giant cell menyerupai giant cell tumour of bone. 3)
Undifferentiated carcinoma, small cell type. Tumor terdiri dari lembaran dari sel-sel
bentuk bulat dengan inti yang vesikular dan anak inti yang menonjol terkadang
mengandung musin pada sitoplasma. 4) Undifferentiated carcinoma, nodular or
lobular type. Terdiri dari nodul atau lobulus yang berbatas jelas dari sel-sel tumor,
menyerupai karsinoma payudara.7
Carcinosarcoma
Tumor ganas ini terdiri dari dua komponen yaitu carcinomatous dan
sarcomatous . Elemen epitel biasanya dominan dan membentuk kelenjar tetapi dapat
pula membentuk batangan atau lembaran. Fokus dari sel skuamous ganas terkadang
dijumpai. Komponen mesenkim terdiri dari fokus elemen yang heterolog seperti
chondrosarcoma, osteosrcoma dan rhabdomyosarcoma.7
Hanya 20-25% pasien dengan batu empedu yang menunjukkan gejala klinia.
Biasa batu empedu dijumpai ketika dilakukan pemeriksaan USG dan dijumpai
asimtomatik pada 80% pasien. 12
1. Kolik bilier Kolik yang diakibatkan oleh obstruksi transien dari batu empedu
merupakan keluhan utama pada 70-80% pasien. Nyeri kolik disebabkan oleh spasme
fungsional di sekitar lokasi obstruksi. Nyeri kolik mempunyai karakteristik spesifik;
nyeri yang dirasakan bersifat episodik dan berat, lokasi di daerah epigastrium, dapat
juga dirasakan di daerah kuadran kanan atas, kuadran kiri, prekordium, dan abdomen
bagian bawah. Onset nyeri tiba-tiba dan semakin memberat pada 15 menit pertama
dan berkurang hingga tiga jam berikutnya. Resolusi nyeri lebih lambat. Nyeri dapat
menjalar hingga region interskapular, atau ke bahu kanan. 12
2. Kolesistitis kronik diagnosis yang tidak pasti yang ditandai dengan nyeri perut atas
kanan yang bersifat intermiten, distensi, flatulens, dan intoleransi makanan berlemak,
atau apabila mengalami kolesistitis episode ringan yang berulang. 12
5. Jaundice obstruktif ditandai nyeri abdominal atas, warna feses pucat, urin berwarna
gelap seperti teh pekat, dan adanya pruritus. Jaundice obstruktif dapat berujung ke
kolangitis bila saluran bersama tetap terjadi obstruksi. 12
Pemeriksaan Laboratorium:
a. Tes fungsi hati
Hasil pada fungsi tes hati menunjukkan adanya kolestasis pada pasien dengan
tumor kandung empedu. Naik turunnya kadar serum menunjukkan adanya
obstruksi yang tidak lengkap atau hanya melibatkan satu duktus hepatikus. 12
Pada obstruksi yang tidak lengkap, bilirubin serum naik. Alkalin fosfatase
serum dan gamma glutamine transferase juga mengalami kenaikan karena
adanya kandung empedu yang mengalami peradangan. Penyebab ikterus yang
tergolong prehepatik akan menyebabkan peningkatan bilirubin indirek.
Kelainan intrahepatik dapat berakibat hiperbilirubin indirek maupun direk.
Kelainan posthepatik dapat meningkatkan bilirubin direk.12
Asparat aminotransferase serum dan alanin aminotransferase, yang
menunjukkan adanya kerusakan sel hepar, biasanya meningkat sedang. 12
b. Gambaran darah secara menyeluruh menunjukkan adanya:
Pasien biasanya anemia.
Jumlah leukosit mungkin normal-tinggi.
c. Alfa-fetoprotein biasanya normal dan tidak mengalami kenaikan.
d. Mitokondria antibody serum tes juga menunjukkan hasil yang negatif.
e. Feses terlihat pucat dengan disertai darah.
Pemeriksaan Radiologis:
Ultrasound pada hati adalah pemeriksaan pilihan pada pasien dengan jaundis
obstruksi dan biasanya menunjukkan dilatasi duktus biliaris intrahepatik. 12
CT scan pada abdomen menunjukkan adanya dilatasi bilier intrahepatik dan
atropi lobus, tetapi massa tumor biasanya sulit untuk ditunjukkan. Kalsifikasi
biasanya ditemukan. CT scan sangat berguna untuk mendiagnosis tingkat
obstruksi pada hamper seluruh pasien, dan diagnosis spesifik dimungkinkan
pada 78 % pasien. 12
Spiral CT scan juga merupakan cara analisis yang akurat yang menunjukkan
vaskuler dan anatomi kandung empedu pada hilus. 12
Digital subtraction angiography (DSA) berguna sebelum diadakan tindakan
operasi yang menunjukkan adanya anatomi pada arteri hepatica dan vena
porta. 12
Kolangiografi di indikasikan pada pasien dengan kolestatik dengan kandung
empedu yang tidak mengalami dilatasi, ketika diagnosis masih dalam keragu-
raguan. Pemilihan pemeriksaan dengan kolangiografi tergantung pada tetak
dari tumor. 12
Endoscopic retrograde cholangio pancreatography (ERCP) yang memiliki
sensitivitas lebih tinggi. Teknik ini memiliki sensitivitas 90 persen dalam
mendeteksi batu di saluran empedu. 12
Pemeriksaan Histologi
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Terapi medik diindikasikan pada pasien dengan pasien dengan kondisi umum
yang tidak baik untuk prosedur operasi dan pasien dengan tumor yang tidak
bisa diangkat.
2. Teknik endoskopi pada sumbatan meliputi spingterektomi, dilatasi balon pada
striktur.
3. Endoprostetik transhepatik insersi perkutan juga menunjukkan keberhasilan,
tetapi meningkatkan komplikasi.
4. Kemoterapi telah dicoba pada pasien tetapi tidak menunjukkan keuntungan.
5. Radio terapi intraoperative menggunakan sten bilier dengan iridium (Ir 192),
radium, atau cobalt (Co 60), radioimunoterapi menggunakan sodium iodide (I
131). Radioterapi internal bisa dikombinasikan dengan drainase bilier, tetapi
kemajuannya belum terbukti.
Terapi pembedahan:
Kontraindikasi:
Jika tumor telah meluas ke vena porta atau arteri hepatica.
Metastasis yang melibatkan paritonel yang difus.
Invasi vaskuler.
Pasien yang mempunyai resiko tinggi pada anestesi general dan pembedahan
karena kondisi umum kesehatannya.
Reseksi adalah perawatan yang terbaik dan paliasi yang terbaik. Keuntungan dari
reseksi meliputi kemungkinan sembuh untuk jangka waktu yang lama, terutama pada
pasien dengan tumor bagian distal. Reseksi adalah paliasi yang paling baik dari
terjadinya komplikasi infeksi. Tipe prosedur pembedahan tergantung pada lokasi dan
perluasan dari penyakit. Tumor proksimal (Klatskin tumor) dapat dimanage dengan
teknik yang bervariasi, meliputi:
Pasien dengan tumor perihiler, tanpa invasi vascular, dapat dengan eksisi
local.
Tumor tipe III dengan lobektomi hepar kanan atau kiri.