PENDAHULUAN
berasal dari hati dan berakhir pada ampulla vateri. Jadi proses keganasan ini dapat
Penyakit ini merupakan jenis tumor hati terbanyak kedua di Indonesia setelah
Tumor ini merupakan tumor yang terdapat pada sistem duktus biliaris. Dr. G.
Klastkin mendeskripsikan mengenai tumor ini pertama kali pada tahun 1965 dan
dengan 5.000 kasus untuk kanker kandung empedu dan 15.000 kasus untuk kanker
hepatoseluler. Prevalensi tertinggi terdapat di kalangan orang Asia (10 kali lebih
1
Peranan pemeriksaan radiologis sebagai salah satu komponen penunjang
diagnosis sangatlah penting. Beberapa teknik yang sering digunakan adalah USG
diagnosa untuk tumor Klatskin dapat ditegakkan secara dini, sehingga dapat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Anatomi
Sistem bilier terdiri dari kandung empedu dan saluran yang berasalh dari
hepar dan vesica fellea. Fungsi primernya adalah sebagai organ yang memproduksi ,
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah alpukat dengan ukuran
keluar tepi hati , di bawah lengkung iga kanan, di tepi lateral M.Rektus Abdominis.
Sebagian besar korpus menempel dan tertanam di dalam jaingan hati. Masing-masing
sel hati juga terletak dekat dengan beberapa kanalikulus mengalir ke dalam duktus
biliaris intralobulus dan duktus-duktus ini bergabung melalui duktus biliaris antar
lobulus membentuk duktus hepatikus kanan dan kiri. Diluar hati duktus ini bersatu
dan membentuk duktus hepatikus komunis. Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri
mm dengan diameter 2-3 mm. Dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral
empedu tapi menahan aliran keluarnya. Duktus hepatikus komunis akan bersatu
3
dengan duktus sistikus dan membentuk duktus koledokus yang panjangnnya 7,5 cm
jpankreas, bergabung dengan duktus pankreatikus mayor wisungi dan bersatu pada
2.1.2 Fisiologi
Fungsi utama dari system bilier adalah sebagai tempat penyimpanan dan
saluran cairan empedu. Empedu di produksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500
ml/hari. Empedu terdiri dari garam empedu, lesitin dan kolesterol merupakan
komponen terbesar (90%) cairan empedu. Sisanya adalah bilirubin, asam lemak dan
4
garam anorganik. Di luar waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam
Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor , yaitu sekresi empedu oleh hati
, kontraksi kandung empedu dan tahanan sfingter koledokus. Dalam keadaan puasa
Hormon kolesistokinin (CCK) dari selaput lender usus halus yang disekresi
karena rangsang makanan berlemak atau produk lipolitik di dalam lumen usus,
CCK berperan besar terhadap terjadinya kontraksi kandung empedu setelah makan,
Empedu yang dikeluarkan dari kandung emepdu akan dialirkan ke duktus koledokus
yang merupakan lanjutan dari duktus sistikus dan duktus hepatikus. Duktus
komponen empedu diserap ulang dalam usus kemudian dieksresikan kembali oleh
hati.
5
2.2 Definisi
saluran empedu. Hal ini ditandai dengan perkembangan yang abnormal dari saluran
empedu intrahepatik dan ekstrahepatik. Tumor keras dan berwarna putih, merupakan
tumor kelenjar yang berasal dari epitel saluran empedu. Sel-sel tumor mirip dengan
yang disebut dengan tumor Klatskin (terjadi pada bifurcatio duktus hepatica/biliaris
kanan dan kiri), adalah yang paling sering dan tumor intrahepatik adalah yang paling
jarang.
2.3 Epidemiologi
Angka kejadian tertinggi terdapat pada pria, dengan angka perbandingan pria :
wanita = 5:1, dengan usia 60 tahun. Setiap tahun di AS tercatat 2.500 kasus
penyakit tumor Klatskin dibandingkan dengan 5.000 kasus untuk kanker kandung
empedu dan 15.000 kasus untuk kanker hepatoseluler. Prevalensi tertinggi terdapat di
6
kalangan orang Asia (10 kali lebih banyak) yang diakibatkan oleh infeksi parasit
kronik endemik.
Faktor penyebab dari semua kanker saluran empedu masih tetap tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Proses inflamasi kronis, seperti pada Primary Sclerosing
Cholangitis (PSC) atau infeksi parasit kronis diduga mempunyai peranan dalam
Sedangkan batu empedu, hepatitis kronis dan sirosis bukan merupakan faktor resiko
ke usus. Kalau proses ini terjadi berulang-ulang maka akan terjadi proses
7
Carcinoembryonic (CEA) dan karbohidrat antigen 19-9 di dalam kombinasi
tumor ini dapat ditemukan pada pasien-pasien dengan kolitis ulseratif kronis.
ulseratif radang usus besar. Timbulnya tumor Klastkin pada pasien dengan
ulceratif radang usus besar dan PSC, meningkat lebih lanjut jika mereka
suspect cholangiocarcinoma).
c. Infestasi Parasit
8
Di Asia Tenggara, infeksi kronis cacing pita, Clonorchis sinensis dan
duktus biliaris dimana cacing ini akan merusak dinding duktus. Jenis cacing
saluran empedu ekstrahepatik. Biasanya hal ini terjadi pada pekerja di bidang
penerbangan, plastik dan industri wood finishing. Tumor Klastkin juga dapat
e. Kelainan kongenital
tumor Klatskin.
9
2.5 Tipe Morfologi
saluran empedu secara fokal menebal, bila terlihat adanya massa mural).
2.6 Klasifikasi
a. Bismuth-Corlette type I
10
b. Bismuth-Corlette type II
Lesi tumor meluas ke percabangan di muara awal duktus hepatica kanan dan
Lesi tipe tumor III-a meluas ke duktus hepatica kanan dan tipe III-b meluas ke
duktus hepatica kiri. Pasien dapat diterapi dengan reseksi lobus kanan liver.
d. Bismuth-Corlette type IV
Lesi tumor meluas ke duktus hepatica kanan dan kiri. Tumor ini tidak dapat
direseksi.
11
2.7. Gambaran Makroskopis dan Mikroskopis
putih yang sulit dikenali dengan jelas, adanya atrofi lobus, dilatasi duktus dan invasi
vascular.
desmoplastik. Tumor ini memiliki pola pertumbuhan infiltratif dan tidak memiliki
kapsul.
2.8 Patofisiologi
12
tersembunyi telah diidentifikasi pada hampir 40% saat otopsi pada pasien dengan
PSC (Primary Sceloring Cholangitis) dan pada 9%-36% dari eksplan hepar setelah
transplantasi hepar karena PSC. Penyakit duktus biliaris kongenital seperti Carolis
meningkatkan resiko. Infestasi parasit bilier kronis (yaitu Clonorchis sinesis dan
secara kausal. Faktor resiko yang lebih sedikit dilaporkan adalah paparan bahan kimia
histologinya. 70% dari tumor hillar merupakan variasi dari tipe sclerosing yang
tampak sebagai penebalan annular dari dinding duktus dengan longitudinal dan radial
desmoplastik yang akan berdampak pada massa tumor yang sebagian besar terdiri
dari struma terkolagenisasi. Jarak yg dekat dengan vena portal, arteri hepatikus dan
hepar yang mengelilingi (lobus kaudatus) membuat invasi langsung ke dalam struktur
tersebut biasanya sering menyebabkan perbedaan antara ukuran tumor dan kesulitan
dari operasi reseksi. Sebagaimana pertumbuhan tumor yang biasanya pelan, dengan
13
setelah pertumbuhan tumor yang luas. Saat ditemukan, metastasis ke dalam hepar
sering ditemukan dan ketelibatan kelenjar regional mungkin muncul hingga lebih dari
50% tumor.
biliaris awalnya akan menyebabkan dilatasi dari proksimal duktus namun akhirnya,
pada kasus yang berkepanjangan, sirosis biliaris atau gagal hepar akan terjadi.
Dimana invasi vaskuler telah muncul, atrofi dari lobus yang terkena dapat terjadi
yang menyebabkan hilangnya fungsi hepar. Pada keadaan ini memulihkan drainase
1. Jaundice
umumnya paling baik dideteksi langsung dibawah sinar matahari. Obstruksi dan
kolestasis cenderung terjadi pada tahap awal jika tumor berlokasi di duktus hepatikus
komunis dan duktus koledokus. Jaundice yang terjadi pada tahap akhir bila tumor
14
berlokasi di perihilar atau intrahepatik ini merupakan tanda bahwa penyakit sudah
berada dalam tahap yang parah. Hal ini terjadi oleh karena peningkatan kadar
4. Pruritus
5. Rasa sakit pada perut kuadran kanan atas (abdomen) dengan rasa sakit yang
menjalar ke punggung.
Selain berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik, maka untuk
15
Pada pemeriksaan radiologi, beberapa teknik yang memberikan gambaran
a. USG
Tumor tampak sebagai suatu struktur yang kompleks, regular, akan lebih
mudah dipelajari bila masih agak kecil, karena batas saluran empedu masih terlihat
sebagian atau seluruhnya. Bila sudah besar dan tumbuh merusak dinding saluran
empedu akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis, karena sulit dibedakan dengan
Penyebaran dari tumor di dalam duktus biliaris ditentukan oleh pola obstruksi
dari duktus biliaris dan lokasi dimana terdapat massa di duktus. Yang dievaluasi
dekstra/sinistra.
bentuk dilatasi segmental dan tidak menyatunya duktus hepatikus kanan dan kiri pada
16
sedangkan tipe Noduler memberikan gambaran massa halus berbatas tegas yang
There is evidence of intrahepatic biliary dilatation. The visualized liver parenchyma appears normal.
The biliary dilatation is seen again in this image. A small hyperechoic focus is seen within the biliary tree most likely
within the common hepatic duct.
17
terminate abruptly at the liver hilus (arrowhead). There is no detectable mass. Right image (B), taken at the same location, 4 min
after intravenous injection of Levovist (Schering, Berlin, Germany), shows a tumor mass (arrows) with periductal extension and
liver invasion. The liver parenchyma is brighter than on the baseline scan and the tumor shows increased conspicuity
b. CT-Scan
dan morfologi dari tumor. Kunci untuk menegakkan diagnosis dari lesi ekstrahepatik
atau lesi konfluens adalah dengan melihat adanya dilatasi duktus biliaris pada lokasi
tumor. Massa tumor pada tingkat obstruksi bilier dapat terlihat dengan pemeriksaan
CT-Scan, tapi kemungkinan ukurannya kecil dan tidak diidentifikasi. Untuk kasus-
kasus seperti ini, penilaian secara kasar dari dilatasi duktus tanpa terlihatnya massa,
dapat mengarah ke diagnosis yang benar untuk tumor Klatskin walaupun benign
stricture atau batu empedu kolesterol dapat memberikan gambaran yang sejenis.
Tapi karena batu umumnya menyebabkan obstruksi distal, maka saat tingkat obstruksi
terjadi di bagian bifurkasio duktus hepatikus dan bagian pancreas, maka tumor
Bila massa tumor kecil atau terletak di sebelah distal pada sistem
Massa tumor yang besar dapat memiliki daerah-daerah nekrosis dan densitas yang
rendah. Seringkali bagian leher dari tempat obstruksi duktus akan memberikan
18
Gambaran yang dihasilkan oleh CT-Scan mirip dengan USG :
empedu.
High-resolution, helical CT scan in a patient presenting with several months of increasing pruritus followed by the
development of clinically evident jaundice. The relatively hypodense hilar cholangiocarcinoma (large arrow) is evident.
Marked atrophy of the left hepatic lobe is noted with dilated intrahepatic bile ducts (small arrow), but little remaining
hepatic parenchyma is eviden
Gambar 2.2 CT-Scan Hilar Cholangiocarcinoma
19
CT scan 24 mm below A shows narrowing and enhanced, focal, thickened wall of right main bile duct (arrows) with dilation of
intrahepatic duct.
Gambar 2.3 Dilatasi saluran intrahepatica
Infiltrating hilar cholangiocarcinoma with tumoral involvement of the right secondary confluence and common hepatic duct. CT
scan reveals a high-attenuation tumor on the anterior aspect of the right portal vein (arrowheads)
Gambar 2.4 Tumor pada vena porta dextra
20
A case with type IIIb Klatskin tumor. Plain CT scan reveals that the tumor is in the main trunk of left hepatic duct with dilatation
of branches.
Gambar 2.5 Cholangiocarcinoma tipe IIIb
ERCP adalah suatu cara pemeriksaan invasif, yang hanya dilakukan apabila
ada indikasi positif yang kuat. Biasanya merupakan langkah terakhir dari suatu seri
pemeriksaan dan dipakai untuk deteksi atau diferensiasi suatu penyakit saluran
retrograde dan mengetahui langsung saluran empedu eferen dan duktus pankreatikus
21
kontras (Conray-60 atau Urografin 60%) dengan pengawasan fluoroskopi lalu
Gambaran di atas menunjukkan dilatasi ringan dari duktus biliaris intrahepatik dan
Selain itu, ERCP dapat juga digunakan untuk mendapatkan bahan kepentingan
pemeriksaan histologi antara lain sitologi hapusan, biopsi, dan aspirasi dengan jarum.
22
Percutaneous transhepatic cholangiography. Hilar cholangiocarcinoma
Cholangiogram shows complete obstruction of the hepatic hilum, proximal portion of the common bile duct, and segmental bile
ducts of the right hepatic lobe. Irregular and severe strictures (arrows) exist at both the proximal portion of the common bile duct
and the intrahepatic bile duct of the anterior segment of the right hepatic lobe (arrowheads). The left hepatic duct is not opacified
Gambar 2.7 Obstruksi hilus hepatic
23
Holland-Frei Cancer Medicine. 6th edition
Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) showing a focal stricture of the proper hepatic bile duct (arrow) with
marked dilatation of the intrahepatic bile ducts. This hilar cholangiocarcinoma was completely resected with Roux-Y
hepaticojejunostomy reconstruction of biliary-enteric continuity
24
tertunda. Keterlibatan duktus biliaris diidentifikasi daripenyempitan ireguler duktus
dengan dilatasi proksimal.
MRCP dan MR virtual endoscopy dapat menunjukkan hillar obstruksi duktus
biliaris oleh tumor lewat dilatasi duktus intrahepatikus. Keuntungan dari MRCP dari
cholangiography langsung termasuk noninvasifnya dan visualisasi yang mungkin
timbul dari duktus biliaris yang terisolasi. Namun, MRCP mungkin memiliki
keterbatasan relatif terhadap cholangiography langsung karena evaluasi dari
perluasan tumor terbatas oleh resolusi spasial.
Saat ini, MRI dengan MRCP adalah modality imaging terbaik yang tersedia
untuk cholangiocarcinoma. Mengungkapkan lokasi dan perluasan dari pertumbuhan
tumor, memperlihatkan lokasi obstruksi dan dilatasi IHBD. Menyediakan informasi
berhubungan dengan luas tumor, anatomi biliaris dan parenkim hepar, dan metastase
intrahepatik.
25
MRI study of hilar cholangiocarcinoma. Gadolinium-enhanced MRI analysis of the liver with ferumoxide in a patient with hilar
cholangiocarcinoma Bismuth type III-IV. (A)T2-weighted MRI images. There is a hyperattenuating mass at the confluence of
the rightand left biliary ducts and dilatation of the right and left intrahepatic bile duct system (white arrow). (B) MRCP of the
same patient demonstrating a dominant stricture in the area of the biliary confluence and dilatation of the intrahepatic left and
right biliary system (white arrow)
Gambar 2.10 Gambaran MRI Hilar Cholangiocarcinoma
Type IIIA hilar cholangiocarcinoma (Klatskin tumor). (A) Coronal Half Fourier RARE T2-weighted image shows a hypointense
infiltrating tissue at the primary biliary confluence. (B) Coronal Half Fourier RARE MRCP shows a separation of the primary
biliary confluence and also a separation of the right secondary confluence, also because of low insertion of the posterolateral
intrahepatic bile duct. Primary confluence separation can be better appreciated on the coronal thin slice (2 mm) Half Fourier
RARE MRCP
Gambar 2.11 Type IIIA hilar cholangiocarcinoma
26
Hilar cholangiocarcinoma (Klatskin tumor). (A) Axial Spoiled Gradient Echo T1-weighted image shows a hypointense lesion in
the left lobe, with infiltrating grow pattern. (B) On Half Fourier RARE T2-weighted image, the lesion appears hypointense to
adjacent liver parenchyma. The lesion infiltrates the intrahepatic bile duct of the left lobe with upstreamdilation. On dynamic T1-
weighted Spoiled Gradient Echo, the lesion appears hypovascular compared with adjacent liver parenchyma (C), with
progressive enhancement during the portal venous phase (D), reaching a peak during the delayed phase (E). (F) Delayed contrast
enhancement can be better appreciated on coronal fat-suppressed, Spoiled Gradient Echo T1-weighted images; coronal imaging
is also well-suited to assess portal vein encasement. (G) Coronal thick-slab Half Fourier RARE MRCP shows a type IIIB
infiltration of the bile duct, according to Bismuth.
Gambar 2.12 Hilar cholangiocarcinoma (Klatskin tumor)
27
e. Endosonography with fine-needle aspiration
Evaluasi lebih lanjut terhadap kelenjar limfe regional dan percabangan biliaris
untuk informasi staging dan aspirasi jaringan untuk analisa patologik. Penggunaan
teknik ini untuk mendapatkan jaringan dari lesi hillar yang mencurigakan tidak
seeding.
tumor ini. Bila mungkin tindakan bedah/operasi adalah pilihan dan kemungkinan
akan didapatkan hasil yang memuaskan. Kemoterapi atau radiasi dapat dilakukan
setelah operasi untuk resiko kekambuhan tetapi keuntungan yang didapat dari
28
Terapi dengan menggunakan endoskopi atau operasi dapat membebaskan
obstruksi pada duktus biliaris dan menghilangkan jaundice pada pasien bila memang
bermanfaat. Kemoterapi juga dapat melengkapi radioterapi bila tumor telah menyebar
keluar saluran empedu, tapi bagaimanapun juga hal ini kurang efektif.
Terapi pilihan dan prognosis sangat dipengaruhi oleh lokasi tumor. Prognosis lebih
baik pada kasus tumor distal saluran empedu, histologi yang berbeda, dan tumor tipe
pembengkakan KGB, invasi vaskularisasi, garis tepi tumor positif pada bagian yang
sempurna. Bila tumor tidak dapat direseksi sempurna, maka kesembuhan tidak dapat
diharapkan. Dalam situasi seperti ini , dengan pengobatan, sekitar separuh dari
penderita dapat mencapai 1 tahun kehidupan dan sisanya dapat mencapai waktu lebih
lama lagi.
29
Peran radioterapi dan kemoterapi masih kontroversial. Penggunaan hormon
reseksi tumor. Oleh karena itu, preoperative radioterapi didukung dalam pasien
gemcitabine ke dalam artery hepatic atau duktus biliaris, dan suntikan percutaneous
ethanol (PEI) ke dalam lesi adalah cara lain yang masih dalam tahap percobaan.
terutama ketika obstruksi terjadi sebagai hasil perkembangan tumor ke dalam suatu
endoprosthesis.
30
BAB III
KESIMPULAN
sangat tergantung pada stadium penyakit pada presentasi dan apakah pasien perlu
diperlakukan dengan prosedur paliatif atau reseksi tumor lengkap. Tingkat margin-
negatif reseksi secara konsisten telah dilaporkan di atas 75% ketika hepatectomy
agresif telah meningkatkan Angka harapan hidup 5 tahun di atas 50% dalam beberapa
seri. Namun, tingkat kematian perioperatif menyertai reseksi ini lebih luas, sedikit
lebih tinggi daripada eksisi lokal yang menyertainya (8-10% dibandingkan 2-4%).
Pasien dengan kanker saluran empedu yang dioperasi distal memiliki tingkat tertinggi
reseksi. Mereka dengan kanker saluran empedu yang dioperasi distal memiliki hidup
rata-rata 32 hingga 38 bulan dan angka harapan hidup 5 tahun meningkat 28% sampai
45%. Bahkan dengan terapi ajuvan multimodality, survival untuk tumor intrahepatik
yang telah dioperasi hanya 6 sampai 7 bulan. Demikian pula, ketahanan hidup rata-
rata untuk pasien dengan tumor perihilar yang dioperasi bervariasi antara 5 dan 8
bulan.
kontroversial dan harus dicadangkan untuk pasien pilih sebagai bagian dari protokol
penelitian. Sebagai ajuvan yang efektif dan protokol neoadjuvant yang masih
31
untuk penyakit ini. Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya, hal ini disarankan oleh
laporan awal dari Mayo Clinic di mana kelangsungan hidup setelah kemoradiasi
neoadjuvant dan transplantasi hati secara signifikan meningkat selama reseksi saja
32
DAFTAR PUSTAKA
33