Anda di halaman 1dari 4

Tatalaksana hipotiroid

- Medikamentosa

Terapi sulih hormon dapat dilakukan dengan pilihan obat yaitu sodium levotiroksin.
Bila fasilitas untuk pengukuran fungsi kelenjar tiorid tersedia maka diberikan dosis
sebagai berikut:

Umur Dosis (gr/kgBB/hari)


0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
2-12 tahun 4-5
>12 tahun 2-3
Bila tidak tersedia fasilitas untuk mengukur fungsi tiroid maka dapat dilakukan
therapeutic trial hingga usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu. Bila
terjadi perbaikan secara klinis maka dosis dapat ditingkatkan secara bertahap atau dengan
dosis pemberian 100g/m2/hari

- Pembedahan
Tiroidektomi dilakukan jika goiter membesar dan menekan jaringan di sekitarnya
seperti trakea dan esofagus yang dapat mengakibatkan inspirasi stridor dan disfagia.
Selain itu, penekanan pada laring dapat menyebabkan suara serak.

a. Prognosis dan komplikasi

Pemberian yodium atau hormon tiroid jangka panjang dapat mengecilkan kelenjar.
Namun jika pemberiannya tidak adekuat atau tidak diobati sama sekali dapat menimbulkan
komplikasi sebagai berikut:

- Koma miksedema
Koma miksedema merupakan kondisi yang ditandai dengan eksaserbasi gejala-gejala
hipotiroidisme termasuk hipotermi, menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi,
dan penurunan kesadaran hingga koma.
- Kreatinisme
Jika kondisi hipotiroidisme berat sudah terjadi sejak dalam kandungan maka dapat
menyebabkan penampakan penderita yang cebol. Pada saat lahir keadaan dapat normal
namun pada usia 2-3 bulan gejala mulai muncul seperti lidah yang menebal, jarak antara
kedua mata lebih besar dari normal, kulit kasar, kepala besar, muka bulat dan ekspresi
seperti orang bodoh, hidung pesek dan besar, bibir tebal. Pertumbuhan tulang terhambat.
- Kematian, dapat terjadi jika tidak diberikan pengobatan dan stabilisasi semua gejala
sesegera mungkin.

Sumber :

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Ilmu
Kesehatan Anak. Cetakan Kesebelas. Jilid 1. Jakarta : Infomedika Jakarta.

Sudoyo, A.W., et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Penatalaksanaan DGH

1. Pemberian hormon pengganti


Anak-anak defisiensi GH memerlukan somatropin biosintetik (natural sequence GH)
dengan dosis 0,18-0,3 mg/kg/minggu atau somatrem (GH metionil) dengan dosis 0,3
mg/kg/minggu yang diberikan satu dosis 6-7 kali seminggu selama masa aktif pertumbuhan
sebelum fusi epifisis. Peningkatan percepatan pertumbuhan paling jelas pada terapi tahun
pertama. Anak lebih tua yang tidak memberi respon sedemikian baik dan memerlukan dosis
lebih besar. GH tidak akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan tanpa nutrisi adekuat dan
status eutiroid.
Antibodi terhadap GH dalam jumlah yang dapat diukur diserum anak yang mendapat
GH, sementara itu antibodi lebih sering pada anak yang diterapi dengan somatrem daripada
somatropin, titer antibodi penghambat dengan kapasitas pengikat signifikan jarang ditemukan
dan hanya sedikit pasien yang dilaporkan mengalami henti pertumbuhan temporer pada
terapi somatrem.
GH menimbulkan efek anti insulin. Walaupun diabetes klinis tidak mungkin terjadi
akibat terapi GH, efek jangka panjang yang tidak diketahui berupa sedikit kenaikan kadar
glukosa pada anak yang dikira sehat. Resiko potensial lainnya berupa kecenderungan dapat
terjadi pergeseran epifisis kaput femur dengan terapi. Organomegali dan perubahan skeletal
seperti itu ditemukan pada akromegali sebagai efek samping yang potensial terjadi pada
kelebihan terapi GH.

2. Penanganan psikologis dan konsekuensi


Penelitian pada keadaan psikologis pasien dengan postur pendek bercacat karena
kehilangan metode yang konsisten untuk investigasi dan kehilangan studi terkontrol, tapi
beberapa hasilnya tampak menarik. Anak-anak defisiensi GH paling banyak dipelajari
mereka lebih memiliki trait kepribadian pasif daripada anak sehat. Anak-anak ini mengalami
keterlambatan pematangan emosional dan menderita perlakuan kekanak-kanakan dari
orangtua, guru dan kawan-kawannya.
Kemampuan akademik umumnya dibawah standar walau intelegensia normal, hal ini
berhubungan dengan terlambatnya maturitas emosi atau citra diri buruk, dan postur pendek.
Namun banyak anak-anak ini ketinggalan disekolah karena ukuran tanpa memperhatikan
kemampuan akademiknya. Beberapa tetap mengalami pencitraan diri bahwa tubuhnya
pendek walau tinggi normal telah dicapai dengan terapi.depresi dan tingkah laku bunuh diri
dapat terjadi pada orang dewasa yang terkena karena stress psikologis dari tubuh pendek dan
keterlambatan perkembangan.
Jadi cara individu pasien defisiensi GH menangkap dunianya tampak menjadi
kepentingan primer dalam konsekuensi psikologis, lingkungan sosial tinggi menilai bentuk
fisik dan menjadikannya potensi menuju sukses, menjadi sebuah kepercayaan yang tidak
dapat hilang pada pasien. Sebuah lingkungan suportif dianjurkan pada pasien defisiensi GH
dimana pasien tidak diijinkan bertingkah lebih muda dari umurnya ataupun mendapat
tempat khusus dalam keluarga.

Sumber :

1. Kliegman RM, Emerson NW. Nelson textbook of pediatrics. Ed. 18. Philadephia:
Elsevier saunders; 2007. p.1878-903.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak Nelson. Vol. 3. Edisi ke 15.
Jakarta: EGC; 2002. h.1913-44.
3. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatri rudolph. Vol 3. Edisi ke 20.
Jakarta: EGC; 2006. h. 1851-67.

Anda mungkin juga menyukai