Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

“ORCHITIS AKUT DEXTRA SINISTRA”

PEMBIMBING :

dr. Rina Wahyu Herdiana

dr. Ardian Bayu Wicaksono, Sp.U

DISUSUN OLEH :

dr. Ilham Maulana Rosyadi

INTERNSIP RSUD KERTOSONO

PERIODE 21 Mei 2023 -21 November 2023


BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Tn. G
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Nganjuk
Masuk Rumah Sakit : 16/8/23

B. Anamnesis

Keluhan Utama
Nyeri pada buah zakar kanan & kiri 5 hari SMRS

Keluhan Tambahan
Benjolan pada buah zakar kanan & kiri 5 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien laki-laki berumur 25 tahun datang ke IGD RSD dengan keluhan
nyeri pada buah zakar kanan & kiri 5 hari SMRS. Nyeri baru pertama kali dan
dirasakan hilang timbul dan nyeri bertambah saat pasien beraktivitas. Nyeri
dirasakan menjalar ke bagian abdomen. Pasien juga mengeluh benjolan pada
buah zakar kanan & kiri 5 hari SMRS. Benjolan pada kedua buah zakar, mula-
mula benjolan dirasakan hanya yang sebelah kiri saja, kemudian selang 2 hari
yang kanan juga ikut membesar, benjolan dirasakan kecil pada saat pertama kali
ditemukan dan bertambah besar setiap hari. Pasien sebelumnya mengeluh
demam dan gondongan 1 minggu sebelumnya Benjolan pada buah zakar, tidak
hilang timbul baik saat tidur, berdiri ataupun mengedan. Tidak terdapat
discharge yang keluar dari benjolan. Tidak terdapat keluhan nyeri pada benjolan
saat berhubungan seksual. Tidak terdapat keluhan mual dan muntah. Riwayat
trauma dan penyakit menular seksual disangkal. BAK normal tidak ada lendir
ataupun darah, tidak ada nyeri saat BAK, BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Keluhan serupa (-), Infeksi saluran kemih (-), Alergi (-), riw keluar nanah &
darah lewat kemaluan (-), Riw Trauma(-)

Riwayat Penyakit Keluarga:


Keluhan serupa pada keluarga (-), alergi (-)

Riwayat Sosial:
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, merokok, tidak pernah jajan di luar

C. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6 = 15

Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg

HR : 88 kali/menit, teraba kuat, isi cukup.

RR : 22 kali/menit

T : 36,6 ° C

Status Generalis

 Kepala : Mesosefal
 Mata : Conjungtiva palpebra pucat (-/-),
Hematopalpebra (-/-) ikterik (-/-)
 Hidung : nafas cuping (-) sekret (-)
septum deviasi(-)
 Telinga : discharge (-/-), hematom aurikula (-)
 Mulut : bibir sianosis (-)
 Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-).
 Leher : simetris, pembesaran limfonodi(-)
 Thorax : Dinding dada mencembung kanan-kiri
retraksi dinding dada (-)
 Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak,
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat di ICS V, 2 cm ke
medial linea midclavicularis sinistra.
Batas jantung
kanan atas : SIC II linea para sternalis kanan
kiri atas : SIC II linea para sternalis kiri
kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan
kiri bawah : SIC VI 2 cm lateral mid klavikula kiri

Perkusi : konfigurasi jantung sulit dinilai


Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-), gallop (-)
 Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan
simetris, retraksi ICS (-)
Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+)
 Abdomen
Inspeksi : tinggi perut setinggi dada, tidak ada bekas operasi
Auskultasi : peristaltik (+) normal, Bising usus (+) normal
Perkusi : pekak beralih (-), pekak sisi (-), timpani di semua kuadran
abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien
tidak teraba
 Ekstermitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-), petekie ektremitas atas
(+/+) petekie ekstremitas bawah (-/-)
 Pemeriksaan Genital
Tidak tampak adanya massa, tampak adanya tanda peradangan pada kedua
testis, tampak bengkak.

Status Lokalis:
Inspeksi: Tak tampak discharge, tampak tanda peradangan pada kedua testis,
kedua testis tampak membesar, ukuran testis bervariasi, testis kiri
ukuran 7cm x 4cm, testis kanan 4cm x 3cm

Palpasi: Teraba bengkak pada kedua scrotum, terdapat nyeri tekan, Phren test
positif, Refleks kremaster positif

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Leukosit 10.9 3,5 – 10,0
Hemoglobin 15.4 11,0 – 16,5
Hematokrit 43 35,0 – 50,0
Trombosit 151 150 – 390
Eosinofil 0.00 2.00 - 4.00
Basofil 0.10 0–1
Netrofil 59.80 50 – 70
Limfosit 31.20 25 – 40
Monosit 8.90 2–8
Eritrosit 5.3 4.40 – 5.90
MCV 80 80 – 100
MCH 29 26 – 34
MCHC 36 32 – 36

E. Diagnosa Banding
- Orchitis
- Tumor testis
- Hernia skrotalis
- Hidrokel
- Epididimitis
- Torsio testis
F. Diagnosis
Orchitis Dextra & Sinistra

G. Usulan Pemeriksaan
- Darah Rutin
- Analisa urin
- Kultur urin
- VDRL
- USG testis

H. Penatalaksanaan

 Inf RL 20 tts/m
 ofloxacin 2x400mg
 Antalgin 3x1

I. Progosis

 Ad Vitam:Dubia ad bonam
 Ad Sanationam:Dubia ad malam
 Ad Functionam :Dubia ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi testis
Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan
ukuran 4x2,5x2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gr. Terletak di dalam scrotum
dengan axis panjang pada sumbu vertical dan biasanya testis kiri lebih rendah
diabnding kanan, Letak anatomis testis adalah caudolateral dan craniomedial.
Testis diliputi oleh tunica albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal
dimana terdapat epidiymis dan pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis
merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak di sekeliling bagian dorsal
dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan epididimis berasal dari arteri renalis.

Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormone


androgen terutama testoteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus
yang memiliki 2 jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantar tubulus
seminiferus inilah terdapat jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada.

Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di


dekat ginjal menuju scrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan
mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan
intraabdominal. Factor endocrine dan axis hypothalamus-ptuitary-testis juga
berperan dalam proses desensus testis. Antara minggu ke 12 dan 17 kehamilan,
testis mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi di dekat cincin inguinal
interna.

Jaringan ikat testis dibagi menjadi 250 lobus pada bagian anterior dan
lateral testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut tunica vaginalis
yang meneruskan diri menjadi lapisan parietal. Lapisan ini langsung berhubngan
dengan kulit terutam skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan
dengan epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya.

Peredaran darah testis memiliki keterkaitan dengan peredaran darah di


ginjal karena asal embriologi ke dua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke
testis berasal dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan
arteri dan vasa deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna. Aliran
darah dari testis kembali ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus.
Pleksus ini di annulus inguinalis interna akan membentuk vena spermatika. Vena
spermatika kanan akan masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan vena
spermatika kiri akan masuk ke vena renalis sinistra.

B. Definisi Orchitis

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap

infeksi. Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun

virus lain dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Orchitis (inflamasi pada testis)

dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis

terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril tidak

terjadi bila bersifat unilateral. (Long, 1996: 468)


C. Etiologi

Orchitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang

paling sering menyebabkan Orchitis adalah virus gondongan (mumps). Virus

lainnya meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya

menyebabkan Orchitis antara lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia trachomatis,

E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp.,

dan Streptococcus sp. Pasien immunocompromised (memiliki respon imun yang

diperlemah dengan imunosupresif) dilaporkan terkena Orchitis dengan agen

penyebab Mycobacterium avium complex, Crytococcus neoformas, Toxoplasma

gondii, Haemophilus parainfluenzae, dan Candida albicans. (Mycyk, 2004)

D. Epidemiologi

 Kejadian orchitis diperkirakan 1 diantara 1000 laki-laki.

 4 dari 5 laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).

 Sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis (epidiymoorchitis),

dan terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun

atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).

E. Faktor resiko
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan factor resiko yang

umum untuk epididimis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi factor

resiko. Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatic ke epidiymis melalui saluran

sperma dan vas deferens bisa dipicu melalui valsava atau pendesakan kuat.
Uretritis gonore (gonnorheae) merupakan penyakit hubungan seksual yang

disebabkan oleh kuman neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-

laki dan endocervix pada wanita.

F. Patofisiologi
Peradangan pada testis bisa disebabkan oleh berbagai virus ataupun

bakteri. Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi

kalor, rubor, dolor, tumor, dan function laesa. Orchitis paling umum disebabkan

oleh infeksi bakteri. Virus maupun trauma. Infeksi virus (mumps) bisa

menginfeksi secara hematogen, sedangkan infeksi bakteri biasanya melalui

infeksi saluran kencing atau melalui penyakit menular seksual.

G. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala Orchitis dapat berupa demam, semen mengandung darah,

keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat,

membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air

besar(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selanglangan klien juga dapat

membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk,2004). Sedangkan menurut

Lemone (2004 : 1533) manifestasi Orchitis termasuk demam tinggi, peningkatan

WBCs, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral, pembengkakan, dan

nyeri.

H. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan urin kultur


 Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
 Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)
 Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa
dan mendeteksi adanya abses pada skrotum
 Testicular scan
 Analisa air kemih
 Pemeriksaan kimia darah

I. Diagnosis
 Anamnesis
Sebagian besar pasien dengan orchitis datang dengan keluhan nyeri dan
bengkak pada testis. Keluhan biasanya disertai dengan demam. Keluhan
tambahan berupa nyeri dan panas saat berkemih. Kadang disertai pembesaran
getah bening.
 Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis
berwarna kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat
dipalpasi.
 Laboratorium
Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi peningkatan
leukosit.
 Ultrasonografi

J. Differensial Diagnosis

1. Torsio Testis
Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus, sehingga terjadi
hambatan aliran darah ke testis, sehingga apabila 5-6 jam (golden period) tidak
mendapatkan terapi akan terjadi atrofi testis. Karena perfusi oleh vasa spermatika
interna menurun. Torsio paling sering terjadi pada usia pubertas. Torsi dimulai
dari kontraksi testis sebelah kiri, dimana testis kiri berputar berlawanan dari arah
jarum jam sehingga terjadi oedem testis dan funikulus spermatikus akibatnya
terjadi iskemia.
Gambaran klinis torsio testis, biasanya pasien mengeluh nyeri hebat di
daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis.
Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pada pemeriksaan fisik tampak testis membengkak, letaknya lebih tinggi
dan lebih horizontal daripada testis kontralateral. Kadang-kadang pada torsio
yang baru aja terjadi. Dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus
spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam. Pemeriksaan
sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urine dan pemeriksaan
darah tidak menunjukkan tanda inflamasi. Pada torsio testis tidak didapatkan
adanya aliran darah ke testis sedangkan pada keradangan akut testis lainnya
terjadi peningkatan aliran darah ke testis.
Terapi torsi testis: (1) detorsi manual, yaitu dengan mengembalikan posisi
testis ke asalnya dengan memutar testis kea rah berlawanan dengan arah torsio,
dengan local anastesi (lidokain 1%) pada funikulus spermatikus di annulus 10-20
ccbila gagal dilakukan operasi. (2) operasi, tujuannya adalah untuk
mengembalikan testis kea rah yang benar. Bila testis viabeldilakukan
orkidopeksi pada tunica dartos, dilanjutkan orkidopeksi sisi kontralateral pada 3
tempat. Bila testis nekrosisdilakukan orkidektomi disusul orkidopeksi sisi
kontralateral.

2. Epididimitis
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis. Reaksi
inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Diduga reaksi inflamasi ini
berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat atau uretra yang
secara ascending menjalar ke epididimis. Dapat pula terjadi refluks urine melalui
duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke
epididimis. Mikroba penyebab infeksi pada pria dewasa muda (<35 tahun) yang
tersering adalah chlamidia trachomatis atau neisseria gonorhoika, sedangkan pada
anak-anak dan orang tua yang tersering adalah E.coli atau ureoplasma
ureolitikum. Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri mendadak pada daerah
skrotum diikuti dengan bengkak pada kauda hingga caput epididimis. Tidak
jarang disertai demam, malese, dan nyeri dirasakan hingga ke pinggang. Pada
pemeriksaan menunjukkan pembengkakan pada hemiskrotum dan kadang kala
pada palpasi sulit memisahkan antara epididimis dengan testis. Reaksi inflamasi
dan pembengkakan dapat menjalar ke funikulus spermatikus pada daerah
inguinal. Gejala klinis epididimitis akut sulit dibedakan dengan torsio testis. Pada
epididimitis akut jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis, nyeri akan
berkurang; hal ini berbeda dengan torsio testis.

3. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukkan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan visceralis tunica vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berbeda di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh system limfatik disekitarnya. Hidrokel bisa
disebabkan oleh (1) belum sempurnanya penutupan processus vaginalis atau (2)
belum sempurnanya system limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel. Keluhan utama pada hidrokel adanya benjolan yang
tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi.
J. Penatalaksanaan

Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling


penting adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya
hampir mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis
karena virus.

Pada pasien dengan kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara


seksual, dapat diberikan antibiotik untuk menular seksual (terutama gonore dan
klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin. Antibiotik golongan
Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah
resisten.

Contoh antibiotik:
1. Ceftriaxone

Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif;


efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding
proteins. Dewasa IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak
melebihi 125 mg / d

2. Doxycycline

Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara


mengikat 30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri.
Digunakan dalam kombinasi dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore.
Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis
terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari

3. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain
rentan mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal
pada saluran kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali
untuk infeksi klamidia dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak
melebihi 250 mg / hari
4. Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan
TMP, PO tid / qid selama 14 hari
5. Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci,
MRSA, S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak
ada aktivitas terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan
akibatnya pertumbuhan bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14
hari. Anak tidak dianjurkan
K. Komplikasi

 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat
atrofi testis.
 Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
 Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah
untuk mengurangi tekanan dari tunika.
 Abscess scrotalis
 Infark testis
 Rekurensi
 Epididymitis kronis
 Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian
sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas
sperma biasanya hanya sementara.
 Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang
disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki
penderita epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat.
Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.

L. Prognosis
• Sebagian besar kasus orchitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3-10 hari.
• Dengan pemberian antibiotik yang sesuai, sebagian besar kasus orchitis
bakteri dapat sembuh tanpa komplikasi.

M. Kesimpulan
Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis terhadap infeksi,
penyebab orchitis adalah virus (mumps) dan bakteri (e.coli, N.gonorrea,
chlamidia,klebseilla, pseudomona dll). Gejala yang ditimbulkan adalah bengkak
dan nyeri pada testis dan kadang disertai demam. Penatalaksanaan orchitis
adalah dengan terapi suportif yaitu bed rest dan elevasi skrotum. Terapi spesifik
yaitu dengan pemberian antibiotic.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, De Jong W. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :


EGC
2. http://uda.ac.id/jurnal/files/Jurnal%206%20-%20MENDA%20II.pdf
3. http://www.ddc.musc.edu/public/symptomsDiseases/diseases/pancreas/
gallstones.cfm
4. http://jpkc.fudan.edu.cn/picture/article/186/12/38/
f59739554eef9f2138151116a918/76222bdb-1ca5-4f3b-aef4-596c05f3d0b6.pdf

Anda mungkin juga menyukai