Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS NEUROLOGI

“CHOREA”

OLEH :

Nil Nal Muna


H1A 013 04 7

PEMBIMBING :

dr. Ilsa Hunaifi, Sp.S.

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RSUP PROVINSI NTB
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat
pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Chorea” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf RSU
Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis.

1. dr. Ilsa Hunaifi, SpS, selaku pembimbing


2. dr. Ester Sampe, SpS, selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUP NTB
3. dr. Wayan Subagiartha, SpS, selaku supervisor
4. dr. Herpan Syafii Harahap, M.Biomed, SpS, selaku supervisor
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga tinjauan pustaka ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, Juni 2018

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gerakan involunter merupakan suatu gerakan spontan yang tidak
terkendali, tidak disadari, tidak bertujuan, tidak dapat diramalkan sewaktu-
waktu dan tidak dikendalikan oleh kemauan pada waktu orang tersebut
beraktivitas dan menghilang waktu tidur.
Gerakan involunter ini merupakan gangguan yang terjadi di ganglia
basalis. Ganglia basalis adalah bagian otak yang paling dalam yang mengatur
gerakan-gerakan yang sifatnya kasar sehingga gerakan yang dihasilkan
menjadi halus.
Aktivitas kasar yang biasanya dilakukan seperti lari, bersepeda, jalan
cepat, menyepak bola, mengetik secara cepat, memukul benda-benda di
sekitar sewaktu kita marah. Secara reflek diatur oleh ganglia basal tersebut.
Gerakan kasar pada tubuh disebut juga gerakan ekstrapiramidal. Gangguan
akan pengendalian kasar yang berlebihan disebut juga gangguan
ekstrapiramidal.
Sistem susunan saraf pusat yang berkaitan dengan gerakan motorik
kasar yang disebabkan karena ganglia basalis seperti nukleus kaudatus,
putamen dan globus palidus.
Berbagai macam gerakan akibat gangguan di ganglia basalis
diantaranya seperti Chorea.
Chorea dalam bahasa yunani yang berarti menari. Pada Chorea gerak
otot berlangsung cepat, tanpa ritme dan kasar yang dapat melibatkan satu
anggota badan atau separuh badan dan bisa seluruh badan. Hal ini dengan
khas terlihat pada anggota gerak atas (lengan dan tangan) terutama bagian
distal. Pada gerakan ini tidak didapatkan gerakan yang harmonis antara otot-
otot pergerakan, baik antara otot yang sinergis maupun antagonis. Chorea
dapat terjadi dimulai pada usia berapa saja. Namun estimasi prevalensi yang

3
memang sedikit tidak terlalu mengkhawatikan seperti di Amerika Serikat
yaitu 5-10 kasus per 100.000 orang

4
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. N
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan
Suku Bangsa : Sasak
Alamat : Lembeh, Sumbawa
Agama : Islam
Status : Menikah
No. RM : 004442
MRS : 30 Mei 2018
Tanggal pemeriksaan : 2 Juni 2018

2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Gerakan pada kaki dan tangan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli RSUD Provinsi NTB dengan keluhan
gerakan pada kaki dan tangan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya, 1
minggu sebelum pasien mengeluhkan gerakan kaki dan tangan kirinya,
pasien merasakan tangan dan kakinya kesemutan dan berat saat digerakan,
namun pasien tidak menghiraukannya. Setelah satu minggu dari keluhan
kesemutan dan berat tersebut keluhan gerakan ini dirasakan secara tiba-tiba
dan berlebihan dengan waktu kejadian dan tempat predileksi yang tidak
menentu. Gerakan seperti dihentakan dan menjalar dari tangan kiri ke kaki
kiri. Gerakan dirasakan terus menerus seperti saat beraktivitas dan
berkurang saat tidur. Pasien merasakan gerakan ini seperti menjalar dan
pasien sadar saat gerakan terjadi. Awalnya 3 hari saat mulai merasakan

5
keluhan ini pasien masih bisa berjalan dengan lambat, namun semakin lama
semakin memberat sehingga pasien kesullitan saat melangkah. Pasien tidak
bisa menahan gerakan agar tetap diam. Pasien mengaku kesulitan dalam
beraktivitas sehari-hari. Keluhan mudah lupa ada, bicara pelo tidak ada.
Pasien juga mengeluhkan masalah saat kencing. Kencingnya
bercampur dengan kotorannya sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat demam (-),
batuk lama (-). riwayat trauma (-)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat HT
(+), DM (+), riwayat operasi BPH (+), riwayat vertigo (+), riwayat
hemoroid grade II, stroke (+), riwayat mengkonsumsi Vit B12 sejak 6
bulan yang lalu tetapi tidak rutin.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak didapatkan keluhan serupa pada anggota keluarga pasien.
Riwayat HT (-), DM (-), penyakit ginjal (-).

Riwayat Pengobatan :
Pasien rutin meminum obat DM dan obat HT.

Riwayat Pribadi dan Sosial :


Pasien adalah seorang pensiunan yang masih tetap aktif bekerja
hingga sesaat sebelum sakit.

2.3 OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik ( 2 Juni 2018)
1) Status Generalis
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : compos mentis
 Vital Signs :

6
o Tekanan darah
- 140/90 mmHg
o Nadi
- 92x/menit, regular, kuat angkat
o Frekuensi nafas
-20 x/menit
o Suhu
-37oC
2) Status Lokalis
a) Kepala
 Bentuk dan ukuran : normal
 Rambut : normal
 Anemis : (-/-)
 Ikterus : (-/-)
 Sianosis : (-)
 Edema : (-)
 Malar rash : (-)
 Hiperpigmentasi : (-)
 Nyeri tekan kepala : (-)
 Massa : (-)

b) Thorax
1. Inspeksi:
 Bentuk & ukuran: normal, simetris antara sisi kiri dan kanan
 Gerakan dinding dada simetris, kelainan bentuk dada (-/-), ictus
cordis tidak tampak
 Permukaan dinding dada: jejas (-), papula (-), petechiae (-),
purpura (-), ekimosis (-), spider naevi (-), vena kolateral (-),
massa (-).

7
 Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tak tampak
hipertrofi SCM, otot bantu napas abdomen tidak aktif
 Iga dan sela iga: simetris, pelebaran ICS (-/-)
 Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: simetris kiri dan
kanan.
2. Palpasi:
 Pengembangan dinding dada simetris
 Trakea: deviasi (-)
 Nyeri tekan (-), benjolan (-), edema (-), krepitasi (-)
3. Perkusi:
 Paru-paru
o Perkusi sonor di semua lapang paru
 Jantung
o Batas kanan → ICS 2 parasternal line dekstra
o Batas kiri→ ICS 5 midclavicula line sinistra
4. Auskultasi:
 Paru-paru:
o Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
 Jantung:
o S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-).

c) Abdomen
 Inspeksi : distensi (-), jejas (-), massa (+)
 Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
 Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar/lien sulit
dievaluasi.
 Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen

8
d) Ekstremitas :
 Akral hangat : + +
+ +
 Edema : - -
- -
 Deformitas : - -
- -
 CRT <2 detik

Status Neurologis

1) GCS : E4V5M6
2) Fungsi Luhur
- Reaksi emosi : serasi, luas
- Intelegensia : sesuai tingkat pendidikan
- Fungsi bicara : normal
- Fungsi psikomotor : normal
- Fungsi psikosensorik : normal
3) Tanda rangsang Meningen:
- Kaku kuduk : (-)
- Kernig : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Brudzinski III : (-)
- Brudzinski IV : (-)
4) Pemeriksaan Nervus Cranialis :
Nervus kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius)
-subjektif Tde Tde
-objektif (dgn bahan) Tde Tde
N II (Optikus)

9
-tajam penglihatan >2/60 >2/60
-lapangan pandang Dbn Dbn
-melihat warna Dbn Dbn
-funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N III (Okulomotorius),IV (Trochlearis), dan VI(Abducens),


Celah kelopak mata
Posisi bola mata Orthotropia Orthotropia
-ptosis Tidak ada Tidak ada
- Exophthalmus Tidak ada Tidak ada
Pupil
-bentuk Bulat, isokor, 3 mm Bulat, isokor, 3 mm
refleks cahaya langsung + +
refleks cahaya tidak + +
langsung
Gerakan bola mata
Paresis Tidak ada Tidak ada
-nistagmus Tidak ada Tidak ada
N V (Trigeminus)
-Motorik
membuka mulut dbn dbn
menggerakkan rahang dbn dbn
menggigit dbn dbn
mengunyah dbn dbn
-Sensorik
N. V1
*reflex kornea + +
*sensibilitas dbn dbn
N. V2
*reflex Masseter dbn dbn
*sensibilitas dbn dbn

10
N. V3
*sensibilitas dbn dbn
N VII (Fasialis)
-raut wajah Normal Normal
-sekresi air mata Tde Tde
-fisura palpebral + +
-menggerakkan dahi + +
-menutup mata + +
-mencibir/bersiul + +
-memperlihatkan gigi + +
-sensasi lidah 2/3 depan Tde Tde
-hiperakusis - -
N VIII (Vestibularis)
-suara berbisik Baik Baik
-rinne test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-weber test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
-swabach test Tidak dilakukan Tidak dilakukan
*memanjang
*memendek
N IX (Glossofaringeus), N X (Vagus)
-posisi arkus faring Simetris
-uvula Di tengah
-refleks menelan/ muntah Tde
-artikulasi Dbn
-suara Dbn
Pengecapan 1/3 bagian Tde Tde
posterior

N XI (Asesorius)
-menoleh ke kanan +

11
-menoleh ke kiri +
-mengangkat bahu kanan +
-mengangkat bahu kiri +
N XII (Hipoglosus)
-kedudukan lidah dalam Posisi lidah ditengah
-kedudukan lidah Posisi lidah ditengah
dijulurkan
-tremor +
-fasikulasi -
-atrofi -

5) Pemeriksaan Fungsi Motorik


Motorik Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan Aktif Hiperkinesia Aktif Hiperkinesia
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal

6) Sensorik
- Eksteroseptif Nyeri : dbn
Suhu : tde
Raba halus : dbn
- Propioseptif Rasa sikap : dbn
Nyeri dalam : dbn
- Fungsi kortikal Diskriminasi : dbn
Stereognosis : dbn
7) Sistim Refleks
a. Refleks fisiologis
 Biceps : +2/sde

12
 Triceps : +2/sde
 Patella : +2/sde
 Achilles : +2/sde
b. Refleks Patologis
 Hoffman : -/sde
 Trommer : -/sde
 Babinsky : -/-
 Chadock : -/-
 Gordon : -/-
 Schaefer : -/-
 Oppenheim : -/-
8) Cerebellum
- Gangguan Koordinasi
 Tes jari hidung : tde
 Tes pronasi-supinasi : tde
 Tes tumit : tde
 Tes pegang jari : tde
- Gangguan keseimbangan
 Tes Romberg : Tidak dapat dievaluasi
9) Kolumna Vertebralis
- Inspeksi : malalignment (-), massa (-)
- Pergerakan : tde
- Palpasi : dbn
- Perkusi : dbn
10) Fungsi otonom
 Miksi : baik
 Defekasi : baik
 Sekresi keringat : baik

13
2.4 RESUME
Pasien laki-laki 67 tahun mengeluhkan gerakan pada kaki dan tangan
kirinya. Gerakan seperti dihentakan dan menjalar dari tangan kiri ke kaki
kiri. Gerakan dirasakan terus menerus dan berkurang saat pasien tidur.
Pasien memilikit riwayat stroke. Riwayat HT (+), DM (+), riwayat operasi
TURP (+), Haemoroid grade II (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan
darah 140/90 mmHg, nadi 92 x/menit, frekuensi pernafasan 20 x/menit,
suhu aksila 37°C. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan dalam batas
normal, pemeriksaan refleks fisiologis dalam batas normal, pada refleks
patologis negatif. Pada pemeriksaan fungsi motorik didapatkan ekstremitas
atas kiri dan ekstremitas bawah kiri hiperkinesia.

2.5 ASSESSMENT

1. Diagnosis klinis
 Involuntary movement ekstremitas sinistra
 Riwayat Stroke
2. Diagnosis topis
Ganglia Basalis
3. Diagnosis etiologi
HemiChorea Sekunder sinistra ec Stroke Infark

2.6 PLANNING

1. Diagnostik
o Darah lengkap
o CT scan Kepala
o Foto Thorax
o EKG
o GDS

14
2. Planning Terapi
Medikamentosa
- Haloperidol 1 mg 2x1 tablet
- Neurodex 2x1 tablet
Edukasi
Menjelaskan bahwa penyakit yang diderita pasien adalah suatu
gangguan yang umumnya banyak ditemui dipraktek sehari-hari,
kemungkinan penyebabnya adanya gangguan di bagian otak yang
disebut ganglia basalis yang saah satu penyebab terganggunya bagian
otak tersebut yaitu riwayat stroke yang dialami pasien dan mmetabolik
seperti hiperglikemi yang pada pasien memiliki riwayat DM. Pada
pasien dengan keluhan seperti ini, biasanya akan diterapi dengan
terapi konservatif dan non konservatif.

 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT Scan Kepala tanpa Kontras (30 Mei 2018)

15
Hasil :
- Tampak area hipodens abnormal pada kapsula interna sinistra
ukuran 7x6 cm
- Kesan : Lacunar infark pada kapsula interna sinistra

2.7 PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia et bonam
 Quo ad sanam : dubia et bonam
 Quo ad functionam : dubia et bonam

16
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien datang ke Poli RSUD Provinsi NTB dengan keluhan gerakan pada
kaki dan tangan kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya, 1 minggu sebelum pasien
mengeluhkan gerakan kaki dan tangan kirinya, pasien merasakan tangan dan
kakinya kesemutan dan berat saat digerakan, namun pasien tidak
menghiraukannya. Setelah satu minggu dari keluhan kesemutan dan berat tersebut
keluhan gerakan ini dirasakan secara tiba-tiba dan berlebihan dengan waktu
kejadian dan tempat predileksi yang tidak menentu. Gerakan seperti dihentakan
dan menjalar dari tangan kiri ke kaki kiri. Gerakan dirasakan terus menerus seperti
saat beraktivitas dan berkurang saat tidur. Pasien merasakan gerakan ini seperti
menjalar dan pasien sadar saat gerakan terjadi. Awalnya 3 hari saat mulai
merasakan keluhan ini pasien masih bisa berjalan dengan lambat, namun semakin
lama semakin memberat sehingga pasien kesullitan saat melangkah. Pasien tidak
bisa menahan gerakan agar tetap diam. Pasien juga mengeluhkan masalah saat
kencing. Kencingnya bercampur dengan kotorannya sejak 6 bulan yang lalu.
Riwayat HT (+), DM (+), Stroke (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 94x/menit,
frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu aksila 36,8°C. Dari pemeriksaan neurologis
didapatkan dalam batas normal, pemeriksaan refleks fisiologis dalam batas
normal, pada refleks patologis didapatkan negatif. Pada pemeriksaan fungsi
motorik di dapatkan pergerakan ekstremitas kiri didapatkan hiperkinesia.

Berdasarkan keluhan utama gerakan pada tangan dan kaki kiri seperti
dihentakan ,menari dan menjalar dari tangan kiri ke kaki kiri. Gerakan involunter
ini merupakan khas Chorea akibat dari gangguan yang terjadi di ganglia basalis.
Ganglia basalis adalah bagian otak yang paling dalam yang mengatur gerakan-
gerakan yang sifatnya kasar sehingga gerakan yang dihasilkan menjadi halus.
Salah satu gangguan pada ganglia basalis ini bisa disebabkan oleh adanya riwayat
stroke, metabolik seperti hiperglikemi yang.

17
Terapi pada pasien Chorea dapat diberikan medikamentosa kategori obat
antipsikotik seperti haloperidol dengan dosis 0,5 mg- 1 mg/hari maksimal 10
mg/hari. Terapi ini diberikan dengan tujuan sebagai antagonis dopamine dan
mempunyai efek sebagai anti spasmodik untuk mngendalikan pergerakan
abnormal.

REFLEKSI KASUS
Alasan saya memilih kasus ini adalah karena kasus ini cukup menarik bila
dilihat dari perjalanan klinisnya. Chorea merupakan kasus yang langka
ditemukan, yang pada pasien ini merupakan kejadian sekunder akibat dari riwayat
stroke, riwayat DM yang bsa menjadi fakto resiko dan penyebab terjadinya
Chorea. Perjalanan penyakit yang terlihat pada pasien cukup jelas dan sesuai
dengan teori, namun hal yang cenderung sulit ditentukan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik adalah lokasi tepat (topis) penyakit serta tingkat keparahan dari
kasus itu sendiri. Beberapa hal tersebut membuat saya tertarik mengambil kasus
ini untuk dipelajari lebih lanjut. Hal yang saya pelajari dalam kasus ini antara lain
anamnesis lengkap untuk menggali riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik
lengkap.

18
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Chorea merupakan gerakan involunter yang menyerupai gerakan tangan


lengan seorang penari. Gerakan tidak berirama, sifatnya kuat, cepat, dan
tersentak-sentak, sedangkan arah gerakan cepat berubah. Diagnosis pada Chorea
dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Tatalaksana yang diberikan bertujuan sebagai pengobatan simptomatik


seperti neuroleptik, antipsikotik, hingga terapi adjuvant. Prognosis Chorea
ditetukan dari tingkat keparahan gerakan serta etiologi atau penyebab timbulnya
gerakan abnormal tersebut.

19

Anda mungkin juga menyukai