“DERMATITIS”
Oleh:
dr. Fatmawati
Pembimbing:
PUSKESMAS TALIWANG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini tepat
pada waktunya. Laporan kasus yang berjudul “Dermatitits” ini disusun dalam
rangka mengikuti Program Dokter Internsip Indonesia Batch II Tahun 2024.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan bagi
penulis. Terutama kepada dr. Dwidia Mertasari, MPH selaku pembimbing dan
pendamping laporan kasus.
Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan
manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada
pembaca dalam menjalankan praktik sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.
ii
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I LAPORAN KASUS....................................................................................1
1.1 Identitas Pasien..................................................................................................1
1.2 Anamnesis..........................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik..............................................................................................2
1.4 Diagnosis Kerja..................................................................................................7
1.5 Resume...............................................................................................................7
1.6 Terapi.................................................................................................................7
1.7 Edukasi...............................................................................................................7
1.8 Prognosis............................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8
2.1. Definis Dermatitis.............................................................................................8
2.2. Epidemiologi Dermatitis...................................................................................9
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dermatitis……………………………. 10
2.4. Etiologi Dermatitis..........................................................................................12
2.4. Patofisiologi Dermatitis..................................................................................12
2.5. Gambaran Klinis Dermatitis...........................................................................12
2.6. Diagnosis Dermatitis.......................................................................................14
2.7. Diagnosis Banding Dermatitis........................................................................15
2.8. Tatalaksana Dermatitis....................................................................................15
2.9. Prognosis Dermatitis.......................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Gatal dan nyeri pada jari tangan dan kaki
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang wanita usia 35 tahun datang dengan keluhan gatal dan nyeri pada jari
tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu. Pasien mulai merasakan keluhan
setelah terkena detergen saat sedang mencuci pakaian. Pasien juga
mengeluhkan muncul ruam kemerahan dan kulit terkelupas pada jari tangan
dan kaki. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun
obat. Keluhan lain seperti demam, batuk pilek, mual muntah disangkal.
Riwayat keluhan serupa (+) namun keluhan tidak berat sehingga tidak
diobati; riwayat penyakit lainnya disangkal.
1
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku tidak terdapat keluhan serupa di keluarga.
Riwayat Pengobatan :
Pasien sudah mengkonsumsi obat CTM yang dibeli sendiri di apotek.
Riwayat Alergi
Tidak terdapat riwayat alergi baik alergi obat ataupun makanan.
2
- Pupil : refleks pupil (+/+), isokor Ø3mm/3mm,
bentuk dalam batas normal
- Kornea : normal
- Lensa : keruh (-/-)
- Pergerakan bola mata : normal ke segala arah
3. Telinga :
- Bentuk : normal, simetris
- Nyeri tekan tragus : (-/-)
- Pendengaran : kesan normal
4. Hidung :
- Simetris
- Deviasi septum : (-/-)
- Perdarahan : (-/-)
- Sekret : (-/-)
5. Mulut :
- Simetris
- Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-)
- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah: glotitis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), lidah kotor (-)
6. Leher :
- Simetris
- Kaku kuduk (-)
- Pembesaran KGB (-)
- Trakea : ditengah
- Peningkatan JVP (-)
- Otot sternocleidomastoideus aktif (-), hipertrofi (-)
- Pembesaran nodul thyroid (-)
7. Thorax
Inspeksi :
1) Bentuk dan ukuran dada normal
3
2) Pergerakan dinding dada: simetris
3) Permukaan dinding dada: scar (-), massa (-)
4) Penggunaan otot bantu napas: SCM aktif (-), hipertrofi SCM (-),
otot bantu napas abdomen aktif (-).
5) Tulang iga dan sela iga: simetris, pelebaran sela iga kanan dan kiri
(-)
6) Fossa supraklavikula dan infraklavikula: simetris; Fossa jugularis:
trakea ditengah
7) Tipe pernapasan torakoabdominal dengan frekuensi napas 20
kali/menit.
Palpasi:
1) Posisi mediastinum: normal, trakea ditengah
2) Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-).
3) Pergerakan dinding dada: simetris
4) Ictus cordis teraba di ICS V midclavicula sinistra, thrill (-)
5) Vocal fremitus
Depan :
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal
Belakang :
4
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal
Perkusi:
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
1) Batas jantung
- Batas atas : ICS II linea parastenal sinistra
- Batas kanan : Linea parasternal dextra
- Batas kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
2) Batas paru-jantung :
- Dextra : ICS II parasternalis line dekstra
- Sinistra : ICS V linea midclavicula sinistra
3) Batas paru-hepar :
- Inspirasi : ICS VI
- Ekspirasi : ICS IV
Auskultasi:
1) Cor : S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)
2) Pulmo :
- Suara napas:
5
8. Abdomen : vesikuler vesikuler
Inspeksi: vesikuler vesikuler
- Kulit :sikatriks vesikuler vesikuler (-), striae (-), vena yang berdilatasi (-),
ruam (-), luka bekas operasi (-), hematom (-)
- Umbilikus : inflamasi (-), hernia (-)
- Kontur Abdomen : distensi (-), darm contour (-), darm steifung (-), massa (-)
- Peristalsis (-), pulsasi aorta (-)
Auskultasi:
- Bising usus (+) normal, metallic sound (-).
Perkusi :
- Nyeri ketok saat perkusi (+) terutama regio illiaca dextra
Timpani Timpani Timpani
Timpani Timpani Timpani
Timpan Timpani Timpani
Palpasi :
- Nyeri tekan regio illiaca dextra (-); defans muscular (-) lokal pada regio illiaca
dextra, nyeri lepas (-) pada regio illiaca dextra
9. Ekstremitas :
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Akral dingin : -/- Akral dingin : -/-
Deformitas : -/- Deformitas : -/-
Edema : -/- Edema : -/-
Sianosis : -/- Sianosis : -/-
CRT : < 2 detik CRT : < 2 detik
Predileksi manus dan pedis
Bilateral
Lesi kulit : plak eritema,
disertai hiperkeratosis, fisura,
infeksi sekunder (-)
6
1.4. DIAGNOSIS KERJA
1.5. RESUME
Pasien Perempuan usia 35 tahun datang ke poli umum Puskesmas Taliwang dengan keluhan
gatal dan nyeri pada jari tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu. Pasien mulai merasakan keluhan
setelah terkena detergen saat sedang mencuci pakaian. Sebelumnya pasien sudah minum obat
Chlorpheniramine maleate.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan tanda vital pasien baik. Pada
pemeriksaan telapak tangan dan kaki ditemukan adanya plak eritema, disertai hiperkeratosis,
fisura, infeksi sekunder tidak ada.
1.6. TERAPI
Krim Hidrokortison, oleskan 2-3kali sehari
PO Cetirizine 1x10 mg/hari (setelah makan), jika ada keluhan gatal
PO Dexamethason 3x0,5 mg (setelah makan)
1.7. EDUKASI
Edukasi terkait penyakit dan penyebab yang dialami oleh pasien
Edukasi mengenai alat pelindung diri jika harus kontak dengan bahan iritan, misalnya
sarung tangan
Edukasi mengenai perawatan kulit sehari-hari (pelembab) dan penghindaran terhadap
iritan yang dicurigai
Edukasi pemberian obat yang akan diberikan
1.8. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dermatitis kontak (DK) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh bahan kimia
atau ion metal yang berefek iritan (toksik), atau oleh bahan kimia reaktif kecil (kontak alergen) yang
memodifikasi protein dan menginduksi respon imun (didominasi oleh respon sel-T). (4) Dermatitis kontak,
dibagi menjadi dua, Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA), adalah hal
yang umum pada klinik dokter kulit. Manajemen pasien dengan dermatitis kontak merupakan hal yang
menantang tapi bermanfaat bagi pasien dan dokter- terutama jika bahan kimia dapat teridentifikasi dan
dihilangkan dari lingkungan pasien, sehingga pasien dapat sembuh dari penyakit ini yang mungkin dapat
terjadi selama bertahun-tahun.(5)
Bentuk respon dari dermatitis kontak dihasilkan melalu satu atau dua jalur utama, iritan
atau alergi, dimana 80% didominasi oleh dermatitis kontak iritan dan sisanya 20% adalah
dermatitis kontak alergi. Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.(6)
Sehingga, penyebab dermatitis kontak ini dibagi menjadi dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi.11 Perbedaan prinsip antar keduanya adalah dermatitis kontak iritan
terjadi karena adanya penurunan kemampuan kulit dalam melakukan regenerasi sehingga mudah
teriritasi oleh bahan-bahan tertentu. Penurunan kemampuan ini dipengaruhi oleh selaput tanduk
dan kandungan air pada sel tanduk tersebut. Sehingga dari kejadian itu, terjadilah inflamasi
cutaneous yang disebabkan oleh efek sitotoksik langsung dari bahan kimia atau fisik tanpa
menghasilkan antibodi spesifik.11 Sementara pada dermatitis kontak alergi, paparan bahan kimia
menimbulkan rangsangan tertentu pada imunitas tubuh. Rangsangan ini akan menyebabkan
reaksi hipersensitivitas dan peradangan kulit disini hanya terjadi pada seseorang yang
mempunyai sifat hipersensitif (mudah terkena alergi). Kedua bentuk dermatitis ini sulit
dibedakan satu sama lain, sehingga memerlukan pemeriksaan medis yang spesifik untuk
membedakan keduanya.10,15,18
Tabel 2. Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dengan Dermatitis Kontak Alergik (DKA)
9
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit multifaktoral yang dipengaruhi oleh faktor
eksogen dan faktor endogen.20
1. Faktor Eksogen
Faktor yang memperparah terjadinya dermatitis kontak sebenarnya Sulit diprediksi.
Beberapa faktor berikut dianggap memiliki pengaruh terhadap terjadinya dermatitis
kontak.
a. Karakteristik bahan kimia:
Meliputi pH bahan kimia (bahan kimia dengan pH terlalu tinggi > 12 atau terlalu rendah
< 3 dapat menimbulkan gejala iritasi segera setelah terpapar,sedangkan pH yang sedikit lebih
tinggi > 7 atau sedikit lebih rendah < 7 memerlukan paparan ulang untuk mampu timbulkan
gejala),jumlah dan konsentrasi (semakin pekat konsentrasi bahan kimia maka semakin
banyak pula bahan kimia yang terpapar dan semakin poten untuk merusak lapisan kulit) ,
berat molekul (molekul dengan berat <1000 dalton sering menyebabkan dermatitis kontak,
biasanya jenis dermatitis kontak alergi), kelarutan dari bahan kimia yang dipengaruhi oleh
sifat ionisasi dan polarisasinya (bahan kimia dengan sifat lipofilik akan mudah menembus
stratum korneum kulit masuk mencapai sel epidermis dibawahnya).
b. Karakteristik paparan:
Meliputi durasi yang dalam penelitian akan dinilai dari lama paparan perhari dan lama
bekerja (semakin lama durasi paparan dengan bahan kimia maka semakin banyak pula bahan
yang mampu masuk ke kulit sehingga semakin poten pula untuk timbulkan reaksi), tipe
kontak (kontak melalui udara maupun kontak langsung dengan kulit), paparan dengan lebih
dari satu jenis bahan kimia (adanya interaksi lebih dari satu bahan kimia dapat bersifat
sinergis ataupun antagonis, terkadang satu bahan kimia saja tidak mampu memberikan gejala
tetapi mampu timbulkan gejala ketika bertemu dengan bahan lain) dan frekuensi paparan
dengan agen (bahan kimia asam atau basa kuat dalam sekali paparan bisa menimbulkan
gejala, untuk basa atau asam lemah butuh beberapa kali paparan untuk mampu timbulkan
gejala, sedangkan untuk bahan kimia yang bersifat sensitizer paparan sekali saja tidak bisa
menimbulkan gejala karena harus melalui fase sensitisasi dahulu).
c. Faktor lingkungan:
10
Meliputi temperatur ruangan (kelembaban udara yang rendah serta suhu yang
dingin menurunkan komposisi air pada stratum korneum yang membuat kulit lebih
permeable terhadap bahan kimia) dan faktor mekanik yang dapat berupa tekanan,
gesekan, atau lecet, juga dapat meningkatkan permeabilitas kulitterhadap bahan kimia
akibat kerusakan stratum korneum pada kulit.
2. Faktor Endogen
Faktor endogen yang turut berpengaruh terhadap terjadinya dermatitis kontak
meliputi:
a. Faktor genetik, telah diketahui bahwa kemampuan untuk mereduksi radikal
bebas, perubahan kadar enzim antioksidan, dan kemampuan melindungi protein dari
trauma panas, semuanya diatur oleh genetik. Dan predisposisi terjadinya suatu reaksi
pada tiap individu berbeda dan mungkin spesifik untuk bahan kimia tertentu.
b. Jenis kelamin, mayoritas dari pasien yang ada merupakan pasien perempuan,
dibandingkan laki-laki, hal ini bukan karena Perempuan memiliki kulit yang lebih
rentan, tetapi karena perempuan lebih sering terpapar dengan bahan iritan dan
pekerjaan yang lembab.
c. Usia, anak dengan usia kurang dari 8 tahun lebih rentan terhadap bahan kimia,
sedangkan pada orang yang lebih tua bentuk iritasi dengan gejala kemerahan sering
tidak tampak pada kulit.
d. Ras, sebenarnya belum ada studi yang menjelaskan tipe kulit yang mana yang
secara signifikan mempengaruhi terjadinya dermatitis. Hasil studi yang baru,
menggunakan adanya eritema pada kulit sebagai parameter menghasilkan orang
berkulit hitam lebih resisten terhadap dermatitis, akan tetapi hal ini bisajadi salah,
karena eritema pada kulit hitam sulit terlihat.
e. Lokasi kulit, ada perbedaan yang signifikan pada fungsi barrier kulit pada
lokasi yang berbeda. Wajah, leher, skrotum, dan punggung tangan lebih rentan
dermatitis.
f. Riwayat atopi, dengan adanya riwayat atopi, akan meningkatkan kerentanan
terjadinya dermatitis karena adanya penurunan ambang batas terjadinya dermatitis,
akibat kerusakan fungsi barier kulit dan perlambatan proses penyembuhan.
11
g. Faktor lain dapat berupa perilaku individu: kebersihan perorangan, hobi dan
pekerjaan sambilan, serta penggunaan alat pelindung diri saat bekerja.20
2.4 Etiologi Dermatitis
Berdasarkan sudut pandang etiologi, terdapat perbedaan antara alergi – umumnya tipe
lambat (tipe IV) dan jarang merupakan tipe segera (tipe I), pada protein dermatitis kontak –
tipe iritan (non-alergi) dari dermatitis kontak. Tipe Alergi membentuk sensitisasi pada
alergen akhir atau pada alergen reaksi silang. Terlepas dari berbagai etiologi (tipe IV atau
alergi tipe I atau iritasi kulit), ia berkembang menjadi dermatitis. Tipe iritan juga diklasifikasikan
sebagai toksik, degeneratif, subtoxic, atau toksik kumulatif. Banyak pasien menunjukkan kombinasi
mekanisme iritan dan alergi dengan adanya efek sinergis.(9)
2.5 Patofisiologi Dermatitis
Dermatitis kontak diawali dengan gatal, diikuti oleh lesi eritematosa, vesikel, eksudat,
karena selalu menggaruk, dan jika telah sampai ke tahap kronis, penebalan kulit dapat terjadi
(likenifikasi). Kondisi ini diklasifikasikan menjadi akut atau kronik bergantung pada tipe lesi
yang dominan.(10)
Membedakan kontak iritan dan alergi melalui gejala klinisi adalah hal yang sulit. Kedua
kondisi memiliki gejala dan histopatologi yang mirip, dan bahkan bisa muncul secara
bersamaan. Penelitian baru juga mengindikasikan bahwa terdapat kemiripan pada aktivitas
sel dermal dan epidermal yang berperan dalam inflamasi kaskade pada DKI dan DKA.
Karena DKI biasanya ditemui pada skenario klinis yang memerlukan evaluasi alergi, adalah
hal yang penting untuk dapat membedakan kedua proses penyakit ini.(11)
Dermatitis kontak pada geriatri memiliki kekhususan. Pada populasi geriatric terjadi proses
menua yang menyebabkan adanya perubahan degeneratif secara struktural, fisiologis, dan
imunologis. Perubahan tersebut terjadi secara alamiah akibat penuaan intrinsik dan akumulasi
kerusakan ekstrinsik oleh faktor lingkungan seiring bertambahnya usia. Adanya perubahan struktur
dan fisiologi kulit pada proses menua serta penuaan imunologis (imunosenecence) mempengaruhi
kejadian dan manifestasi klinis dermatitis kontak pada pasien geriatri. Di sisi lain, pola kepekaan
individu secara spesifik terhadap materi tertentu adalah proses yang dinamis. Pajanan terhadap
sensitizer dan iritan secara kumulatif terus berlangsung sepanjang hidup.(12)
12
Penderita umumnya mengeluh gatal, kelainan bergantung pada keparahan dermatitis.
Dermatitis kontak alergi umumnya mempunyai gambaran klinis dermatitis, yaitu terdapat
efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas. Dermatitis kontak iritan umumnya
mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan
dermatitis kontak alergi.
1. Fase Akut
Pada dermatitis kontak iritan akut, Reaksi ini bisa beraneka ragam dari nekrosis
(korosi) hingga keadaan yang tidak lebih daripada sedikit dehidrasi (kering) dan
kemerahan. Kekuatan reaksi tergantung dari kerentanan individunya dan pada konsentrasi
serta ciri kimiawi kontaktan, adanya oklusi dan lamanya serta frekuensi kontak.
Pada dermatitis kontak alergi akut, derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi
ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema
(kemerahan) dan edema (bengkak) yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula
(tonjolan berisi cairan) yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi (cairan). Lesi
cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Dalam fase ini keluhan subyektif berupa
gatal.10,16
2. Fase Kronis
Pada dermatitis kontak iritan kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah
yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam
faktor. Bisa jadi satu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis
kontak iritan, tetapi bila bergabung dengan factor lain baru mampu untuk menyebaban
dermatitis kontak iritan. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun
13
kulit tebal dan terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus
berlangsung maka dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Ada kalanya
kelainan hanya berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh
penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian. 10
Pada dermatitis kontak alergi kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit dibedakan
dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.10,16
Sifat alergen dapat menentukan gambaran klinisnya. Bahan kimia karet tertentu
(phenyl-isopropyl-p-phenylenediamine) bisa menyebabkan dermatitis purpura, dan
derivatnya dapat mengakibatkan dermatitis granulomatosa. Dermatitis pigmentosa dapat
disebabkan oleh parfum dan kosmetik.
15
Prognosis untuk sebagian besar pasien dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut sangat
baik. Sebagian besar pasien sembuh dalam beberapa minggu tanpa sisa gejala sisa. Penyakit akut
biasanya berlangsung 10 sampai 14 hari, dan infeksi jarang kambuh atau berlanjut. Namun,
beberapa pasien dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut dapat mengalami komplikasi serius.(1)
BAB III
PEMBAHASAN
Seorang wanita usia 35 tahun datang dengan keluhan gatal dan nyeri pada jari tangan dan
kaki sejak 1 hari yang lalu. Pasien mulai merasakan keluhan setelah terkena detergen saat
sedang mencuci pakaian. Pasien juga mengeluhkan muncul ruam kemerahan dan kulit
terkelupas pada jari tangan dan kaki. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan
maupun obat. Keluhan lain seperti demam, batuk pilek, mual muntah disangkal. Riwayat
keluhan serupa (+) namun keluhan tidak berat sehingga tidak diobati; riwayat penyakit
lainnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik telapak tangan dan kaki ditemukan adanya Predileksi manus dan
pedis Bilateral, Lesi kulit : plak eritema, disertai hiperkeratosis, fisura, infeksi sekunder (-). Lesi
kulit yang dialami pasien sangat khas terjadi pada penyakit Dermatitis kontak iritan dimana
pola lesi kulit hanya terbatas pada tangan dan kaki.
Sebagian besar kasus Dermatitis kontak iritan dapat didiagnosis hanya dengan gambaran
klinis. Gejala utamanya meliputi gatal dan nyeri pada tangan dan kaki yang terkena.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien yaitu:
Krim Hidrokortison, oleskan 2-3kali sehari
PO Cetirizine 1x10 mg/hari (setelah makan), jika ada keluhan gatal
PO Dexamethason 3x0,5 mg (setelah makan)
Tatalaksana yang diberikan telah sesuai dengan teori manajemen Dermatitis kontak iritan
yang ada dimana penatalaksanaannya bersifat suportif, diarahkan untuk meredakan nyeri dan
rasa gatal terhadap kontak yang kena.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Wardani HK, Mashoedojo M, Bustamam N. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Pekerja Proyek Bandara. IJOSH. 2018
Dec 28;7(2):249.
2. Indragiri S, Suwondo A, Widjasena B. Duration of Contact and Frequency of
Contact Increased The Risk of Irritant Contact Dermatitis among Workers in
Premix Division. J Phys: Conf Ser. 2020 Mar;1477:062022. Lurati AR.
Occupational Risk Assessment and Irritant Contact Dermatitis. 2015;63(2):7.
3. Novak-Bilić G. Irritant and Allergic Contact Dermatitis – Skin Lesion
Characteristics. ACC [Internet]. 2018 [cited 2021 Mar 20]; Available from:
https://hrcak.srce.hr/index.php?show=clanak &id_clanak_jezik=317930
4. Mowad CM, Anderson B, Scheinman P, Pootongkam S, Nedorost S, Brod B.
Allergic contact dermatitis. Journal of the American Academy of Dermatology.
2016 Jun;74(6):1029–40.
5. Nosbaum A, Vocanson M, Rozieres A, Hennino A, Nicolas J-F. Allergic and
irritant contact dermatitis. European Journal of Dermatology. 2009
Jul;19(4):325–32.
6. Suryaningsih BE. Irritant contact dermatitis caused by sap of rengas. JKKI.
2019 Dec 30;10(3):298–301.
7. Indrawan IA, Suwondo A, Lestantyo D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Bagian Premix Di PT.
X Cirebo. FKM UNDIP. 2017 Feb;2(2):110–8.
8. Brasch J, Becker D, Aberer W, Bircher A, Kränke B, Jung K, et al. Guideline
contact dermatitis: S1-Guidelines of the German Contact Allergy Group (DKG)
of the German Dermatology Society (DDG), the Information Network of
Dermatological Clinics (IVDK), the German Society for Allergology and
17
Clinical Immunology (DGAKI), the Working Group for Occupational and
Environmental Dermatology (ABD) of the DDG, the Medical Association of
German Allergologists (AeDA), the Professional Association of German
Dermatologists (BVDD) and the DDG. Allergo J Int. 2014 Jun;23(4):126–38.
9. Ramdan IM, Ilmiah SH, Firdaus AR. Occupational Irritan Contact Dermatitis
Among Shipyard Workers in Samarinda, Indonesia. Kemas. 2018 Nov
5;14(2):239– 46.
10. Eberting CL. Irritant Contact Dermatitis: Mechanisms to Repair. J Clin Exp
Dermatol Res [Internet]. 2014 [cited 2021 Mar 20];5(6). Available from:
https://www.omicsonline.org/openaccess/irritant-contact
dermatitismechanisms-to-repair-2155- 9554.1000246.php?aid=36708
11. Sulistyaningrum S, Widaty S, Triestianawati W, Daili ESS. Dermatitis Kontak
Iritan dan Alergi pada Geriatri. 38:12.
12. Anggraini DM, Sutedja E, Achadiyani A. Etiology of Allergic Contact
Dermatitis based on Patch Test. amj. 2017 Dec;4(4):541–5.
13. L.A G. Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York:
McGraw Hill; 2012.
14. Al-Otaibi ST, Alqahtani HAM. Management of contact dermatitis. Journal of
Dermatology & Dermatologic Surgery. 2015 Jul;19(2):86–91.
15. Sharma V, Asati D. Pediatric contact dermatitis. Indian J Dermatol Venereol
Leprol. 2010;76(5):514.
16. Pigatto P, Martelli A, Marsili C, Fiocchi A. Contact dermatitis in children.
2010;6.
17. Kalboussi H, Kacem I, Aroui H, El Maalel O, Maoua M, Brahem A, et al.
Impact of Allergic Contact Dermatitis on the Quality of Life and Work
Productivity. Dermatology Research and Practice. 2019 Mar 3;2019:1–8.
18. Gilang Iswara IP, Darmada I, Luh Made Mas Rusyati, Luh Made, Mas Rusyati.
Edukasi Dan Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan Kronis Di Rsup Sanglah
Denpasar Bali Tahun 2014/2015. EJURNAL MEDIKA [Internet]. 2016
Agustus;5(8). Available from: http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
18
19. McGuckin M, Govednik J. Irritant Contact Dermatitis on Hands: Literature
Review and Clinical Application. American Journal of Medical Quality. 2016
Nov;
19