Nama : Tn. H
Usia : 29 tahun
No. RM : 516497
Agama : Islam
Suku : Sunda
Berat Badan : 68 kg
ANAMNESIS
sebelum masuk rumah sakit. Dada terasa berdebar-debar terus menerus dan rasa
1
tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien. Keluhan seperti ini baru dirasakan
pasien pertama kali. Keluhan disertai rasa sesak nafas dan mual namun tidak
disertai muntah. Keluhan timbul secara tiba-tiba saat pasien sedang istirahat.
sejak 3 tahun yang lalu. Pasien selalu mengkonsumsi furosemid dan amlodipin
pembengkakan jantung yaitu ayah pasien dan saat ini sudah meninggal dunia
diakibatkan serangan jantung saat usia 50 tahun. Riwayat penyakit kencing manis
15 tahun yang lalu dan berhenti sejak 3 tahun yang lalu. Minum kopi diakui sehari
1 gelas.
sendirinya. Pasien merasa tidak yakin sehingga pasien memaksakan diri berobat
ke UGD ciereng.
PEMERIKSAAN FISIK
2
Frekuensi Napas = 24x/menit
Suhu = 36°C
Telinga : daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-), mukosa kering (-), hiperemis (-), gusi
berdarah (-)
3
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat pada ICS VI kiri 9 cm
lateral
Ekstremitas :
4
5 5
5 5
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (dari IGD, tanggal 30/01/2019)
Pemeriksaan Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Kimia Klinik
Hasil EKG :
5
Diagnosis Kerja
Wide QRS complex tachycardia e.c susp Ventricular Tachycardia
Terapi
Tatalaksana Pada Pasien ini :
RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Prognosis :
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
6
Follow up tanggal 30/01/19
S : dada berdabar-debar (+), mual (+), nyeri uluhati (+)
O:
KU : kompos mentis
TD : 120/70 mmhg
N : 66 x/ menit
R : 24x/ menit
S : 36 C
A : Wide QRS complex tachycardia e.c susp Ventricular Tachycardia
P : EKG
Konsul dr. Irlandi Sp.JP advice:
O2 3-4 L
Infus Nacl + Amiodaron 1amp dalam 24 jam
Aspilet 1x1
CPG 1x1
Amiodaron 2x200mg setelah pemberian drip amiodaron selama 24 jam
Disolf 2x1
Ro Thorak pa
Ranitidin 2x1 amp
Rawat RPD
7
Hasil Xray:
Hasil EKG :
8
Follow Up 31/1/19
S : dada terasa berdebar-debar (+), sesak nafas (+)
O:
KU : Komposmentis
TD : 150/90 mmhg
N : 92x/ menit
R: 24x / menit
S : 36 C
A : Wide QRS complex tachycardia e.c susp Ventricular Tachycardia
P : Nacl 12 tpm
Amiodaron 2x1
Ranitidin 2x1
Furosemid 1x1
Aspilet 1x1
CPG 1x1
Disolf 2x1
Follow up tanggal 1/2/19
S : dada berdebar-debar (-), sesak nafas (-)
O : KU : Komposmentis
TD : 140/80 mmhg
N : 88x/ menit
R : 20 x/ menit
S : 36 C
A : Wide QRS complex tachycardia e.c susp Ventricular Tachycardia
P : Aspilet 1x1
CPG 1x1
Disolf 2x1
BLPL
9
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
Takikardi ventrikel / Ventricular Tachycardia (VT) adalah terdapat tiga
atau lebih premature ventricular contraction atau ventricular extrasystole
dengan laju lebih dari 120 kali per menit. Fokus takikardi dapat berasal dari
ventrikel (kiri atau kanan) atau akibat dari proses reeentry pada salah satu bagian
dari berkas cabang (bundle branch reentry VT).
Dari rekaman EKG permukaan VT umumnya memberikan gambaran EKG
dengan ciri kompleks QRS yang lebar (>0.12 detik). Namun tidak semua takikardi
dengan kompleks QRS yang lebar adalah VT karena takikardi supraventrikel
(SVT) dengan konduksi aberan atau dengan konduksi melalui jaras tambahan
(accesory pathway) juga akan memberikan gambaran takikardi dengan kompleks
QRS yang lebar. Oleh karena itu pengenalan VT menjadi penting dalam keadaan
kegawatan karena pemberian obat untuk SVT dapat membahayakan pada pasien
dengan VT. Pengenalan VT juga harus mencakup identifikasi etiologi, sumber,
fokus, terapi, dan prognosisnya. VT idiopatik misalnya, dapat diterapi secara
defenitif dengan ablasi kateter, sangat jarang menyebabkan kematian mendadak
dan memiliki prognosis yang baik. Sebaliknya VT iskemia (VT akibat penyakit
jantung koroner) memberikan resiko tinggi untuk terjadinya kematian mendadak
(sudden cardiac death) akibat aritmia fatal (VT yang berdegenerasi menjadi
ventrikular fibrillation).
10
menandakan adanya depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama.
Umumnya disebabkan oleh adanya fokus atau substrat aritmia yang mudah
dieliminasi dengan teknik ablasi kateter. Sedangkan VT polimorfik ditandai
dengan adanya kompleks QRS yang bervariasi (berubah) dan menunjukkan
adanya urutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat. Biasanya VT jenis
ini berkaitan dengan jaringan parut (scar tissue) akibat infark miokard (ischemic
VT). Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya
bila kurang dari 30 detik disebut non-sustained.
Berdasarkan etiologi VT dikelompokkan menjadi:
VT idiopatik (idiopathic VT)
- VT idiopatik alur keluar ventrikel kanan (right ventricular outflow
tract VT=RVOT VTt)
- VT idiopatik ventrikel kiri (idiopathic left ventricular VT)
VT pada kardiomiopati dilatasi non-iskemia
- Bundle Branch Reentrant VT
- Arrythmogenic Right Ventricular Dysplasia(ARVD)
VT iskemia (ischemic VT)
a) Monoformik VT
b) Poliformik VT
11
Gambar 2. Monomorfik VT dan polimorfik VT
PATOFISIOLOGI
Secara umum terdapat tiga mekanisme terjadinya aritmia, termasuk aritmia
ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity.
Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari
potensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya
tercetus pada keadaan akut dan kritis seperti infark miokard akut, gangguan
elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang
meninggi. Oleh karena itu, bila berhadapan dengan aritmia ventrikel karena
gangguan automaticity, perlu dikoreksi faktor penyebab yang mendasarinya.
Aritmia ventrikel yang terjadi pada keadaaan akut tidaklah memiliki aspek
prognostik jangka panjang yang penting.
Mekanisme aritmia ventrikel yang tersering adalah reentry dan biasanya
disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati
dilatasi (dilated cardiomyopathy). Jaringan parut (scar tissue) yang terbentuk
akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan
yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini telah terbentuk maka
aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian
mendadak.
Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme di
atas. Mekanismenya adalah adanya kebocoran ion positif ke dalam sel sehingga
terjadi lonjakan potensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi potensial
jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi potensial baru.
Keadaan ini disebut after depolarization.
12
Gambar 3. Patofisiologi VT
13
RBBB maka takikardia adalah VT jika morfologi kompleks qrs adalah
monoformik atau bifasik (QR atau RS). Jika morfologi qrs adalah LBBB
maka akan menguatkan diagnosis VT jika adanya takik (notching)
gelombang S atau nadir S yang lambat (>70milidetik).
14
menyingkirikan VT . Secara klinis dissosiasi AV dapat dikenal dengan
adnya variasi bunyi jantung satu dan varisasi tekan darah sistolik.
a) Capture beat
b) Fusion beat
Gambar 4. Capture beat dan fusion beat
15
positif menunjukkan asal fokus takikardi dari dinding posterior ventrikel.
Kesesuaian negatif (negative concordance) kompleks QRS pada sandapan
dada dominan negatif menunjukan asal fokus dari dinding anterior
ventrikel.
Kriteria untuk diagnosis VT yang telah dibahas tadi, tidak selalu
didapatkan dan tidak jarang hanya satu atau dua kriteria saja yang
ditemukan.
Selain rekaman EKG, anamnesis, pemeriksaan fisik, data
penunjang lainnya (foto toraks, dan ekokardiografi) dapat membantu. Pada
pasien yang pernah mengalami infark miokard dengan gannguan fungsi
ventrikel misalnya, maka diagnosis VT lebih diutamakan bila pasien
tersebut mendapat takikardi dengan kompleks QRS lebar. Penting diingat
untuk selalu membuat EKG lengkap 12 sandapan saat dan sesudah
takikardi.
DIAGNOSIS BANDING
Tidak semua takikardi dengan kompleks QRS lebar adalah VT meskipun
70% takikardi jenis ini adalah VT. Takikardi dengan kompleks QRS lebar bisa
terjadi pada:
16
a. Takikardi supraventrikel (SVT) dengan konduksi aberan
Pada keadaan SVT biasa maka konduksi adari atrium ke ventrikel
melaui jalur jalur konduksi normal sehinggga kompleks QRS akan
normal.namun secara fisiologis dapat terjadi hambatan (blok) pada salah
satu berkas cabang (kiri atau kanan) karena adanya perbedaan masa
refrakter di antara keduanya. Keadaan ini disebut konduksi aberan
(aberrant coinduction). Karena adanya hambatan berkas cabang maka
kompleks QRS akan lebar seperti keadaan LBBB atau RBBB biasa.
17
oleh fokus ektopik yang terbatas pada satu lokasi maka umumnya sangat mudah
dihilangkan dengan cara ablasi kateter.
18
c. VT idiopatik dari ventrikel kiri (Idiopathic Left Ventrikular
Tachycardia =ILVT)
Istilah lain untuk VT jenis ini adalah takikardi fasikular karena adanya
proses reentry pada fasikel posterior dan anterior sebagai penyebab takikardi. Ada
tiga subkelompok pada VT ini, yaitu kelompok yang sensitf terhadap verapamil
(verapamil sensitive), sensitif terhadap adenosine (adenosine sensitive) dan
sensitif terhadap propanolol (propanolol sensitive). Yang terbanyak adalah
kelompok sensitif terhadap verapamil. VT jenis ini umunya diderita oleh pria usia
muda. Pada rekaman EKG permukaan terlihat takikardi dengan morfologi
kompleks QRS berbentuk blok berkas cabang kanan (RBBB), dengan aksis
superior. Kompleks QRS tidak begitu lebar karena fokus takikardi dekat dengan
septum (lokasi jaringan konduksi normal). Takikardi ini sering dikelirukan dengan
SVT karena kompleks QRS tidak terlalu lebar dan sensitif terhadap verapamil
sehingga dapat diterminasi dengan verapamil serperti umumnya SVT.
Pada pasien yang simptomatik dapat diberikan terapi obat-obatan. Bila
gagala dapat dilakukan eliminasi dengan ablasi kateter dengan angka keberhasilan
rata-raat 87%. Ablasi kateter juga diindikasikan pada pasien yang tidak ingin
minum obat dalam jangka waktu lama.
19
f. Arrythmogenic Right Ventricular Dysplasia (ARVD)
Kelainan ini sangat jarang,biasanya didertita oleh kelompok usia muda,
dimana terdapat infiltrasi lemak dan jaringan parut pada miokard ventrikel kanan.
Karakteristik VT adalh kompleks QRS dengan morfologi blok berkas cabang kiri
(LBBB). Tatalaksana VT jenis ini hampir sama dengan VT iskemia dengan peran
ICD (Implantable Cardioverter Defibrillator) yang efektif utnuk mencegah
kematian jantung mendadak (sudden cardiac death). Terapi pembedahan dengan
mengisolasi daerah yang displastik ternyata tidak efektif karena timbulnya gagal
jantung kanan.
TATALAKSANA UMUM
20
Gambar 6. Algoritma Takikardia (dikutip dari Circulation. 2010;122[suppl
3]:S729 –S767)
21
Dalam tatalaksana akut perlu dicari faktor penyebab yang dikorekasi
seperti iskemia, gangguan elektrolit, hipotensi dan asidosis. Bila keadaan
hemodinamik tidak stabil (hipotensi,syok, angina,gagal jantung dan gejala
hipoperfusi otak) maka pilihan pertama adalah kardioversi elektrik.
22