Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

Tn.T 41 tahun datang dengan keluhan sesak napas setelah kecelakaan


lalu lintas

Oleh :
dr. Muhammad Yahya Shobirin
CASE REPORT
PneumothoraxPembimbing
Spontan :
Nuzulutdr. Yogi Yamani, Sp.B
fiana
Serafina Subagyo
Tito Tri Saputra
Preceptor
PROGRAM INTERNSHIP
dr.SAKIT
RUMAH Andreas Infianto,
UMUM MM, Sp.P
DAERAH DEPATI BAHRIN SUNGAILIAT
BANGKA-BELITUNG
2018-2019
Pendahuluan
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Dengan adanya udara di dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan
penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan
maksimal sebagaimana biasanya ketika bernafas. Pneumothoraks dapat terjadi baik
secara spontan maupun traumatik (British Thoracic Society, 2003).

Di Amerika, pneumothoraks spontan primer terjadi pada 77,4-8,6/100.000 per


tahun untuk pria dan 1,2/100.000 per tahun untuk wanita. Sedangkan insidensi
pneumothoraks spontan sekunder 6,3/100.000 per tahun untuk pria dan
2,0/100.000 per tahun untuk wanita. Resiko pneumothoraks spontan pada laki-
laki akan meningkat pada perokok berat dibandingkan golongan non perokok
(Loddenkemper & Frank, 2003).
Laporan Kasus

Identitas Pasien

Nama : Tn. T
Agama : Islam
Umur: 41 tahun Tanggal masuk:
Status: Menikah
Alamat: Riding 11 Mei 2019,
Pendidikan : pukul 19.25 wib
Panjang RT 03
SMA
Belinyu
RIWAYAT PENYAKIT

• Autoanamnesis,pada
tanggal 11 Mei 2019,
Anamnesis Jam : 22.00 WIB di ruang
rawat inap Merpati.

Keluhan • Sesak nafas sehabis


utama kecelakaan lalu lintas
• Pasien datang rujukan dari Belinyu dengan keluhan
sesak napas sejak ± 3 jam SMRS. Sesak napas
timbul mendadak sehabis kecelakaan lalu lintas,
sesak nafas dirasakan terus-menerus namun pasien
masih bisa bicara dengan baik. Sesak nafas mulai
sedikit berkurang dengan pemberian oksigen di IGD
Riwayat RSDB. Pasien mengatakan sesaknya tidak berkurang
dengan perubahan posisi ataupun pada posisi
kepala lebih tinggi. Pasien juga mengeluh setiap dia
penyakit menarik nafas seperti ada tahanan dan tidak
merasa lega saat membuang nafas. Pasien juga
mengeluh nyeri dada dan dada terasa berdebar-
Sekarang debar, nyeri dada timbul sehabis kecelakaan, nyeri
dada semakin dirasakan saat setiap ingin menarik
nafas, nyeri dada dirasakan di bagian dada kanan,
nyeri dada seperti tertusuk, pingsan (-). Mual,
muntah dan nyeri kepala disangkal, nafsu makan
normal, BAB dan BAK juga dirasakan normal seperti
biasa, tidak terdapat bengkak pada tubuh pasien.

• Riwayat Asma
• Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat DM disangkal
• Riwayat alergi disangkal

Riwayat pribadi • Kebiasaan merokok sejak 20 tahun yang lalu, Rata-rata 2-3
bungkus perhari (perokok berat)
Dan keluarga • Riwayat asma dari Ibu nya
Pemeriksaan Fisik
PRIMARY SURVEY
• snoring (-)
• gurgling (-)
Airway
• stridor (-)
• pernafasan cuping hidung (-)
• Look = nafas spontan, RR 30 x/m ,gerakan dinding dada asimetris kanan
tertinggal, retraksi pernafasan -
• Listen = Bunyi nafas kanan menurun, bunyi nafas kiri terdengar jelas, wheezing
Breathing
+/+, rhonki -/-, bunyi jantung terdengar jelas
• Feel = Nyeri tekan pada regio thorax linea axillaris anterior dextra, krepitasi pada
costae 7,8 linea axillaris anterior dextra

Circulation • Sianosis (-), Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 132x/menit, reguler , Suhu :
36.60C, akral hangat, CRT <2”

Disability • Kesadaran Compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, gelisah (-),
GCS E4V5M6 (GCS 15), pupil bulat isokor 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+

• VL di regio frontal dextra luka sudut lancip ukuran 2x1x1, hematom di regio
Exposure
Palpebra superior dextra, multiple VE regio antebrachii dan regio lumbal dextra
SECONDARY SURVEY

• Normosefalus, benjolan (-), hematoma, terdapat luka diregio frontal

Kepala dextra sudah tertutup perban


• Mata : sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/- ,RCL +/+, RCTL +/+
• Mulut : sianosis (-)

Leher • Kaku kuduk (-), nyeri leher (-), pembengkakan kelenjar limfe (-)

• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


• Palpasi : Iktus kordis teraba, thrill (-)
• Perkusi : Batas atas : ICS II kanan linea parasternalis

JANTUNG dextra, Batas bawah kanan : ICS III-IV kanan linea


parasternalis dextra, Batas kiri atas : SIC II sinistra linea
parasternalis sinistra (pinggag jantung) , Batas bawah
jantung : SIC V kiri sedikit ke medial linea midclavicula
sinistra
• Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
SECONDARY SURVEY
• Inspeksi : Gerakan dinding dada asimetris, kanan
tertinggal, tampak memar disekitar dada kanan
• Palpasi : Nyeri tekan pada regio thorax linea
axillaris anterior dextra Krepitasi pada costae 7,8
THORAX linea axillaris anterior dextra
• Perkusi : Kanan hiper sonor, kiri sonor
• Auskultasi : Bunyi nafas kanan menurun, bunyi
nafas kiri terdengar jelas, cepat, wheezing +/+,
rhonki -/-

• Inspeksi : datar, ada VE di regio lumbal dextra


• Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
ABDOMEN • Perkusi
tidak teraba
: Timpani, nyeri ketok CVA -/-
• Auskultasi : BU normal

• Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-),


Ekstremitas • motorik 5555/5555
5555/5555
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Laboratorium Darah rutin 11 mei 2019
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,7 P: 13,0-18,0 W: 11,5-16,5 (g/dL)

Leukosit 15.700 4.000-10.000/ uL

Trombosit 221.000 150.000-400.000/ uL

Eritrosit 4,5 jt P: 4,5-6,5 W: 4,0-5,0 (juta/uL)

Hematokrit 39 P: 40-48 W: 37-43 (%)

MCV 86 82-92 fl

MCH 30 23-31 pg

MCHC 34 32-36 %

Kesan : Inflamasi
EKG (11 Mei 2019)
● Pemeriksaan Radiologis 11 Mei 2019

Foto Thorax PA

Kesan :
- Cor : besar dan bentuk normal
- Pulmo : tampak infiltrat, tampak
area luscent di hemithorax kanan,
dengan pleural line (+), sinus
phernicocostalis kanan kiri tajam
- Hemidiagfrahma kanan kiri normal
- Trakea ditengah
- Fraktur costae 7,8 kanan

Kesimpulan :
Cenderung pneumothorax kanan
dengan fraktur costae 7,8 kanan
RESUME
Pasien laki-laki Tn.T 41 tahun datang ke RSDB dengan keluhan :
● Pada anamnesis, pasien sesak napas timbul mendadak sehabis
kecelakaan lalu lintas, sesak nafas dirasakan terus-menerus namun
pasien masih bisa bicara dengan baik. Pasien juga mengeluh nyeri dada
dan dada terasa berdebar-debar, nyeri dada timbul sehabis kecelakaan.
Pasien juga sebelumnya memiliki riwayat penyakit Asma sejak kecil,
kebiasaan merokok sejak 20 tahun yg lalu 2-3 bungkus per hari, pasien
sering berobat ke RS untuk di nebu.
● Pada pemeriksaan fisik thorax terlihat pergerakan dinding dada yang
asimetris cenderung dada kanan tertinggal, terdapat nyeri tekan dan
ditemukan krepitasi pada costae 7,8 dada kanan, dan terdengar suara
nafas dada kanan menurun, pada pemeriksaan jantung dalam batas
normal
● Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin kesan inflamasi
dan pemeriksaan radiologi terlihat gambaran area luscent di hemithorax
kanan dengan pleural line (+) cenderung pneumothorax kanan dan
fraktur costae 7,8 kanan
DIAGNOSIS

• Dyspneu e.c susp


DIAGNOSIS pneumothorax
KERJA dextra

• Hematothorax
DIAGNOSIS dextra
BANDING
RENCANA TATALAKSANA

Rencana • DR,
• Foto rontgen cranium AP
diagnostik di lateral, thorax AP duduk
IGD :
• Head Up 30o
• O2 5 liter/menit dengan NRM
Rencana •

IVFD Nacl 0,9 % 20 tpm
Ceftriaxon 2 x 1 gr iv
pengobatan •

Ranitidin 2x50 mg iv
Ketorolac 2x30 mg iv

di IGD: •

Tetagam 1 amp iv
Nebu combivent 1 respul
• Konsul Paru
FOLLOW UP
11 Mei 2019 S Sesak napas minimal, mual muntah –
Pkl 22.00 Rpd/ Asma
Konsul paru O KU : compos mentis, Tampak sakit sedang
TTV : GCS : E4M6V5
TD 130/80 mmHg
Nadi 84 x/menit
Napas 26 x/m
Suhu 36 oC
Sp02 = 99 % 02 NRM 5 Lpm
Mata = ca+/+ si -/-
Thorak = asimetris kanan
Fremitus kanan lemah di kanan
Kanan hipersonor
Snv ↓/n, wh +/+, rh -/-
Cor = BJ I-II reg, m-,g-
Abdomen = supel, BU + normal
Ekstremitas = akral hangat, pitting edema -
A Dyspneu e.c susp pneumothorax kanan + CKR GCS 15 + multiple VL + asma bronchiale

P Jawaban konsul :
-NRM 02 7-8 Lpm
- konsul Bedah
12 Mei 2019 S Sesak napas minimal, nyeri dada +, mual muntah -
00.39 wib O KU : compos mentis, Tampak sakit sedang
Konsul TTV : GCS : E4M6V5
Bedah TD 110/70 mmHg
Nadi 102 x/menit
Napas 26 x/m
Suhu 36 oC
Sp02 99% NRM 02 7-8 LPM
Mata = ca+/+ si -/-
Thorak = asimetris kanan, hipersonor kanan, nyeri tekan di dada kanan,
Snv ↓/+, wh +/+, rh -/-
Cor = BJ I-II, regular, m-, g-
St. lokalis = terdapat VL regio frontal + multiple VL
Abdomen = supel, BU + normal
Ekstremitas = akral hangat, pitting edema -
A Dyspneu e.c susp pneumothorax kanan + CKR GCS 15 + multiple VL + asma bronchiale

P Jawaban konsul :
-Drip tramadol 1 ampul dalam RL xx gtt tpm
-Pasang WSD CITO
-Inform consent keluarga
12 Mei S Sesak napas (-), pusing -, muntah -
O KU : compos mentis, Tampak sakit sedang
2019
TTV : TD 120/70 mmHg
Visit
Nadi 90 x/menit
Bedah Napas 22 x/m
09.45 wib Suhu 36,5oC
A,B,C clear
D = GCS 15 pupil Isokor, RCL +/+
E = R.Frontalis = VL sudah dihecting, perdarahan –
R. Thorax D = terpasang WSD mengalir, ± 250 cc, merah +
St. generalisata =
-Thorax = SNV +/+, Rh -/-, wh +/+
-Abd = NT-, Bu +
-WSD = undulasi +, air bubble +
A Hematopneumothorax + Post thorachosintesis H.1 WSD Dextra + CKR GCS 15

P - Head up 30o
- IVFD RL XXX gtt tpm
- Drip 1 amp tramadol + 1 amp ketorolac dalam RL 500 cc
- Diet MB
- Inj. Ceftizoxime 2 x 1 gr
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg
- Lapor hasil rontgen thorax ke dr Yogi. Sp.B via wa (menunggu balasan )
12 Mei 2019 Jawaban dari dr Yogi. Sp.B : terapi lanjutkan

13 Mei 2019 S Sesak napas berkurang


Visit Bedah

O KU : compos mentis, Tampak sakit sedang


TTV : TD 120/80 mmHg
Nadi 90 x/menit
Napas 25 x/m
Suhu 36,oC
Mata = ca -/-, si -/-
Pulmo = Snv +/+, rh -/-, Wh -/+
Cor = BJ 1-II, regular, m-, g-
St, Lokalis = R.Thorax Dextra terpasang WSD ± 950 cc, merah –
WSD = undulasi +, air bubble +
A Hematopneumothorax + Post thorachosintesis H.2 WSD Dextra + CKR GCS 15
Post thoracosintesis H.2 WSD Dextra + CKR GCS 15
13 Mei 2019 S Sesak napas (+)
Visit Paru
O HR : 81 x/m
RR : 26 x/m
Sp02 : 99 %
Paru : snv +/+, wh +/+, rh -/-
WSD : undulasi + produksi cairan +, warna merah +, air bubble +

A Hematopneumothorax + Post thorachosintesis H.3 WSD Dextra + CKR GCS


15 Post thoracosintesis H.2 WSD Dextra + CKR GCS 15 + Asma akut

P - Inj. Metilprednisolon 2x62,5 mg


- Combivent nebu/6jam
- Flixiotide nebu /8jam
14 Mei 2019 S Sesak berkurang
Visit Bedah O TD : 110/70
HR : 76 x/m
RR : 26 x/m
T : 36,oC
Sp02 : 99 %
Paru : snv +/+, wh -/-, rh -/-
WSD : undulasi -, produksi cairan -, warna merah -
A Pneumothorax dextra + asma akut
P - Tidak perlu di nebulasi lagi
- Ambroxol syr 3 x 1 C
- AFF WSD
- Rontgen thorax AP duduk setelah lepas WSD
- Rawat jalan

14 Mei 2019 -- boleh pulang


Visit Paru - Rawat jalan (sesuai Dpjp)
PROGNOSIS

Ad vitam •dubia

Ad functionam •dubia

Ad santionam •dubia
PEMBAHASAN
PNEUMOTHORAKS
Nama pneumothorax pertama kali digunakan oleh
Itard tahun 1803, dimana terdapatnya udara atau
gas dalam rongga pleura ( interspasi antara paru-
paru dan dinding paru) ( British Thoracic Society,
2010).
Pneumothoraks adalah keadaan terdapatnya
udara atau gas dalam rongga pleura. Dengan
adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka
akan menimbulkan penekanan terhadap paru-
paru sehingga paru-paru tidak dapat
mengembang dengan maksimal sebagaimana
biasanya ketika bernapas (Sudoyoet al., 2009).
Klasifikasi dan Etiologi
Pneumothoraks
1. SPONTAN PRIMER
SPONTAN 2. SPONTAN SEKUNDER

TRAUMATIK
IATROGENIK
PNEUMOTHORAX TRAUMATIK

1. AKSIDENTAL
2. ARTIFISIAL
TRAUMATIK BUKAN
IATROGENIK
(British Thoracic Society, 2010)
Pneumotoraks tertutup
(simple pneumothorax)

Berdasarkan Jenis Pneumotoraks terbuka


Fistula (open pneumothorax)

Tension pneumotoraks
(pneumotoraks ventil)
Pneumotoraks spontan
● Pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab
(trauma ataupun iatrogenik)
● PSP:
– Tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya

– Individu sehat, dewasa muda, kurus

– Tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat

– Belum diketahui penyebabnya

● PSS:
– Terjadi karena penyakit paru yang mendasarinya

– TB paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor paru


patogenesis
● PSP
– Robekan suatu kantong udara dekat pleura viseralis

– Secara patologis paru yang direseksi tampak:


• Bulla : kantong yang dibatasi pleura fibrotik yang
menebal, jaringan fibrosa paru sendiri dan jaringan
paru emfisematous.
• Bleb: terbentuk dari suatu alveoli yang pecah melalui
jaringan interstisial ke dalam lapisan fibrosa tipis
pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam
bentuk kista.

– Mekanisme terjadinya bulla atau bleb belum jelas


● PSS
– Karena pecahnya bulla subpleura atau bleb
viseralis
– Berhubungan dengan penyakit paru yang
mendasarinya.
– Patogenesis PSS multifaktorial
– Terjadi akibat komplikasi penyakit PPOK, asma,
fibrosis kistik, TB paru dan penyakit-penyakit
paru infiltrate lainnya
Penegakkan Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
● Sesak napas (80-100%) ● Pemeriksaan Fisik Thoraks
● Nyeri dada(75-90% ) – Pada waktu inspirasi, bagian
yang sakit gerakannya
● Batuk-batuk (25-35%) tertinggal
– Fremitus suara melemah
● Denyut jantung meningkat. atau menghilang pada sisi
yang sakit
● Kulit mungkin tampak – Suara ketok pada sisi sakit,
sianosis hipersonor sampai timpani
dan tidak menggetar
● Tidak menunjukkan gejala
– Pada bagian yang sakit, suara
(silent) 5-10% napas melemah sampai
menghilang
Pemeriksaan Radiologis
Hiperlusen
dan
Pleural Avaskuler
white line

Deep
Sulcus sign
TATALAKSANA
Tujuan dari penatalaksanaan ● Pinsip-prinsip penanganan
tersebut yaitu untuk pneumothoraks adalah :
mengeluarkan udara atau
a. Observasi dan pemberian
cairan dari rongga pleura dan
tambahan oksigen
menurunkan kecenderungan
untuk kambuh lagi. b. Aspirasi sederhana dengan
jarum dan pemasangan tube
torakostomi dengan atau tanpa
pleurodesis
c. Torakoskopi dengan pleurodesis
dan penanganan terhadap
adanya bleb atau bulla
d. Torakotomi
(British Thoracic Society, 2010)
ANALISIS
ANALISIS KASUS
Pemeriksaan Thoraks (Paru)
Inspeksi
Gerakan dinding dada asimetris,
Anamnesis kanan tertinggal.
Tampak memar disekitar dada kanan
1. Sesak nafas sejak 3 hari SMRS Palpasi
dan semakin memberat Nyeri tekan pada regio thorax linea
axillaris anterior dextra
2. Nyeri dada timbul akibat
Krepitasi pada costae 7,8 linea
kecelakaan. axillaris anterior dextra
3. Pasien merokok sejak 20 Perkusi
tahun yang lalu dengan rata Kanan hiper sonor, kiri sonor
rata 2-3 bungkus per hari Auskultasi
(perokok berat) Bunyi nafas kanan menurun, bunyi
4. Riwayat penyakit dahulu yaitu nafas kiri terdengar jelas
Asma Bunyi jantung terdengar jelas, cepat,
wheezing +/+, rhonki -
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Pleural
white line

Hiperlusen
dan avaskuler

Fraktur
Costae 7,8
dextra
12 Mei 2019 14 Mei 2019
PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan
menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah
sebagai berikut :

● Observasi dan Pemberian O2


Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada
didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan
tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap 12-24 jam pertama
selama 2 hari.
● Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya,
tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga
pleura dengan udara luar dengan cara
Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan demikian tekanan udara
yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum
tersebut
Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
● Dapat memakai infus set
Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah
dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat
dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol
● Jarum abbocath
Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula.Setelah jarum ditusukkan
pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula
tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya
dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang
keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol
● Tujuan pemasangan WSD, yaitu
Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
Mengembangkan kembali paru yang kolaps
Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan
tekanan negatif rongga tersebut

● Indikasi Pemasangan WSD :


–Hemotoraks, efusi pleura
–Pneumotoraks ( > 25 % )
–Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
–Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

● Kontra indikasi pemasangan :


–Infeksi pada tempat pemasangan
–Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
● Pipa water sealed drainage (WSD)
Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan
troakar atau dengan bantuan klem penjepit.Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui
celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris
atau pada linea aksilaris posterior.Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis mid
klavikula.
Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga pleura dan
kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga
pleura.Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan
melalui pipa plastik lainnya.Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2
cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui
perbedaan tekanan tersebut.
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap
positif.Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O,
dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal
dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan
uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila
tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum bisa
dicabut.Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal.
KESIMPULAN
Pasien dengan pneumothoraks spontan hampir
separuhnya mengalami kekambuhan, setelah
sembuh dari observasi maupun setelah
pemasangan tube thoracostomy. Kekambuhan
jarang terjadi pada pasien-pasien pneumotoraks
yang dilakukan torakotomi terbuka. Pasien-pasien
yang penatalaksanaannya cukup baik, umumnya
tidak dijumpai komplikasi. Pada pneumotoraks
sekunder tergantung pada penyakit paru yang
mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai