Oleh :
Armiko Bantara, S. Ked
NIM: 71 2019 002
Pembimbing
dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.
II. Anamnesa
Keluhan utama : Nyeri dada sebelah kiri
Riwayat pengobatan :
Pasien hanya minum obat anti nyeri yang dibeli sendiri dan belum
pernah berobat ke tempat lain.
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya alergi terhadap makanan atau obat-obatan
tertentu.
III. PemeriksaanFisik
A. Primary Survey
Airway
- Jalan napas tidak ada sumbatan
- Snoring (-), gargling (-)
Breathing
- Spontan
- RR: 18x/menit, stridor (-)
- Pergerakan dinding dada asimetris
- Sonor pada kedua lapang paru
- Vesikuler +/+, suara napas tambahan -/-
Circulation
- Nadi: 84 x/menit, teraba kuat, reguler
- TD : 120/80 mmHg
- CRT <3 detik
Disability
- GCS 15 (E4M6V5)
- Pemeriksaan mata: Pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+
- Tanda lateralisasi (-)
Exposure
- Tampak lebam pada dada sebelah kiri.
B. Secondary Survey
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis (E4 M6 V5)
Tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 84 kali/menit, teraba kuat, reguler
- Pernapasan : 18 kali/menit
- Suhu tubuh : 36,5oC
Status Gizi : BB: 54 kg, TB: 165 cm, IMT : 19,83 kg/m2
Skala Nyeri :5
Status Lokalis
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dan ukuran dada normal, gerakan dada simetris,
iktus kordis tidak tampak, Memar (+), Pelebaran sela iga
(-), Gerakan paradoksal (-)
Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, iktus kordis teraba di ICS
V linea mid klavikula sinistra, nyeri tekan (+) di
midclavicula line sampai anterior axilari line, krepitasi
tulang (-), empisema subkutis (-).
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru. Batas jantung kanan :
parasternal kanan ICS II, kiri : ICS V midklavikula.
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
HB : 12,7 gr/dl
Hct : 41,7 %
MCV : 97,3 fl
MCH : 29,6 pg
MCHC : 30,5 g/dl
PLT : 171 . 10
WBC : 7,5 . 10^3
Pemeriksaan Radiologis
- Tampak Foto posisi AP
- Inspirasi cukup
- A (airway)
o Trakea : Terlihat trakea, terletak di tengah
o Mediastinum : tidak ada pergeseran mediastinum
- B (bone)
o Tampak fraktur costae V-VII
o Tidak tampak adanya udara subkutis dan benda asing
- C (cardiac) : ukuran jantung normal
- D (diafragma) : normal kiri kanan
- E (efusi) : sudut costofrenikus tajam
- F (field/lung field) : pulmo dalam batas normal
- G (gastric air bubble) : udara pada lambung terdapat di sebelah kiri
dan tidak tampak adanya udara bebas subdiafragma
- Kesan : Fraktur Costae V-VII
V. Diagnosis Kerja Pra Operasi: close fraktur costae V-VII Pasca Trauma
IX. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Organ yang terletak dalam rongga dada, yaitu esophagus, paru, hati,
jantung, pembuluh darah dan saluran limfe. Kerangka toraks meruncing
pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri dari sternum, dua belas
pasang iga (costae), sepuluh pasang iga yang berakhir dianterior dalam
segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang melayang.
2.4 Epidemiologi
Pada anak anak lebih banyak terjadi trauma pada bagian bawah
toraks dan bagian perut sehingga bila terjadi fraktur iga dapat menjadi tanda
adanya kemungkinan cedera dengan tenaga yang lebih besar. Pada anak
yang lebih muda dari 2 tahun dengan fraktur iga mempunyai prevalensi
karena kekerasan pada anak sekitar 83%. Pada anak-anak jarang terjadi
fraktur iga karena tulang iga anak anak lebih elastis dibandingkan orang
dewasa.2
a. Laboratorium
Toraks.
c. Ultrasonography (USG)
d. CT Scan Toraks4
e. Pemeriksaan Angiography
f. MRI
a. Penatalaksanaan Prehospital
Penatalaksanaan prehospital harus fokus dalam mempertahankan jalan
nafas dan dengan bantuan oksigenasi.
b. Penatalaksanaan di Unit Gawat Darurat
g. Hemotoraks
Hemotoraks berhubungan dengan adanya darah/bekuan darah pada
rongga toraks dan memerlukan tindakan segera thoracostomy drainage.
Risiko empyema meningkat pada pasien dengan hemotoraks.
Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau
tembus pada toraks. Sumber perdarahan umumnya berasal dari arteri
interkostalis atau arteri mamaria interna. Perlu diingat bahwa rongga
hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematotoraks
dapat terjadi syok hipovolemik berat yang mengakibatkan terjadinya
kegagalan sirkulasi, tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata oleh karena
perdarahan masif yang terjadi, yang terkumpul di dalam rongga toraks.3
h. Kontusio paru
Trauma tumpul toraks menyebabkan kontusio paru merupakan kasus
yang sering terjadi dengan 10%-17% dari semua pasien yang masuk rumah
sakit dengan angka kematian 10% - 25%. Fraktur iga selalu berhubungan
dengan kontusio paru. Fraktur iga multipel ditemukan menjadi predisposisi
terjadinya penurunan fungsi paru dan compromised ventilation.1,2
DAFTAR PUSTAKA