Pembimbing:
Disusun Oleh:
Rizqi Fawazullah 2210221059
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul "GAGAL
JANTUNG DEKOMPENSASI AKUT" sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam Program Studi Dokter
Program Profesi UPN Veteran Jakarta di Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. dr. Tengku M. Budiansyah, MHA, Sp.JP, FIHA yang telah memberikan ilmu
dan bimbingan kepadapenulis selama proses penyusunan laporan kasus ini.
2. Seluruh dokter, perawat, dan civitas Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang
yang telah memberikan banyak sekali pengalaman dan bimbingan selama
program kepaniteraan klinik ini berlangsung.
3. Teman-teman kepaniteraan klinik dan seluruh pihak yang telah membantu
dan mendukung penulis selama penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih memiliki kekurangan,
maka dari itu penulis sangat terbuka akan kritik maupun saran konstruktif untuk
perbaikan laporan kasus ini. Akhir kata, penulis berharap laporan kasus ini dapat
memberikan wawasan yang bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Rizqi Fawazullah
ii
DAFTAR ISI
i
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis bersama istri pasien dilakukan pada tanggal
16 Juli 2023 di Ruang High Care Unit (HCU) Rumah Sakit Umum Daerah
Leuwiliang.
2
1.1 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 16 Juli 2023 (hari perawatan ke-2).
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, pasien dalam kondisi duduk ,
terpasang IVFD pada tangan kiri
Gizi : BB = 70 kg TB = 170 cm
BMI = 24,22
(normoweight)
Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 80x/menit, regular, isi kuat
Suhu : 36,6oC
Frekuensi pernapasan : 32x/menit
SpO2 : 98% NRM 12 lpm
Kepala : Normosefal, deformitas (-), warna rambut hitam,
terdistribusi secara merata, tidak mudah dicabut
Wajah : Simetris, edema (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+),
pupil isokor
Telinga : Normotia, sekret (-/-), perdarahan (-)
Hidung : Simetris, Deviasi septum (-),
3
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri ICS 6 linea axillaris anterior sinistra
Batas pinggang jantung ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru
Inspeksi : Normochest, gerak dinding dada simetris, tidak ada masa,
tidak ada lesi, retraksi (-)
Palpasi : Taktil vocal fremitus simetris kanan dan kiri,
nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/+),
wheezing (+/+)
Abdomen
Inspeksi : Datar, distensi (-), striae (-), tanda inflamasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normoperistaltik
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),
ballotement (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, ascites (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik,
4
1.2 Pemeriksaan Penunjang
1.2.1 Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)
EKG Posterior (15/07/23)
Interpretasi:
1. Irama : sinus
2. Laju : 86 x/menit
3. Regularitas : regular
4. PR interval : durasi 0,16 detik
5. Aksis : RAD
6. Morfologi
5
1.2.2 Pemeriksaan Radiologi
Kesan:
• Kardiomegali
• Elongasio aorta dengan edema paru
• Efusi pleura minimal
6
1.2.3 Pemeriksaan Ekokardiografi
Tanggal pemeriksaan: 22/07/2023
- Dimensi ruang jantung : RA, RV Dilatasi
- LVH konsentrik
- Analisis segmental : Diskinetik anteroseptal, segmen lain normokinetik
- Kontraktilitas LV normal, EF 70%
- Kontraktilitas RV baik, TAPSE 1.7 cm
- Katup aorta : 3 cupis, kalsifikasi (-), fungsi normal
- Katup mitral : Tenting PML, Peak E 1.1 m/s ERO 0.2 cm2 MRvol 36 ml.
- MR moderate
- Katup trikuspid : fungsi normal
- Katup pulmonal : fungsi normal
- Tampak thrombus di mid lateral LV ukuran 1.2x1.7 cm
- Tidak tampak efusi pericardium dari TTE
Kesimpulan:
- Thrombus di mid lateral LV ukuran 1.2x1.7 cm
- MR moderate ec iskemik
- Kontraktilitas fungsi LV menurun dan RV baik
- LVH ekstrensik
- RWMA (+)
- Tidak tampak efusi pericardium, SEC dari TTE
7
1.2.4 Pemeriksaan Laboratorium
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Lab 15/07/23
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 18.1* 13.2-17.3 g/dl
Hematokrit 61* 40-52%
Leukosit 4.200 3.800 – 10.600 /uL
Trombosit 151.000 150.000-440.000/uL
Kimia klinik
Gula darah sewaktu 109 70-140 mg/dl
Ureum 36 10-50 mg/dL
Kreatinin 1.79* 0.62 - 1.10 mg/dL
SGOT 19 <35 U/L
SGPT 15 <35 U/L
Albumin 3.6 3.4-4.8 g/dL
Analisa Gas Darah
Baro 739.5 -
PO2 204.5 80.0-100.0 mmHg
PCO2 47.9 35.0-45.0 mmHg
pH 7.326 7.350-7.450
tHb 19.6 11.5-17.4 g/dL
SO2 99.7 75.0-99.0 %
Hct 59.0 35.0-50.0 %
BE -0.1 -
Beecf -0.9 -
cHCO3st 25.3 -
ctO2 27.8 -
8
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Lab 17/07/23
d-Dimer
d-Dimer 790* <500 ng/mL
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Lab 21/07/23
Na, K, Cl
Natrium (Na) 134 132-145 mmol/L
Kalium (K) 5.0
3.5-5.0 mmol/L
Khlorida (Cl) 88 95-105 mmol/L
9
1.3 Resume
Tn. A, 63 tahun, datang dengan keluhan sesak hilang timbul saat beraktivitas
sejak 1 minggu smrs dan memberat 3 hari smrs. Pasien memiliki faktor resiko
yaitu konsumsi makanan tinggi garam dan berlemak serta dulunya memiliki
kebiasaan merokok yang sekarang sudah berhenti. Faktor resiko lain ditemukan
berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu hipertensi (tekanan darah
140/90 mmHg) yang merupakan faktor resiko gagal jantung. Status generalis
dalam batas normal. Pemeriksaan EKG menunjukkan adanya RAD dan Q
patologis di V4-V5 dengan poor R progression. Temuan ini menunjukkan adanya
RAD dan OMI pada anteroseptal. Pada foto thoraks didapatkan adanya
kardiomegali dan elongasi aorta dengan edema paru. Pemeriksaan
echocardiography menunjukkan hasil konsisten dengan Gagal jantung HpEF.
Medikamentosa:
- O2 NRM 12 lpm
- IVFD Ns asnet
- Inj. Lasix 2 ampul extra → 5 mg/jam
- Inj. Lansoprazole 1x30 mg
- Inj. Methyl Prednisolone 2x31.25 mg
- N-Asetyl Sistein 3x1
- Kapsul sesak 3x1
- Nebu combivent/8 jam
10
- Konsul Sp.P:
• Inj. Levofloxacin 1x750 mg
• Spiriva 1x2 puff
-
Non-Medikamentosa:
• Tirah baring
• Rawat inap di ruang High Care Unit (HCU)
• Edukasi:
• Optimalisasi tatalaksana dengan modifikasi gaya hidup dan rutin
mengonsumsi obat-obatan yang diberikan
• Edukasi pasien mengenai penatalaksanaan gejala
• Edukasi keluarga dan tenaga penolong untuk mendukung serta evaluasi
pengobatan pasien
• Lakukan follow-up setelah rawat inap
• Pemeriksaan dan evaluasi berat badan, status nutrisi dan fungsi tubuh,
kualitas hidup, masalah istirahat, psikososial dan lain-lain
1.6 Prognosis
• Quo ad vitam : Ad bonam
• Quo ad functionam : Ad bonam
• Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
•
11
1.7 Follow up
Tabel 6. Follow up
17 Juli 2023 (HP-3)
S esak berkur ang . Bengkak pada kaki dan kemaluan mulai
Subjective berkurang. Keluhan batuk masih ada dan sering pada malam hari.
(S) Mual (-), muntah (-) nyeri dada (-). Napsu makan baik.
Tanda Vital:
Objective Tekanan Darah : 140/90 mmHg
(O) Heart Rate : 100x/menit, irama teratur, isi cukup
Respiratory Rate: 30x/ menit
Suhu : 36oC
Saturasi O2 : 98% NRM 12 lpm
Px Fisik :
rhonki +/+, Wheezing +/+
Assessment • ALO ec ADHF
(A)
• OMI Anteroseptal
• HHD
• Efusi pleura minimal
• PPOK Eksaserbasi akut
• AKI
12
• IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
• Minum 750 cc/ 24 Jam
• Furosemid 5 mg/jam
• Lansoprazol 1x30 mg
Planning • Inj. Methyl prednisolon 2x31.25
(P)
• Inj. Spironolakton 1x25 mg
• N-Acetyl sistein 3x1
• Kapsul sesak 3x1
• Spiriva 1x2
• Inj. Levofloxacin 1x750 mg
• Chlopidogrel 1x75 mg
• Simvastatin 1x20 mg (malam)
• Nebu pulmicort / 12 jam
18 Juli 2023 (HP-4)
S S esak m asi h ada na m un sem aki n berkur ang . Bengkak
pada kaki (-), bengkak pada kemaluan semakin berkurang.
Keluhan batuk masih ada dan sering pada malam hari. Mual (-),
muntah (-) nyeri dada (-). Napsu makan baik. BAB dan BAK
normal.
Keadaan umum: Posisi duduk, tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis (E4M6V5)
Tanda Vital:
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Heart Rate : 102x/menit, irama teratur, isi cukup
Respiratory Rate: 30x/ menit
Suhu : 36oC
Saturasi O2 : 98% NRM 12 lpm
O Px Fisik :
rhonki -/-, Wheezing +/+
13
• ALO ec ADHF
A
• OMI Anteroseptal
• HHD
• Efusi pleura minimal
• PPOK eksaserbasi akut
• AKI
• O2 perlahan diturunkan
P • IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
• Minum 750 cc/ 24 Jam
• Furosemid 5 mg/jam
• Lansoprazol 1x30 mg
• Inj. Methyl prednisolon 2x31.25
• Inj. Spironolakton 1x25 mg
• N-Acetyl sistein 3x1
• Kapsul sesak 3x1
• Spiriva 1x2
• Inj. Levofloxacin 1x750 mg
• Chlopidogrel 1x75 mg
• Simvastatin 1x20 mg (malam)
• Nebu pulmicort / 12 jam
14
19 Juli 2023 (HP-5)
Tanda Vital:
O Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Heart Rate : 85x/menit, irama teratur, isi cukup
Respiratory Rate: 22x/ menit
Suhu : 36.oC
Saturasi O2 : 98% NRM 10 lpm
Px Fisik :
rhonki -/-, Wheezing +/+
• ALO ec ADHF
A
• OMI Anteroseptal
• HHD
• Efusi pleura minimal
• PPOK eksaserbasi akut
• AKI
• IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
• Furosemid 5 mg/jam
• Lansoprazol 1x30 mg
• Inj. Spironolakton 1x25 mg
15
20 Juli 2023 (HP-6)
Tanda Vital:
O Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Heart Rate : 80x/menit, irama teratur, isi cukup
Respiratory Rate: 20x/ menit
Suhu : 36.5oC
Saturasi O2 : 99% NRM 10 lpm
Px Fisik :
rhonki -/-, Wheezing -/-
• ALO ec ADHF
A
• OMI Anteroseptal
• HHD
• Efusi pleura minimal
• PPOK eksaserbasi akut
• AKI
• Pindah ruangan biasa
• IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
• Furosemid 5 mg/jam
• Lansoprazol 1x30 mg
• Inj. Spironolakton 1x25 mg
P
• N-Acetyl sistein 3x1
• Kapsul sesak 3x1
• Spiriva 1x2
• Inj. Levofloxacin 1x750 mg
• Chlopidogrel 1x75 mg
• Simvastatin 1x20 mg (malam)
• Nebu KP
16
21 Juli 2023 (HP-7)
Tanda Vital:
O Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Heart Rate : 80x/menit, irama teratur, isi cukup
Respiratory Rate: 20x/ menit
Suhu : 36.5oC
Saturasi O2 : 98% SM 7 lpm
Px Fisik :
rhonki -/-, Wheezing -/-
• ALO ec ADHF
A
• OMI Anteroseptal
• HHD
• Efusi pleura minimal
• PPOK eksaserbasi akut
• AKI
17
BAB II
ANALISA MASALAH
Definisi
Berdasarkan American Heart Association (AHA), gagal jantung adalah
sebuah sindrom klinis dengan tanda dan gejala yang disebabkan adanya kelainan
struktural ataupun fungsional ventrikel dalam mengejeksikan darah8. European
Society of Cardiology (ESC) menjelaskan lebih rinci mengenai definisi gagal
jantung, yaitu sindroma klinis yang mencakup gejala utama (sesak napas, edema
tungkai, dan kelelahan) yang dapat disertai tanda klinis (peningkatan jugular
venous pressure (JVP), ronkhi paru, dan edema perifer). Hal tersebut terjadi karena
adanya abnormalitas struktural dan/atau fungsional dari jantung yang menghasilkan
peningkatan tekanan intrakardiak dan/atau cardiac output yang tidak adekuat saat
istirahat dan/atau selama beraktivitas9. Dalam Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung
2020 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) juga
dijelaskan bahwa gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks dengan
tampilan berupa gejala gagal jantung, tanda khas gagal jantung, dan adanya bukti
objektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istirahat5. Kelainan
struktural jantung atau kardiomiopati yang asimtomatik tidak termasuk dalam gagal
jantung8.
Klasifikasi
Berdasarkan Fraksi Ejeksi
Gagal jantung dibagi menjadi tiga klasifikasi berdasarkan pengukuran Left
Ventricular Ejection Fraction (LVEF) dikarenakan terdapat sebuah penelitian
mengenai uji coba terapi pada gagal jantung yang menunjukkan hasil yang
meningkat secara substansial pada pasien dengan LVEF ≤40%. Klasifikasi tersebut
yaitu Heart Failure with mildly reduced Ejection Fraction (HfmrEF), Heart Failure
with preserved Ejection Fraction (HfpEF), Heart Failure with improved Ejection
(HfimpEF) dan Heart Failure with reduced EjectionFraction (HfrEF).
18
Gambar 1. Gagal jantung berdasarkan fraksi ejeksi
19
Pada NYHA kelas I tidak ada gejala dan tidak ada keterbatasan dalam
aktivitas fisik biasa. Orang dengan gagal jantung NYHA kelas 1 dapat seperti orang
normal. Pada klasifikasi NYHA kelas 2 timbul gejala ringan (sesak napas ringan
dan/ atau angina) dan sedikit keterbatasan selama aktivitas biasa pada saat istirahat
tidak timbul gejala. Misalnya pada NYHA kelas 2 timbul gejala bila naik tangga 4-
5 lantai, jogging, jalan keliling kompleks. Sedangkan pada NYHA kelas 3
keterbatasan tampak nyata. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktivitas
fisik ringan menyebabkan kelelahan, berdebar atau sesak nafas. Misalnya saat
berjalan jarak pendek (20-100 meter), naik tangga 1 lantai, mandi, makan, berjalan
ke WC dsb sudah terasa sesak. Sedangkan NYHA kelas 4 tidak dapat melakukan
aktivitas fisik tanpa keluhan, bahkan saat istirahat pasien mengeluhkan sesak
napas5,9.
20
Diagnosis
Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda,
pemeriksaan laboratorium, dan echocardiogram. Kriteria Framingham dapat
membantu diagnosis, namun dengan spesifisitas yang rendah. Untuk menegakkan
diagnosis gagal jantung diperlukan minimal 2 kriteria mayor; atau 1 kriteria mayor
dan 2 kriteria minor.
21
Pemeriksaan fisik sederhana yang dapat dikerjakan yaitu pemeriksaan JVP
(jugular venous pressure)21.
1. Penderita mula-mula disuruh berbaring dengan tampat tidur dinaikan 30-45
derajat.
2. Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.
3. Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal, dan otot
strenomastoideus dalam keadaan relaks.
4. Lakukan penekanan pada vena jugularis di bawah angulus mandibula dan
kemudian cari dan tentukan titik kolaps
5. Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang melalui angulus ludovici
(patokan jarak dari vena cava superior + 5 cm /selanjutnya disebut R cm)
6. Bila permukaan titik kolaps vena jugularis berada 5cm dibawah bidang
horizontal yang melalui angulus ludovici, maka tekanan vena jugularis (CVP)
sama dengan R-5 cm H20, sedang bila titik kolapsnya berasa 2 cm diatas berarti
CVP R + 2 cm H20.
22
Kadar urea dan kreatinin merupakan faktor prognostik pada pasien rawat inap
dengan gagal jantung. Hiponatremia memainkan faktor prognostik pada pasien
dengan gagal jantung kronik. Selain itu, terdapat beberapa obat gagal jantung
dapat menyebabkan kelainan elektrolit dan disfungsi ginjal (spironolakton,
ACE-I, dan furosemid), sehingga evaluasi elektrolit penting dilakukan.
3. BNP atau NT-proBNP
Pengukuran B-type Natriuretic peptide (BNP) atau N-terminal pro-B-type
natriuretic peptide (NT-proBNP) sangat membantu untuk mendukung
diagnosis klinis HF dalam pengaturan rawat jalan dan untuk mendukung
diagnosis HF dekompensasi akut di rumah sakit.
4. Pemeriksaan Laboratorium lainnya
Pemeriksaan laboratorium lainnya termasuk glukosa, profil lipid puasa, tes
fungsi hati, dan hormon perangsang tiroid.
5. EKG
EKG abnormal meningkatkan kemungkinan diagnosis gagal jantung. EKG
juga dapat memberikan informasi tentang etiologi (misalnya, riwayat infark
miokard sebelumnya membuat CAD menjadi kemungkinan penyebab gagal
jantung, aritmia sebagai penyebab potensial kardiomiopati yang dimediasi
takikardia HF, hipertrofi LV menunjukkan gagal jantung yang diinduksi
hipertensi, kompleks QRS yang melebar/ left bundle branch block mungkin
kardiomiopati dilatasi idiopatik, dan blok jantung seperti yang terlihat pada
pasien dengan sarkoidosis jantung) dan memberikan indikasi untuk terapi
(antikoagulasi jika fibrilasi atrium, alat pacu jantung pada beberapa
bradikardia, dan terapi resinkronisasi jantung (CRT) jika QRS melebar).
23
6. Foto Thorax
Foto Thorax berguna dan dapat menunjukkan efusi pleura akibat kelebihan
volume, kardiomegali, dan garis Kerley B (edema interstisial).
24
7. Transthoracic Echocardiogram (TTE)
Transthoracic Echocardiogram adalah tes paling berguna yang membantu
menegakkan diagnosis gagal jantung dan mengklasifikasikannya sebagai
HFrEF, HFmrEF, atau HFpEF. Parameter abnormal pada HFrEF yang dapat
diukur dengan ekokardiogram meliputi peningkatan diameter dan volume akhir
diastolik (diameter LV lebih dari 60 mm atau 32 mm/m dengan volume LV
melebihi 97 mL/m) dan diameter dan volume akhir sistolik (diameter LV lebih
besar dari 45 mm atau 25 mm/m dengan volume LV lebih dari 43
mL/m). Ekokardiogram juga membantu menilai LVEF di HFrEF untuk
memandu terapi medis dan perangkat berbasis bukti (implan cardioverter-
defibrillator (ICD) dan CRT), mengevaluasi katup, memberikan informasi
tentang ketebalan dinding ventrikel, dan sangat penting dalam risiko stratifikasi
pasien dengan gagal jantung.
25
Gambar 11. Alur Diagnostik Gagal Jantung
26
Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut adalah terminologi yang digunakan untuk
mendeskripsikan kejadian atau perubahan yang cepat dari tanda dan gejala gagal
jantung. Kondisi ini mengancam kehidupan dan harus ditangani dengan segera, dan
biasanya berujung pada hospitalisasi. Ada 2 jenis persentasi gagal jantung akut,
yaitu gagal jantung akut yang baru terjadi pertama kali (de novo) dan gagal jantung
dekompensasi akut pada gagal jantung kronis yang sebelumnya stabil. Penyebab
tersering dari gagal jantung akut adalah hypervolume atau hipertensi pada pasien
dengan HFPEF
27
Klasifikasi klinis pasien gagal jantung akut didasarkan pada terdapat atau
tidaknya tanda dan gejala kongesti serta gangguan perfusi, yakni sebagai berikut :
28
Gambar 15. Tatalaksana Pasien Gagal Jantung Akut Berdasarkan
Hemodinamik
29
Tata Laksana
A. Algoritma Tatalaksana Fraksi Ejeksi Ventrikel Kiri <40% (HFrEF)
30
Golongan Obat Dosis Awal (mg) Dosis Target (mg)
Perindopril 2 (1x/hari)
Antagonis Aldosteron
ß-blocker
Golongan Lain
B. Tatalaksana HFmrEF
Tatalaksana medikamentosa yang diberikan adalah diuretik dengan
tujuan untuk mengontrol kongesti. Tidak ada data uji coba prospektif yang
menunjukkan perbaikan signifikan mengenai pemberian obat-obatan lain
yang pada pasien dengan gagal jantung tipe HFmrEF.
31
C. Tatalaksana HFpEF
Tidak ada pengobatan yang signifikan yang mampu mengurangi
mortalitas dan morbiditas pasien dengan gagal jantung tipe HFpEF, walaupun
terdapat beberapa perbaikan pada pasien dengan pengobatan spesifik tertentu.
Pemberian candesartan dan spironolakton dapat menurunkan angka rawat
inap. Di sisi lain, pemberian nebivolol secara signifikan menurunkan angka
mortalitas dan kejadian rawat inap pada pasien. Tidak adanya rekomendasi
pengobatan medikamentosa untuk memperbaiki kondisi penyakit, maka
penatalaksanaan difokuskan untuk mengurangi gejala kongesti. Pemberian
loop diuretic disarankan untuk mengontrol kongesti. Bukan hanya itu saja,
perlu dilakukan edukasi untuk mengurangi berat badan pada pasien dengan
obesitas. Di sisi lain penting untuk mengidentifikasi dan mengobati faktor
risiko penyerta, etiologi, dan komorbid yang diderita pasien.
32
penelitian untuk menentukan dampak revaskularisasi pada gejala atau hasil,
khususnya pada pasien dengan HFpEF. Pertimbangan revaskularisasi dapat
dilakukan pada pasien yang tampaknya iskemia berkontribusi pada gejala
gagal jantung.13
34
gagal jantung akut pada infark mokard dimana terjadinya bendungan dan
peningkatan tekanan di jantung dan paru akibat melemahnya pompa jantung.
Setelah itu, dilakukan echocardiography dengan hasil penurunan fraksi ejeksi
ventrikel kiri yaitu sebesar 20%. Fraksi ejeksi merupakan jumlah darah yang
dipompa dari ventrikel pada setiap denyut nadi. Fraksi ejeksi ventrikel kiri yang
normal yaitu ≥ 55%.17
Pada pemeriksaan lab darah didapatkan peningkatan NT-ProBNP. NT-ProBNP
adalah peptide natriuretik tipe B yang disintesis oleh ventrikel. NT-ProBNP secara
umum digunakan sebagai indikator yang signifikan untuk menegakkan diagnosis
gagal jantung. Pada gagal jantung, terjadi peningkatan pelepasan NT-ProBNP oleh
ventrikel yang sejalan dengan tingkat keparahan penyakit gagal jantung. Maka dari
itu, peningkatan NT-ProBNP pada pasien diakibatkan oleh penyakit gagal jantung.
Pengobatan gagal jantung yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan
algoritme penatalaksanaan gagal jantung. Pemberian kombinasi obat-obatan antara
golongan ACE-inhibitor (ramipril), B-blocker (bisoprolol), dan antagonis
mineraloresptor (spironolakton) digunakan pada penderita gagal jantung dengan
fraksi ejeksi <40%. Di sisi lain, diberikan furosemide dengan tujuan untuk
mengontrol kongesti yang terjadi pada pasien. Dosis yang diberikan pada pasien
disesuaikan dengan kondisi klinis dan keparahan progresifitas penyakitnya. Terapi
aspirin (anti platelet), dan simvastatin (statin) digunakan untuk mengatasi gagal
jantung dan CAD.
2. Efusi Pleura
Pada pasien didapatlkan keluhan sesak dan adanya batuk kering sejak 1
minggu SMRS. Setelah dilakukan rontgen thorax ditemukan bahwa adanya
gambaran efusi pleura minimal. Efusi pleura pada gagal jantung merupakan efusi
pleura transudat yang diakibatkan oleh terjadinya peningkatan tekanan vena
sistemik dan tekanan kapiler paru. Pada kasus gagal jantung sebanyak 90%
merupakan efusi pleura transudat dan hanya 10% kasus merupakan efusi pleura
eksudat. Cairan transudat dihasilkan dari ketidakseimbangan antara tekanan
hidrostatik dan onkotik.
35
3. HHD
Hypertensive Heart Disease (HHD) pada pasien ini dilihat dari riwayat
penyakit hipertensi yang berlangsung kronis, adanya orthopnea, dan riwayat gagal
jantung yang dapat diakibatkan oleh HHD. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
pergeseran batas jantung kiri. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kardiomegali disertai aorta elongasi dan pada echocardiography menunjukkan
LVH konsentrik. Sebagai respon hipertensi yang kronis, pada ventrikel kiri terjadi
remodelling dengan hipertrofi miosit jantung dan perubahan fibrotik sehingga
meningkatkan kekakuan ventrikel kiri29
4. PPOK
• Pada pasien didapatlkan keluhan sesak dan adanya batuk sejak 1 minggu SMRS.
Pasien juga mengatakan sering mendengar suara “ngik” ketika pasien bernapas. Pasien
juga memiliki riwayat merokok dari Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapati
adanya rhonki (+/+) dan wheezing (+/+). Kaitan PPOK dan Gagal Jantung ketika
Kurangnya oksigen dalam darah akibat PPOK dapat mencederai otot jantung dan
memperburuk manifestasi gagal jantung dan ketika kelebihan cairan di dalam paru
akibat gagal jantung dapat memperberat sesak napas pasien PPOK.
5. AKI
Pada anamnesis didapati keluhan bengkak pada kaki, keluhan cepat lelah yang bisa
juga terjadi akibat AKI. Pada pemeriksaan penunjang didapati serum kreatininnya
meningkat (1.79). Bagaimana persisnya AKI berdampak pada kesehatan jantung tidak
diketahui, tetapi ada beberapa kemungkinan mekanisme. Misalnya, AKI mengubah
cara ginjal menangani garam, menyebabkan hipertensi, faktor risiko penyakit jantung
yang terkenal. AKI juga tampaknya meningkatkan tingkat peradangan di bagian tubuh
lainnya, termasuk jantung.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
15. Han SW, Ryu KH. Renal dysfunction in acute heart failure. Korean Circ J. 2011;41(10):565–
74.
16. Kemp CD, Conte J V. The pathophysiology of heart failure. Cardiovasc Pathol.
2012;21(5):365–71.
17. Borlaug B. The pathophysiology of heart failure with preserved ejection fraction. Nat Rev
Cardiol. 2014;507–15.
18. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. edisi 8. EGC, editor. jakarta; 2016.
19. Borlaug B a PW. Heart failure with preserved ejection fraction: pathophysiology, diagnosis,
and treatment. Eur Heart J. 2010;610–9.
20. Anguita Sánchez M, Crespo Leiro MG, de Teresa Galván E, Jiménez Navarro M, Alonso-
Pulpón L, Muñiz García J. Prevalence of Heart Failure in the Spanish General Population
Aged Over 45 Years. The PRICE Study. Rev Española Cardiol (English Ed. 2008;
21. Andalas fakultas kedokteran universitas. Penuntun Skill lab kardiorespirasi. FK andalas.
2012;10–1.
22. Vogel B, Claessen BE, Arnold S V., Chan D, Cohen DJ, Giannitsis E, et al. ST-segment
elevation myocardial infarction. Nat Rev Dis Prim. 2019;5(1):1–20.
23. Radiopedia. cardiomegaly. In 2022.
24. Radiopedia. Pulmonary edema. In 2022.
25. Radipedia. pleural effusion. 2022;
26. Mullens W, Damman K, Harjola VP, Mebazaa A, Brunner-La Rocca HP, Martens P et al.
The use of diuretics in heart failure with congestion — a position statement from the Heart
Failure Association of the European Society of Cardiology. Eur J Hear Fail. 2019;21(2):167–
55.
27. Budiono S, Saleh TT, Moestidjab, Eddyanto. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Airlangga
University Press. 2013.
28. Hashmi MF, Modi P, Sharma S, Mumbai N, Hospital MF. Dyspnea Pathophysiology. Ncbi.
2020;1–5.
29. Munirwan H, Januaresty O. Penyakit Jantung Hipertensi dan Gagal Jantung. J Kedokt
Nanggroe Med. 2020;3(4):9–17.
30. Lin, A. Y. et al., 2021. Thromboembolism in Heart Failure Patients in Sinus Rhythm.
Elsevier, 9(4).
38
39
40
41
42
43
44
45
46