“Thypoid Fever”
PEMBIMBING :
dr. Rina Wahyu Herdiana
dr. Rudi Zakky Pahlawan, Sp.A
DISUSUN OLEH :
dr. Ilham Maulana Rosyadi
“Thypoid Fever”
1
LEMBAR REVISI
“Thypoid Fever”
RSUD Kertosono
Periode 21 Mei -21 November 2023
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesa pada tanggal 8 Agustus 2023 pada pukul 16.30
WIB di RSUD Kertosono.
● Keluhan Utama
Demam
● Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam. Tujuh hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan demam hingga
sekarang. Demam tinggi mendadak, suhu naik turun dan dirasakan
dengan suhu tertinggi saat sore menjelang malam. Demam sempat turun
setelah minum obat penurun panas namun kembali panas lagi. Pasien
juga mengeluhkan nyeri di anggota gerak atas dan bawah, mual dan
muntah sebanyak 5 x, pusing (+), Batuk (-), pilek (-) dan nafsu makan
menurun. BAB konsistensi keras, tidak ada lendir maupun darah. BAK
tidak ada kelainan.
1
● Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belom pernah mengalama keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat menderita penyakit kejang , kejang demam , infeksi disangkal.
● Riwayat Kebiasaan
.Pasien merupakan siswa SMP dan memiliki kebiasaan makan di warung
sepulang sekolah
● Riwayat Sosio-ekonomi
Pasien tinggal dengan orangtua. Lingkungan rumahnya bersih dan baik.
Hubungan dengan tetangga maupun keluarga baik. Pasien memiliki kartu
kesehatan KIS.
• Riwayat Natal
- Penolong persalinan : Bidan
- Cara persalinan : Pervaginam normal
- Tempat kelahiran : Puskesmas
- Masa gestasi : cukup bulan 37 minggu
- Berat badan lahir : 3300 gram
- Panjang badan : ibu lupa
- Lingkar kepala : ibu lupa
2
- Lingkar dada : ibu lupa
- Penyulit selama persalinan : KPD(-), Lilitan Tali pusar (-)
- Kelainan bawaan : tidak ada
- Ikterik : (-)
- Sianosis : (-)
Kesan: Aterm dan BBL Normal
• Riwayat Postnatal
- Setelah 24 jam kelahiran bayi pulang
- Dirawat setelah lahir : (-)
- Sakit setelah lahir. : (-)
Kesan: Riwayat pemeliharaan postnatal baik
• Riwayat Imunisasi
3
1.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
TB : 150 cm
BB : 48 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 116/80 mmHg
Nadi : 92x/menit, pulsasi kuat, reguler
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 38,2oC
Saturasi : 98%
Status Generalis
Kepala : Rambut distribusi merata, tidak mudah dicabut.
Wajah : Ukuran normosefali, pucat (-), lesi (-), deformitas (-), scar (-),
massa (-), edema (-), sianotik (-). Kesan : normal
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-),
pupil bulat, isokor, refleks pupil langsung dan tidak langsung
(+/+).
Hidung : Bentuk dan ukuran normal, deformitas (-), krepitus (-),
deviasi septum (-), hematoma septum (-), mukosa hiperemis (-),
benda asing (-), rhinorrhea (-), darah (-).
Telinga : Kedua telinga tampak simetris, serumen (-), hiperemis (-), liang
telinga lapang, deformitas (-), nyeri tekan (-), benda asing (-)
,nyeri tekan (-), nyeri tarik (-).
Mulut : Sianosis (-), deviasi lidah (-), atrofi lidah (-), lidah kotor (-),
mukosa mulut hiperemis (-), faring hiperemis (-),
letak uvula ditengah, tonsil T1/T1.
4
Leher : JVP 5+3 (normal), pembesaran tiroid (-), deviasi trakea (-),
pembesaran KGB leher dan supraklavikular (-),
pembesaran kelenjar parotis (-).
Thorax
Jantung :
Inspeksi ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi ictus cordis teraba pada ICS V Linea axilaris anterior Sinistra, tidak
teraba thrill.
Perkusi Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dextra.
Batas jantung kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra.
Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis sinistra.
Pinggang jantung : ICS II linea parasternalis sinistra.
Auskultasi Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).
Pulmo :
Inspeksi Bentuk dada normal, jejas (-), luka (-), benjolan (-), memar (-),
Palpasi Benjolan (-), nyeri tekan (-), perubahan suhu (-), vokal fremitus
simetris.
5
Perkusi shifting dullness (-), undulasi (-),
1.5. Resume
An.L, 12 tahun datang ke UGD RSD Kertosono dengan keluhan demam.
Tujuh hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan demam
6
hingga sekarang. Demam tinggi mendadak, suhu naik turun dan dirasakan
dengan suhu tertinggi saat sore menjelang malam. Demam sempat turun
setelah minum obat penurun panas namun kembali panas lagi. Pasien juga
mengeluhkan nyeri di anggota gerak atas dan bawah, mual dan muntah
sebanyak 5 x, pusing (+), Batuk (-), pilek (-) dan nafsu makan menurun. BAB
konsistensi keras, tidak ada lendir maupun darah. BAK tidak ada kelainan..
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pasien tekanan darah 116/80 mmHg,
nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, Suhu 38,2oC, SpO2 98%. Pada
pemeriksaan fisik abdomen terdapat Nyeri tekan epigastrium. Selain itu, dari
hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Igg/Igm anti salmonella Positif.
1.6. Diagnosis Kerja
Thypoid Fever
1.7. Diagnosis Banding
Demam dengue
Leprospirosis
Malaria
1.8. Tatalaksana
- Inf D5 ½ NS 1250 cc/ 24 jam
- Inf Sanmol 3x 500 mg KP
- Inj Ranitidin 2x50 mg
- Inj Colsancetin 4x500 mg
- Inj Ondansetron 3x 4 mg
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typhus abdominalis atau typhoid fever
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri gram negative
Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella
8
2.3 Patofisiologi
9
2.4 Diagnosis
Anamnesis
Orang dengan tifoid umumnya datang dengan demam non-spesifik yang
makin parah setelah beberapa hari dan tidak ada perbaikan gejala dengan
pengobatan suportif. Perlu dipastikan juga mengenai riwayat mengonsumsi
makanan dan minuman yang kurang higienis serta paparan terhadap
lingkungan dengan sanitasi yang buruk.
Gejala dapat bervariasi antar individu satu dengan individu
lainnya, dari ringan yang tidak terdiagnosis, sampai gambaran klinis
yang khas.
a. Demam
Demam atau panas adalah gejala utama demam tifoid. Pada awal
sakit, demamnya samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh sering
naik turun. Pada pagi suhu rendah atau normal, sore dan malam
suhu badan tinggi , dan dari hari ke hari demam makin tinggi
yang disetai banyak gejala lain seperti sakit kepala (pusing-
pusing) yang sering dirasakan nyeri kepala frontal, nyeri otot,
pegal- pegal, insomnia, mual dan muntah, pada minggu kedua
demam makin tinggi, kadang terus menerus, pasien membaik
maka pada minggu ke 3 suhu badan berangsur turun dan dapat
normal kembali pada akhir minggu ke 3.
b. Gangguan saluran pencernaan
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam
yang terlalu lama, bibir kering dan kadang-kadang pecah, lidah
kelihatan kotor dan di tutupi selaput putih ujung lidah dan lidah
kemerahan.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya terdapat gangguan penurunan kesadaran yaitu
kesadaran ringan seperti kesadaran berkabut (tifoid).
d. Hepatosplenomegali
Hati dan limpa, ditemukan sering membesar. Demam ini bisa di
10
ikuti oleh gejala tidak khas lainnya seperti diare, atau batuk pada
keadaan yang parah bisa di sertai gangguan kesadaraan.
Komplikasi yang bisa terjadi adalah perforasi usus, perdarahan
usus ,dan koma. Gejala demam tifoid mengakibatkan tiga
kelainan yaitu, demam berkepanjangan, gangguan sistem
pencernaan, gangguan kesadaran .12
Pemeriksaan Fisik
a. Pada minggu pertama sakit, tanda klinis tifod masih belum khas,
mungkin hanyadidapatkan suhu badan meningkat.
b. Pada minggu kedua, tanda klinis menjadi lebih jelas berupa:
1 Distensi abdomen
2 Rose spot berupa bercak-bercak makulopapul berukuran 1-4
cm, dengan jumlah tidak lebih dari 5, umumnya menghilang
dalam 2-5 hari
3 Lidah tampak kotor yang khas ditengah dan tepi, sedang
ujungnya merahdan tremor
4 Teraba bradikardi relatif dan dicrotic pulse (denyut ganda,
dimana denyutkedua lebih lemah dari denyut pertama)
5 Splenomegali
6 Hepatomegali
c. Sedangkan pada minggu ketiga biasanya ditemukan :
1. Berat badan menurun selama sakit
2. Tampak konjungtiva terinfeksi
3. Abdomen lebih membuncit
4. Penurunan kesadaran ke dalam typhoid state, yaitu apatis,
somnolen,stupor, confusion, dan bahkan psikosis
5. Penderita tampak takipneu, dengan denyut nadi teraba
kecil dan lemah
6. Terdengar krepitasi pada dasar paru
Apabila terjadi komplikasi, akan didapatkan melena, nyeri perut,
simptom neuropsikiatrik, ataupun penurunan kesadaran seperti delirium,
11
kurang waspada, stupor, koma, bahkan syok. 12
2.5 Pemeriksaan Penunjang
12
minggu keempat, dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase
akut, mula-mula timbul aglutinin O, kemudian diikuti dengan aglutinin H.
Pada orang yang telah sembuh, aglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-
6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan.
Oleh karena itu, uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi uji widal, yaitu:
1) Pengobatan dini dengan antibiotik,
2) gangguan pembentukan antibodi, dan pemberian kortikosteroid,
3) waktu pengambilan darah,
4) daerah endemik dan nonendemik,
5) riwayat vaksinasi,
6) rekasi anannestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada
infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi deman tifoid masa lalu
atau vaksinasi,
7) Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang,
dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
Tes pemeriksaan widal memiliki sensitivitas 53% dan spesifisitas
83% Hanya dapat negatif sampai 30% dari kasus demam tifoid dengan
kultur. Hal ini mungkin disebabkan penggunaan antibiotika yang
mempengaruhi respon antibodi. Selain itu, serotipe salmonella lain juga
memiliki antigen O dan H, dan dapat mengalami cross-reactive epitop
dengan enterobacteriaceae lain sehingga menyebabkan hasil positif palsu
17
.
Tes ini dapat menjadi pemeriksaan yang ideal, yang dapat digunakan
berekembang.
Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya
mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam
waktu beberapa menit hasil positif pada tes anti S. typhy IgM
14
Gambar 3 Pemeriksaan Tubex
D. Uji Typhidot
Gambar 4. Skema dari langkah kerja uji tubex 16
Uji Typhidot dimaksudkan untuk mendeteksi IgM dan IgG pada
positif diperoleh 2-3 hari setelah infeksi dan spesifik mengidentifikasi IgM
2.8 Tatalaksana
Pada penderita dengan gambaran klinik jelas disarankan untuk
1. Terapi Non-Farmakologis
A. TIRAH BARING
Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk
penderita harus istirahat total. Bila terjadi penurunan kesadaran maka posisi
penderita.
18
B. NUTRISI
Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
adalah sesuai dengan kebutuhan harian (tetesan rumatan). Bila ada komplikasi
Diet
Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah
selulose (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk
penderita tifoid , biasanya diklasifikasikan atas : diet cair , bubur lunak, tim dan
nasi biasa. Bila keadaan penderita baik, diet dapat dimulai dengan diet padat
2. Farmakologi
Anti mikroba
a. Kebijakan dasar pemberian anti mikroba
Anti mikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah
dapat ditegakkan, baik dalam bentuk diagnosis konfirmasi, probable, maupun
suspek. Sebelum anti mikroba diberikan, harus diambil spesimen darah atau
sumsum tulang lebih dulu, untuk pemeriksaan biakan bakteri Salmonella
(biakan gaal), kecuali fasilitas biakan ini betul-betul tidak ada dan tidak bisa
dilaksanakan. Anti mikroba yang dipilih harus mempertimbangkan :
- Telah dikenal sensitif dan potensial untuk tifoid.
- Mempunyai sifat farmakokinetik yang dapat berpenetrasi dengan baik ke
jaringanserta mempunyai afinitas yang tinggi menuju organ sasaran.
19
- Berspektrum sempit.
- Cara pemberian yang mudah dan dapat ditoleransi dengan baik oleh
penderita termasuk anak dan wanita hamil.
- Efek samping yang minimal.
- Tidak mudah resisten dan efektif mencegah karier.
b. Pilihan anti mikroba untuk demam tifoid
Anti mikroba (antibiotika) yang dikemukakan dalam tabel di bawah adalah yang
telah dikenal sensitif dan efektif untuk demam tifoid serta merupakan pilihan dan
20
samping padapertumbuhan
tulang
Di daerah endemik, 60 sampai 90% kasus demam tifoid dapat ditangani dengan
pemberian antibiotik dan istirahat di rumah. Pada awalnya, antibiotik
kloramfenikol merupakan pilihan terapi utama demam tifoid. Namun pada tahun
1990an, terjadi resistensi bakteri Salmonella typhi terhadap antibiotik
kloramfenikol. Saat ini, antibiotik golongan fluoroquinolon dianggap merupakan
pilihan utama dalam mengatasi demam tifoid. Pada sebuah studi, ditemukan
bahwa antibiotik golongan fluoroquinolon memiliki lama waktu terapi yang relatif
pendek (3 – 7 hari) dan memiliki tingkat kesembuhan sebesar 96%. Antibiotik
golongan fluoroquinolon menunjukkan lebih cepat dan lebih efektif menurunkan
jumlah bakteri Salmonella typhi di feses bila dibandingkan terapi lini pertama
seperti kloramfenikol dan trimetoprim-sulfametoksazol. Selain antibiotika
golongan fluoroquinolon, antibiotika golongan cefalosporin generasi ketiga
(ceftriakson, cefiksim dan cefoperazon) dan azitromisin juga terbukti efektif
dalam mengatasi demam tifoid. Pada sebuah studi ditemukan pemberian antibiotik
ceftriakson dan cefiksim dapat menurunkan gejala demam dalam waktu 1 minggu
pengobatan. Antibiotik kloramfenikol, amoksisilin dan trimetoprim
sulfametoksazol masih bisa diberikan pada daerah yang tidak memiliki resistensi
terhadap obat ini atau bila obat antibiotik golongan fluoroquinolon tidak dapat
ditemukan.
21
2.9 Prognosis
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24
AHospital- Based Study. International Journal of Medical Pediatrics and
Oncology, Vol 2(2), pp. 60-66.
10. Bhandari, J., Thada, P. K., & DeVos, E. (2020). Typhoid Fever.
25