Oleh :
Sana Ghita Fauziah G4A019033
Pembimbing :
dr. Nenden Nursyamsi Agustina, Sp.A
REFERAT
CORNELIA DE LANGE SYNDROME
Disusun Oleh:
Sana Ghita Fauziah G4A019033
Mengetahui,
Pembimbing
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas keberkahannya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini dengan
judul “Cornelia de Lange Syndrome”
Terima kasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, dan
narasumber SMF Ilmu Kesehatan Anak, terutama dr. Nenden Nursyamsi Agustina,
Sp.A selaku pembimbing penulis. Referat ini merupakan salah satu tugas di SMF
Ilmu Kesehatan Anak. Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam maupun di luar lingkungan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo, khususnya bagi penulis yang sedang menempuh
pendidikan.
2
DAFTAR ISI
3
I. PENDAHULUAN
1
2
A. Identitas Pasien
B. Anamnesis
3. Riwayat Pribadi
Pasien lahir dari ibu G3P2A0 usia 42 tahun lahir sectiocecaria atas
indikasi perdaharan ante partum dan plasenta previa. Saat hamil ibu
pasien tidak memiliki Hipertensi Gestasional, Diabetes Mellitus, Riwayat
trauma ataupun Infeksi. Serta rutin memeriksakan kandungannya di
bidan, dan hanya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan bidan.
Pasien lahir diusia kehamilan 37 minggu dengan berat lahir 3.100 gram,
panjang lahir 49 cm. Saat lahir langsung menangis, tidak ada riwayat
pemakaian oksigen, dan setelah lahir dirawat gabung dengan ibu. Pada
saat usia 2 bulan terdapat benjolan pada perut dan dilakukan operasi pada
usia 3 bulan, saat 7 bulan pasien pernah dibawa ke dokter anak dan
disarankan dirujuk ke RSMS karena kepala yang kecil dan disarankan
untuk CT-Scan, namun keluarga menolak.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga, kakak kandung, ataupun kakek / nenek yang
mengalami keluhan serupa seperti pasien.
5. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan kakaknya. Pekerjaan
ayah buruh lepas, pekerjaan ibu IRT. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur, 1
kamar mandi, lantai keramik, berdinding tembok, atap genteng
penerangan cukup, dan ventilasi yang cukup. Di sekitar rumah banyak
asap dan debu terdapat tempat pembakaran sampah di sekitar rumah.
Sumber air dari sumur. Tempat pembuangan berjarak 10 meter dari
sumber air.
5
6. Riwayat keluarga
4
46 th 44 th
Laki-Laki
Perempuan
23 th
Pasien
8 th 2 th
Meninggal
7. Kesimpulan Anamnesis
Seorang anak laki – laki usia 2 tahun 5 bulan dibawa oleh orang tua ke
Poliklinik Anak RSMS pada Hari Kamis, 03 Juni 2021 dengan keluhan
tumbuh kembang tidak sesuai usia. Menurut keterangan ibu, pasien beulm bisa
berjalan normal dan belum dapat berbicara. Pasien merangkak saat usia 8
bulan dan baru dapat duduk sendiri pada usia 12 bulan. Keluhan lain yang
dialami pasien yaitu pasien sulit makan dan sulit BAB. Pasien memiliki
riwayat hernia diafragma yang diketahui saat usia 2 bulan dan telah menjalani
operasi pada usia 3 bulan.
6
C. Pemeriksaan Fisik
Gambar 2.2 Alis tebal dan rapi, bulu mata panjang dan lentik, mikrognatia
5. Pemeriksaan thorax
a. Dinding dada : Bentuk tidak simetris, retraksi substernal (+),
prominensia (tonjolan) pada sternum
Gambar 2.4 Ukuran kaki relatif kecil dan tampak valgus deformity (bow-
legged)
9. Pemeriksaan Genitalia : fimosis (-),parafimosis (-),testis (+)
9
10
11
Sebagian besar anak dengan sindrom ini tidak dapat bertahan hingga usia
lebih dari 2 tahun. Pnerumonia, bersamaan dengan abnormalitas jantung,
respiratori, dan gastrointestinal merupakan penyebab kematian utama pada
pasien ini (Desai et al., 2021).
Gambar 3.3 Korelasi genotip dan fenotip CdLS. Varian patogenetik dari
pemotongan (translokasi, nonsense/framsehift) NIPBL menghasilkan fenotip
yang cenderung lebih berat. Sedangkan pada gen lain cenderung
mengasilkan fenotip yang lebih ringan (Sarogini et al., 2020).
Beberapa data otopsi menunjukkan disgenesis serebral, dengan
penurunan jumlah neuron, heterotopia neuronal, dan kelainan lipatan giral
fokal, sebagai penyebab keterlambatan psikomotor (Swols et al., 2021).
Mutasi NIPBL dikaitkan dengan fenotip CDLS klasik. Mutasi RAD21
jarang diobservasi dan biasanya dikaitkan dengan CDLS non-klasik disertai
dengan temuan anomali struktural yang konsisten, namun dengan tingkat
keterlambatan perkembangan yang ringan. Mutasi SMC3A dikaitkan dengan
CDLS non-klasik yang disertai dengan keterlambatan kognitif, namun dengan
dismorfisme wajah yang ringan dan tidak disertai dengan reduksi atau absans
ekstermitas atau digiti. Mutasi BRD4 diperkirakan terlalu jarang terjadi
sehingga tidak dapat diambil kesimpulan mengenai karakteristik fenotip yang
paling menonjol. Mutasi ANKRD11 dihubungkan dengan fenotip CDLS non-
15
1. Riwayat Pasien
Riwayat yang berkaitan dengan pasien sindrom Cornelia de Lange
(CdLS) adalah sebagai berikut (Swols et al., 2021):
a. Intrauterine Growth Retardation (IUGR) (68%)
1) Berat lahir rata-rata 2221 g untuk anak laki-laki dan 2.145 g (4
lb untuk anak perempuan.
2) Kebanyakan pasien mengalami pertumbuhan di bawah kurva
pertumbuhan normal sepanjang hidupnya.
3) Kecepatan pertumbuhan tinggi badan normal, tetapi
pertumbuhan saat pubertas melambat.
4) Kecepatan pertambahan berat badan lebih rendah dari kisaran
normal sampai remaja akhir.
5) Rerata lingkar kepala kurang dari persentil kedua.
b. Prematuritas (31%)
c. Tangisan bernada rendah, menangis lemah pada saat bayi. Gejala ini
tercatat sebagai kasus klasik dan menghilang saat anak tumbuh (74%)
d. Hipertonisitas awal (100%)
e. Kesulitan bernapas dan makan pada periode bayi baru lahir
(newborn) dan bayi (infant) (71%)
1) Kesulitan bernapas dan makan biasanya mengakibatkan gagal
tumbuh.
2) Temuan lain yang mungkin terkait diantaranya
gastroesophageal reflux (90%), stenosis pilorus (3%);
malrotasi atau duplikasi usus dengan obstruksi (10%); dan
hernia diafragmatika kongenital.
16
1. Kriteria Diagnosis
Fenotip CdLS terdiri atas berbagai spektrum yang terbagi menjadi
CdLS klasik dan non klasik yang mirip dengan fenotip sindrom lain
(Coffin-Siris syndrome, Rubinstein-Taybi syndrome, Nicolaides
Baraitser syndrome) yang secara klinis hampir identik (Desai et al.,
2021) . Karakteristik klinis pasien CdLS berdasarkan First International
Consensus Statement (2018), diantaranya yaitu dapat dilihat pada Tabel
2. berikut
Tabel 3.1 Karakteristik Klinis pasien CdLS (Kline et al., 2018)
Tanda kardinal (jika positif, skor 2 poin)
1. Synophrys dan/atau alis tebal
2. Hidung pendek, nasal ridge (tonjolan hidung) konkaf (cekung)
3. Filtrum panjang dan/atau halus
4. Vermilion bibir superior tipis dan/atau sudut bibir melengkung ke
bawah (downturned)
5. Tangan oligodaktili dan/atau adaktili
6. Hernia diafragma kongenital
Tanda Sugestif (jika positif, 1 poin)
1. Global developmental delay dan/atau gangguan intelektual
23
Gambar 3.10 Tanda kardinal pada wajah pasien CdLS (Kline et al.,
2018)
Hingga saat ini penilaian derajat keparahan (Severitas) Cornelia de
Lange yang masih digunakan oleh beberapa studi terbaru masih
menggunakan kriteria dari Kline et al. (1996) (Marchisio et al., 2014).
Tidak ada skor yang memperhitungkan severitas pada keluarga yang
mengalami riwayat CdLS atau memperkirakan severitas semua sistem
organ yang mungkin terpengaruh pada CdLS. Konsensus Internasional
(2018) menyarankan bahwa skor severitas harus digunakan dengan hati-
hati dan harus diakui bahwa perlu dilakukan pengembangan skor
severitas yang mewakili keparahan yang dialami oleh keluarga, dan
sebaiknya dikelompokkan berdasarkan gen penyebab (Kline et al., 2018).
24
1. Sindrom Dup (3q) : sindrom ini terjadi akibat duplikasi dari fragmen lengan
panjang kromosom 3, terutama pada 3q1`-qter. Pasien dengan sindrom ini
berdasarkan hasil observasi mengalami abnormalitas pada sistem saraf pusat,
29
Gambar 3.15 Sindrom Coffin-Siris (A) rambut kulit kepala jarang, fitur wajah
kasar dengan bibir tebal, bulu mata panjang; (B) hipoplasia kuku (C) low set ear
dan rambut kulit kepala jarang (Zarate et al., 2016)
30
5. Dewasa
a. pemeriksaan payudara rutin, atau pemeriksaan testis dan prostat rutin
b. Mendiskusikan pelatihan kerja atau masalah pekerjaan, dan pendidikan
yang lebihtinggi.
c. Penilaian perilaku atau psikiatri jika muncul masalah, seperti ADHD,
gejala obsesif-kompulsif, perilaku melukai diri sendiri, depresi.
d. Pertimbangkan DEXA scan untuk menyingkirkan osteoporosis.
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Desai, J.J., Nair, S.B., Pappachan, S. 2021. Classic Cornelia de Lange Syndrome
with Variant of Unknown Significance Detected in NIPBL Gene Mutation : a
Case Report. Egyptian Journal of Medical Human Genetics, 22-28.
Janek KC, Smith DF, Kline AD, et al. 2016 Improvement in hearing loss over time
in Cornelia de Lange syndrome. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 87:203-7.
Kaur M, Mehta D, Noon SE, Deardorff MA, Zhang Z, Krantz ID. 2016. NIPBL
expression levels in CdLS probands as a predictor of mutation type and
phenotypic severity. Am J Med Genet C Semin Med Genet, 172 (2):163-70.
Kinjo, T., Mekaru, K., Nakada, M., Hayase, N., Masamoto, H., Aoki, Y. 2019. A
Case of Cornelia de Lange Syndrome : Difficulty Prenatal Diagnosis. Hindawi
Case Reports in Obsttetrics and Gynecology, 1-3.
Kline AD, Jackson LG, Kliewer M. 1996. A scoring system forclinical severity
correlates with brain findings in Cornelia deLange syndrome. Am J Hum Genet,
59:A97.
Kline AD, Moss JF, Selicorni A, Bisgaard AM, Deardorff MA, Gillett PM et
al .2018. Diagnosis and management of Cornelia de Lange syndrome: first
international consensus statement. Nat Rev Genet, 19(10):649 –666
35
36
Marchisio, P., Selicorni, A., Bianhini, S., Milani, D., Baggi, E., Cerutti, M., Larizza,
L., Principi, N., Esposito, S. 2014. Audiological Findings, Genotype and
Clinical Severity Score in Cornelia de Lange Syndrome. International Journal
of Pediatric Otorhinolaryngology, 78 : 1045-1048.
Molck, M.C., Simioni, M., Vieira, T.P., Monteiro, F.P., Lopes, V.G.S. 2018. A Pure
2-Mb 3q26.2 Dupliation Proximal to the Critical Region of 3q Duplication
Syndrome.Mol Syndromol, 9 :197-204.
Panaitescu, A.M., Duta, S., Gia, N., Botezatu, R., Nedelea, F., Peltecu, G., et al.
2021. A Broader Perspective on the Prenatal Diagnosis of Cornelia de Lange
Syndrome : Review of the Literature and Case Presentation. Diagnostics, 11
(142) : 1-12.
Pasinska, M., Adamzack, R., Repczynska, A., Lazarczyk, E., Iskra, B., Runge, A.K.,
Haus, O. 2019. Prenatal Identification of Partial 3q Duplication Syndrome.
BMC Medical Genomics, 12 (85) :1-8
Rodriguez, P., & Asturias, K. 2020. A 16 Day Old Infant with Clinical Diagnosis
of Classical Cornelia de Lange Syndrome. Hindawi Case Report in Pediatrics,
1-4.
Swols, D.M., Tekin, M., Windle, M.L, Descrates, M., Fasullo, M., Bodurtha, J.,
Flannery, D. 2021. Cornelia De Lange Syndrome. Diakses dari
emedicine.medscape.com/article/942792-overview#a1 pada 11 Juni 2021
Zarate, Y.A., Bhoj. E., Kaylor, J., Dong, L., Tsuruzaki, Y., Miyake, N., et al. 2016.
SMARCE1, a Rare Cause of Coffin-Siris Syndrome : Clinical Description
of Three Additional Cases. Am J Med Genet A 170(8) :1967-1973.
36