Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

Salah satu cara yang digunakan dokter untuk mendiagnosa penyakit paru-paru adalah

dengan mendengarkan suara paru-paru dengan menggunakan stetoskop.1

Stetoskop merupakan peralatan medis yang cukup sederhana untuk menentukan

kondisi pasien. Obyek pengamatan menggunakan stetoskop biasanya suara jantung atau suara

paru. Teknik ini biasa disebut dengan auskultasi. Masalah yang timbul pada auskultasi paru

atau jantung menggunakan stetoskop adalah noise lingkungan, kepekaan telinga, frekuensi

dan amplitudo yang rendah, dan pola suara yang relatif sama.2

Penggunaan stetoskop di dunia keokteran semakin meningkat dari waktu ke waktu

untuk menangani pasien yang seiring semakin meningkat juga. Stetoskop sering digunakan

oleh seorang dokter untuk mendeteksi kondisi pasien lewat detak jantung yang didengar .

Stetoskop digunakan sebagai alat untuk mendiagnosa suatu penyakit tertentu. Karena

dengan stetoskop dokter bisa untuk memeriksa tekanan darah pasien, gangguan perut, paru

paru, prenatal dan terutama jantung. Stetoskop dapat menyalurkan suara tertentu dan

menghilangkan suara yang lain. Sebelum stetoskop ditemukan dokter menaruh telinganya

kedekat badan pasien dengan harap untuk mendengar sesuatu. Mungkin itu satu cara agar

dokter bisa mendengar suara detak jantung pasien. Dari jaman ke zaman stetoskop selalu

digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa penyakit.3

II. PENGERTIAN

Stetoskop (bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa) adalah sebuah alat

medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk mendengar

suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan untuk mendengar intestine dan

aliran darah dalam arteri dan vein.

1
Mungkin tidak ada simbol kedokteran yang paling terkenal selain stetoskop. "Alat

bantu pendengaran" yang sederhana ini memungkinkan dokter mendengar suara-suara yang

berasal dari dalam tubuh, terutama jantung dan paru selain persendian serta arteri yang

tersumbat secara parsial. Mendengarkan suara-suara ini dengan stetoskop disebut auskultasi

berjarak (mediate auscultation), atau biasanya hanya auskultasi. Banyak suara dari daerah

dada dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosis penyakit. Sebelum tahun 1818, satu-satunya

metode yang ada untuk memeriksa dada adalah perabaan dengan tangan, perkusi, dan

kadang-kadang, auskultasi dekat dengan telinga menempel ke dada.3

Dari jaman ke jaman stetoskop selalu digunakan oleh dokter untuk

mendiagnosa penyakit tetapi belum ada pengembangan dari pembuatan stetoskop itu sendiri.

Mungkin seorang dokter sekalipun belum mempunyai ide untuk pengembangan stetoskop.

Stetoskop ini sering dianggap simbol pekerjaan dokter karena sering terlihat atau

digambarkan bahwa seorang dokter pasti akan menggantungkan stetoskop di lehernya.4

III. SEJARAH STETOSKOP

Sebelum stetoskop ditemukan, para dokter memeriksa dada kliennya dengan cara

menempelkan telinganya secara langsung ke dada klien. Cara seperti ini tentu mengganggu

klien. Selain itu, suara yang terdengar juga kurang jelas karena hanya menggunakan salah

satu telinga.

Gambar 1 Ren-Thophile-Hyacinthe Laennec

2
Dalam A Treatise on the Diseases of the Chest and on Mediate Auscultation (1818), R.

T. H. Laennec ( gambar 1) menjelaskan tujuan menempelkan telinga langsung ke dada:

tindakan ini selalu tidak

menyenangkan, baik bagi dokter maupun pasien; pada wanita, tindakan ini tidak saja lancang,

tetapi juga sulit diterapkan; dan bagi orang-orang yang berada di rumah sakit, tindakan ini

menyebalkan. Pada saat itu, dokter secara rutin melakukan kunjungan rumah dan mengobati

hampir semua pasien di rumahnya. Hanya pasien amal yang pergi ke rumah sakit.5

Laennec menggunakan metode auskultasi langsung sampai tahun 1816 saat ia sedang

memeriksa seorang gadis dengan gejala umum sakit jantung. Karena pasien tersebut gemuk,

muda, dan perempuan, maka ia merasa bahwa metode pemeriksaan yang lazim tersebut

tidaklah pantas. Namun, ia ingat bahwa apabila salah satu ujung dari sepotong kayu digores

dengan jarum, suara yang timbul akan dapat didengar dengan jelas jika ujung kayu yang lain

ditempelkan ke telinga. Ia dengan segera menggulung beberapa lembar kertas membentuk

silinder dan menempelkan salah satu ujungnya ke telinganya dan ujung yang lain ke dada di

atas jantung gadis tersebut. Hasilnya sangat dramatis dan mendorong Laennec

menyempurnakan alatnya. Akhirnya ia menciptakan suatu silinder kayu berongga dengan

panjang 30 cm dan diameter bagian dalamnya sekitar 1 cm serta diameter bagian luarnya 4

cm. Ia menyebut alat ini sebagai stetoskop, yang berarti melihat dada. Dalam bukunya, ia

melaporkan risetnya mengenai stetoskop dan interpretasinya tentang bunyi alami dan

patologis dari paru, jantung, dan suara.

Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh Ren-Thophile-Hyacinthe Laennec,

Stetoskop awalnya tercipta dari sebuah kesulitan, Rene Theophile Hyacinthe Laennec marasa

sulit mendeteksi detak jantung pasien tanpa alat bantu. Untuk itu, ia menggulung kertas yang

3
kemudian ditempelkan pada tubuh pasien untuk memperbesar suara denyut nadi. Suatiu

ketika , Rene teringat pernyataan Leonardo da Vinci. Leonardo mengatakan bahwa kayu

dapat dijadikan media untuk memperbesar suara yang lirih. Dari pernyataan itu, ia kemudian

mencoba menggunakan kayu untuk memecahkan kesulitan nya mendengar denyut nadi

pasien. Melalui berbagai percobaan, Pada tahun 1819, Rene berhasil menciptakan stetoskop

pertama yang diberi nama Baton, Bentuknya berupa pipa silinder berlubang yang terbuat dari

kayu dengan panjang 5,9 inchi atau 15 cm. Alat itu ditempelkan pada tubuh pasien dan

bagian ujungnya didengarkanpada telinga sang dokter. Bentuk Baton kemudian berkembang

menjadi gelas berbentuk pipa atau jam pasir dengan panjang 15-22,5 cm. Berkat kemajuan

teknologi, pada abad 19 stetoskop dikembangkan dengan bahan karet dan alumunium.

Kemudian, penemuan Rene disempurnakan oleh Nicholas P Cominspada tahun 1829, Ia

menciptakan stetoskop yang memungkinkan seseorang mendengar denyut nadi dengan kedua

telinga. Inilah stetoskop yang kita kenal bentuknya saaat ini. Penemuan Rene dan Nicholas

ini bisa dikatakan sebagai penemuan yang mengubah dunia. Sebab, stetoskop ini menjadi

semacam alat wajib untuk menganalisis penyakit pasien. Waktu itu stetoskop terdiri dari

tabung kayu. Tahun 1851, Arthur Binaural Leared menciptakan stetoskop dari karet dan pada

tahun 1852 George Cammann menyempurnakan desain stetoskop dan mulai diproduksi untuk

tujuan komersial.Rappaport dan Sprague merancang stetoskop baru di tahun 1940-an, yang

merupakan cikal bakal standar ukuran stetoskop masa kini, terdiri dari dua sisi, salah satunya

adalah digunakan untuk sistem pernapasan, dan yang lainnya digunakan untuk sistem

kardiovaskular. Pada awal tahun 1960 Dr David Littmann, seorang profesor Harvard Medical

School, menciptakan stetoskop baru yang lebih ringan dibandingkan model-model

sebelumnya hingga akhir tahun 1970 ditemukan sistem diafragma yang meningkatkan hasil

pendengaran.3

4
Stetoskop yang saat ini digunakan didasarkan pada karya asli Laennec. Bagian-bagian

utama pada stetoskop modern adalah sungkup (bell), yang mungkin terbuka atau tertutup oleh

membrane tipis, dan earpieces.5

IV. JENIS JENIS STETOSKOP

IV.A. Stetoskop Baton ( Stetoskop Laennec )

Gambar. 2 Stetoskop Baton

R. T. H. Laennec menemukan stetoskop ini tanpa sengaja ketika ia mencoba

memeriksa seorang gadis dengan gejala penyakit jantung. Awalnya berasal dari 24

lembar gulungan kertas yg dibentuk silinder yg ditempelkan salah satu ujungnya ke

telinganya dan ujung yang lain ke dada di atas jantung gadis tersebut. Ide itu

kemudian dikembangkan dgn membuat suatu silinder kayu berongga ( gambar 2 )

dengan panjang 30 cm dan diameter bagian dalamnya sekitar 1 cm serta diameter

bagian luarnya 4 cm. Ia menyebut alat ini sebagai stetoskop, yang berarti melihat

dada. Stetoskop itu digambarkan memiliki panjang 12 inci dan 1,5 inci dengan

diameter lubang 3/8 inci. Pada saat itu, Stetoskop bisa dibeli dengan harga 2 franc di

jamannya.6

5
IV.B. Stetoskop Karet

Gambar. 3 stetoskop terbuat dari karet

Tahun 1851, Arthur Binaural Leared menciptakan stetoskop dari karet (gambar

3) dan pada tahun 1852 George Cammann menyempurnakan desain stetoskop dan

mulai diproduksi untuk tujuan komersial. Rappaport dan Sprague merancang

stetoskop baru di tahun 1940-an, yang merupakan cikal bakal standar ukuran

stetoskop masa kini, terdiri dari dua sisi, salah satunya adalah digunakan untuk system

pernapasan, dan yang lainnya digunakan untuk sistem kardiovaskular. Saat ini

stetoskop Rappaport di Indonesia dihargai dengan kisaran harga mulai dari 125 ribu.6

IV.C. Stetoskop Janin

Gambar. 4 Stetoskop Janin

6
Sebuah stetoskop janin atau fetoscope adalah stetoskop akustik berbentuk

seperti terompet (gambar 4 ). Ia ditempatkan pada perut wanita hamil untuk

mendengarkan bunyi jantung janin. Stetoskop janin juga dikenal sebagai Pinards

stetoskop atau pinard.3

IV.D. Stetoskop Akustik

Gambar. 5 Stetoskop Akustik

Pada awal tahun 1960 Dr David Littmann, seorang profesor Harvard Medical

School, menciptakan stetoskop baru yang lebih ringan dibandingkan model-model

sebelumnya (gambar 5 ) hingga akhir tahun 1970 ditemukan sistem diafragma yang

meningkatkan hasil pendengaran. Di Indonesia stetoskop Litmann harganya bervariasi

mulai dari 800 ribuan sampai 1 jutaan. tergantung kualitasnya. Dalam perkembangan

selanjutnya, stetoskop sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu stetoskop Monoaural

dan Stetoskop Binaural.6

Stetoskop akustik yang paling umum digunakan, dan beroperasi dengan

menyalurkan suara dari bagian dada, melalui tabung kosong berisi-udara, ke telinga

pendengar. Bagian chestpiece biasanya terdiri dari dua sisi yang dapat diletakaan di

badan pasien untuk memperjelas suara; sebuaah diaphgram (disk plastik) atau bell

(mangkok kosong). Bila diaphgram diletakkan di pasien, suara tubuh menggetarkan

7
diaphgram, menciptakan tekanan gelombang akustik yang berjalan sampai ke tube ke

telinga pendengar. Bila bell diletakkan di tubuh pasien getarakn kulit secara

langsung memproduksi gelombang tekanan akustik yang berjalan ke telinga

pendengar. Bell menyalurkan suara frekuensi rendah, sedangkan diaphgram

menyalurkan frekuensi suara yang lebih tinggi. Stetoskop dua sisi ini diciptakan oleh

Rappaport dan Sprague pada awal abad ke-20. Permasalahan dengan akustik

stetoskop adalah tingkatan suara sangat rendah, membuat diagnosis sulit.3

IV.E. Stetoskop elektronik

Gambar. 6 Stetoskop elektronik

Stetoskop elektronik memerlukan konversi gelombang suara akustik untuk

sinyal-sinyal listrik. Tidak seperti stetoskop akustik, yang semuanya didasarkan pada

metoda fisika.

Stetoskop elektronik (gambar 6 ) terdiri dari bagian membran biasa disebut chest

piece, selang/tubing, mik kondensor, dan jack penghubung ke soundcard. Stetoskop

8
biasa dipotong pada earpiece-nya kemudian dipasang mik kondensor sebagai

transducer untuk mengubah suara menjadi getaran listrik. Selanjutnya dipasang jack

yang sesuai dengan soundcard.

Stetoskop elektronik dapat digunakan dengan menggunakan teknologi melalui

bluetooth. Kalau dilihat dari modelnya memang terlihat sama dengan stetoskop biasa.

Dengan adanya bluetooth ini tentu akan memberikan kemudahan bagi pemeriksa

untuk dapat menganalisa tanpa dibatasi jarak terlalu pendek dengan kliennya. Tidak

hanya itu saja, stetoskop canggih ini memiliki kemampuan untuk menolak suara

berisik dari luar, selain itu Anda juga dapat merekam dan mendokumentasikan irama

detak jantung klien.3

V. FUNGSI STETOSKOP

V.A. Memeriksa Tekanan Darah

Ahli kesehatan dapat memeriksa tekanan darah atau tensi menggunakan

stetoskop dan tensimeter manual. dengan kedua alat tersebut dapat diketahuai sistolik

dan diastolic atau batas atas dan batas bawah tekanan darah serta jumlah detak jantung

permenit.7

V.B. Memeriksa Suara Paru-paru

Auskultasi merupakan pemeriksaan yang paling penting dalam menilai aliran

udara melalui system trakeobronkial. Pemeriksaan auskultasi ini meliputi pemeriksaan

suara napas pokok, pemeriksaan suara napas tambahan dan jika didapatkan adanya

9
kelainan dilakukan pemeriksaan untuk mendengarkan suara ucapan atau bisikan pasien

yang dihantarkan melalui dinding dada.

Suara napas pokok yang normal terdiri dari :

Vesicular : suara napas pokok yang lembut dengan frekuensi rendah dimana fase

inspirasi langsung diikuti dengan fase ekspirasi tanpa diselingi jeda, dengan

perbandingan 3:1 dapat didengarkan pada hamper kedua lapangan paru.


Bronkovesikular : suara napas pokok dengan intensitas dan frekuensi yang

sedang, dimana fase ekspirasi menjadi lebih panjang sehingga hampir menyamai

fase inspirasi dan diantaranya kadang kadang dapat diselingi jeda


Bronchial : suara napas pokok yang keras dan berfrekuensi tinggi, dimana fase

ekspirasi menjadi lebih panjang dari fase inspirasi dan diantaranya diselingi jeda
Trakeal : suara napas yang sangat keras dan kasar, dapat didengarkan pada daerah

trakea
Amforik : suara napas yang didapatkan bila terdapat kavitas besar yang letaknya

perifer dan berhubungan dengan bronkus, terdengar seperti tiupan dalam botol

kosong
Suara napas tambahan terdiri dari ronkhi basah, ronkhi kering, bunyi gesekan

pleura, Hippocrates succession, dan pneumothorax click.9

V.C. Memeriksa Suara Jantung

Dengan auskultasi akan didengarkan bunyi bunyi dari jantung dan juga bising

jantung bila ada kelainan di jantung dengan menggunakan alat stetoskop.

Lokasi untuk pemeriksaan auskultasi adalah :

Apeks untuk mendengar bunyi jantung yang berasal dari katup mitral
Sela iga IV-V sternal kiri dan sela iga IV-V kanan untuk mendengarkan bunyi

jantung yang berasal dari katup trikuspidal.

10
Sela iga III kiri untuk mendengarkan bunyi patologis yang berasal dari septal

bila ada kelainan yaitu ASD atau VSD


Sela iga II kiri untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup

pulmonal.
Sela iga II kanan untuk mendengarkan bunyi jantung yang berasal dari katup

aorta.
Arteri karotis kanan dan kiri untuk mendengarkan bila ada penjalaran bising

dari katup aorta ataupun kalau ada stenosis di arteri karotis sendiri.

Bunyi jantung normal terdiri atas bunyi jantung I dan bunyi jantung II. Di area

apeks dan trikuspidal BJ I lebih keras daripada BJ II, sedangkan di area basal yaitu

pulmonal dan aorta BJ I lebih lemah daripada BJ II.

Fase antara BJ I dan BJII disebut fase sistolik, sedangkan fase antara BJII dan BJI

disebut fase diastolic. Fase sistolik lebih pendek dari fase diastolic.9

V.D. Memeriksa Suara Abdomen

Pemeriksaan auskultasi ini dimaksudkan untuk memeriksa :

suara/bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi, menhilang

pada illeus paralitik.


Succession splash untuk mendeteksi obstruksi pada tingkat lambung.
Bruit arterial
Venous hum pada kaput medusa

Dalam keadaan normal, suara periktaltik usus kadang kadang dapat didengar

walaupun tanpa menggunakan stetoskop, biasanya setelah makan atau dalam keadaan

lapar. Dalam keadaan normal bisisng usus terdengar kurang lebih 3 kali permenit. Jika

terdapat obstruksi usus, suara peristaltic usus ini akan meningka, lebih lagipada saat

timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi.

11
Pada keadaan kelumpuhan usus (paralisis) missal pada pasien pasca operasi atau pada

keadaan peritonitis umum, suara ini sangat melemah dan jarang bahkan kadang

kadang menghilang. Keadaan ini juga bisa terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi

usus di mana usus sangat melebar dan atoni. Pada illeus obstruksi kadang terdengar

suara peristaltic dengan nada yang tinggi dan suara logam (metallic sound ).

Suara murmur sistolik atau diastolic mungkin dapat didengar pada asukultasi

abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran

hati karena hepatoma. Bising vena (venous hum) yang kadang kadang disertai dengan

terabanya getaran (thrill), dapat didengar diantara umbilicus dan epigastrium. Pada

keadaan fistula arteriovenosa intraabdominal kadang kadang dapat didengar suara

murmur.5

12
KESIMPULAN

Stetoskop berasal dari bahasa Yunani: stethos, dada dan skopeein, memeriksa.. adalah

sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh. Dia banyak digunakan untuk

mendengar suara jantung dan pernapasan, meskipun dia juga digunakan untuk mendengar

intestine dan aliran darah dalam arteri dan vein.

Stetoskop ditemukan di Perancis pada 1816 oleh Ren-Thophile-Hyacinthe Laennec,

Stetoskop awalnya tercipta dari sebuah kesulitan, Rene Theophile Hyacinthe Laennec marasa

sulit mendeteksi detak jantung pasien tanpa alat bantu. Untuk itu, ia menggulung kertas yang

kemudian ditempelkan pada tubuh pasien untuk memperbesar suara denyut nadi.

Pada awal tahun 1960 Dr David Littmann, seorang profesor Harvard Medical School,

menciptakan stetoskop baru yang lebih ringan dibandingkan model-model sebelumnya

hingga akhir tahun 1970 ditemukan sistem diafragma yang meningkatkan hasil pendengaran.
Stetoskop terbagi mmenjadi beberapa jenis yaitu stetoskop baton, stetoskop karet,

stetoskop akustik, stetoskop elektronik, dan stetoskop janin. Stetoskop memiliki banyak

fungsi yaitu untuk mendengarkan tekanan darah, mendengarkan suara paru, mendengarkan

suara jantung, dan juga digunakan untuk mendengar suara abdomen.

Pada pemeriksaan auskultasi pada paru terdapat beberapa suara normal yaitu vesicular

normal, bronchial, bronkhovesikular, trakeal, dan juga amforik. Dengan auskultasi akan

didengarkan bunyi bunyi dari jantung dan juga bising jantung bila ada kelainan di jantung

dengan menggunakan alat stetoskop. Sedangkan pada pemeriksaan auskultasi pada abdomen

dimaksudkan untuk memeriksa suara/bunyi usus terdengar frekuensi dan pitch meningkat

pada obstruksi, menhilang pada illeus paralitik. Succession splash untuk mendeteksi obstruksi

pada tingkat lambung. Bruit arterial. Dan Venous hum pada kaput medusa

13
14
DAFTAR PUSTAKA

1. Rizal, Achmad dkk: Pengenalan suara paru paru normal menggunakan LPC dan jaringan

syaraf tiruan back-propagation. Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Bandung. 2006


2. Rizal, Achmad. Soegijoko, Soegijardjo: Stetoskop elektronik sederhana berbasis PC dengan

fasilitas pengolahan sinyal digital untuk askultasi jjantung dan paru. Institute Teknologi

Bandung. Bandung. 2006


3. Yunarni, skolastika. Frendy prasetio: Laporan diagnostic stetoskop. Politeknik kesehatan

kemenkes. Surabaya. 2014


4. diploma-2014-303470-chapter1
5. Simadibrata, Marcellus: Pemeriksaan abdomen, urogenital dan anorektal. Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta. 2009. hal: 72


6. 211299420-Jenis-jenis-Stetoskop
7. www.Hargastetoskop.com/2015/01/fungsi-stetoskop.html
8. Rumende, Cleopas Martin: Pemeriksaan fisis Dada dan Paru. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

2009. Hal: 63-64


9. Makmun, lukman dan Nurhay Abdurrahman: Pemeriksaan Fisis Jantung. Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta. 2009. Hal: 67

15

Anda mungkin juga menyukai