Status Karnofsky :
100 % = mampu melaksanakan aktivitas normal, keluhan/ kelainan (-)
90 % = tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.
80 % = tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan / gejala.
70 % = tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.
60 % = kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk keperluan sendiri.
50 % = perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.
40 % = tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus.
30 % = perlu pertimbangan rawat di RS.
20 % = sakit berat, perlu perawatan RS.
10 % = mendekati kematian.
0 % = meninggal ” Rest In Peace & No Pain ”
1
EPIDEMIOLOGI
I. Morbiditas
· Insidens
à banyaknya kasus ca. baru /100.00 penduduk.
minimal : 100
sedang : 200 – 250
tinggi : > 250
· Distribusi geografis
· Distribusi umur
· Distribusi sex ♂ : ca. hepar, paru, nasopharink
♀ : ca. mamma, thyroid, genitalia
----------------- Choriocarsinoma : plasenta, ovarium & testis.
· Kecenderungan --- ↑, ok :
a. perbaikan derajat kesehatan.
b. pe↑ taraf pengetahuan.
c. umur rata-rata harapan hidup à cancerous age à 45 – 50 tahun.
d. polutan >>.
II. Mortalitas
III. Golongan resiko tinggi :
- umur > 35 – 40 tahun
- ada kelainan genetic.
- kontak dgn karsinogen.
- mempunyai penyakit tertentu
- herediter
IV. E/ kanker
à ok genom yg rusak / abnormal
Protoonkogen & suppresor gen ß mengatur pertumbuhan & differensiasi sel.
Penyebab kanker :
a. kelainan kongenital / konstitusi gen : berupa kerusakan struktur, fungsi & sistem
kerja.
b. Karsinogen, seperti :
§ Kimiawi
2
dapat berupa karsinogen alami & buatan.
Digolongkan dalam tiga golongan :
1. Direct acting carcinogen à sangat aktif.
2. Pro-carcinogen
à tidak langsung, tetapi dimetabolisme dulu.
Dari proximate à ultimate karsinogen (mengadakan ikatan dg DNA
untuk menimbulkan kanker.
3. Co-carcinogen
Aktifitas karsinogen minimal, tetapi meningkatkan reaktifitas 1 & 2.
§ Sinar ionisasi
Ionisasi air & elektrolit dalam jaringan à disintegrasi sel à sel mati.
§ Virus
- Virus DNA (berkapsul atau tidak)
- Virus RNA – mempunyai enzim reserve transkriptase atau
RNA-dependent-DNA-polymerase.
(dapat menyusupkan informasi genetika kedalam gen)
§ Hormon (estrogen, androgen & gestagen)
Bentuk estogen / hormon steroid :
à estrone & estradiol (karsinogen) serta estriol (anti karsinogen).
§ Iritasi kronis
c. Lingkungan hidup : >>>
à pekerjaan, tempat tinggal & gaya hidup.
V. Karsinogenesis
Kanker terjadi ok kerusakan / transformasi proto-onkogen & gen suppresor sehingga
terjadi perubahan cetakan protein.
Prosesnya secara bertahap.
1. Inisiasi
- sel normal à pre-maligna
- inisiatornya adalah mutagen
- cukup 1 kali terpapar à permanen & irreversibel.
- tidak mengubah ekspressi gen.
3
2. Promosi
- Zat non-mutagen, tetapi meningkatkan reaksikarsinogen & tdk menimbulkan
amplifikasi sel.
- mengikuti kerja inisiator
- berkali kali paparan à reversibel
- mengubah ekspressi gen
3. Progresi
Sel benign à pramaligna & maligna ok terjadi aktivasi, mutasi & hilangnya gen.
Mekanisme karsinogenesis
a. Onkogen
b. Anti onkogen / gen supressor
c. Gen modulator
Teori Karsinogenesis
A. Mutasi Somatik
à terjadi perubahan letak nukleotida à perubahan kode genetik à protein abnormal
diproduksi à terlepas à tumbuh tanpa batas.
B. Epigenetik
= Penyimpangan differensiasi sel.
Gangguan mekanisme regulasi gen à gangguan pertumbuhan
( ada kerusakan pada anti-onkogen / gen supressor )
C. Aktivasi virus
à ada infeksi virus masuk ke DNA (aktifkan proto-onkogen à onkogen)
Bisa juga RNA (tapi dengan bantuan enzim reserve transkriptase)
D. Seleksi sel.
à ada kekeliruan dalam seleksi sel yang mengalami mutasi / transformasi à lepas
menjadi sel kanker.
4
SIKLUS PERTUMBUHAN SEL
Terdiri dari :
1. Siklus pertumbuhan morfologis
a. Fase Mitosis : 1 sel induk 2 sel anak
terdiri dari : - Profase : 1 jam
- Metafase : kurang dari 1 jam
- Anafase : kurang dari ½ jam
- Telofase : beberapa menit
b. Interfase : sel anak muda dewasa
Terjadi sintesa DNA, RNA, Enzim dan protein.
Kromosom terdiri dari untaian rantai ganda DNA yang saling membelit, merupakan
pasangan rantai nukleotida sebagai unit dari gen pembawa sifat individu.
Lamanya : beberapa jam à bertahun-tahun.
Sel anak membentuk RNA, Enzim dan protein lain untuk sintesa DNA dalam fase - s.
(rantai DNA yang membawa informasi genetik).
b. Fase - S (Synthesa) : 8 jam
5
Perbedaan sifat tumor jinak dengan sel ganas tergantung dari jauhnya penyimpangan dari
bentuk sel normal ( derajat diferensiasinya, autonominya dan kemampuannya mengadakan
infiltrasi dan metastasis ).
I. Histogenesis Tumor :
1. Tumor Epitelial :
Asal Ektoderm atau endoderm, neuroektoderm : sel kulit, mukosa, kelenjar otak,
Ex : karsinoma, epitelioma, adenoma, nevus, glioma, neuroblastoma.
2. Tumor Mesodermal/Mesenchimal :
Asal dari derivat Mesoderm : sel tulang, otot, jaringan ikat, pembuluh darah,
pembungkus saraf. Ex : sarkoma,osteoma, myoma.
3. Tumor Embrional :
Berasal dari germ sel/trofoblast. Ex: seminoma, teratoma, kista dermoid.
4. Tumor Campuran :
Asal dari derivat sel Ektoderm dengan endoderm atau mesoderm.
Ex : fibroadenoma, mukoepidermoid tumor, adenoskuamous cell karsinoma,
basal skuamous cell carcinoma.
6
· Tumor ganas Ektodermal atau Endodermal : Ca Mamma, Ca Kulit, Ca Serviks, Ca
Paru, Adenocarcinoma rektum.
· Tumor Ganas Mesenchimal : Sarkoma ( Rhabdomyosarkoma ), Osteosarkoma,
Soft Tissue Sarkoma
BIOLOGI TUMOR
I. Manusia waktu embrio ada 3 kelompok sel :
1. Ektoderm : berkembang biak menjadi epitel kulit dengan adneksanya,
neuroektoderm, yaitu sel otak dan syaraf.
2. Endoderm : berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenchim organ
visceral.
3. Mesoderm : berkembang menjadi jaringan lunak, jaringan ikat, tulang, otot,
jantung, pembuluh darah dan limfe, selaput saraf.
7
2. Sel Eukaryotik
Terdiri dari 3 bagian : membran sel, sitoplasma dan sitoplasma.
Kerangka sel berupa Mikrotubule dengan mikrofilamennya.
Contoh : Sel tubuh manusia, binatang, tumbuhan.
Organ adalah : unit fungsional terkecil dari tubuh. Ada 2 derivat jaringan :
1. Parenchim : terdiri dari derivat ekto atau mesoderm.
2. Stroma : jaringan penunjang, ex: pembuluh darah, limfe, serat saraf, otot,
jaringan ikat. Merupakan derivat jaringan mesoderm.
BENTUK SEL EUKARYOTIK
1. Selaput Sel ( Membran sel ).
Merupakan membran lipoprotein tipis 75 – 100 A, semipermiabel, berlapis tiga.
Lapisan luar dan dalam : Glikoprotein. Lapisan tengah : Fosfolipid. Fosfat
bersifat hidrofilik dan lipid hidrofobik
2. Sitoplasma.
Terdiri dari : air, protein, lipid, glikogen, elektrolit. Ada organel penting :
a. Mitokondria : pabtrik umtuk mensintesa ATP, menghasilkan energi
menggunakan enzim ATP (adenosine tripospate)
b. Retikulum : Pabrik untuk membentuk protein,hormon,enzim. Ada yang
Halus : untuk sintesa steroid dan detoksifikasi. Kasar : sintesa protein
tersebar dalam sitoplasma.
c. Ribosom : Pabrik membentuk protein. Sebagian besar dalam bentuk RNA
d. Lisosom : Kantung yang berisi bermacam-macam enzim untuk memecah
protein, karbohidrat, lemak. Lisosom juga dapat menghancurkan bakteri
yang masuk kedalam sel. Bila kantongnya pecah , lisosom akan keluar lalu
masuk kedalam plasma yang akan merusak dan mematikan sel itu sendiri
disebut ”kantongan bunuh diri”(suicide bag)
e. Aparatus Golgi : gudang penyimpanan dan pusat distribusi produk yang
dihasilkan oleh ribosom
8
3. Inti Sel.
Terdiri dari protein inti, DNA,dan RNA terletak ditengah-tengah sitoplasma,
dibungkus selaput inti. Didalamnya terdapat nukleolus, kromatin serta karyolimfe.
Terdiri dari :
A. Selaput Inti ( Nuklear membrane )
B. Inti Sel ( Nukleus ) : ada kromosom yang spesifik. Pada interfase kromosom itu
merupakan bintik basofil yang disebut kromatin yang terdiri dari DNA. Ada 2
macam kromatin : Heterokromatin ( gelap pada pewarnaan HE), Eukromatin
(terang)
C. Anak Inti ( Nukleolus ) : terdiri dari RNA yang berfungsi untuk menyalin kode
genetik
dari DNA.
9
3. tRNA ( Transfer RNA ) 20%
Berfungsi untuk mencari asam amino dalam plasma dan membawanya ke ribosom untuk
membentuk protein yang sesuai dengan pesanan DNA.
PERTUMBUHAN KANKER
Pertumbuhan kanker dibagi atas dua bagian, yaitu :
1. Pertumbuhan lokal yang terdiri dari : - Lokal in situ
- Lokal invasive
2. Pertumbuhan / penyebaran ke organ lain / metastase :
- Ke kelenjar limfe regional
- Ke organ jauh
PERTUMBUHAN LOKAL
Kanker mulai tumbuh dari satu sel kanker pada satu tempat di dalam organ (unisentris). Jarang
kanker tumbuh dari beberapa sel di dalam organ (multisentris) atau dari beberapa organ
(multilokuler).
Bila sel kanker tumbuh bersamaan dalam satu tahun disebut Synchronous dan bila tumbuh
dalam waktu berbeda disebut Metachronous.
10
Untuk terjadinya transformasi (perubahan) dari 1 sel normal menjadi sel kanker oleh faktor
karsinogen (penyebab kanker) diperlukan 2 hal yaitu insiasi dan promosi.
Waktu induksi diperlukan waktu 15 - 30 tahun
Fase insitu = 5 - 10 tahun
Fase invasi = 1 - 5 tahun
Fase diseminasi (penyebaran) = 1 - 5 tahun
Sel kanker tumbuh secara exponensial yaitu mulai 1 sel - 21 sel - 22 sel - 23 sel - 24 sel dan
seterusnya.
Setelah penggandaan 30 kali maka volume sel kanker menjadi 230 = 109 yaitu volume 1 cm3 1
gram.Doubling Time
Bila waktu ganda 3 kali maka perlu 30 kali 3 bulan (90 bulan = 8 tahun) untuk 1 sel kanker
bertumbuh menjadi 1 cm3 sel kanker.
11
4. Ruangan tempat tumbuh tumor : Makin besar tumor makin besar ruangan yang dibutuhkan,
makin besar tenaga yang dibutuhkan untuk mendesak jaringan sekitar.
5. Pertahanan alami dari tubuh (barier) :
a. Barier mekanis tulang, fasia, aponeurosis, kulit dan sebagainya
b. Barier Imunologis :
- Imunologis seluler, yaitu oleh limfosit dan phagosit
- Imunologis humoral, yaitu antibodi yang dibentuk oleh karena adanya tumor.
6. Suplai darah
Tumor menghasilkan angitrofin yang merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru yang
disebut neovaskularisasi.
ETIOLOGI KANKER
Cara atau mekanisme terjadinya kanker yang disebut Karsinogenesis belum diketahui secara
pasti (lebih dari 17 teori Karsinogenesis). Perubahan dari sel normal menjadi sel kanker
dipengaruhi oleh banyak faktor (multifaktor) dan bersifat individual atau tidak sama pada setiap
orang.
Waktu Insisi
Promosi
12
1. Lingkungan hidup : a. Bahan kimia
(70 - 85%) b. Sinar ionisasi (radiasi / ultraviolet)
c. Virus
d. Hormon
e. Iritasi kronis
2. Genetik ?
3. Dan lain-lain ?
13
diferensiasi disebut proto onkogenn dan gen yang menghambat diferensiasi disebut anti
onkogen. Gen yang rusak disebut onkogen yang menyebabkan sel itu tumbuh liar tanpa dapat
dikendalikan disebut sel kanker
Diferensiasi
Onkogen
Kimia
Sinar Ultraviolet Transformasi gen
Virus
Hormon
Iritasi kronis Proto onkogen
Proses : Inisiasi
Promosi
Progresi
PATOLOGI KANKER
I. Gambaran Makroskopis, dalam lima bentuk :
1. Bentuk Plague.
- Lesi kulit atau mukosa yang tinggi permukaannya, meskipun sama tinggi/sedikit
meninggi, tetapi elastisitas, konsistensi dan warnanya berbeda.
- Melanoma maligna, basalioma, karsinoma yang kecil.
14
c. Campuran
3. Bentuk erosi - ulkus
Tanda-tanda ulkus karsinomatosa :
a. Bentuk dan batas-batas tidak teratur
b. Permukaan tidak rata, noduler atau granuler dan sering ditutupi jaringan nekrotis
c. Tepi ulkus meninggi
d. Rapuh dan mudah berdarah
e. Sering merupakan bagian dari suatu tumor yang lebih besar
4. Bentuk campuran antara plague, tumor dan ulkus yang terdapat pada satu tumor
5. Tanpa bentuk tertentu, hanya pada satu jenis kanker saja yaitu kanker darah atau
leukemia.
15
o Jaringan limfoid, hemopoetik
c. Jaringan tropoblastik dan embrional
d. Campuran
2. Sifat tumor
a. Jinak
b. Ganas : Karsinoma insitu
Karsinoma invasif
c. Jinak ganas ( boderline ) : Basalioma, Adamantinoma
3. Derajat diferensiasi sel
G1 = Diferensiasi baik
G2 = Diferensiasi sedang
G3 = Diferensiasi jelek
G4 = Tanpa diferensiasi (anaplastik)
SIFAT-SIFAT TUMOR GANAS :
1. Bentuk tidak teratur
2. Kapsul tidak jelas atau tidak ada
3. Batas tidak tegas
4. Hipervaskularisasi atau neovaskularisasi
5. Rapuh dan mudah berdarah
6. Ada bagian-bagian yang nekrosis atau menunjukkan ulserasi
7. Ada infiltrasi atau perlengketan keorgan sekitarnya.
Pembelahan sel di atur oleh :
1. Protoonkogen
2. Supresor gen
16
Oncogene : Gen yang bertanggung jawab terhadap perubahan sel normal menjadi sel
kanker.
Anti Oncogene / Supresor Gene : Gen yang bertanggung jawab terhadap hambatan perubahan
sel normal menjadi sel kanker.
Patobiologi Kanker : Perubahan biologis yang terjadi pada sel normal sehingga berubah perilaku
menjadi sel kanker yang selanjutnya mengalami pertumbuhan baru yang maligna.
NYERI KANKER :
1. Nyeri Visceral : nyeri akibat rangsangan reseptor Nosiseptik (organ paru,jantung, ginjal,
hati serta gastrointestinal ) misalnya peregangan Organ.
3. Nyeri Neuropatik : Disebabkan oleh karena kerusakan jaringan saraf sentral maupun
perifer.
17
KLASIFIKASI JENIS SITOSTATIKA
Klasifikasi berdasarkan cara kerja obat dalam fase siklus pertumbuhan sel, antara lain :
1. Anti alkilasi
à penggantian satu atom H dengan satu radikal alkil à terjadi alkilasi asam amino
pada DNA à rusak.
Contoh :
☞ Cyclophosphamide
☞ Tenozolamide
☞ Ifosfamide
☞ Hexamethylelamine
☞ Procarbazine
☞Thio-TEPA
2. Anthracyclin
à Kesanggupannya untuk mengikat diri pada sel DNA & menghentikan sintesis asam
nukleat..
Contoh :
➢ Doxorubicin.
➢ Farmorubicin.
➢ Epirubicin
➢ Idarubicin
3. Inhibitor Topoisomerase II
à Menghentikan sintesis asam nukleat dan DNA .
Contoh :
✏ Amonafida.
✏ Comphothecin S.
✏ Irinotecan.
4. Anti Metabolik
à Bekerja pada enzim tertentu à terbentuk molekul abnormal sehingga tidak dapat
digunakan lagi oleh sel.
Strukturnya analog dengan molekul abnormal yang tidak digunakan oleh sel.
18
Contoh :
➝ 5- Fluorouracil
➝ Methotreksat
➝ 6 – mercaptopurine
➝ BCNU – CCNU
➝ Imidazole carboxamide
➝ Hydroxyurea
➝ 6- Thioguanine
➝ Cytosine arabinose
➮ Actinomycin – D
➮ Bleomycin
➮ Mitomycin – C
➮ Mithramycin
6. Golongan Alkaloid
à merusak kumparan mitosis & kromosom. Berasal dari tumbuh-tumbuhan vinca.
Contoh :
§ Vincristine
§ Vinblastine
§ Vindestine
Paclitaxel ( Taxol )
- Di isolasi dari kulit batang tanaman : Pacifik yew ( Taxus breviola ).
- Mencegah pertumbuhan sel-sel kanker à mempengaruhi struktur sel (microtubules)
yang mempunyai peranan penting dalam fungsi sel.
- Dalam pertumbuhan sel normal, microtubules terbentuk pada saat sel mulai membelah
dan ketika sel berhenti membelah microtubules akan pecah ( hancur ). Paclitaxel
19
menghentikan microtubules dari kehancuran. Dengan demikian microtubules akan
menyumbat sel-sel kanker yang berakibat tidak dapat tumbuh dan membelah.
Docetaxel ( Taxotere )
- Taxoid semisintetik yang mempengaruhi pembentukan microtubules dan menghambat
depolimerasasi microtubules , sehingga mengganggu proses replikasi dan mitosis sel-sel
kanker.
- Docetaxel mempunyai response rate yang lebih baik bila digunakan sebagai free-line
therapy.
7. Hormon
à Hormon mempunyai khasiat sitostatika pada tumor ganas tertentu
Androgen : Testosteron, Durabolin, Primobolan.
Estrogen : Diethylstilbestrol, Lynoral.
Anti estrogen : Tamoxifen ( Nolvadex ), Toremifene.
Progestativa : Provera, Delalutin.
Corticosteroid : Prednison, Prednisolon, hydrocortisone, Dexamethasone.
Respon Pengobatan :
1. Complete Respon(CR) : Hilangnya penyakit > 4 minggu / setelah 6 siklus.
2. Partial Respon (PR) : Tumor mengecil > 50% selama 4 minggu / setelah minimal 3 siklus.
3. Minimal Respon (MR) : Tumor mengecil 25 – 50% setelah minimal 3 siklus.
4. No Change (NC) : Tumor mengecil < 50% / membesar < 25% / dilihat setelah 3 siklus.
5. Progressive Disease(PD) : Tumor membesar 25% / timbul lesi baru / dilihat setelah 2 siklus.
Macam-macam Ulkus :
1.Ulkus Septik.
2.Ulkus DM
3.Ulkus Carcinomatosum
- berbenjol-benjol.
- mudah berdarah.
- bau busuk.
4.Ulkus TB.
20
Pengaruh obat sitostatika terhadap sintesa DNA
Hydroxyurea
L-Asparaginase
Sintesis Purine
Alkylating agent
M sintesa Pyrimydine 5-Fluorouracil Antibiotik :
- Bleomycin D
- Actinomycin D
- Adriamycin (Cerubidin)
- Mithramycin
Cytarabine
Pembagian ini hanya pembagian yang bersifat relatif dan bukan absolut
Hubungan Siklus pembelahan sel dengan sensitifitas obat sitostatika
Bleocyn Vincristine
Actinomycin D Vinblastin
Endoxan Colchichin
Griseovulvin
Hydroxycortisone
6-Mercaptopurine Chalones
Hydroxyurea G2 M Actinomycin D
Methotrexate 6-Mercaptopurine
Endoxan G1 Thioguanine
5-Fluorouracil 5-Fluorouracil
Mitomycin Methotrexate
6-Thioguanina S Hydroxyurea
Cytosar Cytosine Arabinoside
(Cytosar)
21
TUJUAN THERAPI PALIATIF :
1. Menghilangkan sumber metastasis.
2. Menghilangkan rekurensi.
3. Menghilangkan perdarahan.
4. Menghilangkan bau busuk.
Moh's : mengambil jaringan seperti wide excisi à bebas tumor (incisi ellips).
Macam-Macam STAGING :
· C = Klinis.
· P = Patologis.
· A = Autopsi.
· R = Radiologis.
· R = Recurensi.
LEUKOSIT ADA 3:
-- PMN : >>> sebagai Fagositosis.
-- LYMPHOSIT.
-- MONOSIT.
22
Alasan Neutofil jadi patokan :
- usia neutrofil singkat ( 4 - 5 hari )
- komponen terbesar yang menyusun WBC.
- merupakan granulosit yang berperan pada proses pengeluaran makrofag
Premedikasi : menekan pusat muntah di reseptor, terus dikasih oral ok/ reseptor terlepas, biasa
hari 1 - 5, ok masih ada di darah belum di eliminasi.
Perdarahan pada kanker: Tekan 20 menit, retraksi pembuluh darah tidak berfungsi
Sehingga perdarahan berhenti ok adanya suatu Trombus.
COMPLETE RESPONS :
à Clinical respons.
à Patological respons.
Therapi Paliatif :
- Mengurangi sakit
- Therapi suportif seperti nutrisi, roborantia, antibiotika.
- Doa – meninggal dengan iman ( RIP )
23
Agranulocytosis : Absence of granulocytes ( term often used to indicate severe neutropenia ).
Fever : Single oral temperature of > 38,30C ( 1010F ) or temperature of 380C ( 100,40F ) for more
than 1 hour in 3 measurement )
KLASIFIKASI NEUTROPENIA :
Mild : 1000 - 1500 cell/mm3
Moderate : 500 - 1000 cell/mm3
Severe : < 500 cells /mm3
Bone Scintigrafi :
- Melihat ganbaran pemecahan glukosa/glukogenolisis oleh massa tumor dan mengumpul
disekitar tulang yang dicurigai.
- Bila (+) maka curiga adanya suatu metastasis.
à Sekarang dikerjakan Bone Marrow Puncture, BMP (+) maka prognostik buruk 40 %
MRI :
- Lebih sensitive untuk mendeteksi massa tumor yang banyak sel –sel darah.
- Lebih baik untuk gambaran Vertebrae dibandingkan BSC
Evidence Base :
Level I : R C T
Level II : Kohor Study.
Level III : Cross sectional methode.
Level IV : Expert opinion / Consensus.
24
TIROID
Embriologi :
- Merupakan kelenjar endokrin, berkembang pada minggu ke 3 - 4 intra uterine.
- Asal dari penebalan entoderm dasar faring, lalu memanjang ke kaudal disebut
Divertikulum tiroid dihubungkan oleh duktus tiroglosus yang bermuara pada lidah di
Foramen cecum.
- Mulai berfungsi pada akhir minggu ke 7 à mensekresi TSH dari sel folikel dan sel
parafolikuler (sel C / kalsitonin ).
- Terletak pada cincin trachea ke 2 - 4, terdiri 2 lobus, dipisahkan oleh isthmus, ukuran 4 x
2 cm dgn berat 15 – 25 gram.
25
Ductus Tiroglossus :
· pasien diminta keluar & masukkan lidah secara cepat.
· Saat menjulurkan lidah, tumor akan masuk.
· Tidak ikut bergerak saat menelan.
· USG tiroid > jelas.
METABOLISME IODIUM
Baca di bawah.
Darah beku lengkap à plasmaà sel plasma ( limfosit B yang matang )à disentrifuseà jadi
serum, diikat oleh : Ig G, Ig M, Sitokin, TNF, Interferonà sistem kekebalan.
Serum sebagai standar ada dalam cairan ekstra seluler.
Metabolisme Yodium : Yodium asal dari makanan dan minuman masuk ke peredaran darah à serum /
Plasma à dikatalis oleh enzim yodida peroksidase menjadi yodium ( di sel folikulare ) à Yodium +
molekul tirosin ( organifikasi yodium ) à MIT + DIT di Tiroglobulinà
à T4 + T3 à disimpan di Koloid
( Proses Pinositosis )à
à dilepaskan ke Sirkulasi.
Morfologi :
1. Struma nodosa.
2. Struma difus.
3. Struma kistik.
Fungsional :
1. Hipotiroid.
2. Hipertiroid.
Jadi untuk mengatakan struma itu toksis atau non toksik dilihat gabungan gabungan morfologi
dan fungsionalnya.
Klasifikasi Ca Tiroid :
I. EPITHELIAL :
1. Adenokarsinoma Papiller.
2. Adenokarsinoma Follikuler.
3. Undifferentiated Karsinoma / Anaplastik :
26
ボ Small Cell Carcinoma
ボ Giant Cell Carcinoma.
ボ Spindle Cell Carcinoma.
4. Karsinoma Meduller.
5. Squamous Cell Carcinoma.
A. Well Differentiated :
1. Type Papillare :
Limfogen, Ground glass appearance, Psamoma bodies (kalsifikasi kecil dalam
tangkai, Pseudoinklusi. Prognosis paling baik. Tall dan Kolumnar sel
2. Type Folliculare :
Hematogen, Endemis, Well developed accini, Oxyphilic cell type, Insular sel
3. Type Medullare :
Limfogen, Autosomal Dominan Herediter, Produksi Calcitonin / sel C ( sel
parafolikuler )
B. Undifferentiated :
1. Type Anaplastik : Limfogen & hematogen, Giant cell Ca. Prognosis jelek.
CHVOSTEK SIGN :
à Tanda tetani ( Hipotiroid ) : kontraksi yang cepat dari otot wajah ipsilateral ß mengetok
nervus facialis pada angulus mandibula.
TROUSSEAU SIGN :
à Tanda tetani ok spasme otot ekstremitas atas yang menyebabkan fleksi pergelangan tangan
dan ibu jari dengan ekstensi jari tangan. Pada tetani yang ringan, tempat spasmenya tidak
terbukti,maka tanda Trousseau kadang dapat ditimbulkan dengan menutup sirkulasi selama
beberapa menit dengan manset tekanan darah.
27
Sidik Tiroid : dosis untuk terapi lebih besar dari pada dosis untuk diagnostik.
Pada waktu desinfeksi operasi, jangan menggunakan Iodium / betadine, karena akan
mempengaruhi pada waktu radiasi.
Catt : Tc 99m lebih baik, lebih teliti, efek karsinogenik lebih kecil
Komplikasi Operasi :
1. Hematom.
2. Tracheomalasia.
3. Hipokalsemia.
4. Suara parau / hilang.
5. Tersedak.
Kelainan Tiroid :
1. Kelainan bawaan.
2. Kekurangan iodium.
3. Infeksi
4. Neoplasma.
5. Trauma
28
Riedel's Struma = ligneous thyroiditis.
5. Neoplasma : Jinak -- Adenoma.
Ganas -- Karsinoma.
· Kepala hiperekstensi à raba bagian bawah s/d incisura jugularis, apakah jari masih dapat
masuk atau tertahan massa tumor.
· Rὄ : Leher lateral.
· Pakai CT Scan > pasti.
PAMBERTON SIGN :
Angkat kedua lengan tinggi disamping kepala, tampak kongesti pada muka & sianosis, ß ada
obstruksi pd thoracic outlet ( V cava superior )
BERRY SIGN :
Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang m.sternokleidomastoideus karena terdesak
oleh tumor.
29
- ptosis
- miosis
- enophthalmus ß ada infiltrasi/metastase ca ke jaringan sekitar.
Kocher Test :
Cara untuk mengetahui adanya pendesakan trakea yang bisa menyebabkan sesak napas,
sianosis sehingga penderita gelisah.
Caranya : Tekan lobus lateralis yang membesar dari arah lateral pelan-pelan sambil
diikuti, bila ada obstruksi maka akan terdengar stridor.
Antibodi antitiroid :
1. Antibodi CA2 (Cell surface antibodi).
2. Thyroid stimulating antibodies (TSAb).
3. Antibodi tiroglobulin.
4. Antibodi mikrosomal.
5. Antibodi permukaan sel.
CA2 banyak pada tiroiditis de Quervain (Tiroiditis subakut / giant cell thyroiditis ).
30
- Menggunakan Spirometri ( Oxygen Comsumption Rate ) atau secara klinis dengan
menggunakan rumus empiris / Rumus Reed :
Tremor halus pada Hipertiroid berbeda dengan Parkinson dengan tremor kasar :
- Frekuensi cepat 10 - 15 x / detik.
- Bertambahnya kepekaan sinaps saraf di daerah medulla yang mengatur tonus otot.
Penderita Hipotiroid ß Khas Somnolen berat oleh karena waktu tidurnya yang sangat lama
12 - 24 jam/hari.
Bila FT4 dan TSH normal tapi curiga hipertiroid à Silent Tirotoksikosis.
Anti Tiroid :
- Tiosianat.
- PTU / metimazol, karbimazol.
- Yodida inorganik.
PTU à Mencegah pembentukan hormon tiroid dari iodida dan tirosin dengan cara :
- Menghambat enzim peroksidase yang diperlukan untuk proses iodinasi tirosin.
- Menghambat proses penggandengan / coupling 2 tirosin teriodinasi untuk
31
membentuk tiroksin (T4) atau triiodotironon (T3).
LUGOLISASI diberikan 3 X 10 tetes/hari selama 10 hari. Pada pasien post hipertiroid lalu jadi euthyroid.
Fungsi lain adalah mengurangi vaskularisasi.
Ada 3 macam :
1. Fungsional Neck Dissection.
· Mempertahankan fungsi leher & kosmetik.
· Mencegah carotid blow out.
· Tidak untuk metastase leher dengan tumor primer tipe squamous cell carcinoma.
· Dilakukan pada Ca. tiroid diff. baik yang bermetastasis ke kgb.
32
CONSERVATIF NECK DISSECTION :
= "MRND" à bertujuan mempertahankan fungsi & mencegah perluasan penyakit.
INDIKASI MRND :
1. N0 (-) klinis, tapi secara persentase bernakna mengandung metastasis ( > 25 % ).
2. N1 (oral cancer,oropharing,hypopharing) dengan T3 T4 yang sudah dioperasi & disinar
( Oldhof).
3. Ca. tiroid diff. baik klinis multiple metastase leher (Oldhof).
INDIKASI RND :
o Tumor kepala atau leher dengan kgb klinis (+).
o Lesi primer terkontrol à metastasis regional di leher.
o Post radiasi, klinis kgb (+)
o Kgb (+) & operasi satu-satunya modalitas terapi.
o Kgb (+) à (-) post kemoterapi / radiasi.
KONTRAINDIKASI RND :
1. Tumor primer tidak terkontrol.
2. Metastasis jauh.
3. Harapan hidup < 6 minggu.
4. Kgb fixed ( N3 ) tidak berubah dengan radiasi.
5. Multiple nodul di kulit.
33
6. Invasi ke tulang vertebrae / dasar otak.
7. Kontra indikasi medis.
34
kapsul yang luas & ukuran tumor primer > 5cm.
Post Total Thyroidektomi : diberikan thyrax 50 – 100 mg, berguna sebagai subsitusi & supresi.
Merupakan feed back mechanisme, dimana T3 & T4 yang rendah. Diberikan thyrax sebagai
subsitusi sehingga menjadi sedikit hyperthyroid,sehingga hipothalamus - hipofisis anterior -
mensupresi thd TSH.
Ca Folikulare Tiroid :
· Dari sediaan histopatologis ok/ sudah invasi ke kapsul / pembuluh darah. Tidak bisa dengan
FNA.
· Sudah infiltrasi ke pembuluh darah.
· Sudah menembus kapsul.
35
Incidentalioma à ditemukannya nodul pada tiroid secara kebetulan.
Tindakan :
- Bone Scan --- (lebih baik dari pada Bone Survey).
- Filmnya kecil.
- Total Tiroidektomi.
- Radiasi eksterna paliatif.
- Metastasektomi.
- Sidik tiroid / scan tiroid.
- Radiasi Interna Iodium 131.
- Therapi Thyrax : untuk Subsitusi dan Supresi.
- Evaluasi : - Prognosis & follow up
- Rekonstruksi.
Tiroidis Kronis :
1. Hashimoto’s desease = struma lymphomatosa = lymphadenoid goiter = lymphocytic
thyroiditis.
2. Riedel Struma = Ligneous thyroiditis.
Hashimoto’s Disease :
- Gangguan immunologis.
- Laki : Wanita = 1 : 15 ( >> 30 – 50 tahun).
- Erat hubungannya dengan T-cell mediated faktor.
36
- Klinis : struma multinodosa, batas tidak jelas, nyeri (-), febris (-), BB turun, sering
menimbulkan penekanan pada vena kava superior, padat dan keras.
- Terapi medika mentosa : hormon tiroksin ( R/ Thyrax ).
Struma Riedel’s :
o Proses peradangan tiroid.
o Usia 30 - 60 tahun, wanita > laki.
o Pembesaran sangat cepat, gangguan pada trakea / esofagus. Konsistensi keras
seperti kayu, bentuk irreguler, tanpa rasa nyeri.
o Patologi : fibrosis menyeluruh pada kelenjar tiroid, padat, tidak didapatkan
infiltrasi limfosit, dijumpai perivaskulitis limfositik
Hurtle Cell Carcinoma
· Variant dari Ca. follikulare.
· Bentuk lebih besar daripada sel follikuler, poligonal, nukleus yang pleomorfik,
hiperkromatik, eosinofilik sehingga pewarnaan tampak pink.
· Nama lain : Oncocytic cells, Oxyphillic cells, Azkanazy cells
· Insidensi 4 – 5 % dari Ca tiroid.
· Wanita : pria = 2:1.
· Usia 20 -85 tahun
· Overexpresi gen P53, onkogen N-myc, TGF alfa, beta, IGF-1, reseptor somatostatin.
KARSINOMA PARATIROID
- Insiden 2% - 3 %.
- Usia > 30 tahun ( rata-rata 45 tahun ), laki = perempuan
- Curiga keganasan bila didapatkan Hiperkalsemia ( > 14 mg/dl ), teraba massa di cervical,
paralysis pita suara unilateral.
- Pasien meninggal karena komplikasi tumor pada jantung, ginjal, efek metabolik.
- Patologi : bentuk trabekula, gambaran mitosis, pita fibrosis yang tebal dan invasi
kapsuler dan pembuluh darah.
- Anamnesis : Benjolan pada leher disertai rasa haus, polidipsi, penurunan BB.
- Gejala Hiperkalsemia secara umum :
Ginjal : poliuria, kolik batu ginjal.
Gastrointestinal : konstipasi, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen.
Neurologi : letargi, kelemahan otot proksimal, neuropati saraf tepi, depresi,
insomnia.
Muskoloskeletal : nyeri tulang, arthralgia.
Kardiovaskuler : hipertensi, blok jantung.
Gambaran Radiologis :
- Foto tangan : gambaran resorpsi tulang subperiosteal pada phalank distal.
- Foto kepala : gambaran ”Ground glass” atau ” Salt and papper appearance ”
- Thoraks & USG Abdomen : metastasis paru, hepar, pancreas.
Penatalaksanaan :
1. Medikamentosa (paliatif / sementara) : CALCIMETIC : agent mengikat kalsium diperedaran
darah, mengatur sensitivitas reseptor kalsium, meningkatkan sensitivitas dari kalsium
37
ekstraseluler dan menurunkan sekresi hormon paratiroid.
2. Operatif :
Preoperatif : Kontrol hiperkalsemia dengan menggunakan volume expansion
dengan saline isotonic dan diuretic dengan furosemid.
Post Operatif : survey serum kalsium, scan isotop thalium 201. Pemberian kemoterapi
cyclophospamide,decarbazine,5FU remisi sempurna dalam 5 bulan.
Prognosis :
- Rekuren dalam 2 tahun à prognosis yang buruk.
- 72 % Ca paratiroid dengan hiperkalsemia, metastasis, penyakit ginjal à meninggal.
Hormon Adrenokortikal :
Mineralkortikoid dan Glukortikoid yang disekresikan oleh Korteks adrenal. Selain itu korteks
adrenal juga mensekresi hormon kelamin terutama Hormon Androgen yang efeknya hampir
sama dengan Testosteron.
Mineralokortikoid : mempengaruhi elektrolit / mineral ekstraseluler tu. natrium dan
kalium.
Glukokortikokol : meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
Penting pada metabolisme protein, lemak
38
Kelenjar Hipofisis Posterior :
- Hormon antidiuretik ( ADH )
- Oksitoksin
Konsistensi :
1. Padat : Padat keras dan padat kenyal.
2. Lunak.
3. Kistik.
Pemeriksaan Tumor ( DSP ) :
1. Konsistensi.
2. Hubungan dengan sekitar / infiltrasi dengan jaringan sekitar.
3. Batas tumor.
INDIKASI TRACHEOSTOMI
39
12. Trauma muka dengan fraktur multipel.
2. Komplikasi Lambat :
· Formasi Granuloma
· Fistel Trakeoesophageal
· Fistel Trakeokutaneous
· Stenosis Laringotracheal
40
BREAST CANCER
MRM:
Patey : m. pektoralis minor ditinggal.
Madden : m. pektoralis minor diangkat.
41
5. Tidak gravid.
6. Pemeriksaan biomolekuler à BRCA 1 / BRCA 2 (-)
7. Perbandingan ukuran tumor dengan volume payudara cukup baik.
8. Mammografi à mikrokalsifikasi/tanda keganasan yang luas (-).
9. Belum pernah mendapat radiasi di dada.
10. Tidak menderita penyakit LE atau kolagen.
11. Sarana radioterapi ada.
Faktor prognosis yang dapat membantu klinisi / tumor marker pemeriksaan rutin untuk
Ca.mamma : ER / PR, P53, BRCA1, HER2 / neu, Ki 67, Capthensin D.
Catt : BRCA 1 juga pada Ca. Ovarium.
Faktor Prognostik adalah : Suatu faktor yang memberikan informasi tentang kemungkinan hasil
akhir dari perjalanan penyakit penderita Ca. mamma secara klinis pada saat diagnosis Ca
mamma ditegakkan atau pada saat operasi.
Faktor Prediktif : Faktor yang memprediksi apakah penderita ca. mamma mempunyai respon
terhadap suatu modalitas terapi adjuvan atau tidak ( Van Slooten, 2001).
Pasien dengan overekspresi Her2 / neu kurang berespon terhadap kemoterapi tertentu
Her 2 / neu : Protoonkogen yang menghasilkan reseptor protein pada membran sel dengan BM
185 KD. Merupakan golongan dari EGFR ( Epidermal Growth Factor Reseptor ). Pada Ca mamma
overekspresi Her2 20 - 30 %.
42
Cara pemeriksaan Her2 : FISH (Fluorescence Insitu Hybridization) atau IHC.
Her2 à Ligand non spesifik. Spesifik Her 1, 3 dan 4.
FISH à mendeteksi amplifikasi gen Her 2 pada kromosom 17. Evaluasi dengan
menghitung ratio antara sinyal orange (gen Her2) dengan sinyal hijau
(centromere kromosom 17). Apabila ratio < 2 amplifikasi negatif, bila > 2
amplifikasi positif.
Prinsip : teknik pulasan dengan dasar ikatan antigen antibodi yang diberi warna, sehingga Her2
yang dicari pada sel tumor akan terlihat berwarna. Keuntungan Pemeriksaan cepat,
nonradioaktif, sedikit jaringan, mikroskop cahaya biasa. Petanda yang
digunakan adalah Monoklonal antibodi antiprotein Her2.
Keakuratan hasil IHC : skor +3, negatif (0,+1) : 98,7%. Skor IHC +2 36%.
Maka apabila hasil IHC +2 dilanjutkan pemeriksaan FISH, sehingga hasil IHC +2 disebut sebagai
border line.
43
dalam terapi adjuvan.
e. Her2 (+) dapat lebih ataupun kurang berespon terhadap terapi Taxane dibanding
yang (-) dalam terapi adjuvan maupun metastase.
f. Her2 (+) lebih berespon terhadap terapi Trastuzumab dibanding yang (-) dalam
terapi adjuvan maupun metastase.
Penderita stadium awal Ca mamma yang tidak diberikan adjuvan terapi dengan Her2 yang
overekspresi akan mempunyai ketahanan hidup yang buruk.
Herceptin / Trastuzumab
Mouse monoclonal antibodi terhadap Her2 / neu yang kemudian di humanized dengan
mengganti gen yang mengkode antibodi dengan sekuens DNA human.
Herceptin adalah imunoterapi yang secara spesifik membidik protein HER2 pada permukaan sel
kanker payudara yang positif HER2.
Protein HER2 (Human Epidermal Growth Factor Receptor 2) adalah reseptor yang terdapat
dipermukaan beberapa sel dan berfungsi demi pertumbuhan sel normal dan pembelahan sel
Antibodi Monoklonal
à hasil rekayasa genetika antibodi alamiah yang ditujukan terhadap struktur spesifik sel tumor
44
Penderita ca. mamma lanjut (metastase) dan overekspresi Her2 protein, pada 235
wanita herceptin + kemoterapi tampak pertumbuhan tumor melambat dan mengecil sampai
50%. Survival rate 1 tahun meningkat dibanding yang hanya diberi kemoterapi ( 79% : 68 % ).
Respon terjadi dalam 6 bulan - 18 bulan setelah terapi herceptin selesai.
1. Herceptin dalam kombinasi dengan paclitaxel diberikan àuntuk wanita dengan
tumor Her2/neu +3 yang belum mendapat kemoterapi untuk metastase dan bila
terapi anthracyclin tidak cukup.
45
3. ANTI ESTROGEN
- ER (+) respon 60 % terhadap ablasi endokrin, tp ER (–) respon 10 %.
- Tamoxifen memberikan reduksi 39% insiden ca. mamma kontralateral.
- Pola resiko kekambuhan sangat berhubungan dengan status menopouse.
Pada pasien premenopouse terlihat kurva double-peaked, sedangkan pasien
post menopouse kurva single.
- Pre-menopouse residif mulai terlihat bulan ke-3, meningkat maksimum bulan ke
8, menurun bulan ke 18, lalu meningkat lagi bulan ke 28 – 30.
4. AROMATASE INHIBITOR
- Konversi androstenedione dan testosterone à estrone dan estradiol.
- Efektif pada Ca mamma ER / PR (+) , tidak pada ER / PR (–).
- Bekerja dengan cara menghambat pembentukan estrogen dan efek karsinogenik
dari metabolit dan cathecolamin.
- Diberikan secara oral. Efek samping sedikit sekali terhadap kadar cortisol dan
aldosterone. Mengurangi kadar estrogen plasma pada wanita post menopouse
dan
menghambat inhibisi aromatase pada jaringan normal payudara dan jaringan Ca
mamma.
- Efek samping : sakit kepala, mual, edema perifer, fatique, muntah, dyspepsia.
Pada postmenopouse : hot flashes, vaginal dryness
5. L H R H AGONIS ANALOGS
- Regulasi dan sintesis dari hormon gonad
- Dulu diberikan injeksi subkutan tiap hari atau lewat hidung. Sekarang penyuntikan
sebagai depo.
- Menekan produksi estrogen wanita premenopouse dan mempunyai efek ”Medical
Castration ”
6. ADDITIVE THERAPY WITH ESTROGEN
- Down regulation dari reseptor estrogen
- Preparat : diethylstilbestrol,ethinyl estradiol dan conjugated estrogens
46
Mastitis Carcinomatosa ( T4D) :
1. Edema.
2. Merah, cepat 3 bulan.
3. Nodul seluruh permukaan.
4. Hangat.
5. Nyeri (>>)
Type Ca mama :
1. Ductal Type : DCIS ( Invasif, Non Invasif )
2. Lobular Type : LCIS ( Invasif, Non Invasif )
Wanita tidak punya anak : tipe lobular . Rentan terkena Ca mamma, karena pengaruh
estradiol.
2. CA 15-3
à Senyawa Glikoprotein, pada Ca mamma kadar dalam serum akan meningkat
pada 31% kanker payudara. Kadar Normal < 30 U/l.
47
Wanita Menoupose ( lebih 5 tahun ) à Sel epitel Skuamous.
Wanita premenopose à Sel epitel Kuboid.
Insidens : Familial Cancer 5 - 10 %, sporadiks 90 %.
Kelenjar parasternal / mammaria interna : di belakang sternum, bisa dilihat dengan USG dan
CT Scan.
Kemoterapi anti metabolik : Menghambat pembentukan purin dan pirimidin yang merupakan bahan
baku pembentukan DNA.
Penderita yang dikemoterapi terjadi penurunan Leukosit :
Leukosit merupakan sistem imunologi seluler bersifat imediate/cepat . Penderita kanker
mempunyai sistem imun rendah, rentan terhadap infeksi, sehingga leukosit akan menurun.
Batas leukosit yang dapat diberikan kemoterapi adalah 70 % dari ANC, dengan batas 1500/m3.
Post MRM : mobilisasi lengan dini 2 hari post operasi. Pemakaian elastis 1 minggu.
48
Cystoma Phyloides 3 – 9 % bisa menjadi ganas.
Escort C Breast :
- Menopause : amenorea > 12 bulan pada semua umur.
- Menopause : amenorea > 6 bulan pada umur > 50 tahun – 57 tahun.
Triple Diagnostic :
1. CBE ( Clinical Breast Cancer ) : sensitifitas 43,5 %, spesifitas 75,4 %.
2. USG : sensitifitas 89 %, spesifisitas 78 %.
3. Cytologi / FNAB : sensitifitas 98 – 99 %, spesifitas : 92 – 96 %,
PPV 99%, NPV 86 – 99 %.
MAMMOGRAFI
49
American College of Radiology 1998 membuat standard definisi dan menentukan 6
kategori mammografic BI-RADS = Breast Imaging Reporting And Data System yang
penting dalam perencanaan terapi.
Posisi à CC, MLO, Cranio caudal, Medio lateral oblique, Latero medial.
Posisi lain dapat ditambahkan sesuai dengan letak lesi.
- Cleopatra Position : untuk lesi yang sangat lateral.
- Cleavage Position : untuk lesi yang sangat medial.
Penilaian :
C-0 : Perlu evaluasi imaging lebih lanjut : magnifikasi, USG.
C-1 : Tidak ditemukan kelainan.
C-2 : Di temukan kelainan jinak.
C-3 : Di temukan kelainan yang mungkin jinak. Follow up ketat diperlukan.***
C-4 : Mencurigakan kelainan ganas, disarankan dilakukan biopsi.
C-5 : Sangat mencurigakan keganasan. Harus dilakukan biopsi.
Birad 5 : 75 – 99 % keganasan
Birad 1 : 5 – 10.000 screening tiap tahun
Birad 1 – 3 : Tidak perlu biopsi.
Birad 4 – 5 : Perlu biopsi.
Minimal : 7,5 mHz, Operator dependent, guide untuk prosedur FNA/Core needle.
Scintimammography : bisa diterapkan pada payudara yang padat.
PERABOI 2005 : Risk of malignancy and care plan by BI-RADS category. Category
Description, Risk of Malignancy, Care Plan and Comments :
1. Negative. 5 in 10,000. Continue annual screening mammography for women 40 years
or older.
2. Benign finding, noncancerous 5 in 10,000. Continue annual screening mammography
for women 40 years or older. This category is for cases with a characteristically benign
finding (eg, cyst, fibroadenoma).
3. Probably benign finding. < 2% Usually, 6-month follow-up mammography is
performed. Most category 3 abnormalities are not evaluated with biopsy.
4. Suspicious abnormality. 25 – 50 % . Most category 4 abnormalities are benign but
may
50
require biopsy.
5. Highly suggestive of malignancy. 75-99%, depending on how individual radiologists
define categories 4 and 5. Classic signs of cancer are seen on the mammogram.
All category 5 abnormalities are typically evaluated with biopsy; if the results are
benign, repeat biopsy is done to ensure correct sampling.
Sumber: Dongola N, Breast Cancer, Mammography, 2005
Keterbatasan mammografi :
1. Hanya untuk wanita diatas usia 40 tahun. Karena gambaran pada mamma adalah kontras dari
glandular (putih) dan lemak (hitam). Sedang pada wanita < 35 tahun, glandular masih sangat
tebal sehingga gambaran pada mamma jadi “Dense Breast“ (putih semua).
2. Lesi yang kecil atau yang terletak agak jauh didalam glandular, sulit dievaluasi.
EVALUASI MAMMOGRAFI :
1. Kualitas à layak baca, kontras antara lemak dan glandular harus jelas.
2. Simetris antara kanan dan kiri à densitas m. pektoralis.
3. Lesi à bentuk tepi, letak lesi terhadap nipple maupun terhadap m. pektoralis.
4. Adanya speculated sign atau stellata merupakan reaksi dari jaringan sekitar terhadap
tumor.
5. Bila mikrokalsifikasi luas, walau lesi kecil maka tidak bisa dilakukan BCT.
51
MAMMOGRAFI PITFALL :
Yang sering menimbulkan problem adalah C-3***, dimana gambarannya biasanya hanya ada
asymetry density, architectural distortion atau stellate lesion yang bisa merupakan scar post
operasi. Harus dikorelasikan dengan temuan klinis dan dilanjutkan dengan imaging yang lain.
ULTRASONOGRAFI (USG)
- Frekwensi tinggi 7,5 mhz
- Dapat menentukan lesi kecil jinak / ganas < 1 cm, sehingga over terapi dapat diminimalkan.
52
3. USG guiding preoperative atau durante operasi.
KETERBATASAN USG :
1. Sangat tergantung pada operator ( Operator dependent ) / SDM.
2. Membutuhkan waktu dan ketelitian karena pemeriksaan tidak dapat diulang.
Pada mammografi, hasil foto bisa dicermati berulang –ulang .
3. Kesulitan pada pemeriksaan payudara yang besar ( fatty breast ).
4. Tidak bisa melihat mikrokalsifikasi, tidak untuk screening.
53
Komplikasi Xeloda : Hand foot syndrome, pain, edema.
Ca. mamma Stad III A/B tetap diberikan neoadjuvan kemoterapi, walaupun operable, karena :
· Dianggap stadium III sudah terjadi mikrometastase.
· Bila ada tumor ditempat lain akan tumbuh, sehingga ada generasi baru yang resisten thd
kemoterapi.
· Karena adanya sel gen nol (G0) yang tumbuh di sumsum tulang dalam kondisi yang
tidak aktif sehingga metabolisme tidak ada / minimal. Tapi bila kondisi pasien baik, sel
G0 akan masuk ke sistem vaskular sehingga akan terjadi mikrometastasis di tempat lain.
· Kenapa sel G0 tidak bisa ditembus oleh kemoterapi : Karena pada G0 terjadi
metabolisme yang minimal. Normal reseptor itu ada di permukaan mengelilingi sel dan
ada juga di dalam sel dimana terjadi pompa keluar masuk untuk kemoterapi ke dalam
sel bila metabolisme normal. Bila terjadi metabolisme minimal maka proses pompa itu
tidak terjadi sehingga sel G0 tidak bisa ditembus oleh regimen kemoterapi.
Estrogen ada 3 :
- Estradiol à Karsinogenik (paling jelek)
- Estrone à Karsinogenik.
- Estriol à Protektor kanker payudara.
ER ada diseluruh tubuh tapi paling banyak di endometrium à agonis à hiperplasia à ca.
54
endometrium
Metastasis : Sel kanker lepas dari induk bisa( hematogen,limfogen) jumlahnya sangat
banyak,tapi yang survive cuma 0,1%.
Antimetabolite :
Menghambat bahan baku yang membentuk purine/ protein DNA.
55
Phyloides jarang bentuk Giant Fibroadenoma.
Tumor Marker Mama : Ca 153, hanya membantu memperkuat diagnosis dan memperkirakan
Prognosis.
Bila Tumor Marker meningkat : Residif / atau tidak,jadi kita harus memperketat Follow up. Jadi
belum menentukan suatu Diagnosis.
Tapi bisa oleh karena keganasan organ yang lain.
56
Perbedaan Neoadjuvan & Adjuvan therapi :
Neoadjuvan Therapi : Belum ada tindakan sebelumnya ( pembedahan / radioterapi ).
Adjuvan Therapi : Therapi tambahan/sudah ada tindakan sebelumnya.
Kurabel : Menyembuhkan = kuratif therapi.
L A B C : Mikrometastasis kira-kira 50 – 80 %
Radioterapi : terjadi nekrosis jaringan, sehingga pasien yang akan diberikan kemoterapi terjadi
kerusakan pembuluh darah maka bila akan diberikan kemoterapi secara bersamaan hasil tidak
adekuat.
Radioterapi : memacu apoptosis dari sel kanker sehingga P53 sangat berperan penting.
Pemeriksaan IHC sebagai Penentu Prognosis dan Terapi pada Kanker Payudara :
Dasar pemeriksaan IHC : Pengikatan antigen ( yang terkandung dalam sel ) dengan antibodi
spesifiknya yang diberi label kromogen, dilihat dengan mikroskop cahaya.
1. ER / PR :
ER + : biasa dijumpai pada usia post menopouse, jenis tumor dengan derajat diferensiasi
baik, aktivitas mitosis rendah, dan desease free survival (DFS ) atau overall survival (OS)
yang baik.
ER + : respons terapi hormonal sekitar 60% kasus, namun jika disertai dengan PR +
respons terapi meningkat menjadi 80%, karena PR adalah protein yang dibentuk
melaui ”ER Pathway” sehingga merupakan representasi dari ER yang berfungsi dan ER
pathway yang utuh.
ER ada 2 macam : ER alpha (lazim dikenal) dan ER beta mempunyai aktivitas menekan
fungsi ER alpha sehingga ikut mempengaruhi respon terhadap manipulasi
hormonal.Tumor dengan ER/PR yang positif akan disertai HER2 negatif. Bila HER2 +,
57
respon terapi hormonal buruk.
Kaitan antara ER dan HER2: estrogen melalui ikatannya dengan ER akan menekan
overekspresi HER2. Sebaliknya overekspresi HER2 akan menyebabkan fosforilasi pada
domain-domain yang mempengaruhi aktivitas ER, sehingga manipulasi hormonal tidak
menyebabkan respons. Penelitian lain menunjukkan bahwa ada mediator dalam ’HER2
signalling pathway’ yang mengaktifkan ER dan mengubah efek tamoxifen menjadi
agonist.
Kanker payudara dengan HER2 + lebih responsif terhadap kemoterapi yang
mengandung Antrasiklin daripada CMF, sedangkan pada HER2 negatif, kedua regimen
berefek sama. Hal ini disebabkan karena lokasi gen penyandi HER2 dan Topoisomerase II
alfa sangat berdekatan pada kromosom 17. Jika terjadi amplifikasi gen HER2, pada
umumnya terjadi pula amplifikasi gen topoisomerase. Sedangkan diketahui bahwa
molekul target dari Doxorubicin adalah topoisomerase, oleh sebab itu pada keadaan
dimana terjadi amplifikasi HER2, maka tumor akan berespon baik terhadap doxorubicin.
HER2 positif berkaitan dengan pertumbuhan yang agresif, dan dengan DFS dan OS yang
buruk. HER2 positif biasanya dijumpai pada derajat histologik yang buruk dengan sel
yang besar dan mitosis, serta usia muda.
2. Capthensin D ( C D ) :
Enzim proteolitik yang dibentuk melaui ER pathway yang utuh. CD juga berfungsi
sebagai faktor pertumbuhan. Estrogen meningkatkan produksi dan sekresi CD lalu CD
akan di ’capture’ oleh fibroblast. CD dapat dianggap sebagai indikator ER fungsional,
sehingga dapat meramalkan responivitas terhadap manipulasi hormonal. Penilaian CD
pada sel stroma disekitar sel tumor mempunyai makna karena sel fibroblast mempunyai
kemampuan untuk menangkap CD yang disekresikan oleh sel tumor dan dapat
membantu mencerna matriks ekstra seluler dalam tahap metastasis.
Quality Control : Prosedur validasi internal yang dilakukan untuk menjamin bahwa tes yang
dilakukan adalah benar dan valid. Pelaksanaannya adalah dengan menerapkan prosedur
standard / protokol dan protokol ini ditera dengan tehnik yang lain.
Quality Assurance : Evaluasi tehnik dengan cara melakukan pemeriksaan silang dengan
laboratorium rujukan / standard yang dilakukan secara berkala.
58
ER Klasik ( ER alpha ) terletak di dalam kromosom 6, terdiri dari 595 asam amino dengan central
DNA-binding domain . Domain transaktivasi AF-1 dan AF-2 pada estrogen merupakan bagian
estrogen responsif.
ER Beta pada kromosom 6 terdiri dari 530 asam amino
Tamoxifen mengurangi angka rekurensi (annual odd recurrence 47 %), Kematian (annual odd of
death) 26 % pada penderita pre dan postmenopouse dengan ER Positif. Dan mengurangi
insidensi terjadinya tumor kontralateral.
ER negatif penurunan recurensi 10 %.
BREAST TUMOR
Tujuan Radiasi :
1. Kuratif, eradikasi tumor primer dan KGB sekitarnya. ( 75-80% dosis kuratif )
2. Paliatif : menghilangkan keluhan pasien akibat tumor dan memperbaiki kualitas hidup
59
Waktu Pemberian Radiasi :
1. Setelah pembedahan : 4-6 minggu setelah pembedahan dengan tujuan menurunkan
angka kekambuhan, diberikan pada keadaan radikalitas pembedahan tidak dapat
dicapai.
2. Sebelum pembedahan : meningkatkan resektibilitas sehingga meningkatkan
resektibilitas, mengurangi implantasi tumor, menurunkan sejumlah sel viable dalam
lapangan operasi.
3. Kombinasi dengan kemoterapi : Dapat berupa konkuren, konkomitan maupun sebagi
radiosensitizer.
Pasien resiko rendah metastasis : terapi pertama radiasi, sedangkan resiko tinggi : kemoterapi
dahulu.
Radiasi pada Mammaria Interna pada sebagian pasien tidak diperlukan kecuali : apabila tumor
di central, kuadran medial dan ukuran lebih dari 3 cm.
60
Jaringan kelenjar liur berasal dari Ektoderm maupun Endoderm. Pada umumnya terdiri
dari Kelenjar liur mayor : Kelenjar Parotis, Kelenjar Submandibula/submaksila, Kelenjar
sub lingual. Kelenjar liur minor : tersebar diseluruh mukosa bukal, lidah, orofaring,
palatum sampai Sinus Paranasal. Sekitar 80 % tumor kelenjar liur mayor terdapat pada
kelenjar parotis.
Nervus Fasialis Keluar dari Foramen Stilomastoideus berjalan mengarah kebawah, memberikan
cabang kecil post aurikuler dan digastrik, lalu berjalan melengkung ke anteromedial. Setelah
keluar dari kranium di depan m.digastrikus dan lateral dari prosesus stiloideus, nervus fasialis
terbenam didalam jaringan parotis.
Parotis tidak boleh di FNA : oleh karena takut terkena N VII ( neuropraxia ).
Nervus Fasialis terbagi atas bagian Superior ( Temporo facial ) dan Inferior ( Cervico facial ) :
1. Bagian Superior : Temporal, Zygomatikus dan Bucal.
2. Bagian Inferior : Mandibula dan Cervical.
Komplikasi : Sindroma Frey ; akibat inervasi silang yang terjadi antara cabang saraf simpatis kulit
dan parasimpatis kelenjar liur. Gejalanya berupa kemerahan dan rasa panas pada kulit disertai
keluarnya keringat didepan telinga dan sekitarnya ( 10 – 60 % ) . Berikan topikal antiperspirasi
(20% amonium klorid dalam alkohol/air) atau anti kolinergik seperti atropin ,skopolamin, dan
glikopironium. Tindakan operasi : eksisi kulit, interposisi subkutan dengan otot, lemak atau fasia
atau pemotongan n.aurikolotemporalis, n.glossofaringeus intrakranial atau n/pl timpanikus di
dalam telinga tengah. Radioterapi dapat juga diberikan pada penanganan sindroma Frey.
61
PERBEDAAN BEDA ADAMANTINOMA VS KISTA :
ADAMANTINOMA / AMELOBLASTOMA :
· Asal dr sel Ameloblast
· Ro/ gbr Honey comb appearance/uni/multilobulated kistik
· Asimetri pada wajah ( 1 )
· Tumbuh lambat ( 2 )
· Dewasa muda ( 3 )
· Perubahan struktur gigi sampai deformitas gigi ( 4 )
· Pingpong phenomen ( bila sudah lanjut ) ok/ tumor mendesak tulang sehingga menjadi tipis
(5)
· Kerusakan/ destruksi lokal mandibula
· Tidak nyeri kecuali ada ulkus/penekanan.
· Berisi cairan Jelly.
· Maksila <<< mandibula.
· Batas reseksi 1cm dari batas sehat sampai dengan tulang yang keras.
· Tdk perlu di Ct Scan,cukup ro polos cranium Ap/lat.
· >>> bagian Ramus
· Preoperasi penting : Higiene mulut & Oklusi gigi
· Post operasi : NGT selama 5-7 hari.
· Jenis Operasi :
- Reseksi Segmental.
- Hemi mandibulektomi.
- Sub total mandibulektomi.
62
PA: bisa melihat sifat + derajat differensiasi/grading.
- bisa dari kelenjar: Lymphoma maligna.
- bisa dari luar : mama, thyroid, paru.
CA NASOFARING :
1. Epistaksis.
2. Strabismus.
3. Eksoftalmus.
4. Tinitus.
5. Rinolalia.
6. Parese N.VI,III,IV,V ( Sindrom Petrosfenoidal ).
7. Tuli.
63
Sindroma Parafaringeal :
- Gangguan N.IX,X,XI,XII
- Gangguan N.Simpatis Servikal.
Sindoma Horner :
1. Miosis.
2. Enoftalmos.
3. Ptosis.
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage II T2 N0 M0
Stage III T1,T2 N1 M0
T3 N0,N1 M0
Stage IVA T1,T2,T3 N2 M0
T4a N0,N1,N2 M0
Stage IVB T4b Any N M0
Any T N3 M0
Stage IVC Any T Any N M1
64
4. Lymphocyte depletion ( LP ).
Kelainan : - organ.
- sistim.
1.Kongenital :
* Tiroid : - Kista duct.tiroglosus.
65
- Struma lingualis ( dekat foramen caecum ).
KELENJAR LIMFE :
1. Kongenital : higroma colli.
2. Infeksi : limadenitis : abses,TB
3. Trauma : post diseksi leher.
4. Neoplasma : - lymangioma
- LMNH/H
- 15% unknown-primary cancer.
5. Hormon.
· Eksisional Biopsi pada kelenjar harus utuh : ok/ untuk melihat tumor sudah
menembus kapsul`/`belum. Dan untuk prognostik faktor
Soft Tissue Sarcoma : Sarkoma jaringan lunak ( SJL ) adalah keganasan yang berasal dari jaringan
embrional mesoderm yang ada di seluruh tubuh (jaringan penunjang,otot,lemak) dan termasuk
jaringan saraf perifer yang asalnya dari ektoderm.
Prevalensi : SJL orang dewasa 1 % dari seluruh keganasan, 15 % dari seluruh keganasan anak
paling banyak Rhabdomyosarkoma. Usia terbanyak > 30 tahun.
66
Etiologi :
Genetik : - Ekspresi myc gene rhabdomyosarkoma, perubahan ge p53 pada 1/3 SJL, amplifikasi
gen MDM 2 dan Inhibisi p53 pada 1/3 kasus SJL lainnya serta peranan gen retinoblastoma.
Ex : Neurofibromatosis Von Recklinghausen, Sindroma Li Fraumeni, Sindroma Gardner,
Sindroma Nevus Sel Basal, Sindroma Werner.
SJL membentuk masa tumor yang padat dan tumbuh secara sentrifugal dengan komposisi
daerah perifer terdiri dari sel yang tidak matang, pada bagian tepi akan terbentuk
pseudocapsule yang merupakan kapsul palsu yang terbentuk akibat penekanan sel normal oleh
tumor. Kapsul palsu atau disebut Zona Reaktif ( Reactive Zone ) terdiri dari :
1. Sel tumor yang terdorong akibat pertumbuhan tumor.
2. Zona fibrovaskuler dari jaringan yang reaktif.
3. Komponen jaringan inflamasi yang berinteraksi dengan jaringan normal.
SJL Low Grade : massa tumor akan jelas batasnya dengan kapsul palsu. Pertumbuhan tumor
kadang-kadang dapat merobek kapsul palsu dan terbentuk Satelittes Lesions di daerah zona
reaktif.
SJL High Grade : tumor dapat menembus kapsul palsu pada satu kompartemen dan
membentuk metastasis lokal di luar zona reaktif yang disebut Skip Lesions. Lesi ini merupakan
suatu metasysis loko regional yang tidak melalui pembuluh darah.
SJL metastasis secara Hematogen ke paru untuk tumor primer di ekstremitas dan badan. SJL
retroperitoneum dan intra abdomen ke hati.
Penyebaran regional ke KGB sangat jarang 5% - 10 % dan hanya tipe histologik tertentu :
Synovial Sarcoma, Epitheloid Sarcoma, Rhabdomyosarcoma embrional dan Malignant Fibrous
Histiocytoma.
Terapi :
1. Pembedahan : prinsip ” Radical Wide Excison ”
Evaluasi : - Intra lesion, Eksisi Marginal, Eksisi Luas, Eksisi Kuratif.
Sesuai Standar operasi : The Surgical Society For Musculoskeletal Sarcoma
2. Radio terapi.
3. Kemoterapi.
Gambaran paru thoraks foto metastasis Soft tissue tumor : coin lession soliter besar sekali.
67
3. Limfogen : jarang sekali.
Setelah dilakukan amputasi : Stump atau punctumnya harus diradiasi oleh karena sifat selnya
dapat menyebar ke intrafascia dan ada yang lewat saraf/perineural. Intrafascia karena faktor
kompresi/tekanan sewaktu berjalan. Ada sel tumor mengikuti celah saraf dan otot.
· Enneky System : G1 / G2 : Eksisi Intra lesi, Eksisi marginal, Eksisi luas, Eksisi Radikal
Rydholm & Rooser, Kawaguchi/JOA, Prosedur LSS.
68
MALIGNANT FIBROUS HISTIOCYTOMA
Malignant fibrous histiocytoma ( MFH ) adalah bagian dari sarcoma jaringan lunak, merupakan
suatu massa yang tanpa rasa nyeri, paling sering terdapat pada ekstremitas, walaupun dapat
tumbuh dimana saja dalam tubuh.
Asalnya dari sel Histiosit dan muncul dalam jaringan lunak pada bagian tubuh mana saja.
Sering ditemui pada dewasa, sangat jarang pada anak-anak.
Prevalensinya 20 - 30 % dari seluruh keganasan jaringan lunak.
Klasifikasi MFH :
1. Storiform Pleimorphic.
2. Myxoid.
3. Malignant giant cell tumor of the soft parts
4. Inflamatory malignant fibrous histiocytoma.
Etiologi
Penyebab pastinya tidak jelas etiologinya.
Faktor predisposisinya :
· Genetik autosomal dominan 8 - 9 %.
· Radiasi intensif
· Bahan kimia : paparan herbisida, insektisida
· Agent kemoterapi tertentu
· Protesa benda asing : plat / protesa sendi.
Gambaran Histopatologi
· Adanya Giant sel, bentuk sel yang storiform atau pleomorfik.
· Bentuk lain : angiomatoid, myxoid dan type inflamatori.
· Pada pewarnaan perak ditemukan serat retikulin yang terbungkus oleh fibroblast.
Gambaran Klinis
69
· MFH biasanya menyerang jaringan yang elastis dan mudah bergerak, awalnya
tumor tidak terlihat yang kemudian menjadi besar dan menekan jaringan sekitarnya
dengan konsisitensi yang umumnya keras.
· MFH biasanya tumbuh didaerah yang susah dijangkau atau kurang kapsulasinya.
· Pertumbuhannya lambat dan kadang disertai masa akselerasi, dimana terjadi
percepatan pertumbuhan yang jauh lebih pesat dibanding perjalanan sebelumnya.
· Gejala tergantung pada ukuran, lokasi dan penyebaran tumor.
· Gejala dapat berupa : pembengkakan, tidak nyeri, nyeri bila menekan saraf atau
otot, sulit bila berjalan, retriksi gerakan sendi pada sendi yang terdekat.
· Efek sistemik yang terjadi : penurunan berat badan, demam, malaise.
· Bila massa tumor tidak diketahui penyebabnya dilakukan Biopsi incisi atau eksisi.
Diagnosis
1. Anamnesis :
· Letak pada persendian menyebabkan gangguan pergerakan.
· Nyeri dan gangguan aliran darah pada bagian distal dari lesi.
· Riwayat paparan pekerjaan, radioterapi lama, bekas luka lama.
· Pemeriksaan Penunjang :
· X-ray : penurunan radiosensitivitas dan kalsifikasi.
· USG
· CT - Scan
· MRI
Diagnosis pasti dengan Biopsi Histopatologis : terlihat bentuk sel yang storiform atau
pleimorfik.
Menentukan Stadium : memakai 2 sistem klasifikasi T N M :
1. Sistem M T S ( musculosceletal tumor society surgical staging )
G1 = Low grade
G2 = High grade
2. Sistem AJC ( American comitee claification )
G1 = Diferensiasi baik
G2 = Diferensiasi sedang
70
G3 = Diferensiasi jelek
Staging :
T1 = Tumor < 5 cm.
T2 = Tumor > 5 cm.
T3 = Infiltrasi tumor ke tulang,pembuluh darah atau saraf utama.
No = Tidak ada pembesaran kelenjar limfe regional
N1 = Ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
M0 = Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 = Ditemukan metastasis jauh.
IA : G1 T1 N0 M0
IB : G1 T2 N0 M0
IIA : G2 T1 N0 M0
IIB : G2 T0 N0 M0
IIIA : G3 T1 N0 M0
IIIB : G3 T2 N0 M0
IIIC : Gx T1,2 N1 M0
IVA : Gx T3 Nx M0
IVB : Gx Tx Nx M1
Untuk menilai status penampilan pasien, digunakan sistem Karnofsky.
Terapi
- Biopsi, wide eksisi, skin atau bone graft, rekonstruksi tulang.
1. Limb - salvage
2. Amputasi
3. Radioterapi
4. Kemoterapi
Prognosis
Tergantung pada :
1. Grading / stadium tumor.
2. Ukuran dan lokasi tumor
3. Ada tidaknya metastasis
4. Respon tumor terhadap metastasis
5. Umur dan karnofsky penderita
71
6. Toleransi penderita terhadap pengobatan
Five years survival rate :
Grade 1 : 90 %. Grade 2 : 70 % Grade 3 : 45 %.
SKIN CANCER
KISTA
KISTA : Tumor Kistik berisi cairan dilapisi Epitel.
Kista Dermoid :
· Tidak melekat pada kulit.
· Melekat pada Basal.
72
· Tidak berbau asam/sebum.
· Biasa pada midline (`tidak selalu).
Kista Atheroma :
· Melekat pada kulit.
· Tidak melekat pada basal.
· Ada Puncta.
· Berbau asam/sebum.
Lipoma :
· Lunak.
· Batas jelas.
· Pseudo Lobus
BIOPSI
1. DEFINISI
Adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk
pemeriksaan patologis mikroskopik. Dari bahasa latin, bios : hidup dan opsi :
tampilan
2. TUJUAN BIOPSI
1. Mengetahui morfologi tumor
a. Tipe histologic tumor
b. Subtipe tumor
73
c. Grading sel
2. Radikalitas operasi
3. Staging tumor
a. Besar specimen dan tumor dalam centimeter
b. Luas ekstensi tumor
c. Bentuk tumor
d. Nodus Regional
§ Banyak kelenjar limfe yang ditemukan
§ Banyak kelenjar limfe yang mengandung metastasis
§ Adanya invasi kapsuler
§ Metastase ekstranodal
3. SYARAT BIOPSI
1. Tidak boleh membuat flap
2. Dilakukan secara tajam
3. Tidak boleh memasang drain
4. Letaknya dibagian tumor yang dicurigai
5. Garis incisi harus memperhatikan rencana terapi definitif ( diletakkan
dibagian yang akan diangkat saat operasi definitif )
“ DON’T PUT OFF THINGS TILL TOMORROW, WHAT YOU CAN DO TODAY “
( bhs1 @ Indosat.net.id )
74
ILMU BEDAH ONKOLOGI UMUM
DAFTAR ISI
75
2.3.5. Biopsi jarum besar ............................... 9
2.3.6. Biopsi dan spilling dari tumor ................... 9
2.3.6.1. Spilling tumor pada biopsi eksisi ................ 10
2.3.6.2. Spilling tumor pada biopsi insisi ................ 10
76
3.2.4.3. Tindakan elektif ................................. 18
3.2.4.4. "Watchfull waiting" .............................. 19
3.2.5. Eksisi dari metastase hematogenik (metastasektomi) . 19
3.2.6. Manfaat dari suatu operasi eksploratif ........... 19
3.2.7. Operasi besar dengan resiko yang tinggi .......... 19
3.3 Terapi non kuratif dan paliatif .................. 20
3.3.1 Pendahuluan ...................................... 20
3.3.2 Memperpanjang umur yang berfungsi sebaik mungkin .. 20
3.3.3 Pencegahan gejala-gejala tertentu ................ 20
3.3.4 Menghilangkan gejala dan tanda ................... 20
3.3.5. Bantuan emosional ............................... 21
3.4. Kesimpulan ...................................... 21
77
BAB I
UMUM
78
§ Terapi dengan maksud kuratif: yang diusahakan adalah penyembuhan atau kurasi.
§ Terapi non kuratif dan paliatif.
Terapi non kuratif bermaksud untuk menghambat proses penyakit, sedangkan terapi
paliatif bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala dan tanda. Paliasi dengan
demikian juga termasuk dalam pengobatan non kurasi. Terapi ini dipilih bila
kemungkinan sembuh sudah tidak ada. Baru setelah ada diagnosa patologi anatomi dan
setelah penentuan stadium dapat dipilihkan pengobatan yang paling baik untuk
penderita yaitu dengan maksud kuratif atau non kuratif. Pada umumnya dapat
ditentukan apakah kurasi mungkin atau tidak, namun kadang-kadang sangat sulit.
Pengalaman dari spesialis onkologi / tim onkologi dalam hal ini akan memegang peranan
yang besar. Pengalaman seorang dokter ini sangat penting untuk usaha penyembuhan,
tetapi juga untuk paliasi.
1.2.1. Pendahuluan.
Pada penentuan dari rencana pengobatan maka hal-hal berikut (yang berhubungan
dengan histo-patologi) memegang peranan penting:
1. Tipe tumor.
2. Derajat diferensiasi.
3. Derajat keganasan.
1.2.2. Tipe tumor.
Proses keganasan dibagi dalam 5 kelompok besar atau tipe :
1. Karsinoma berasal dari epitel .
2. Sarkoma berasal dari jaringan ikat (mesenchim) .
3. Blastoma berasal dari jaringan yang masih dalam perkembangan.
4. Limpoma maligna berasal dari sistem retikuloendotelial sel.
5. Leukemia berasal dari sel darah putih.
Karsinoma, sarkoma dan blastoma termasuk tumor yang sifatnya solid; limpoma maligna
dan lekemia merupakan penyakit sistemik. Pada silabus ini maka dibatasi pada tumor solid.
79
1.2.3. Derajat diferensiasi.
Derajat diferensiasi ditentukan berdasarkan persamaan dengan jaringan aslinya.
Dibedakan diferensiasi dalam diferensiasi baik, sedang, buruk dan tumor yang tidak
berdiferensiasi.
Tumor yang berdiferensiasi baik menunjukkan persamaan yang jelas dengan jaringan asli.
Tumor yang tidak berdiferensiasi tidak menunjukkan sama sekali atau hampir tidak ada
persamaan dengan jaringan asli.
80
1.3. KLASIFIKASI T N M.
1.3.1. Pendahuluan
Untuk penentuan penyebaran dari proses keganasan secara internasional dipakai
klasifikasi TNM. Sistem ini dikembangkan oleh orang Perancis Pierre Denoix (1943 -
1952). Sejak 1987 semua proses keganasan kecuali Leukemia sudah dimasukkan
kedalam sistem TNM dan dipakai secara Internasional.
81
1.3.4. T N M klinis dan patologis: pengaruh pada rencana pengobatan.
Lebih lanjut sistem TNM dibagi dalam TNM klinis dan TNM patologis.
TNM patologis beda dari TNM klinis yaitu dengan penambahan p (p TNM). Hal
ini disebabkan karena pada pemeriksaan mikroskopik ternyata sudah ada
penyebaran limfatik yang secara klinis belum dapat ditentukan. Sebagai contoh
adalah keganasan yang prabedah ditentukan sebagai T2 N0 M0, namun
pascabedah kemungkinan akan berubah menjadi T2 N2 M0. Hal ini mungkin
akan berpengaruh pada rencana pengobatan.
1.4.1. Pendahuluan.
Pada umumnya proses keganasan baru akan berkembang dari satu lokasi
didalam tubuh dan setelah beberapa wak tu dapat menyebar ketempat lain didalam
tubuh. Karena penyebaran ini akan mengurangi kemungkinan penyembuhan ,sangat
penting adalah mengenal proses keganasan ini sedini mungkin .Dalil ini dapat dianggap
sebagai dasar dari rencana pengobatan penderita dengan kanker. Penting adalah
bahwa mungkin terdapat perbedaan yang be sar dari perangai biologis tumor-tumor
walaupun secara histologis sama. Mungkin tumor untuk bertahun-tahun hanya
terdapat lokal didalam satu tempat sebelum ter jadi penyebaran. Dalam kasus yang
lain mungkin sudah terjadi penyebaran yang luas sedangkan tumor primer masih kecil
sekali. Dengan demikian maka lamanya menderita kanker tidak dapat dipakai untuk
menentukan klasifikasi, yang penting adalah tumor sudah menyebar atau
belum.Dengan demikian maka perangai biologis dari tumor sangat penting.
82
1.4.2. Metastasis, pengaruhnya pada rencana pengobatan.
83
hampir selalu hematogen. Contoh adalah tumor dari
jaringan lunak dan tulang.
Terapi kuratif pada metastasis hematogen jarang dila
kukan, walaupun bisa seperti misalnya pada karsinoma
testis yang bermetastasis hematogen.Dapat terjadi
bahwa dalam satu atau dua tahun terjadi metastasis
keparu, dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan un-
tuk diambil tindakan pembedahan, dimana penderita
kemudian sembuh dari proses keganasan. Tidak boleh
dilupakan bahwa walaupun sudah ada metastasis hemato
gen masih terdapat kemungkinan terapi dengan maksud
non kuratif dimana penderita untuk beberapa tahun ma
sih dapat hidup dengan kwalitas kehidupan yang baik.
Misal seorang penderita dengan metastasis karsinoma
prostat atau karsinoma mammae yang memberikan respon
baik terhadap terapi hormonal. Dalam hal ini dapat
diberikan terapi hormonal sehingga penderita dapat
hidup dalam kondisi yang baik. Terapi non kuratif se
perti ini akan memberikan kwalitas hidup yang baik.
1.5. KESIMPULAN
Dalam onkologi maka rencana pengobatan untuk penderita
tergantung dari beberapa faktor yang meliputi faktor tu-
mor, faktor pasien, dan faktor dokter. Dalam onkologi
dibedakan jenis terapi dalam:
- terapi kuratif
- terapi non kuratif termasuk paliatif.
Secara umum dapat ditentukan bahwa :
a. Penderita dengan tumor berdiferensiasi baik mempunyai
prognosa yang lebih baik dibandingkan tumor yang ber-
deferensiasi buruk.
b. Prognosis semakin baik bila tidak ada metastasis ke-
84
lenjar getah bening.
c. Adanya metastasis hematogen membuat prognosis menjadi
buruk.
Untuk dapat memberikan terapi kuratif ataupun non kura-
tif yang terbaik maka dokter yang menangani penderita
harus:
- Mempunyai latar belakang pendidikan onkologi.
- Mengenal perangai biologis tumor.
BAB II
ASPEK KLINIK DARI DIAGNOSTIK
2.1. PENDAHULUAN
Salah satu prinsip dasar dalam onkologi adalah bahwa ti-
dak ada terapi sebelum ada diagnosis patologi anatomi.De
ngan demikian, ahli patologi anatomi berperan penting
dalam onkologi.Untuk mendapatkan sel atau jaringan untuk
diagnostik terdapat kemungkinan sebagai berikut :
Sitologi eksfoliatif } untuk diagnostik sel
Biopsi jarum halus } ("sitologi").
Biopsi insisi }
Biopsi eksisi } untuk diagnostik jaringan.
Biopsi jarum besar }
85
sel yang terlepas kemudian diperiksa. Yang memakai
cara ini adalah sediaan hapus dari portio servix
uteri. Sel tumor yang juga dapat diperiksa dengan cara
ini adalah dari rongga mulut, rongga leher, trakhea,
bronkhus dan kulit. Sel tumor yang terlepas sendiri,
yang kemudian dapat dilakukan pemeriksaan adalah
urine, liquor, sputum, cairan pleura, asites, bilasan
lambung atau usus dan cairan pankreas.
Setelah dilakukan fiksasi dan pewarnaan sederhana,
sel-sel ini dapat diperiksa secara mikroskopik.
2.2.2.1. Keuntungan.
Keuntungan dari biopsi jarum halus adalah :
- merupakan tindakan yang kecil dan tidak membebani
penderita
- sederhana dan cepat
86
- jarang terjadi komplikasi.
2.2.2.2. Kerugian.
Juga ditemukan kerugian yang cukup bermakna yaitu:
- tidak adanya atau tidak dapat ditemukannya tanda-
tanda histologis seperti pertumbuhan infiltratif.
- tidak mungkin dilakukan pada jaringan yang keras
atau tulang.
- hasil yang negatif.
2.3.1. Biopsi.
Jaringan yang dilakukan pemeriksaan histopatologis di-
periksa untuk hal-hal sebagai berikut :
- tipe tumor
- derajad deferensiasi
- derajat malignitas atau keganasan
- pertumbuhan infiltratif
Untuk mendapatkan jaringan yang dapat dipakai pada
pemeriksaan histopatologis terdapat 3 jenis biopsi
yaitu biopsi eksisi, insisi, jarum besar. Pada biopsi
87
insisi dan biopsi jarum besar harus diperhitungkan
kemungkinan spilling dari tumor.
88
sebelumnya adalah dengan maksud kuratif kemudian
menjadi terapi yang non kuratif, atau menjadi
pembedahan kuratif yang harus karena tindakan
kuratif akan dilakukan jauh lebih luas.
89
tumor terutama pada biopsi jarum besar, biopsi insisi
atau biopsi eksisi yang dilakukan terlalu dekat pada
tumor.
Didalam melakukan ini selalu diperhitungkan terapi
definitif yang akan dilakukan kemudian (mungkin terapi
bedah atau radioterapi). Ini berbeda dengan terapi
yang bukan onkologi dimana insisi dipikirkan segi
kosmetik, sehingga biasanya mengikuti garis-garis
kulit.
90
dilakukan operasi maka seluruh trayek ini diangkat,
apabila dilakukan radioterapi maka seluruh trayek
ini harus dilakukan radiasi.
2.4.1. Pendahuluan.
91
Ahli patologi anatomi menetapkan diagnosis tidak hanya
berdasarkan jaringan yang dilihat tetapi juga berda-
sarkan gejala klinis. Karena itu maka dokter yang me-
ngirim ke ahli patologi anatomi harus memastikan hal-
hal berikut ini :
a. Bentuk pertanyaan/apa yang diinginkan harus jelas.
b. Informasi yang jelas tentang penderita mengenai:
- usia dan jenis kelamin penderita
- lokasi tumor
- pemeriksaan patologi anatomi sebelumnya
- terapi sebelumnya
- hasil dari pemeriksaan lanjutan yang relevan.
c. Penyajian preparat dalam bentuk optimal.
92
Keratoakantoma adalah tumor kulit yang bersifat
jinak yang dapat membesar dalam beberapa minggu
dan kemudian juga sembuh secara spontan. Namun
secara histopatologis kadang-kadang tidak dapat
dibedakan dengan squamosa sel Ca.
Adanya pertumbuhan yang cepat dapat merupakan suatu
petunjuk untuk ahli patologi anatomi untuk memperha-
tikan adanya tanda-tanda yang khas untuk
keratoakantoma.
93
Preparat sebelumnya bernomor ....... penderita telah
mendapatkan ..... minggu radioterapi, apakah masih
ditemukan sel-sel ganas ?
94
tambahan seperti diatas tidak dapat dilakukan ahli
patologi anatomi tanpa informasi lebih lengkap.
2.4.2.7. Lokasi pengambilan bahan material.
Juga penting harus diketahui oleh ahli PA adalah ke-
terangan mengenai lokasi. Bila dikirimkan kelenjar
getah bening dari leher yang diambil dengan punksi
atau diangkat dengan biopsi, sedangkan tumor primer
tidak diketahui, maka lokasi dari kelenjar getah
bening tersebut merupakan informasi yang penting.
Pada keganasan tinggi didaerah leher akan difikirkan
tumor primer dalam daerah kepala atau leher
sedangkan pada kelenjar getah bening supra klaviku-
ler sering berasal dari tumor payudara atau
paru-paru atau abdomen atau testis. Lebih baik
lagi kalau dapat digambar dengan teliti.
2.5.1. Pendahuluan.
Preparat harus dikirim dalam keadaan optimum. Beberapa
hal yang harus diperhatikan:
- perlu tidaknya fiksasi
- pemberian tanda ( markasi )
- perlunya preparat di"patok" dengan jarum.
2.5.2. Perencanaan.
Perencanaan dan pembicaraan antara dokter yang melaku-
kan tindakan dengan ahli patologi anatomi mengenai
cara pengiriman adalah perlu karena ahli patologi ana-
tomi mungkin memakai berbagai tehnik yang memerlukan
persiapan. Untuk ini harus dilakukan perjanjian
terlebih dahulu dengan ahli patologi anatomi.
95
2.5.3. Pengiriman dalam bentuk segar atau fiksasi.
Sebagai contoh adalah pengiriman jaringan kelenjar ge-
tah bening .Kelenjar getah bening yang telah diangkat,
dipotong dalam beberapa bagian. Dibuat beberapa sedia-
an hapus dan beberapa bagian kecil dikirim untuk
mikroskop cahaya, untuk mikroskop elektron, untuk pe-
meriksaan ensim dan imunologi atau kimiawi dan kadang-
kadang dibuat suspensi dari sel. Setiap pemeriksaan
diatas memerlukan metode sendiri, ada yang memakai
fiksasi ada yang tanpa fiksasi. Cara terbaik adalah
dengan mengirim preparat dalam keadaan segar.
Untuk biakan dari jaringan juga harus diperhatikan
bahwa preparat dikirim dalam keadaan steril. Dengan
demikian jelaslah bahwa pengiriman dalam bentuk yang
tepat akan sangat membantu diagnostik. Apabila tidak
mungkin untuk mengirim jaringan dalam keadaan segar
maka dilakukan fiksasi dengan formalin. Harus diperha-
tikan bahwa jumlah formalin adalah 10 kali dari volume
preparat. Yang dipakai adalah formalin dengan pH 7
karena dengan demikian keadaan fisiologis dari sel
itu tidak terlalu terganggu. Preparat harus dikirim
seperti saat setelah pengangkatan, tidak diperkenankan
untuk mengadakan pengguntingan atau pemotongan pada
jaringan untuk menghindarkan terjadinya artefak pada
saat fiksasi.
96
bebas tumor para ahli bedah harus mengetahui pada
daerah mana harus dilakukan operasi ulang.
2.6. KESIMPULAN.
Pada onkologi maka pada saat biopsi atau tindakan opera-
si lain terdapat kemungkinan terjadinya spilling dari
tumor. Pada setiap tindakan pembedahan keganasan atau
curiga keganasan harus diperhitungkan kemungkinan terja-
dinya spilling tumor dan cara untuk menghindari spilling
tumor.
- metastasis iatrogenik akibat dari biopsi akan dapat
menyebabkan bahwa suatu terapi yang sebelumnya masih
dapat kuratif, menjadi tidak mungkin,atau diperlukan
terapi kuratif yang lebih luas.
- pada onkologi, anestesi lokal diperlukan dengan cara
field blok atau blok anestesi. Pada onkologi maka a-
rah insisi sudah harus difikirkan sebelumnya dengan
mengingat terapi definitif.
- setelah melakukan biopsi maka instrumentalia yang
dipakai harus dicuci karena kemungkinan kontaminasi
dengan sel tumor. Apabila akan dilakukan beberapa
insisi untuk setiap insisi baru diperlukan alat baru.
Untuk pemeriksaan patologi anatomi harus dibedakan
antara diagnostik sel dan diagnostik jaringan.
- diagnostik sel sangat membantu dalam diagnosis kega-
nasan tapi tidak memberikan informasi mengenai bebe-
rapa hal penting seperti misalnya pertumbuhan infil-
97
tratif.
- harus berhati-hati pada keadaan dimana hasil pemerik-
saan sitologi negatif sedangkan klinis jelas
ditemukan keganasan.
- Dokter yang mengirimkan preparat untuk pemeriksaan
patologi anatomi dapat membantu dengan:
- bentuk pertanyaan yang jelas
- data yang relevan mengenai penderita
- proses sakit
- membicarakan sebelumnya dengan ahli patologi menge-
nai cara pengiriman preparat
- pengiriman bahan dalam bentuk yang optimal.
BAB III.
TERAPI
3.1.1. Pendahuluan.
Setelah penentuan diagnosa patologis dan stadium,
dapat ditentukan terapi kuratif atau non kuratif. Te-
rapi kuratif mengusahakan adanya penyembuhan
(walaupun penyembuhan itu tidak tercapai).
Terapi kuratif dapat terdiri dari:
- pembedahan
- radioterapi
- pembedahan dan radioterapi.
- kemoterapi dengan atau tanpa pembedahan/radioterapi.
Pembedahan dan radioterapi adalah terapi regional se-
dangkan kemoterapi merupakan terapi sistemik. Jenis
98
terapi yang dipilih tergantung pada banyak faktor yang
penting antara lain hasil pemeriksaan histologis dan
perangai biologis dari tumor, lokasi tumor, usia pen-
derita dan keadaan umum penderita.
99
berbagai tumor sehingga pembedahan menjadi lebih luas
dibandingkan pembedahan yang bukan oncologi.
Ahli bedah harus mengetahui perangai biologis dari
suatu keganasan dalam hubungannya dengan terapi baik
pembedahan, radioterapi ,kemoterapi maupun terapi hor-
monal.
3.2.1. Pendahuluan.
Secara tehnis maka tindakan pembedahan onkologis
ditujukan kepada pencegahan terjadinya spilling dari
tumor. Spilling dari tumor dapat menyebabkan
terjadinya metastasis iatrogenik dalam bentuk
implantasi. Karena itu pada setiap tindakan bedah
untuk suatu daerah keganasan yang terbukti maupun
dalam dicurigai, harus diperhitungkan bagaimana dan
apakah dapat terjadi suatu spilling dari tumor. Metas-
tasis iatrogenik dapat merupakan penyebab bahwa suatu
tindakan yang tadinya kuratif menjadi tidak mungkin.
100
instrumen yang dipakai biopsi tersebut diganti.
- hindari manipulasi yang tidak perlu.
- pada operasi besar maka daerah luka dilakukan pembi-
lasan dengan cairan yang mematikan sel.
101
sebenarnya tidak diperkenankan adalah tumor ganas
jaringan lunak, tumor parotis dan karsinoma tiroid.
102
ning regional diikutkan atau tidak dalam terapi (pem-
bedahan atau radioterapi).
Kemungkinan adalah:
- kelenjar getah bening regional selalu diikutsertakan
dalam terapi tanpa memandang adanya metastasis.
- hanya diikut-sertakan bila ada metastasis kelenjar
getah bening regional.
- tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional.
Dalam hal ini ditunggu, bila ada metastasis baru
dilakukan tindakan. Cara ini disebut sebagai "watch-
full waiting".
103
3.2.4.3. Tindakan elektif.
Apabila secara klinis tidak ditemukan pembesaran ke-
lenjar getah bening misalnya didaerah leher, axilla,
inguinal, maka disebut daerah kelenjar getah bening
regional tersebut sebagai klinis negatif. Walaupun
demikian masih mungkin bahwa metastasis terjadi se-
cara mikroskopis. Usaha untuk mengangkat atau meng-
ikut sertakan daerah kelenjar getah bening regional
sekarang tergantung dari perangai biologis dari tu-
mor primer. Bila kemungkinan terjadinya metastasis
kelenjar getah bening regional besar, maka daerah
kelenjar getah bening regional tersebut diikutserta
kan dalam terapi.Dalam hal ini terapi bersifat elek-
tif. Contoh adalah karsinoma dari lidah atau dasar
mulut. Dalam penyakit ini kadang-kadang dilakukan
diseksi elektif, walaupun secara klinis daerah leher
tidak ditemukan kelenjar getah bening regional.
104
3.2.5. Eksisi dari metastasis hematogenik (metastasektomi).
Eksisi dari metastasis soliter pada daerah paru, hepar
atau daerah otak kadang-kadang dilakukan. Penting ada-
lah bahwa dokter mempunyai suatu kepastian yang cukup
besar bahwa operasi ini akan bermanfaat. Ini misalnya
dilakukan apabila tidak ditemukan residif lokal dan
tidak ditemukan metastasis jauh yang lain.Sebagai con-
toh adalah metastasis paru pada osteosarkoma.
105
3.3. TERAPI NON KURATIF DAN PALIATIF.
3.3.1. Pendahuluan.
Beberapa penderita sudah tidak dapat disembuhkan pada
saat mereka pertama kali pergi ke dokter. Juga dapat
terjadi bahwa penderita yang menjadi tidak dapat di-
sembuhkan walaupun sudah dilakukan terapi karena ter-
jadi kekambuhan dari penyakit primernya atau terjadi
metastasis. Suatu faktor yang harus dicegah adalah
bahwa penderita menjadi tidak dapat disembuhkan karena
faktor iatrogenik. Apabila kemungkinan untuk kesem-
buhan tidak ada lagi maka kita memilih untuk tindakan
non kuratif atau paliatif.
Perbedaan antara non kuratif dan paliatif:
Tindakan atau terapi non kuratif bertujuan untuk men-
cegah sementara proses penyakit.Tindakan paliatif ber-
usaha untuk mengurangi gejala dan tanda.Dengan demiki-
an maka paliasi juga termasuk tindakan non kuratif.
Tindakan non kuratif atau paliatif dilakukan pada
keadaan sbb :
- memperpanjang hidup yang berfungsi dengan baik.
- Pencegahan beberapa gejala tertentu.
- Mengurangi gejala dan tanda.
- Bantuan emosional.
106
ta kanker yang tidak dapat disembuhkan suatu saat akan
meninggal karena tumornya apabila tidak timbul penya-
kit lain yang akan menyebabkan kematiannya, misalnya
serangan jantung atau perdarahan otak.
3.4. KESIMPULAN.
* Terapi dengan maksud kuratif mengusahakan kesembuhan.
* Tindakan non kuratif mengusahakan untuk memperlambat
proses penyakit.
107
* Terapi paliatif bertujuan mengurangi gejala dan tanda.
* Pada keadaan dimana kesembuhan tidak mungkin, paliasi
yang baik mutlak untuk memperbaiki kwalitas hidup.
* Bantuan emosional penting.
* Pembedahan dan radioterapi merupakan bentuk terapi
loco-regional.
* Terapi medikamentosa pada umumnya bersifat sistemik.
* Salah satu prinsip dalam onkologi adalah eksisi luas
bila perlu secara "en bloc".
* Tumor ganas mungkin mempunyai pseudokapsul, karena itu
tidak boleh dilakukan enukleasi pada tumor ganas.
* Cara destruksi jaringan hanya boleh dilakukan atas
indikasi yang ketat.
* "Watchfull waiting" harus dianggap sebagai suatu ben-
tuk terapi, dan hanya dapat dilakukan oleh ahli.
BAB IV
PEMANTAUAN DAN HASIL AKHIR
108
Pertimbangan diatas salah, karena walaupun ada residif,
kadang-kadang masih dapat diusahakan penyembuhan atau
diberi terapi paliatif yang baik. Juga pada kanker yang
sudah "sembuh", dapat terjadi tumor primer kedua
(misalnya pada Ca Colon, Ca Traktus Respiratorius atau
Ca rongga mulut).
Cara melakukan pemantauan berbeda untuk setiap klinik
walaupun prinsipnya hampir selalu sama.
109
c. Penentuan nilai dasar pada "survival analysis".
d. Penulisan terperinci mengenai cara perhitungan pada
"survival analysis".
4.4. KESIMPULAN.
- Pemantauan adalah penting dalam onkologi.
- Pada tumor tertentu pemantauan adalah penting untuk
mengetahui timbulnya tumor primer kedua.
- Walaupun sudah ada kekambuhan, kadang-kadang masih da-
pat diusahakan kesembuhan.
------------------------------------------------------------
SKOR KEADAAN UMUM
------------------------------------------------------------
100 Aktifitas normal
90 Pada aktifitas normal timbul keluhan ringan
80 Bila melakukan pekerjaan biasa terasa lelah
70 Tidak dapat melakukan pekerjaan yang agak berat,
tapi masih dapat mengurus diri sendiri
60 Masih dapat melakukan beberapa keperluan, tapi ba-
nyak memerlukan bantuan orang lain
50 Sangat memerlukan pertolongan orang lain
40 Perlu perawatan, tapi masih dapat dirawat dirumah
30 Sangat berat, harus dirawat dirumah sakit
20 Sangat payah
10 Hampir mati
00 Mati
110
THYROID
I. Lobectomy Sinistra / Dextra
· Penderita baring terlentang dengan extensi leher dalam GA
· Desinfeksi pada leher dan sekitarnya
· Tutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi
· Incisi kulit collar ( sesuai lipatan kulit ) diatas tumor
· Incisi diperdalam sampai sub platysma dengan ligasi vena jugularis anterior
· Dibuat flap keatas sampai polus superior thyroid dapat dicapai
· Dibuat flap kebawah sampai 1 jari diatas incisiura jugularis
· Buka garis tengah (inter muscularis Sterno hyoid)
· M. Sterno hyoid & sterno thyroid disisihkan ke lateral, bila sulit ke 2 musculus
tersebut dipotong
· Thyroid dibebaskan ke medial - ligasi pembuluh darah kecil. Bebaskan para
thyroid
· Polus superior dibebaskan dengan ligasi dan a. thyroidea superior & preservasi n.
laryngeus externus.
· Polus inferior dibebaskan dengan ligasi a. & v. thyroidea inf. preservasi
n.recurrens laryngeus unilateral & dilakukan lobectomy - kontrol perdarahan.
· Jahit otot bila dipotong – pasang drain hisap aproximasi m. sterno hyoid
· Jahit m. platysma dengan benang absorbable
· Jahit subcutis dengan benang absorbable
· Jahit cutis
111
· Demikian seterusnya dilakukan sesuai diatas pada lobus sebelahnya
· Selanjutnya dilakukan pengangkatan lobus isthmus & pyramid sampai terlihat
trachea
· Kontrol perdarahan
· Pasang dari tube (isap) 2 buah kiri dan kanan
· Jahit musculus yang dipotong dengan benang absorbable
· Jahit inter muscular sterno hyoid dengan benang absorbable
· Jahit Cutis.
MASTEKTOMI
1. Breast Conserving Surgery dengan syarat-syaratnya
· Penderita baring terlentang dalam GA
· Desinfeksi kulit mamma, axilla sampai pergelangan lengan tutup doek steril
(excisi pada bekas FNA)
· Dibuat flap atas dan kebawah / lateral kiri dan kanan
112
· Dilakukan excisi tumor sampai fascia m pectoralis (Tumorectomy, tilectomi,
quadrantectomi
· Dilakukan incisi kulit pada axilla
· Dibuat flap
· Dilakukan disecti kelenjar axilla
· Kontrol perdarahan
· Jahit kulit dengan drain hisap
· Lanjutkan dengan radiotherapy
2. Simple Mastectomy
· Penderita baring terlentang dalam GA
· Bahu diganjal pada daerah yang akan dioperasi
· Dibuat marker sesuai incisi yang akan dilakukan
· Desinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya
· Tutup doek steril kecuali lapangan operasi
· Incisi kulit sampai subcutis
· Dibuat flap sampai batas mamma, atas sampai intercostal space II, bawah
sampai intercostal space VI, VII. Medial parasternal lateral sampai m. latissimus
dorsi.
· Dilakukan mastectomy dengan mengangkat fascia m. pectoralis major
· Kontol perdarahan
· Pasang drain tube 1 buah
· Jahit subcutis dengan benang absorbable
· Jahit cutis dengan benang non absorbable
113
· Pasang 2 drain isap (Sub mamma & Axilla)
· Jahit subcutan dengan benang absorbable
· Jahit kulit dengan benang non absorbable
BIOPSI INCISI
· Penderita dalam general anesthesi
· Desinfeksi kulit dan sekitarnya tutup doek steril
· Dibuat incisi baji yang mewakili jaringan tumor dan jaringan yang sehat
· Kontrol perdarahan, jahit kulit dengan benang non absorbable
BIOPSI EKSISI
· Penderita dalam general anesthesi
· Desinfeksi kulit diatas tumor dan sekitarnya
· Tutup doek steril
· Incisi kulit diatas tumor, bila kulit terlibat atau bekas biopsi atau bekas FNA harus di
excisi
· Dibuat flap sampai subcutan
· Dilakukan excisi tanpa terlihat tumor. Dibuat batas tumor untuk patologi sebagai
Free Margin
· Kontrol perdarahan
· Jahit kulit.
114
PAROTIS
Superficial Paratidectomy
1. Penderita dalam GA
2. Miringkan kepala sesuai lokasi tumor
3. Dibuat gambar sesuai incisi yang diiginkan
4. Desinfeksi diatas tumor dan sekitarnya
5. Tutup doek steril sesuai standar
6. Incisi kulit sesuai gambar (marker) sampai subcutis
7. Dibuat flap kedepan sampai batas m. masseter
8. Dibuat flap kebelakang sampai land mark. (m.stermo cleido mastorideus), juga
n.facialis
9. Dicari pangkal n.facialis keluar dari foramen n.facialis dibawah proc styloideus
10. Dengan klemp bengkok kecil n.facialis ditelusuri dari pangkal sampai ujung syaraf
yang terlipat pada parotis, kemudian dibebaskan.
11. Dilakukan paratidectomy superficialis dengan preservasi n.facialis (cabang zygo
matico facialis dengan cabang-cabangnya, cabang cervico facialis dengan
cabang-cabangnya)
12. Kontrol perdarahan
13. Pasang drain tube
14. Jahit subcutis dengan benang absorbable
15. Jahit cutis dengan benang non absorbable
TOTAL PAROTIDECTOMY
1. Dibuat sesuai dengan parotidektomy superficialis
2. Untuk mengurangi perdarahan dilakukan legasi ujung a.carotis externa (pangkal
a.temporalis). Bila tidak sulit ujung a carotis externa tidak usah dilegasi
3. Dilakukan excisi lobus profunda dengan preserva N.Facialis
4. Kontrol perdarahan
5. pasang drain tube hisap
6. Jahit subcutis dengan benang absorbable
7. Jahit cutis dengan benang non absorbable
115
HEMI MAXILLECTOMY
1. Penderita baring dalam GA dengan Nasotracheal tube
2. Dibuat marker sesuai incisi weber ferguson
3. Desinfeksi daerah operasi dan sekitarnya
4. Tutup doek steril
5. Desinfeksi rongga mulut
6. Incisi kulit sesuai marker incisi selanjutnya sampai incisi diperdalam sampai
subutis tulang
7. Dibuat flap kebelakang dengan mengatasi perdarahan
8. Nampak os maxilla
9. Flap dibuat sampai batas yang diinginkan
10. Ekstraksi gigi sesuai batas cetakan gigi dan maxilla yang telah dirancang
sebelumnya
11. Dicari tulang maxilla yang paling tipis menembus palatum
12. Dibuat lubang dengan klemp kasar melalui tulang tsb (titik tembus) selanjutnya
dengan gergaji kawat
13. Dilakukan pemotongan kearah bebas cabutan gigi
14. Melalui titik tembus dilakukan maxillectomy menggunakan gergaji listrik atau
dengan menggunakan pahat
15. Dilakukan excisi tulang dengan bone tang sampai batas sehat
16. Kontrol perdarahan
17. Cuci luka dengan nacl
18. Pasang prothesa acrylic
19. Pasang gutta percha
20. Dilakukan rekonstruksi
21. Jahit subcutis dengan benang absorbable
22. Jahit cutis dengan benang halus non absorbable
23. Tutup luka operasi
MODIFIED RND I
Pengangkatan kelenjar getah bening leher secara en-bloc dengan mengikuti sertakan
jaringan sekitarnya termasuk :
- m.sternocleidomastoideus
116
- v.jugularis interna
- kel. Sub mandibula
- pool bawah parotis
kecuali n.accesorius / present nervus )
MRND
Suatu tindakan yang radikal pada keganasan kepala leher dengan p reservasi :
- Nervus Accesorius
- Vena jugularis interna
- Musculus sternocleidomastoideus (m.scm)
MRND ini ada 3 modifikasi :
1. MRND type I : Suatu tidakan dimana radikal neck disection dengan preservasi nervus
accesorius
2. MRND type II : Suatu tindakan dimana radikal neck disection dengan preservasi
nervus accesorius dan vena jugularis interna.
3. MRND type III : Suatu tindakan dimana radikal neck disection dengan preservasi
nervus accesorius, vena jugularis interna dan m.sterno cleido
mastoideus.
117
4. Giant cell fibrous histiocytoma
Penyebarannya secara hematogen (paling sering) dan sangat jarang limfogen.
Stadium dini metastasis ke paru-paru atau hepar dan stadium lanjut metastasis ke
tulang
High grade sering metastasis lebih dari 50%
Low grade jarang metastasis kurang dari 150
Insidens : sangat jarang tapi terjadi pada anak-anak 7 – 15% dan dewasa muda 1%.
Lokasi paling sering extremitas ( + 59%), tubuh (badan), kepala leher 9%
Etiologi : Penyebab secara pasti belum diketahui faktor resiko yaitu :
1. Trauma
2. Zat kimia (hibricide)
3. chronic limfedence
4. Genetik
Grading (histopatologi)
G1 = Differensiasi baik
G2 = Differensiasi sedang
G3 = Differensiasi jelek
G4 = Undifferensiasi
Std I a = G1-2 T1, N0, M0
Ib = G1-2 T2, N0, M0
Std II a = G1-2 T2b, N0, M0
II b = G3-4 T1, N0, M0
II c = G3-4 T2a, N0, M0
Std III = G3-4 T2b, N0, M0
Std IV = Any G, Any T, N1, M0
Any G, Any T, N0, M0
Terapi = Operasi 1. Reseksi luas
2. Reseksi Kompartment
3. Limb-Sparing surgery
118
4. Amputasi
Jenis operasi tergantung lokasi, ukuran, dalam invasi dari tumor yang melibatkan
struktur vital dan status penampilan pasien (karnofsky)
Radioterapi : 1. Brachy terapi
2. External Radioterapi
3. Tujuan untuk kontrol lokal
Prognosis : 1. Low grade = Baik
2. High grade = Prognosis jelek
Malignant fibrous histiocytoma ( MFH ) adalah bagian dari sarcoma jaringan lunak,
merupakan suatu massa yang tanpa rasa nyeri, paling sering terdapat pada ekstremitas,
walaupun dapat tumbuh dimana saja dalam tubuh.
Asalnya dari sel Histiosit dan muncul dalam jaringan lunak pada bagian tubuh mana saja.
Sering ditemui pada dewasa, sangat jarang pada anak-anak.
Prevalensinya 20 – 30 % dari seluruh keganasan jaringan lunak.
Etiologi
Penyebab pastinya tidak jelas etiologinya.
Faktor predisposisinya :
- Genetik autosomal dominan 8 – 9 %.
- Radiasi intensif
- Bahan kimia : paparan herbisida, insektisida
- Agent kemoterapi tertentu
- Protesa benda asing : plat / protesa sendi.
Gambaran Histopatologi
- Adanya Giant sel, bentuk sel yang storiform atau pleomorfik.
- Bentuk lain : angiomatoid, myxoid dan type inflamatori.
- Pada pewarnaan perak ditemukan serat retikulin yang terbungkus oleh fibroblast.
Gambaran Klinis
- MFH biasanya menyerang jaringan yang elastis dan mudah bergerak, awalnya
tumor tidak terlihat yang kemudian menjadi besar dan menekan jaringan
sekitarnya dengan konsisitensi yang umumnya keras.
- MFH biasanya tumbuh didaerah yang susah dijangkau atau kurang kapsulasinya.
- Pertumbuhannya lambat dan kadang disertai masa akselerasi, dimana terjadi
percepatan pertumbuhan yang jauh lebih pesat dibanding perjalanan
sebelumnya.
- Gejala tergantung pada ukuran, lokasi dan penyebaran tumor.
- Gejala dapat berupa : pembengkakan, tidak nyeri, nyeri bila menekan saraf atau
otot, sulit bila berjalan, retriksi gerakan sendi pada sendi yang terdekat.
119
- Efek sistemik yang terjadi : penurunan berat badan, demam, malaise.
- Bila massa tumor tidak diketahui penyebabnya dilakukan Biopsi incisi atau eksisi.
Diagnosis
1. Anamnesis :
- Letak pada persendian menyebabkan gangguan pergerakan.
- Nyeri dan gangguan aliran darah pada bagian distal dari lesi.
- Riwayat paparan pekerjaan, radioterapi lama, bekas luka lama.
2. Pemeriksaan Penunjang :
- X-ray : penurunan radiosensitivitas dan kalsifikasi.
- USG
- CT – Scan
- MRI
Diagnosis pasti dengan Biopsi Histopatologis : terlihat bentuk sel yang storiform
atau pleimorfik.
IA : G1 T1 N0 M0
IB : G1 T2 N0 M0
IIA : G2 T1 N0 M0
IIB : G2 T0 N0 M0
IIIA : G3 T1 N0 M0
IIIB : G3 T2 N0 M0
IIIC : Gx T1,2 N1 M0
IVA : Gx T3 Nx M0
IVB : Gx Tx Nx M1
Untuk menilai status penampilan pasien, digunakan sistem Karnofsky.
120
Terapi
- Biopsi, wide eksisi, skin atau bone graft, rekonstruksi tulang.
1. Limb – salvage
2. Amputasi
3. Radioterapi
4. Kemoterapi
Prognosis
Tergantung pada :
1. Grading / stadium tumor.
2. Ukuran dan lokasi tumor
3. Ada tidaknya metastasis
4. Respon tumor terhadap metastasis
5. Umur dan karnofsky penderita
6. Toleransi penderita terhadap pengobatan
KAPOSI’S SARKOMA :
Adalah : Sarkoma jaringan lunak yang khas pada permukaan kulit atau mukosa yang
merupakan tumor/lesi dari pembuluh darah(vessel) yang sering terjadi pada penderita
dengan AIDS yang terinfeksi oleh sejenis retrovirus HIV atau Human Herpes Virus 8(HHV
8) .
INSIDENS :
- Sering pada laki-laki heterosexual atau bisexual, umur 50 – 55 tahun.
- Jarang/tidak pernah di bawah umur 50.
- 15% - 20% pada penderita AIDS.
GAMBARAN KLINIK :
- Lesi dipermukaan kulit/mukosa dimulai dengan perubahan warna kulit menjadi
merah, ungu atau kebiruan.
- Lesi : Makula, Gamb. Plaque, Noduler tunggal atau multiple dengan/tanpa
pembesaran kel. Limfe.
- Tanda awal biasanya pada mukosa langit-langit.
- Perkembangannya cepat dan dapat timbul dimama-mana di tubuh terutama
kulit.
- Kemudian timbul benjolan diseluruh permukaan tubuh.
- Tidak nyeri.
- Kadang-kadang teraba pulsasi.
- Dapat terjadi di orofaring.
- Visceral termasuk Bronchi dan tractus GI à nyeri, dapat terjadi perdarahan..
ETIOLOGI :
- Retrovirus HIV.
- Human herpes virus 8(HHV 8).
121
PENYEBARAN :
- Penyebaran melalui sex(sexually transmitted).
- Pengguna obat-obat intravena.
DIANOSIS :
- Berdasarkan pada riwayat penyakit.
- Gambaran klinik/gejala AIDS : Makula, plaque, noduler.
- Pemeriksaan serologis positif HIV.
TERAPI :
- Lesi lokal à eksisi (jarang).
- Cryotherapy.(Liquid nitrogen).
- Vinblastin (Intra lesion terapi).
- Panretin Gel.
- Terapi radiasi : 30 Gy à 10 fraksi diatas 2 minggu.
- Terapi sistemik : Interferon alfa 30 MU(million unit).--> 3 X Seminggu.injeksi
(high dose).
(Oncologic Anti Proliferative Agent= interferon alfa). Low dose 9
MU Subkutan/hari dikombinasi dengan Zidovudine.
- Adriamycin, Bleomycin, Vincristin.
- Paclitaxel. : 100 mg/m2 à selama 14 hari.
PROGNOSIS :
- Lesi kecil di ekstremitas, prognosis baik, 5 years survival rate 90%.
- Lesi orofaring, bronkus, saluran cerna à prognosis buruk.
DERMATOFIBROSARCOMA PROTUBERANS.
Adalah : Salah satu subtype sarkoma jaringan lunak yang spesifik yang merupakan
tumor dermis yang low grade dan mempunyai sifat low potensial metastasis dan lokal
agresif
ETIOLOGI ;
- Belum diketahui secara pasti.
- Faktor lain ; trauma, radiasi, virus.
INSIDENS.
- sering pada dewasa muda.
PENYEBARAN :
- Sangat jarang/hampir tidak ber metastasis jauh
- Lokal agresif.
122
GAMBARAN KLINIK :
- Benjolan di dermis/kulit
- Pertumbuhan cepat, konsistensi padat, batas tidak tegas karena sifatnya lokal
agresif.
DIAGNOSIS :
- Berdasarkan gambaran klinik dan pem. Histopatologi(mikroskopi) ditemukan sel
Bernart.
TERAPI :
- Pembedahan dengan eksisi luas (2 cm dari pinggir tumor).
- Radioterapi tunggal.
PROGNOSIS :
- Baik à tumor kulit low grade.
Malignant fibrous histiocytoma ( MFH ) adalah bagian dari sarcoma jaringan lunak,
merupakan suatu massa yang tanpa rasa nyeri, paling sering terdapat pada ekstremitas,
walaupun dapat tumbuh dimana saja dalam tubuh.
Asalnya dari sel Histiosit dan muncul dalam jaringan lunak pada bagian tubuh mana saja.
Sering ditemui pada dewasa, sangat jarang pada anak-anak.
Prevalensinya 20 – 30 % dari seluruh keganasan jaringan lunak.
Klasifikasi MFH :
5. Storiform Pleimorphic.
6. Myxoid.
7. Malignant giant cell tumor of the soft parts
8. Inflamatory malignant fibrous histiocytoma.
Etiologi
Penyebab pastinya tidak jelas etiologinya.
Faktor predisposisinya :
- Genetik autosomal dominan 8 – 9 %.
- Radiasi intensif
- Bahan kimia : paparan herbisida, insektisida
- Agent kemoterapi tertentu
- Protesa benda asing : plat / protesa sendi.
Gambaran Histopatologi
- Adanya Giant sel, bentuk sel yang storiform atau pleomorfik.
- Bentuk lain : angiomatoid, myxoid dan type inflamatori.
123
- Pada pewarnaan perak ditemukan serat retikulin yang terbungkus oleh fibroblast.
Gambaran Klinis
- MFH biasanya menyerang jaringan yang elastis dan mudah bergerak, awalnya
tumor tidak terlihat yang kemudian menjadi besar dan menekan jaringan
sekitarnya dengan konsisitensi yang umumnya keras.
- MFH biasanya tumbuh didaerah yang susah dijangkau atau kurang kapsulasinya.
- Pertumbuhannya lambat dan kadang disertai masa akselerasi, dimana terjadi
percepatan pertumbuhan yang jauh lebih pesat dibanding perjalanan
sebelumnya.
- Gejala tergantung pada ukuran, lokasi dan penyebaran tumor.
- Gejala dapat berupa : pembengkakan, tidak nyeri, nyeri bila menekan saraf atau
otot, sulit bila berjalan, retriksi gerakan sendi pada sendi yang terdekat.
- Efek sistemik yang terjadi : penurunan berat badan, demam, malaise.
- Bila massa tumor tidak diketahui penyebabnya dilakukan Biopsi incisi atau eksisi.
Diagnosis
3. Anamnesis :
- Letak pada persendian menyebabkan gangguan pergerakan.
- Nyeri dan gangguan aliran darah pada bagian distal dari lesi.
- Riwayat paparan pekerjaan, radioterapi lama, bekas luka lama.
4. Pemeriksaan Penunjang :
- X-ray : penurunan radiosensitivitas dan kalsifikasi.
- USG
- CT – Scan
- MRI
Diagnosis pasti dengan Biopsi Histopatologis : terlihat bentuk sel yang storiform
atau pleimorfik.
124
M0 = Tidak ditemukan metastasis jauh
M1 = Ditemukan metastasis jauh.
IA : G1 T1 N0 M0
IB : G1 T2 N0 M0
IIA : G2 T1 N0 M0
IIB : G2 T0 N0 M0
IIIA : G3 T1 N0 M0
IIIB : G3 T2 N0 M0
IIIC : Gx T1,2 N1 M0
IVA : Gx T3 Nx M0
IVB : Gx Tx Nx M1
Terapi
- Biopsi, wide eksisi, skin atau bone graft, rekonstruksi tulang.
1. Limb – salvage
2. Amputasi
3. Kombinasi 1 dan 2
4. Radioterapi
5. Kemoterapi
Prognosis
Tergantung pada :
1. Grading / stadium tumor.
2. Ukuran dan lokasi tumor
3. Ada tidaknya metastasis
4. Respon tumor terhadap metastasis
5. Umur dan karnofsky penderita
6. Toleransi penderita terhadap pengobatan
Five years survival rate :
Grade 1 : 90 %.
Grade 2 : 70 %
Grade 3 : 45 %.
MAMMOGRAFI
Adalah : salah satu pemeriksaan penunjang
Keterbatasan Mammografi :
1. Sebaiknya untuk wanita diatas 40 tahun
2. Lesi yang kecil atau yang terletak agak dalam, sulit dievalusi
125
Evaluasi penilaian mammografi
1. Kualitas : - Layak dibaca / tidak ?
2. Simetris antara kanan dan kiri : densitas lemak (gambaran hitam), Glandular
(putih) dan m. Pektoralis
3. Lesi : bentuk, tepi, letak lesi terhadap nipple ?
4. Lihat apakah ada reaksi dari jaringan sekitar terhadap tumor ?
5. Lihat mikrokllsifikasi : bila luas tidak bisa dilakukan BCI
126
Protokol Pemberian Kemoterapi Carsinoma Mamma
Nama : ………………………………………….
Umur / seks : ……….. thn, ♂ / ♀
Alamat : ………………………………………….
Diagnosis : ………………………………………….
………………………………………….
Stadium …………
Siklus : ………………….
Regimen : Cyclophospamide …… mg ( …… vial)
Adriamycin/Doxorubisin …… mg ( …… vial)
5-Flourouracil ...... mg ( ...... vial)
Pelaksanaan :
· Surat persetujuan kemoterapi.
· Laboratorium dalam keadaan normal (darah rutin, fungsi ginjal/hati)
· EKG dalam keadaan normal.
· IVFD : RL / D 5% / NaCl 0,9% , ± 500 cc, tetesan agak cepat
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Cyclophospamide ……. mg , dalam ± 500 cc D 5% ……….tts/m.
selama 2 (dua) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Adriamycin ........ mg, dalam ± 200 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 1 (satu) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· 5 Flourouracil ……..mg, dalam ± 500 cc D 5% ……….tts/m.
selama 2 (dua) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
127
Protokol Pemberian Kemoterapi Carsinoma Mamma
(Metastatic Breast Cancer)
Nama : ………………………………………….
Umur / seks : ……….. thn, ♂ / ♀
Alamat : ………………………………………….
Diagnosis : ………………………………………….
………………………………………….
Stadium …………
Siklus : ………………….
Regimen : Paclitaxel (Paxus/Taxol) …… mg ( …… vial)
Doxorubicin …… mg ( …… vial)
Pelaksanaan :
· Surat persetujuan kemoterapi.
· Laboratorium dalam keadaan normal (darah rutin, fungsi ginjal/hati)
· EKG dalam keadaan normal.
· IVFD : RL / D 5% / NaCl 0,9% , ± 500 cc, tetesan agak cepat
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Doxorubicin ........ mg, dalam ± 100 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 1 (satu) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Paclitaxel ……. mg , dalam ± 500 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 3 (tiga) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
128
Protokol Pemberian Kemoterapi Limfoma Maligna
Nama : ………………………………………….
Umur / seks : ……….. thn, ♂ / ♀
Alamat : ………………………………………….
Diagnosis : ………………………………………….
………………………………………….
Stadium …………
Siklus : ………………….
Regimen : Bleomycin ……mg ( …… vial)
Cyclophosphamida …….mg (…… vial)
Vincristin ……mg (……vial)
Doxorubicin ……mg ( ……vial)
Prednison 3 x .... tablet/hari
Pelaksanaan :
· Surat persetujuan kemoterapi.
· Laboratorium dalam keadaan normal (darah rutin, fungsi ginjal/hati)
· EKG dalam keadaan normal.
Hari I
· IVFD : RL / D 5% / NaCl 0,9% , ± 500 cc, tetesan agak cepat
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Bleomycin …….mg / iv, secara perlahan-lahan.
· Vincristin ........ mg, dalam ± 100 cc D 5% ……….tts/m.
selama 0,5 jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Cyclophospamide …….mg, dalam ± 500 cc D 5% ……….tts/m.
selama 2 (dua) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
129
Hari V
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Vincristin ........ mg, dalam ± 100 cc D 5% ……….tts/m.
selama 0,5 jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Doxorubicin ........ mg, dalam ± 100 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 1 (satu) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
130
Protokol Pemberian Kemoterapi Oral Cancer
Nama : ………………………………………….
Umur / seks : ……….. thn, ♂ / ♀
Alamat : ………………………………………….
Diagnosis : ………………………………………….
………………………………………….
Stadium …………
Siklus : ………………….
Regimen : Paclitaxel (Paxus/Taxol) ……mg ( …… vial)
Cisplastin …….mg (…… vial)
Rescovulin ……mg (……vial)
5 Flourouracil …… mg ( ……vial)
Pelaksanaan :
· Surat persetujuan kemoterapi.
· Laboratorium dalam keadaan normal (darah rutin, fungsi ginjal/hati)
· EKG dalam keadaan normal.
Hari I
· IVFD : RL / D 5% / NaCl 0,9% , ± 500 cc, tetesan agak cepat
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Paclitaxel ……. mg , dalam ± 500 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 3 (tiga) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
Hari V
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Cisplastin ........ mg, dalam ± 500 cc D 5% ……….tts/m.
131
selama 6 (enam) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Rescovulin ........ mg, dalam ± 100 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 1 (satu) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
132
Protokol Pemberian Kemoterapi Multiple Myeloma
Nama : ………………………………………….
Umur / seks : ……….. thn, ♂ / ♀
Alamat : ………………………………………….
Diagnosis : ………………………………………….
………………………………………….
Stadium …………
Siklus : ………………….
Regimen : Paclitaxel (Paxus/Taxol) ……mg ( …… vial)
Vincristin ……mg (…… vial)
Cyclophosphamida …….mg (…… vial)
Doxorubicin …… mg ( ……vial)
Prednison 3 x ..... tablet
Pelaksanaan :
· Surat persetujuan kemoterapi.
· Laboratorium dalam keadaan normal (darah rutin, fungsi ginjal/hati)
· EKG dalam keadaan normal.
Hari I
· IVFD : RL / D 5% / NaCl 0,9% , ± 500 cc, tetesan agak cepat
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Vincristin ........ mg, dalam ± 100 cc D 5% ……….tts/m.
selama 0,5 jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Paclitaxel ……. mg , dalam ± 500 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 3 (tiga) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
133
Hari V
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) --- tunggu setelah 30
menit.
· Doxorubicin ........ mg, dalam ± 100 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 1 (satu) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Vincristin ........ mg, dalam ± 100 cc D 5% ……….tts/m.
selama 0,5 jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Cyclophospamide ……. mg , dalam ± 500 cc D 5% ……….tts/m.
selama 2 (dua) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
134
Protokol Pemberian Kemoterapi Head and Neck Cancer
( Biweekly cystem / Regimen Taiwan )
Nama : ………………………………………….
Umur / seks : ……….. thn, ♂ / ♀
Alamat : ………………………………………….
Diagnosis : ………………………………………….
………………………………………….
Stadium …………
Siklus : ………………….
Regimen : Paclitaxel (Paxus/Taxol) …… mg ( …… vial)
Cisplastin …….mg (…… vial)
5 Flourouracil (Tegafur) …… mg ( ……vial)
Rescovulin / Leucovorin 15 mg ( 56 tablet )
Pelaksanaan :
· Surat persetujuan kemoterapi.
· Laboratorium dalam keadaan normal (darah rutin, fungsi ginjal/hati)
· EKG dalam keadaan normal.
· IVFD : RL / D 5% / NaCl 0,9% , ± 500 cc, tetesan agak cepat
· Premedikasi (antiemetik, kortikosteroid, antihistamin) -- tunggu setelah 30
menit.
· Paclitaxel ……. mg , dalam ± 500 cc NaCl 0,9% ……….tts/m.
selama 3 (tiga) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· Cisplastin ........ mg, dalam ± 500 cc D 5% ……….tts/m.
selama 6 (enam) jam, setelah selesai spooling ± 200 cc NaCl 0,9%.
· 5 Flourouracil ………mg, dalam ± 200 cc D 5% ……….tts/m.
selama 2 (dua) jam, setelah selesai spooling ± 100 cc NaCl 0,9%.
· Leucovorin 60 mg ( 4 tablet ) 1 kali pemberian selama 14 (empat belas hari)
· Bila perlu, maintenance dengan roburantia, -- B Comp 3 cc dan Vit C 5 amp.
135