PENDAHULUAN
pada wanita baik dinegara berkembang, ataupun negara maju. Diperkirakan angka
mortalitas yang disebabkan oleh KPD lebih dari 508.000 wanita di seluruh dunia
kasus baru (setelah dikontrol oleh umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan
persentase kematian (setelah dikontrol oleh umur) akibat kanker payudara sebesar
12,9%. (Ferlay et al., 2015). Menurut data kanker Kemenkes tahun 2013 Secara
tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang dimana jumlah
pasien kanker payudara di propinsi Bali kurang lebih 8462 orang. Tercatat 68,6%
wanita yang menderita KPD berobat ke dokter pada stadium lanjut lokal (IIIa dan
IIIb), sedangkan stadium dini (stadium I dan II) hanya 22, 4%. Dari beberapa
KPD lanjut lokal adalah salah satu klasifikasi dari kanker payudara dengan
metastasis jauh. Istilah "lanjut lokal" digunakan juga apabila penyebaran sel
1
2
kanker masih berbatas pada kelenjar limfe regional. Tidak dapat dibantah fakta
bahwa KPD lanjut lokal memiliki karakterisitik molekular biologi heterogen yang
dibagi dalam 4 subtype sesuai konsensus St. gallen 2011 dimana masing masing
factor kappa-B (NF-кB) sebagai agen anti apoptosis di beberapa jenis kanker yang
kemoterapi termasuk anthracyclin dan taxan (Ho, Dickson and Barker, 2005). Hal
ini disebabkan oleh faktor anti apoptotik gen yang diinduksi oleh faktor
transkripsi NF-κB di inti sel (Papademetriou et al., 2010). Hal ini disebabkan oleh
faktor anti apoptotik gen yang diinduksi oleh faktor transkripsi NF-κB di inti sel
selular KPD sangat penting untuk mengembangkan NFKB inhibitor sebagai terapi
onkogen dan dapat memainkan peran penting dalam biomarker prognostik, terapi
terapi NF-кB inhibitor pada penderita KPD luminal A stadium lanjut lokal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KPD adalah jenis kanker paling banyak di dunia dengan angka kejadian
lebih dari 1,500,000 kasus baru. (Torre et al., 2015) Sebelum tahun 1988
dari program skrining adalah untuk mengurangi mortalitas melalui deteksi dini
menurunkan angka kematian pada KPD, menurut catatan globocan 2012 kasus ini
tetap menempati posisi kedua penyebab kematian terbanyak pada wanita didunia.
Gambar 2.1: Insiden dan rerata mortalitas KPD di dunia (Globocan 2012)
6
KPD telah menjadi salah satu penyakit kanker dengan angka rerata
survival terbanyak dari jenis kanker lainnya di belahan eropa. Di Indonesia sistem
pencatatan angka rerata survival 5 tahun belum dapat diketahui karena sistem
registrasi kanker payudara masih belum tertata baik. Catatan yang dibuat
Globocan 2012 angka survival rate di Asia masih rendah dibandingkan dengan
KPD dengan besar tumor lebih dari 5 cm dan berhubungan dengan pembesaran
limfonodi. (Mandilaras et al., 2015) Paradigma KPD lanjut lokal telah meluas
7
menjadi bagian dari KPD yang memiliki sebagian besar karakteristik tumor lanjut
tanpa metastasis jauh tidak hanya secara anatomis tapi juga karakter biologis.
dengan terapi hormonal dan target jika diperlukan) dapat secara signifikan
Definisi KPD stadium lokal tidak seragam di setiap negara secara global,
mengingat spektrum presentasi yang bervariasi. Pada tahun 2002, edisi keenam
di manual AJCC edisi ke-7 pada tahun 2010.(Simos et al., 2014) Banyak
menghasilkan kelangsungan hidup yang lebih baik pada pasien metastasis regional
lebih lanjut dalam menyusun definisi seragam KPD lanjut lokal.(Lee and
Newman, 2007) KPD lanjut lokal inflamatoir adalah subtipe lain dari KPD lanjut
U.S. menggambarkan KPD lanjut lokal sebagai kanker stadium lanjut; definisi
atau kulit, atau keduanya (termasuk ulcus atau nodul satelit), terlepas dari
limfadenopati regional
kemungkinan KPD lanjut lokal yang tidak dapat dioperasi untuk dapat dilakukan
klinis T3N1M0 sebagai KPD lanjut yang yang dapat dioperasi; namun, tumor
payudara T4b juga memiliki spektrum luas dengan keterlibatan kulit bervariasi
dari peau' d orange, ulkus kecil sampai massa jamur besar. T4b dengan
keterlibatan kulit terbatas dapat dimasukkan kedalam KPD lanjut lokal operable.
9
Fakta yang tak terbantahkan bahwa KPD lanjut lokal adalah kelompok
penting bagi ahli bedah onkologi dan peneliti yang bertukar informasi tentang
gambaran klinis dan stadium tumor, terdapat beberapa penanda molekuler yang
bisa diperiksa. Marker molekular yang saat ini dapat dijadikan faktor prognostik
dan menjadi landasan pemberian terapi adalah (1) ER/PR, (2) HER2, dan (3) Ki67
ER adalah sebagai ligan faktor transkripsi aktif dan mengontrol transkripsi dari
beberapa gen yang terlibat pada proses proliferasi dan survival sel, sehingga sel
beberapa reseptor growth factor dan jalur signal sel. Ada 2 isoform Estrogen
Reseptor yaitu: Erα dan Erβ, tetapi hanya Erα yang diuji dan digunakan sebagai
Faktor prediktor yang lain adalah status Reseptor progesteron (PgR), suatu
reseptor hormon steroid yang berada di membran plasma sel kanker. Ada
hubungan regulasi ER terhadap ekspresi PgR yang masih dalam penelitian lebih
lanjut apakah PgR mewakili ER melalui jalur fungsional atau tidak. Dalam
penelitian yang dilakukan Bardau et al., KPD dengan hormonal reseptor yang
55%, 22% dan 3% Kehadiran PgR pada sel kanker menjadikan terapi hormonal
lebih efektif apabila dibandingan dengan sel kanker yang tidak memiliki reseptor
Kurang lebih 15-20% KPD mengalami over ekspresi HER2 (alias ERBB2)
dan kelompok ini disebut dengan subtipe HER2 positif. Tumor ini memiliki
marker ini menjadi penanda untuk dapat memberikan terapi target anti HER2
(Saini, K. S., et. al 2011). Over ekspresi reseptor ini dapat diperiksa dengan
11
menggunakan metode IHC dengan sistem skoring semi kuantitatif yang terbagi
atas 4 grup :
2+, Borderline = lemah hingga pengecatan moderat pada lebih dari 10%
Tumor positif apabila tercat kuat dan lebih dari 30% membran sel. Tumor
dengan skor 2+ atau borderline harus di uji amplifikasi dengan fluorescent in situ
protein Ki67 atau Kiev67 sebagai protein inti non-histon dikarenakan protein ini
dikode oleh gen MKI-67 pada manusia. gen ini terletak pada kromosom 10q26.2.
Ekspresi Ki67 bervariasi sesuai dengan fase siklus sel. Sel mengekspresikan
antigen ini selama (G1), (S), dan (M), tetapi tidak diekspresi selama fase istirahat
(G0). Kadar Ki67 rendah pada fase G1 dan S, mulai meningkat sampai mencapai
titik tertinggi pada fase mitosis, terutama pada interfase dengan waktu paruh
yang sangat pendek sedangkan pada fase anaphase dan telophase terjadi
penurunan ekspresi secara tajam. (Beresford, Wilson and Makris, 2006) Ki67
terekspresi pada level yang sangat kecil pada jaringan payudara normal atau tumor
12
yang jinak (<3%) (Van diest et al., 2004). Pada beberapa studi terbukti ekspresi
penentuan nilai cut-off harus ditentukan dalam konsensus. Standar baku Ki67
Para ahli genetika telah melakukan analisa lebih dari 8000 gen pada KPD
subtipe yaitu ER+/Luminal-like, subtipe Basal like, subtipe HER2 enriched dan
Ki67, subtipe luminal dibagi dua menjadi subtupe luminal A dan luminal B
reseptor progesteron (PgR) dan reseptor HER2 wajib dilakukan, sedangkan indeks
pendekatan terapi antara lain (1) Triple Negatif, dimana kemoterapi adalah adalah
satu-satunya modalitas terapi sistemik yang tersedia (2) HER2 positif Hormonal
reseptor negatif, dimana merupakan indikasi untuk pemberian anti HER2 dan
kemoterapi (3) HER2 positif hormonal reseptor positif (4) HER2 negatif dengan
hormonal reseptor positif. Spektrum dari subtipe terakhir adalah Luminal A like
(indeks proliferasi rendah, indeks reseptor tinggi, grade rendah), Luminal B like
(indeks proliferasi tinggi, indeks reseptor rendah, grade tinggi). Dua subtipe
Rendahnya index Ki67 mempunyai korelasi dengan prognosis yang baik dan
and have a generally favorable prognosis. The indication of cytotoxic chemotherapy for
lumi- nal A patients lies however at the heart of an ongoing debate. On one hand, it is well estab-
lished that luminal A patients benefit less from cytotoxic therapy than patients with hormone
receptor negative or HER2 positive tumors. On the other hand, there seems to be a subset of
hormone receptor positive luminal A tumor patients for whom the application of an adjuvant
chemotherapy seems to be beneficial [16, 19]. Right now, the decision for the addition of
chemotherapy to adjuvant endocrine therapy for luminal A patients is—next to gene expression
assays—mostly influenced by clinical parameters such as tumor size, nodal status, grading, age
and indices of cell proliferation.
Patients
15
breast cancer gain little benefit from taxane therapy Proceedings from the 12th St.
Gallen
International Breast Cancer Conference held in 2011 showed that the luminal A subtype
was fairly unrespon- sive to chemotherapy and said that node positivity per se was not an
indication for use of chemotherapy, although a large majority of physicians would use it
if more than 3 axillary lymph nodes were involved.4 However, the least benefit of
chemotherapy in all patients with lumi- nal A breast cancer is controversial. The 11th St.
Gallen Conference held in 2009 presented the relative indica- tions for using endocrine
therapy alone or a combination of chemotherapy and endocrine therapy for luminal A
breast cancer.5
2, 3
administered.
In conclusion, chemotherapy could provide little benefit to patients with luminal A breast
cancer, even those with high relapse risk factors including large tumor size and many
positive nodes. However, chemotherapy may bring patients longer relapse-free periods.
Prospec-
55
tive studies and additional subject recruitment are neces- sary to draw definitive
conclusions.
tentang mekanisme penyakit dalam usaha mengembangkan jenis terapi baru dan
pengobatan tertentu yang lebih bermanfaat terhadap pasien. Memahami apa yang
16
Beberapa tes dapat digunakan untuk mengetahui profil ekspresi gen untuk
menghindari penggunaan obat-obatan yang tidak perlu. Pam 50, adalah RT-PCR
suatu pemeriksan profil gen yang mengukur ekspresi 50 gen untuk dapat memberi
hal ini tidak dapat dilakukan rutin dan metode klasifikasi KPD untuk menentukan
subtipe memerlukan suatu tes yang lebih sederhana dan cukup murah. Cheang et.
al menawarkan suatu analisis IHC dengan memeriksa ER/PgR, HER2, dan Ki67
Ki67 tidak dapat diperiksa dapat menggunakan Grade histologi sebagai pengganti
memeriksa penanda sel basal untuk mendapatkan subtipe basal like seperti
cytokeratin 5/6, pengecatan pada protein ini belum dapat diterima dan tidak bisa
al., 2011)
sistemik ini juga dapat diberikan dalam bentuk neoajuvan sebelum operasi. Terapi
yang berbeda akan menghasilkan respon yang berbeda pula terhadap Subtipe
tertentu, oleh karena itu perlu penanganan terukur yang sesuai (lihat tabel 3).
terbaru untuk pasien TNBC dan pasien yang mengalami resistensi baik terapi
Tabel 2.3: Terapi efektif untuk subtipe KPD yang berbeda (modifikasi dari
Goldhirsch, A., 2011)
2.8 Kemoterapi
18
histopatologi, grading tumor, dan subtipe intrinsik. Sementara itu status kelenjar
getah bening aksila dan ekspresi reseptor hormon juga penting untuk
kemoterapi.
mengumpulkan data jangka panjang pasca operasi, tetapi hal ini akan memakan
waktu yang lama, mungkin setidaknya 10 tahun. Untuk mengatasi masalah ini,
2.8.1 Anthracyclin
dari Streptomyces peucetius var caesius pada tahun 1960-an (Minotti, 2004). Pada
tahun 1960 dan awal 1970-an doxorubicin muncul sebagai agen terapi baru
dalam pengobatan kanker payudara stadium awal dan lanjut (Speth, Hoesel and
Haanen, 1988).
berikut ; menghambat sintesis DNA dan RNA dengan cara interkalasi DNA
(Speth et al., 1988); membentuk radikal bebas semiquinon dan radikal bebas
oksigen melalui proses yang berikatan dengan besi dan proses reduktif.
kardiotoksisitas.
dan telah digunakan secara luas selama ini. Namun doxorubicin mempunyai
dan leukemia. (Ichikawa et al., 2014) dan memiliki keterbatasan efektifitas pada
KPD akibat resistensi obat (Gupta and Liu, 2013). Tantangan yang dihadapi
tumor bisa membantu untuk memilih kemoterapi yang paling tepat dan pemilihan
2010).
baik, angka kejadian wanita yang didiagnosa dengan KPD dimana ukuran tumor
20
lebih dari 2 cm atau stadium lanjut lokal masih banyak, dan pada kasus tersebut
adjuvan dalam mencapai overall survival untuk KPD stadium lanjut lokal (Deo et
al., 2003).
yang operabel, konservasi payudara memiliki angka DFS dan overall survival
kurang lebih sama dengan bila dibandingkan dengan pasien yang dilakukan
Confidence Interval (CI) 0,67 – 0,75]. Respon terhadap terapi merupakan faktor
prognostik individu yang kuat, perempuan yang mencapai pCR pada payudara
hidup secara keseluruhan lebih baik dibandingkan dengan residual penyakit yang
besar. Dalam NSABP B-18, perempuan mencapai pCR lengkap memiliki disease
free survival (DFS) dan overall survival (OS) lebih baik dibandingkan dengan
standar untuk pasien tidak hanya pada kanker payudara lanjut lokal tetapi juga
perjalanan penyakit, dan respons yang berbeda terhadap terapi sistemik (Blows et
tumor (respon obyektif) dan waktu perkembangan penyakit adalah target penting
Untuk pasien dengan penyakit progresif, dilakukan transisi ke rejimen lain yang
masih sensitif atau melanjutkan dengan intervensi bedah untuk penyakit yang
intervensi bedah yang optimal pada setiap kasus secara individual (Eisenhauer et
al., 2009).
KRITERIA
WHO RECIST
RESPON
Complete Hilangnya tumor paling Hilangnya tumor paling sedikit
Response sedikit 4 minggu dalam selama 4 minggu
pemeriksaan 2x berturut-
turut
Partial Pengecilan ukuran (volume) Pengecilan ukuran diameter
Response tumor ≥ 50% paling kurang maksimum tumor ≥ 30%, tidak
4 minggu, tidak terdapat lesi ada lesi baru, tidak ada progresi
baru atau progresi penyakit.
Stable disease Pengecilan ukuran tumor < Pengecilan ukuran diameter
50% atau peningkatan maksimum tumor <30% atau
ukuran tumor tidak melebihi membesar < 20% pada satu
25% periode tertentu
Progressive Membesarnya diameter Membesarnya diameter
disease maksimum tumor ≥ 25% maksimum tumor ≥ 20% atau
atau timbulnya tumor pada timbulnya tumor pada tempat
tempat baru baru
2.8.4 Kemoresistensi
empiris, karena belum ada uji klinis yang memungkinkan untuk memprediksi
respon dan manfaat dari kemoterapi tertentu. Evaluasi respon klinis tumor solid
atau diperoleh selama pengobatan (Kerbel, 1997). Proses resistensi ini yang
akhirnya menyebabkan kegagalan pengobatan pada lebih dari 90% pasien KPD
terapi dalam mengobati kanker sangat penting. Masalah resistensi obat sangat
obat ; metilasi DNA ; pengolahan kerusakan akibat obat ; dan anti apoptosis
Gambar 2.4 : Mekanisme resistensi obat kemoterapi pada KPD. Dikutip dari
(Elma. A. O'Reilly et al., 2015)
2.9 Apoptosis
penting, karena hal ini bukan saja memberikan pengertian tentang patogenesis
24
membunuh sel kanker melalui apoptosis, akan tetapi fungsi apoptosis pada sel
panjang berbeda. Proses ini berakhir dengan fagositosis sel-sel tersebut oleh
kerusakan DNA, sehingga dalam hal ini apoptosis berfungsi sebagai salah satu
kontrol checkpoint dalam siklus sel. Kegagalan sel tumor untuk melaksanakan
tumor, instabilitas genetik dan resistensi terhadap kemoterapi (Kim et al., 2006)
apoptosis. Ada 2 jalur, melalui mana caspase dapat diaktivasi, yaitu jalur
ekstrinsik atau jalur reseptor kematian (death receptor pathway) dan jalur intrinsik
25
atau jalur mitochondria. Kedua jalur menuju ke arah jalur bersama (common
ekstrinsik dan intrinsik terhubung satu sama lain dan bahwa molekul di jalur yang
Gambar 2.5 : Jalur apoptosis. Jalur ekstrisnsik (death-receptor pathway) dan jalur
intrinsik (jalur mitokondria) diadaptasi dari M.C. De Almagro 2012
kanker dapat diinduksi melalui inaktivasi sinyal pro-apoptotik atau aktivasi jalur
anti-apoptotik. Ada tiga cara utama yang dapat menekan apoptosis sel kanker,
2.10. NF- κB
1986 sebagai faktor transkripsi yang berikatan dengan sequence DNA spesifik
didalam imunoglobulin rantai pendek kappa pada sel B yang matur (Sen and
Baltimore, 1985). Saat itu diketahui bahwa faktor transkripsi ini mengatur banyak
sel yang berbeda dengan mengikat sequence pada komponen кB promotor atau
enhancer beberapa gen. Terdapat 2 jalur utama NF-кB, yaitu jalur canonical dan
kappa rantai ringan (Sen and Baltimore, 1985). Sejak penemuannya pada tahun
27
1986, NF-кB telah dipelajari secara intensif dan ditemukan memiliki peran dalam
mengatur transkripsi beberapa gen target lewat ikatannya dengan situs кB melalui
sebagian besar proses seluler organisme normal seperti respon imun dan respon
terlibat dalam respon seluler terhadap berbagai stimuli seperti stress, sitokin,
radikal bebas, iradiasi ultraviolet, LDL teroksidasi dan antigen viral atau bakterial.
Faktor transkripsi ini juga aktif secara terus menerus dalam beberapa kondisi
homologi pada N-terminus. Subfamily dari protein NF-κB, termasuk RelA, RelB,
Sebaliknya, NF-κB1 dan NF-κB2 protein disintesis sebagai prekursor besar, p105
dan p100, yang mengalami pengolahan untuk membentuk subunit NF-κB matang,
p50 dan p52 . Pengolahan p105 dan p100 diperantarai oleh ubiquitin /jalur
sebuah proses yang diatur ketat, p50 dihasilkan dari pengolahan konstitutif
p105(Gilmore, 2006).
terminal N 300 asam amino yang bertanggung jawab pada proses dimerisasi,
interaksi dengan protein inhibitor dan sinyal lokalisasi nukleus. RelB, c-Rel dan
p65 juga memiliki domain transaktivasi yang sangat penting dalam aktivitas
transkripsi. Homo dan heterodimer anggota famili NF-κB dapat ditemukan pada
RelB RELB
c-Rel RELC
yaitu : IκBα, IκBβ, IκBε, IκBζ, BCL-3, prekursor proteins p100 dan p105 serta
yang terbaru adalah IκBη [Hinz, M., et. al 2014]. Protein inhibitori ditandai
dengan adanya sequens 5 - 7 ankyrin berulang pada regio C-terminal. Pola ini
juga tampak pada protein p100 dan p105, yang juga menghambat lokalisasi
IκBα, IκBβ memiliki domain PEST yang kaya akan asam amino Proline
(P), glutamine (E), Serine (S), dan Threonine (T) yang mengatur balik fungsi NF-
κB (Mathes, E., et. al 2008). Selama proses fosforilasi IκB oleh IκB Kinase
(IKK), protein IκB mengalami ubiquitinasi dan secara perlahan didegradasi oleh
proteasome.
nukleus dan berikatan pada titik κB, bersama dengan co-aktifator atau co-
repressor dan mengatur transkripsi dari gen. Hasil dari transkripsi berbeda
tergantung atas instruksi upstream, ikatan sub unit, co-regulator dan crosstalk
dengan faktor transkripsi lain (Perkins, 2012). Gen-gen target terlibat dalam
Gambar 2.8: ikatan ikb dan nfkb dan translokasi nfkb sitoplasmic kedalam
nukleus
Salah satu arti penting dari NF-κB dalam pengaturan respon selular adalah
bahwa NF-κB termasuk dalam kategori faktor transkripsi primer yang “rapid
acting”, yaitu faktor transkripsi yang terdapat pada sitoplasma dalam keadaan
tidak aktif dan tidak memerlukan sintesis protein baru untuk diaktifkan (anggota
lain dari keluarga ini termasuk faktor-faktor transkripsi seperti c-Jun, STATS, dan
reseptor nuclear hormon). Hal ini memungkinkan NF-κB untuk bertindak sebagai
Stimulasi dari berbagai reseptor permukaan sel, seperti RANK dan TNFR, secara
receptors (TLRs) sebagai molekul pengenal pola spesifik dan temuan bahwa
31
(Gilmore, 2006)
menghasilkan IKK kompleks, yang berisi subunit katalisis IKKβ dan IKKα serta
subunit regulator NF-κB Essential Modulator (NEMO) (lihat gambar 9). Aktivasi
kompleks IKK ini melalui trans-autofosforilasi atau melalui enzim IKK kinase
faktor predominan pada jalur ini(Li et al., 1999). IKKβ memfosforilasi IκB,
dimana IκBα berikatan dengan p65/p50 dimer. Subunit p50 dibaca sebagai
hanya NLS p65 yang tertutup sedangkan NLS p50 tetap terbuka (Huxford et al.,
1998). NLS p50 dan sekuens eksport nukleus (Nuclear Export sequence=NES)
dari IκBα dapat diakses hal ini memungkinkan untuk kompleks IκB α/p65/p50
lokasi utama dari kompleks ini tetap di sitoplasma (Johnson et al., 1999).
Domain=TAD). Hal ini penting untuk aktivasi transkripsi dimer NF-κB (Sakurai
et al., 2003).
32
Degradasi IκBα menandakan NES pada kompleks dan NLS pada p65/p50
tidak lagi terbuka, dan posisi kompleks tersebut telah berada didalam nukleus.
Dimer NF-κB saat berada didalam nukleus, mengatur transkripsi beberapa gen.
Salahsatu gene yang dibuat adalah IκBα yang berfungsi sebagai mekanisme
jalur inaktifasi. Protein fosfatase 2A adalah kunci regulasi pada jalur umpan balik
al., 2008)
Gambar 2.9 : Jalur canonical NF-κB. dalam kondisi inaktif, IκBα mengikat dimer
NF-κB p65/p50 didalam sitoplasma. Saat terjadi ikatan ligan (mis: TNFα) dengan
reseptor IKK complex, yang terdiri dari IKKα, IKKβ and NEMO, maka terjadi
prose aktivasi. IKKβ memfosforilasi IκBα, sehingga terjadi proses ubiquitinasi
dan degradasi, membuka NLS p65 lalu bertranslokasi kedalam nukleus.
Fosforilasi p65 juga timbul dalam TAD, yang penting untuk aktivasi
transkripsional . Di inti sel dimer p65/p50 berikatan dengan poin κB sgen-gen
tertentu untuk memulai mengatur transkripsi.
Jalur kedua dari NF-κB adalah jalur non canonical atau jalur aletrnatif,
ditemukan tahun 2001. Jalur ini membutuhkan aktifasi IKKα dan tidak seperti
jalur klasik, jalur alternatif ini tidak tergantung pada IKKβ and NEMO (Xiao,
Harhaj and Sun, 2001). Jalur ini diaktifasi dengan ligan faktor aktivasi sel B, CD
40, dan limpotoxin β. Dimer IKKα diaktivasi oleh NF-κB Inducing Kinase (NIK).
Pada kondisi inaktif RelB dikeluarkan di sitoplasma oleh p100, tetapi melaui
aktivasi jalur ini p100 difosforilasi dan dirubah menjadi p52. Proses perubahan
p100 menjadi p52 menghasilkan hilangnya ankyrin berulang pada terminal C dan
1991).
Sama seperti jalur utama, umpan balik negatif terjadi dengan melibatkan
fosforilasi NIK oleh IKKα. Hasil ini mengakibatkan stabilisasi NIK dan
menurunkan sinyal non canonical yang bertujuan untuk mencegah terjadinya over
aktivasi (Razani et al., 2010). Jalur NF-κB non canonical mengatur gen-gen
pengatur perkembangan organ limfoid dan sistem immun adaptif (Bonizzi and
Karin, 2004)
34
progresifitas tumor, (2) mengendalikan proses inflamasi, (3) survival sel, (4)
mengendalikan proses metastasis. Salah satu target gen NF-κB adalah ICAM-1
Aktifitas Gen
Target gen NF-кB memainkan peran penting dalam regulasi banyak jalur
yang terlibat dalam hallmark kanker. NF-кB mengatur beberapa gen yang
35
berhubungan dengan inflamasi (TNF, IL-6 dan ICAM), kelangsungan hidup sel
protein Bcl-2 yang bertindak oleh modulasi pelepasan aktivator caspase dari
mitokondria. Cell line kanker prostat, PC3, kadar protein sinyal anti-apoptosis
inhibitor NF-кB. Penurunan ekspresi protein ini terjadi dalam hubungan dengan
up-regulasi p21, sebuah protein apoptosis dan pro inhibitor siklus sel.
dimediasi apoptosis (Li et al., 2005). Demikian pula cell line agresif kanker
menyebabkan peningkatan ekspresi Bid dan penurunan kadar Bcl-xL dan Bcl-2.
Pergeseran ekspresi protein pro dan anti apoptosis tercermin dalam peningkatan
sensitivitas sel-sel ini untuk pengobatan cisplatin (Yang et al., 2011). Deregulasi
metastasis. Jalur NF-кB mengatur transkripsi berbagai gen yang terlibat dalam
respon imun, inflamasi, proliferasi, dan apoptosis (Hanahan and Weinberg, 2011)
induksi ekspresi protein hilir, dan dengan demikian mungkin menjadi dasar
dan cyclin D1. NF-кB menghambat program cell death melalui regulasi protein
anti apoptosis; cIAPS, c-FLIP dan anggota family BCL-2. Protein ini sangat
penting dalam menopang sel prekanker diubah secara genetik, dan efek mereka
dan metastasis tumor melalui regulasi kemokin seperti IL-8 (migrasi), VEGF
(angiogenesis) dan MMP (metastasis) dimana ekspresi gen-gen ini dapat berubah
Pada sel-sel tumor, NF-κB aktif disebabkan oleh dua hal. Pertama karena
adanya mutasi pada gen yang menyandikan faktor transkripsi NF-κB itu sendiri
dan karena mutasi pada gen yang mengendalikan aktivitas NF-κB (misalnya gen
IkB). Selain itu, ada beberapa tumor yang mensekresi faktor-faktor yang dapat
apoptosis yang bermanfaat dalam strategi pengobatan anti tumor. (Gupta and Liu,
2013).
kanker payudara. Ini ditemukan pada tumor mammae tikus dibandingkan dengan
jaringan normal, dan tumor payudara primer manusia. Ekspresi subunit p65 pada
inti (lewat jalur canonical) ditemukan berkorelasi dengan indeks yang tinggi dari
proliferasi, high grade tumor dan ER negatif pada KPD. tetapi pada penelitian
lain cogswell 2000 dan montagut 2006 membantah pernyataan ini dan
canonical pada KPD dengan hormonal status positif . Aktivitas DNA dari p65 dan
p50 berkorelasi kuat dalam sampel tumor pada KPD. Kurva Kaplan-meier untuk
38
disease free survival (DFS) menunjukan bahwa pasien dengan penampilan DNA
p50 aktivitas tinggi memiliki DFS yang lebih buruk (Zhou et al., 2005).
Subunit yang terlibat dalam kedua jalur NF-кB telah diselidiki. Subunit
p50 dan subunit p52 dari jalur non-canonical NF-кB disajikan dalam nukleus
dan jaringan normal yang berdekatan, ekspresi subunit p50 dan p52 secara
signifikan lebih tinggi pada jaringan kanker. Dengan western blots fraksi inti
diekstraksi dari jaringan payudara normal dan jaringan kanker yang berdekatan
peningkatan mRNA dari gen кB termasuk p50, p52, inhibitory protein IкB, Bcl-3
estrogen. Pada sel payudara, level aktivitas NF-кB yang mengikat DNA
meningkat pada ER negatif dibandingkan ER positif. Selain itu, tikus dengan sel
peningkatan dua kali lipat pada aktivitas DNAnya dibanding mereka yang tidak
berpengaruh pada respon apoptosis oleh TNFα melalui jalur NF-кB (Biswas et al.,
2004). Sel kanker payudara dengan ekspresi yang berbeda pada ER dan HER2.
HER2 negatif yang diambil dari sel line MCF7 dan T47D (Zhou et al., 2005).
tamoxifen dalam sel MCF7/HER2 dan sel BT474, yang keduanya ER dan HER2
positif, hal ini mendukung hipostesis bahwa HER2 menginduksi aktivasi NF-кB
dan ini memberikan kontribusi terhadap resistensi tamoxifen (Zhou et al., 2005)
menargetkan IKKs untuk menghambat fungsi mereka di sinyal hilir NF-кB serta
juga diidentifikasi sebagai mekanisme kunci resistensi cisplatin (Li et al., 2005).
sel karsinoma (Chuang et al., 2002). Sel yang resisten menunjukan adanya
et al., 2013).
Protein inti dari sel-sel yang diberikan kemoterapi tampak lebih banyak
mengaktifkan NF-кB dibandingkan dengan sel kontrol yang tidak diobati, diukur
dari ekspresinya saat mengikat DNA. Peningkatan ekspresi NF-кB yang berikatan
2005).
ganasnya. Ketergantungan ini memberi pilihan terapi molekuler pada target gen
sel kanker. Aktivitas kompleks NF-кB melibatkan beberapa jalur sinyal dan
yang sesuai.
41
terbanyak yang dilakukan saat ini. Hal ini disebabkan metode pemeriksaan ini
sederhana. Kedua, pada metode ini digunakan reaksi antigen-antibodi yang sudah
diidentifikasi sebelumnya. Ketiga, antigen sesuai yang terkumpul pada sel yang
spesifik dapat mudah diamati dengan mata telanjang. Prinsip kerja pemeriksaan
sesuai. Jaringan yang difiksasi dalam parafin blok dapat dilakukan pengecatan
yang tidak dapat dideteksi dengan cara konvensional dan sebagai penanda
BAB III
masing-masing individu sel berbeda. Hal ini tidak terlepas dari implikasi yang
lokal, subtipe luminal sebagai prevalensi terbanyak. St. Gallen 2017 masih
lumnial untuk kasus-kasus tertentu tetapi sudah diketahui bahwa subtipe ini
jawab sebagai jalur penyeimbang untuk sel agar tetap bertahan hidup dalam
43
kondisi stress metabolik. Tingginya Protein NFKB pada sel KPD akan
melibatkan penderita dalam kelompok subtipe ini lanjut lokal yang diberikan
kemoterapi.
44
Kasus : KPD Luminal A lanjut lokal yang resisten terhadap pemberian NAC 3
Kontrol : KPD Luminal A lanjut lokal yang sensitif terhadap pemberian NAC 3
3.3 Hipotesis
BAB IV
METODE PENELITIAN
waktu penelitian.
Sampel penelitian diambil dari jaringan tumor pada wanita penderita kanker
Keterangan:
n :besar sampel
Zα : nilai Z untuk α tertentu = 5
Zβ : nilai Z untuk power (1-β) = 0,8
P1 : 0,857
P2 : 0,4
Besar sampel minimalnya : 20 x 2 = 40 (kasus + kontrol )
6. Menolak kemoterapi
payudara subtipe luminal stadium lanjut lokal dengan respon kemoterapi di RSUP
Sanglah Denpasar.
payudara.
NF-κB.
Populasi Target
Kriteria Inklusi
Populasi Terjangkau
Kriteria Eksklusi
Penilaian Respon
Kemoterapi
Neoadjuvan
Kontrol Kasus
Kemosensitif Kemoresisten
50
NF-κB NF-κB
NF-κB NF-κB
Analisis Data
Hasil
dibagi atas :
pemeriksaan histologipatologis.
51
Kriteria objective :
Level ekspresi NFкB digolongkan 2 bagian :
a. Low ekspresi
b. High Ekspresi (Over Ekspresi)
Ditentukan melalui perhitungan cut of point H-score melaui ROC
(Receiver Operating Characteristic).
negatif.
tumor.
Kriteria objektif :
o Tinggi, Termasuk kriteria Positif Kuat dan Sedang. Apabila
Dibagi menjadi :
53
dari 4 minggu
1) Bidimensional
progressive response )
54
Respon
NF-κB Kemoterapi
Variabel Antara
Usia,
Grade Histologi
LVI
TIL
penderita dari bagian rekam medik RSUP Sanglah mulai Maret 2019 serta
OR = ad/bc
BAB V
HASIL PENELITIAN
(50% ) yang berrespon sensitif terhadap kemoterapi serta 20 kasus (50% ) yang
didapatkan data umur termuda 32 tahun dan yang tertua adalah 72 tahun dengan
rerata dari sampel penelitian adalah 51,4 SD 10,12 tahun. ( Tabel 5.1 ).
LVI
Positif 14 35
Negatif 26 65
TIL
Tinggi 8 20
Rendah 32 80
(17,5%), grade II 19 kasus (47,5%) dan grade III 14 kasus (35%). Keterlibatan
invasi limfovaskular / LVI 14 kasus (35%) positif dan 26 kasus (65%) negatif.
( negatif – positif rendah ) dan 7 kasus (17,5%) tinggi ( positif kuat – sedang ).
kriteria H-Score dimana nilai terendah dari 40 sampel 2 adalah 75 dan nilai
Analisis Bivariat
data tidak berdistribusi normal, yang menandakan bahwa data akan diuji dengan
tes non parametrik. Pada Tabel 5.2 ditunjukkan bahwa dengan uji Statistik Mann
Whitney, tidak ada perbedaan usia yang signifikan antara kelompok yang sensitif
58
dan resisten terhadap kemoterapi (p=0.464). Di sisi lain, juga tidak ditunjukkan
Hal ini menunjukkan bahwa data pada kedua kelompok memiliki karakteristik
yang sama dari segi usia dan status menopause. Pada penelitian ini, ditunjukkan
bahwa Hscore dapat membedakan antara kelompok yang sensitif dan resisten
yaitu: grade, LVI, dan TIL tidak menunjukkan perbedaan Respon kemoterapi
p=0.695.
59
Untuk menilai pengaruh murni dari NF-КB dan respon kemoterapi dengan
analisis multivariat. Dari analisa logistik regresi didapatkan nilai signifikansi NF-
Adjusted
Variabel 95% C I Nilai P
OR
NF-КB 0,985 0,972-0,997 0,019
Usia 3,638 0,68-19,31 0,13
Grading 2,5 0,47-13,6 0,27
LVI 1,48 0,298-7,36 0,63
TIL 0,98 0,155-9,219 0,98
61
BAB VI
PEMBAHASAN
Sampel pada penelitian ini adalah pasien wanita KPD luminal A stadium
lanjut lokal yang datang berobat ke bagian bedah Onkologi RSUP Sanglah
tercatat didalam Rekam medis dari tahun 2014-2017. Pada penelitian ini rerata
usia sampel penelitian adalah 51.4 SD 10.12 dengan usia termuda adalah 32
kelompok kasus dan kontrol dari segi Usia (p=0,464). Sebaran data usia masing-
masing kelompok pada penelitian ini tidak normal (Saphiro wilk: 0,011) dimana
51.9 (SD 8.8) pada kelompok sensitif dan 50.9 (SD 11.5) pada kelompok resisten.
Hubungan antara usia dengan respon terapi masih kontroversi, dalam suatu
patologis dan respon klinis dari kemoterapi (Gajdos, Tartter and Estabrook, 2002).
Laporan penelitian lain menjelaskan hubungan yang signifikan antara usia dengan
kemoterapi pasien dimana pasien KPD >65 tahun memiliki kemungkinan pCR
yang lebih rendah dibandingkan pasien KPD <40 tahun tetapi hanya terbatas pada
menstruasi baik dari kelompok kasus dan kelompok kontrol (p=0,523). Hal ini
menjadi keuntungan peneliti sehingga akan mengurangi potensi bias dari variabel
luminal A pada pasien dengan premenopause dan post menopause memang tidak
sampel dengan grading histologi 2 paling banyak bila dibandingkan dengan grade
1 dan 3. Hal ini inkosisten dengan penelitian yang dilakukan oleh departemen
histologi dan Biologi sel UGM dimana dari 102 pasien dari kelompok Luminal A
grade 3 (50,6%) dan sisanya terbagi atas grade 1 dan 2. (Setyawati et al., 2018)
proses kemoresistensi dengan nilai signifikansi (p: 1,00). Hal ini mendukung
KPD, tetapi tidak sebagai faktor prediksi terhadap respon kemoterapi (Blows et
al., 2010)
63
6.2.2 Hubungan antara LVI KPD Luminal A Stadium Lanjut Lokal dengan
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya perbedaan LVI yang signifikan
antara kelompok kasus dengan kontrol (p=0,741). LVI positif pada 14 sampel
(35%) 6 sampel pada kelompok sensitif dan 8 sampel pada kelompok Resisten.
Terdapat LVI negatif 26 sampel (65%) dengan sebaran 14 sampel pada kelompok
sensitif dan 12 sampel pada kelompok resisten. Pada penelitian yang dilakukan di
berbeda jauh bila dibandingkan dengan subtipe lain.(He et al., 2017) oleh karena
tidak adanya perbedaan LVI pada kedua kelompok yang diuji maka dapat
dengan uraian penelitian yang menyatakan bahwa LVI memiliki nilai prediksi
6.2.3 Hubungan antara TIL KPD Luminal A Stadium Lanjut Lokal dengan
Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan TIL yang signifikan antara
kelompok resisten dan dan sensitif (p:0,594). Limfosit yang menginfiltrasi tumor
ditemukan 8 (20%) sampel (+) dan 32 (80%) sampel (-). Percobaan fase III pada
pasien KPD BIG02- 98, FinHER, ECOG2197, and ECOG1199 phase III trials in
tingkat TIL yang sangat rendah dan merupakan Faktor prediksi hanya pada
64
subtipe TNBC dan HER2 (+).(Kashiwagi et al., 2016) Sesuai dengan referensi
diatas, Penelitian ini menyimpulkan bahwa TIL bukan faktor risiko dari
69,76, dimana nilai terendah =75 terdapat pada kelompok sensitif dan nilai
terdapat perbedaan H-score NF-КB dari kelompok resisten dan sensitif dengan
p=0,015; dan setelah di uji dengan regresi Logistik menyimpulkan bahwa NF-КB
Sesuai dengan teori yang disampaikan dalam jurnal tahun 2006 oleh C. Montagut
IHC dapat dijadikan sebagai faktor prediksi resistensi kemoterapi pada pasien
KPD. (Montagut, 2006). Temuan ini sesuai dengan hipotesa bahwa peningkatan
Bcl-xL dan Bcl-2. Pergeseran ekspresi protein pro dan anti apoptosis tercermin
al., 2011). Penelitian lain yang mendukung hal ini juga melaporkan bahwa sel
mereka yang sensitif, sehingga adanya implikasi NF-кB dapat digunakan sebagai
Pada tahun 2016 telah dilakukan penelitian tentang pengaruh NF-KB terhadap
ekspresi Estrogen Reseptor pada KPD subtipe Luminal B.(Rutering et al., 2016)
First, mi- croarray analysis has shown that nodal status and tumor size cannot be
correlated with biologically distinct dis- eases.15 These findings suggest that biological
character- istics, not node positivity, are indications for the use of chemotherapy.4
Therefore, in our study, luminal A breast cancer in patients with larger tumors and lymph
node involvement may exhibit lower malignant potential. Sec- ond, the chemotherapy
regimen used in this study was at the lower limit of standard regimens in regard to
66
BAB VII
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Sanglah.
68
2. Perlu penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih baik dan jumlah sampel
yang lebih banyak untuk sampai pada tahap biomarker ini dapat digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Aebi, S. et al. (2011) ‘Cervical cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for
diagnosis, treatment and follow-up’, Annals of Oncology, 22(Supplement 6), pp.
vi12–vi24. doi: 10.1093/annonc/mdr371.
Aggarwal, B. B. et al. (2004) ‘Nuclear transcription factor NF-kappa B: Role in
biology and medicine’, Indian Journal of Experimental Biology, 42(4), pp. 341–
353.
Bardou, V. J. et al. (2003) ‘Progesterone receptor status significantly improves
outcome prediction over estrogen receptor status alone for adjuvant endocrine
therapy in two large breast cancer databases’, Journal of Clinical Oncology,
21(10), pp. 1973–1979. doi: 10.1200/JCO.2003.09.099.
Barisic, S. et al. (2008) ‘Identification of PP2A as a crucial regulator of the NF-
κB feedback loop: Its inhibition by UVB turns NF-κB into a pro-apoptotic factor’,
Cell Death and Differentiation, 15(11), pp. 1681–1690. doi: 10.1038/cdd.2008.98.
Beresford, M. J., Wilson, G. D. and Makris, A. (2006) ‘Measuring proliferation in
breast cancer: Practicalities and applications’, Breast Cancer Research, 8(6), pp.
1–11. doi: 10.1186/bcr1618.
Biswas, D. K. et al. (2004) ‘NF- B activation in human breast cancer specimens
and its role in cell proliferation and apoptosis’, Proceedings of the National
Academy of Sciences, 101(27), pp. 10137–10142. doi: 10.1073/pnas.0403621101.
Blows, F. M. et al. (2010) ‘Subtyping of breast cancer by immunohistochemistry
to investigate a relationship between subtype and short and long term survival: A
collaborative analysis of data for 10,159 cases from 12 studies’, PLoS Medicine,
7(5). doi: 10.1371/journal.pmed.1000279.
Bonizzi, G. and Karin, M. (2004) ‘The two NF-κB activation pathways and their
role in innate and adaptive immunity’, Trends in Immunology, 25(6), pp. 280–288.
doi: 10.1016/j.it.2004.03.008.
Brackstone, M. (2015) ‘Response to: “Current definition of locally advanced
breast cancer”’, Current Oncology, 22(5), p. e411. doi: 10.3747/co.22.2808.
Chuang, S. E. et al. (2002) ‘Basal levels and patterns of anticancer drug-induced
activation of nuclear factor-κB (NF-κB), and its attenuation by tamoxifen,
dexamethasone, and curcumin in carcinoma cells’, Biochemical Pharmacology,
63(9), pp. 1709–1716. doi: 10.1016/S0006-2952(02)00931-0.
Coates, A. S. et al. (2015) ‘Tailoring therapies—improving the management of
early breast cancer: St Gallen International Expert Consensus on the Primary
Therapy of Early Breast Cancer 2015 A.’, Annals ofOncology, 26(6), pp. 1533–
46. doi: 10.1093/annonc/mdv221.
70
breast cancer—time for a new paradigm?’, Current Oncology, 22(1), pp. 25–32.
doi: 10.3747/co.21.2043.
Minotti, G. (2004) ‘Anthracyclines: Molecular Advances and Pharmacologic
Developments in Antitumor Activity and Cardiotoxicity’, Pharmacological
Reviews, 56(2), pp. 185–229. doi: 10.1124/pr.56.2.6.
Montagut, C. (2006) ‘Activation of nuclear factor- B is linked to resistance to
neoadjuvant chemotherapy in breast cancer patients’, Endocrine Related Cancer,
13(2), pp. 607–616. doi: 10.1677/erc.1.01171.
Nakshatri, H. et al. (1997) ‘Constitutive activation of NF-kappaB during
progression of breast cancer to hormone-independent growth.’, Molecular and
cellular biology, 17(7), pp. 3629–3639.
Nielsen, T. O. et al. (2017) ‘High-risk premenopausal Luminal A breast cancer
patients derive no benefit from adjuvant cyclophosphamide-based chemotherapy:
Results from the DBCG77B clinical trial’, Clinical Cancer Research, 23(4), pp.
946–953. doi: 10.1158/1078-0432.CCR-16-1278.
Nishikori, M. (2005) ‘Classical and Alternative NF-kB Activation Pathways and
Their Roles in Lymphoid Malignancies’, J.Clin.Exp.Hematopathol Vol.45, 45(1),
pp. 15–24. doi: 10.1007/BF02450729.
Papademetriou, K. et al. (2010) ‘Neoadjuvant therapy for locally advanced breast
cancer: Focus on chemotherapy and biological targeted treatments’
armamentarium’, Journal of Thoracic Disease, 2(3), pp. 160–170. doi:
10.3978/j.issn.2072-1439.2010.02.03.8.
Perkins, N. D. (2012) ‘The diverse and complex roles of NF-κB subunits in
cancer’, Nature Reviews Cancer, 12(2), pp. 121–132. doi: 10.1038/nrc3204.
Perou, C. M. et al. (2000) ‘Molecular portraits of human breast tumours’, Nature.
Macmillan Magazines Ltd., 406, p. 747. Available at:
http://dx.doi.org/10.1038/35021093.
Razani, B. et al. (2010) ‘Negative feedback in noncanonical NF-κB signaling
modulates NIK stability through IKKα-mediated phosphorylation’, Science
Signaling, 3(123), pp. 1–10. doi: 10.1126/scisignal.2000778.
Reis-Filho, J. S. and Pusztai, L. (2011) ‘Gene expression profiling in breast
cancer: Classification, prognostication, and prediction’, The Lancet, 378(9805),
pp. 1812–1823. doi: 10.1016/S0140-6736(11)61539-0.
Rhodes, A. et al. (2000) ‘Frequency of oestrogen and progesterone receptor
positivity by immunohistochemical analysis in 7016 breast carcinomas:
Correlation with patient age, assay sensitivity, threshold valued and
mammographic screening’, Journal of Clinical Pathology, 53(9), pp. 688–696.
doi: 10.1136/jcp.53.9.688.
74