Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN MINI PROJECT

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKSESUAIAN


KUNJUNGAN ANC (K1 DAN K4) DI PUSKESMAS WAISAI
KABUPATEN RAJA AMPAT

Disusun Oleh:
dr. Chindi Malpo Paintu
dr. Margareth Thresia Raya

Pembimbing :
dr. Agnes Meliana Susanthy

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA ANGKATAN I TAHUN 2021
PUSKESMAS WAISAI KABUPATEN RAJA AMPAT
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mini Project


Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI)

Judul
FAKTOR PENYEBAB KETIDAKSESUAIAN
KUNJUNGAN ANC (K1 DAN K4) DI PUSKESMAS WAISAI
KABUPATEN RAJA AMPAT

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis Dokter Internsip


Sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Program Internsip
Dokter Indonesia di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat

Telah disetujui dan dipresentasikan pada :


Hari : Kamis
Tanggal : 24 Juni 2021

Waisai, 24 Juni 2021


Mengetahui,

Dokter Pendamping Kepala Puskesmas Waisai

dr. Agnes Meliana Susanthy NURJANI MARADJABESSY,S.Kep;Ners


NIP. 19800427 200212 2 007

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan mini project puskesmas dalam rangka
memenuhi salah satu tugas Program Internsip Dokter Indonesia. Kami menyadari sangatlah sulit
bagi kami untuk menyelesaikan laporan mini project ini tanpa bantuan dan bimbingaan dari
berbagai pihak. Bersama ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. dr.Agnes Meliana Susanthy selaku pembimbing kami, Ibu Nurjani Maradjabessy selaku
Kepala Puskesmas Waisai Kab. Raja Ampat, dan dr.Ulima Simatupang yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu dan pengalaman serta selalu mendampingi kami
selama melaksanakan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Waisai Kabupaten
Raja Ampat.

2. Seluruh staf serta karyawan Puskesmas Waisai Kab. Raja Ampat yang telah menciptakan
suasana kekeluargaan yang harmonis serta senantiasa membantu dan mendukung kami dalam
pelaksanaan Program Internsip Dokter Indonesia ini yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

3. Para ibu hamil yang dengan senang hati bersedia menjadi responden mini project ini.

4. Rekan-rekan dokter Internsip Kab. Raja Ampat Periode I tahun 2021 yang senantiasa
memerikan dukungan baik moril maupun materil.

5. Kedua orang tua, saudara, dan semua orang yang kami sayangi yang senantiasa memberikan
kami dukungan dan doa.

6. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang telah memberikan
bantuan baik langsung maupun tidak langsung sehingga laporan mini project puskesmas ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan mini project puskesmas ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Waisai, Juni 2021


dr. Chindi dan dr. Margareth
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

iii
1.2.Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3.Tujuan.........................................................................................................3
1.4.Manfaat.......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5


2.1.Pengertian Kehamilan.................................................................................5
2.2.Konsep Antenatal Care (ANC)...................................................................5
2.3.Antenatal Care (K4)....................................................................................8

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................17


3.1. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................17
3.2. Desain Penelitian.......................................................................................17
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................17
3.4. Teknik Pengumpulan dan Instrumen Penelitian.......................................18
3.5. Metode Pengolahan dan Analis Data........................................................18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................19


4.1.Hasil Penelitian.........................................................................................19
4.2.Pembahasan...............................................................................................23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................26


5.1.Kesimpulan...............................................................................................26
Saran.........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
LAMPIRAN..........................................................................................................31

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Indonesia Sehat merupakan satu program dari Agenda
yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar,
Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program
Indonesia Sehat yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/ 52/2015.
Setiap kehamilan dapat menimbulkan resiko kematian
ibu. Pemantauan dan perawatan kesehatan yang menandai selama
kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan nasib ibu
dan bayinya. Dalam mempercepat penurunan kematian ibu, Kementrian
Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan pelayanan
kesehatan ibu di masyarakat. (1). Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia
masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota
ASEAN. Risiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari
65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand.2
Menurut laporan WHO tahun 2014 angka kematian ibu (AKI) di
dunia yaitu 289.000 jiwa dan Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup.
Sedang pada tahun 2015 angka kematian Ibu turun dari 4.999 menjadi
4912 di tahun 2016 dan di tahun 2017.2
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan/SPK. Tenaga kesehatan yang
dimaksud diatas adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter
umum, bidan dan perawat. Penurunan angka kematian ibu melahirkan
menjadi salah satu dari delapan tujuan (goals) yang dirumuskan, (K1 dan
K4 minimal 4 kali) K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan

1
petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan kunjungan
ibu hamil yang ke empat (K4) adalah kontak ibu hamil yang ke empat atau
lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan
kehamilan, dengan distribusi kontak sebagai berikut : minimal 1 kali pada
trimester I, minimal 1 kali trimester II dan minimal 2 kali trimester III,
maupun indikator ANC untuk evaluasi program pelayanan kesehatan ibu di
Indonesia seperti cakupan K1 dan K4. 24
Didapatkan 95,4 persen dari kelahiran mendapat ANC (K1 dan K4
minimal 4 kali merupakan indicator ANC) tanpa memperhatikan periode
trimester saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Cakupan K1 berfungsi
dengan rentang antara 71,7 persen (Papua) dan 99,6 persen (Bali). Namun
untuk cakupan ANC minimal 4 kali, di Yogyakarta (96,5%) lebih tinggi
dibandingkan dengan Bali (95,8%). Selisih antara K1 dan ANC minimal 4
kali menunjukan adanya kehamilan yang tidak optimal mendapat
pelayanan ANC. Indikator K1 dan K4 merujuk pada frekuensi dan periode
trimester saat dilakukan ANC menunjukan adanya keberlangsungan
pemeriksaan kesehatan selama hamil. Setiap ibu hamil yang menerima
ANC pada trimester I (K1 ideal) seharusnya mendapatkan pelayanan ibu
hamil secara berkelanjutan dari trimester I (K1 ideal) seharusnya
mendapatkan pelayanan ibu hamil secara berkelanjutan dari trimester I
hingga trimester III. Hal ini dapat dilihat dari indicator ANC K4. Cakupan
K1 ideal secara nasional adalah 93,5 persen dengan cakupan terendah di
Papua (56,3%) dan tertinggi di Bali (90,3%). Cakupan K4 secara nasional
adalah 90 persen dengan cakupan terendah adalah Maluku (41,4%) dan
tertinggi di Yogyakarta (85,5%). Berdasarkan penjelasan diatas. selisih
dari cakupan K1 ideal dan K4 secara nasional memperlihatkan bahwa
terdapat 12 persen dari ibu hamil yang menerima K1 ideal tidak
melanjutkan ANC, sesuai standar minimal K4 (4). Di Indonesia dari
cakupan kunjungan (K1 pada tahun 2013 sebanyak 92,7% dari target
93,5% dan cakupan kunjungan K4 sebesar 79,6% , tahun 2007 meningkat
menjadi 80,3%, tahun 2008 mencapai 82%, tahun 2009 mencapai 85,5%,
pada tahun 2010 mencapai 85,6%, pada tahun 2011 mencapai 88,8% dan

2
pada tahun 2012 mencapai 90,8% sedangkan di tahun 2013 mengalami
sedikit penurunan. Ini masih terdapat ibu hamil yang tidak melakukan
kunjungan ke fasilitas kesehatan.3,16,24

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, terdapat rumusan


masalah yaitu faktor apakah yang menyebabkan adanya ketidaksesuaian
kunjungan ANC (K1 dan K4) di Puskesmas Waisai ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor penyebab ketidaksesuaian kunjungan ANC
(K1 dan K4) di Puskesmas Waisai pada bulan Juni tahun 2021.
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan


kunjungan ibu hamil di Puskesmas Waisai Pada bulan Juni tahun 2021.

b. Mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan


kunjungan ibu hamil di Puskesmas Waisai Pada bulan Juni tahun 2021.

c. Mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan


kunjungan ibu hamil di Puskesmas Waisai Pada bulan Juni tahun 2021.

d. Mengetahui adanya hubungan fasilitas kesehatan dengan kunjungan ibu


hamil di Puskesmas Waisai Pada bulan Juni tahun 2021.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis
lebih mendalam tentang penyebab ketidaksesuaian kunjungan kehamilan K1
dan K4 di Puskesamas Waisai Pada bulan Juni tahun 2021.

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas

3
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi perumusan program baru di Puskesmas Waisai sehingga
angka kunjungan ibu hamil pada K1 Dan K4 tidak lagi terdapat perbedaan
yang signifikan.

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya bagi ibu hamil
di Waisai tentang Pentingnya kunjungan kehamilan K1 hingga K4 di
Fasilitas Kesehatan yang sama.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan proses fisiologi yang memberikan perubahan
pada ibu maupun lingkungannya. Dengan adanya kehamilan maka seluruh
system genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar untuk
mendukung perkembangan dan pertumbuhan janin dalam Rahim selama
proses kehamilan berlangsung. Kehamilan merupakan suatu proses
perubahan identitas serta peran bagi setiap anggota keluarga. Pada masa
kehamilan ibu sering kali mengalami suatu ketidakseimbangan psikologis
yang mungkin disebabkan oleh situasi atau tahap perkembangan tersebut
sehingga berbagai dukungan dan bantuan sangat penting dan dibutuhkan
bagi seorang ibu untuk mendukung selama kehamilannya (Hutahaean,
2009). Sikap penerimaan ibu terhadap kehamilannya, sangat
mempengaruhi kesehatan atau keadaan umum ibu serta keadaan janin
dalam kehamilannya.23
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 240 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3
triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat sampai enam bulan, triwulan ketiga dari
bulan ketujuh sampai 9 bulan.22

2.2 Konsep Antenatal Care (ANC)


2.2.1 Pengertian Antenatal care (ANC)
Antenatal Care (ANC) adalah salah satu upaya pencegahan awal
dari aktor risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Antenatal care(ANC) untuk mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi
terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian
ibu dan memantau keadaan janin(Mardiatun, 2015). Pentingnya
melakukan pemeriksaan antenatal care(ANC) dibuktikan melalui risiko-

5
risiko yang dapat terjadi ketika tidak memeriksakan pertumbuhan dan
perkembagan baik janin maupun ibu. Pelayanan antenatal adalah
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan
(SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin
dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan).2,13
Cakupan pelayanan antenatal care (ANC) terdiri dari cakupan K1
dan cakupan K4. Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yangpertama kali
mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.Seorang ibu hamil dikatakan memiliki pemeriksaan antenatal care
lengkap ketika ibu hamil mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit 4 kali selama masa kehamilan.22

2.2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)


Adapun tujuan antenatal care adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu.
3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara ekslusif.

6
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
janin agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Mengurangi bayi lahir premature, kelainan mati dan kematian
neonatal.
8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.22

2.2.3. Kunjungan Antenatal Care Ibu Hamil


Masa antenatal mencakup waktu kehamilan mulai hari pertama
haid yang terakhir (HPHT) atau Last Menstruation Period (LMS) sampai
permulaan dari persalinan yang sebenarnya, yaitu 280 hari, 40 minggu, 9
bulan 7 hari. Untuk menerima manfaat pelayanan antenatal wanita hamil
dapat memanfaatkan kunjungan kehamilan/ kunjungan antenatal.8
Setiap wanita hamil sedikitnya dapt melakukan kunjungan
kehamilan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).
2. Satu Kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28
minggu).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan sesudah
minggu ke 36). Bila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya, atau
jika merasa khawatir sewaktu-waktu dapat melakukan kunjungan.6

A. Kunjungan Trimester 1

Kunjungan Trimester 1 pada kehamilan dilakukan sebelum minggu


ke-14. Kegiatan yang dapat dilakukan:
1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil.
2. Mendeteksi masalah dan mengatasinya.
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan.
4. Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan.
5. Mengajari dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup sehat
bagi wanita hamil, nutrisi dan mengantisipasi tanda-tanda bahaya
kehamilan).

7
6. Menimbang BB, mengukur TB, serta memberi imunisasi Tetanus
Toksoid dan tablet besi.
7. Mulai mendiskusikan mengenai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi kegawat daruratan.
8. Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
9. Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan.6
B. Kunjungan Trimester 2

Kunjungan Trimester 2 pada kehamilan dilakukan sebelum


minggu ke-28. Kegiatan yang dapat dilakukan: Sama seperti
kunjungan trimester 1, ditambah menentukan tinggi fundus,
kewaspadaan khusus mengenai pre-eklamsi (tanya ibu tentang gejala-
gejala pre- eklamsi, pantau tekanan darah, evaluasi edema dan periksa
urine untuk mengetahui proteinuria).6

C. Kunjungan Trimester 3

Kunjungan Trimester 3 pada kehamilan dilakukan 2 kali yaitu:


1. Antara minggu 28-36. Kegiatan yang dapat dilakukan: Sama
seperti pada hamil minggu 14-28, ditambah palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
2. Setelah 36 minggu. Kegiatan yang dapat dilakukan: Sama seperti
setelah 36 minggu, ditambah deteksi letak janin dan kondisi lain
serta kontraindikasi untuk bersalin diluar RS.6

2.3 Antenatal Care (K4)


2.3.1 Cakupan Antenatal Care K4
K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan
terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali dilakukan sebagai
berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga 12 minggu) dan
trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali kontak pada trimester ke-
3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai dengan minggu ke 36.
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada

8
keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini termasuk
dalam K4.2

2.3.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Pemeriksaan


Kehamilan K4
A. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan
(praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan
meningkatkan kesehatannya.15
Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan seseorang tentang
kehamilan dengan resiko. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin baik penerimaan informasi tentang kehamilan dengan resiko
sehingga akan semakin mendukung upaya pengendalian kehamilan
dengan resiko pada suatu daerah.1
Pendidikan formal menghasilkan perilaku yang diadopsi oleh
individu, namun pada sebagian orang tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi pola sikap, hal tersebut lebih besar berasal dari
lingkungan yang diterima oleh setiap individu.Tingkat pendidikan
dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam
menerapkan perilaku hidup sehat.21
Hal ini sejalan dengan penelitian Nuraeni (2016) yang
mengemukanan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi dan pengetahuan yang baik cenderung untuk lebih
memeriksakan kehamilannya dari pada ibu yang pendidikan rendah
dan berpengetahuan yang kurang. 17, 25

B. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan
suatu tindakan, jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik
terhadap kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya
menjaga kesehatan dan memotivasi diri untuk diaplikasikan dalam
kehidupannya. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam

9
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap
hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta
yang mendukung tindakan seseorang.15
Pemahaman ibu hamil yang baik tentang kehamilan akan
mendukung Ibu hamil memiliki sebuah motivasi untuk melakukan
sesuatu yang bersifat positif dan bermanfaat sehingga menimbulkan
perilaku untuk mengikuti kelas ibu hamil. Suatu perilaku
membutuhkan adanya motivasi yang cukup pada seseorang untuk
melaksanakan suatu tindakan dengan berhasil, tanpa motivasi orang
tidak akan dapat berbuat apa-apa karena motivasi menyebabkan
seseorang bersungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan, motivasi
timbul oleh adanya pengetahuan, keyakinan (kepercayaan), sarana
yang ada dan kebutuhan yang dirasakan.9
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya dan
keluarganya.Faktor yang mempengahi tingkat pengetahuan terkait
kehamilan dengan resiko adalah perbedaan latar belakang masyarakat
pada suatu daerah. Latar belakang tersebut meliputi usia, pendidikan,
jenis pekerjaan, sosial ekonomi dan sumber didapatnya informasi. Hal
ini sesuai dengan teori Notoatmodjo.1

C. Dukungan Keluarga
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga keluarga
adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah; orang seisi
rumah yang menjadi tanggungan; sanak saudara; kaum kerabat; satuan
kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.Dukungan
keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu (Effendy, 1998). WHO mendefinisikan pengertian
Determinan Sosial Kesehatan sebagai berikut.11
Keluarga merupakan salah satu determinan sosial kesehatan
dimana keluarga adalah lingkungan hidup seseorang yang sangat
berpengaruh dalam membentuk perilaku seseorang.Kehamilan sering

10
membuat seorang wanita tertekan karena dia harus mengubah gaya
hidupnya dan sering harus memikirkan seribu macam hal dalam waktu
yang bersamaan. Banyak hal bisa membuatnya frustasi dan puncak
dari semua itu adalah dia harus mengalami ketidaknyamanan baik
secara fisik maupun emosional berkaitan dengan perubahan tubuhnya
dan juga emosinya yang sering naik-turun. Pada masa tersebut,
keluarga yang merupakan komponen terdekat bagi ibu hamil sangat
dibutuhkan dalam mendukung masa sulit sang ibu.5,11
Bagi para calon ayah, mereka tidak boleh menganggap enteng
tahapan-tahapan kehamilan sang istri. Berikut beberapa hal yang bisa
dilakukan suami seperti memberikan perhatian, mendampingi istri
memeriksakan kehamilan, membawakan tas atau barang belanjaannya,
menjaga kesehatan bersama, menjadi teman yang aktif, membuat
keputusan bersama dalam menyambut kelahiran sang bayi(Ana, 2010).
Dukungan keluarga juga merupakan faktor yang sangat menentukan
status kesehatan ibu.Keluarga merupakan orang-orang terdekat ibu
yang seharusnya memberikan motivasi lebih kepada ibu serta
mendukung baik secara moril maupun materil.Jika seluruh keluarga
mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan
dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih
percaya diri, lebih bahagia, siap menjalani masa kehamilan, persalinan
dan masa meyusui.
Menurut penelitian Fitrayeni (2015), Ibu hamil yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga 2,54 kali berisiko melakukan
kunjungan ANC tidak lengkap dibanding ibu yang mendapat
dukungan keluarga.Berdasarkan penelitian Laminullah, dkk (2015)
menyimpulkan bahwa di antara variable-variabel lainnya dukungan
keluarga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap
kunjungan antenatal care (ANC).
Leifer (2008) dalam bukunya “Maternity Nursing : An
Introductory Text”, mengklasifikasikan tipe keluarga menjadi 8
(delapan) macam, diantaranya yaitu :

11
a. Keluarga Inti (Nuclear Family) : Keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak-anak kandung yang hidup bersama.
b. Keluarga Campuran (Blended or Reconstituted Family) : Keluarga
yang terdiri dari kombinasi dua keluarga dengan anak-anak dari
salah satu keluarga maupun dari kedua keluarga tersebut.
c. Keluarga Hidup Bersama (Cohobitating family) : Keluarga yang
terdiri dari pasangan yang hidup bersama tanpa adanya jalinan
penikahan yang memiliki anak kandung dari kedua pasangan
tersebut, atau anak dari salah satu pasangan, atau anak hasil adopsi.
d. Keluarga Komunal (Communal Family) : Keluarga yang terdiri dari
beberapa keluarga yang hidup bersama yang berbagi tanggung
jawab kerja maupun pengasuhan anak.
e. Keluarga Tambahan (Extended Family) : Keluarga yang terdapat
lebih dari satu generasi, yang meluas hingga termasuk saudara-
saudara di luar keluarga inti (seperti kakek-nenek, bibi, paman, dan
keluarganya)
f. Keluarga Gay atau Lesbian (Same-sex Family) : Keluarga yang
terdiri dari pasangan sesama jenis, gay maupun lesbian dengan atau
tanpa anak; anak hasil adopsi, dari hubungan sebelumnya.
g. Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family) : Keluarga
yang terdiri dari individu yang tidak dalam status hubungan
pernikahan, perceraian, duda atau janda, yang memiliki setidaknya
satu anak.
h. Keluarga Orang Tua Tiri (Stepparent Family) : Keluarga yang
terdiri dari seseorang yang pernah menikah yang memiliki minimal
satu anak.12

Gallo dan Reichel (1998) dalam Mutiara (2014) membagi jenis-


jenis dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis :
a. Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan
dalam bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari

12
yang mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan
memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau
ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan
fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan
yang aman, dan lain-lain.
b. Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukkan dengan memberikan
perhatian dan kasih saying pada anggota keluarga, memberikan
rasa aman, membantu menyadari, dan memahami tentang
identitas.Selain itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi,
meluangkan waktu bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi
yang baik dengan intonasi atau nada bicara jelas, dan
sebagainya.Keluarga memiliki fungsi proteksi yang melingkupi
selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal, juga
memberikan dukungan dan menjadi tempat yang „aman‟ dari dunia
luar.
c. Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan
individu untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian,
perkumpulan arisan, memberikan kesempatan untuk memilih
fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga
interaksi dengan orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang
berlaku.14

D. Dukungan Petugas Kesehatan


Menurut teori Green (2005), petugas kesehatan
bertanggungjawab terhadap kesehatan ibu hamil. Dukungan petugas
kesehatan berupa tanya jawab tentang apa yang dirasakan ibu hamil,
kapan harus meminum obat dan vitamin, kapan harus melakukan
kunjungan antenatal care (ANC), dan memberikan penyuluhan pada
ibu hamil serta keluarga tentang pentingnya kunjungan antenatal care
(ANC). Petugas yang mendukung akan memperkuat terbentuknya

13
kunjungan antenatal care (ANC) yang berkesinambungan. Pemberian
petunjuk bagaimana mengurangi rasa takut menghadapi kehamilan
dan persalinan, membuat ibu hamil percaya terhadap petugas
kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan kehamilan dan
memberikan pertolongan saat terjadi masalah.
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
memengaruhi frekuensi kunjungan ANC ibu hamil.Semakin baik
sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula seorang ibu hamil
mengunjungi fasilitas kesehatan untu memeriksakan kehamilannya.
Belum meratanya petugas kesehatan yang ada di daerah terpencil juga
dapat menurunkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.20

E. Standar Pelayanan Antenatal Care


Depkes RI (2010), menyatakan bahwa dalam penerapan praktis
asuhan kebidanan pada ibu menggunakan standar minimal pelayanan
antenatal “10T”,
yang terdiri :
a. Timbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
b. Ukur Tekanan Darah
c. Ukur Tinggi Fundus Uteri
d. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Lengkap
e. Pemberian Tablet Besi minimal 90 tablet selama kehamilan
f. Tes Laboratorium
g. Temu wicara (konseling dan pemecahan masalah)
h. Tentukan persentasi janin dan hitung DJJ
i. Tetapkan status gizi
j. Tatalaksana kasus.

Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus


sesuai standar pada tahun 2014 yaitu menjadi “14 T”, meliputi :
a. Timbang berat badan (T1).

14
Berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Berat badan
yang bertambah terlalu besar atau kurang perlu mendapatkan
perhatian khusus karena memungkinkan terjadinya penyulit
kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari 0,5
kg/minggu, jika ditemukan hal demikian segera rujuk.
b. Ukur tekanan darah (T2).
Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila
melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
c. Ukur tinggi fundus uteri (T3)
d. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat)
untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali tablet selama 90 hari.
Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama
kehamilan yaitu100 mg.
e. Pemberian imunisasi TT (T5)
f. Pemeriksaan Hb (T6)
g. Pemeriksaan Veneral Diseases Reserch Laboratory (VDRL)(T7)
Merupakan screening untuk sifilis, penyakit kelamin yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Janin yang terinfeksi dapat
mengalami gejalanya saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir.
h. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara
(T8)
i. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)
j. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
k. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
l. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
m. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok
(T13)
n. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria
(T14).18

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


1. Lokasi Penelitian

16
Lokasi penelitian ini dilakukan di ruangan KIA Puskesmas Waisai
Kabupaten Raja Ampat

2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian dilakukan hari Selasa tanggal 1 Juni sampai dengan
hari Sabtu tanggal 12 Juni 2021.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik untuk


mengetahui faktor penyebab ketidaksesuaian kunjungan ANC (K1 dan
K4) pada ibu hamil di Puskesmas Waisai pada bulan Juni tahun 2021.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Semua Ibu hamil yang berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Waisai.
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability
sampling jenis consecutive sampling. Semua subjek yang datang secara
berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan sebagai sampel
penelitian sampai subjek yang diperlukan terpenuhi
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC
2) Ibu yang bersedia menjadi responden
3) Ibu yang hadir saat dilakukan penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1) Ibu yang tidak bersedia mengisi kuisioner
2) Ibu yang tidak kooperatif dalam proses pengambilan data
3.4 Teknik Pengumpulan dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan kuisioner tingkat pengetahuan ibu
mengenai kunjungan ANC.
2. Instrumen Penelitian

17
Instrumen penelitian berupa kuisioner tingkat pengetahuan ibu
mengenai kunjungan ANC.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data


Semua data dikumpulkan, dicatat, dan dikelompokkan lalu
dimasukkan ke komputer dan selanjutnya diolah dengan
menggunakan program Excel
3.7.2 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Data yang diperolah dari hasil pengumpulan data disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen disajikan dalam bentuk tabel, lalu dianalisis
dengan uji statistik Chi-square. Pengambilan keputusan statistik
dilakukan dengan membandingkan nilai P value dengan nilai α
0,05. Bila nilai P value < nilai α 0,05 maka terdapat hubungan
bermakna (signifikan) antara variabel independen dan dependen,
sedangkan bila nilai P value > nilai α 0,05 maka tidak terdapat
hubungan bermakna (signifikan) antara variabel independen dan
variabel dependen.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

18
Penelitian ini dilakukan di Poli KIA Puskesmas Waisai pada tanggal
1 Juni sampai dengan 12 Juni 2021 pukul 09:00 WIT – Selesai. Sampel
penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling 30
sampel.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka pada
Bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik responden, deskripsi data,
dan pembahasan dari hasil penelitian . Data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data dari hasil kuisioner tingkat pengetahuan ibu
mengenai kunjungan ANC yang diisi oleh responden yang telah memenuhi
kriteria inklusi sebanyak 30 peserta penelitian.
Hasil dari penelitian ini peroleh dari data pengisian kuisioner tingkat
pengetahuan ibu hamil mengenai kunjungan ANC oleh masing-masing
responden yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan kehamilan dan
disajikan dalam betuk tabel.

4.1.1 Deskripsi Karakteristik Sampel


Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Tingkat Pendidikan
SD/SMP 8 26.66667
SMA/PERG. TINGGI 22 73.33333
Total 30 100
Tingkat Pengetahuan
Tahu tentang ANC 7 23.33333
Tidak tahu tentang ANC 23 76.66667
100
Total 30
Dukungan Keluarga
Adanya dukungan 30 100
Tidak adanya dukungan 0 0
Total 30 100
Fasilitas Kesehatan
Memadai 19 63.33333
Tidak memadai 11 36.66667

19
Total 30 100
Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Responden

Dari tabel tersebut diketahui bahwa jumlah responden pada penelitian ini
sebanyak 30 orang. Kebanyakan responden pendidikan terakhirnya
SMA/setara sebanyak 15 orang (23.33333%). Kebanyakan responden tidak
memiliki pengetahuan tentang ANC pertama kali saat usia kehamilan <20
minggu yaitu sebanyak 23 Orang (76.66667 %). Semua responden mendapat
dukungan penuh dari keluarga untuk melakukan kunjungan pemeriksaan
kehamilan (100%). Kebanyakan responden menganggap fasilitas kesehatan di
puskesmas waisai sudah cukup memadai sehingga ingin melanjutkan
kunjungan berikutnya hingga persalinan di Puskesmas Waisai sebanyak 19
orang (63.33333%) Sedangkan responden yang memilih tidak melakukan
kunjungan (K4) dan persalinan di Puskesmas Waisai karena tidak mau
mengambil resiko dengan fasilitas yang ada sehingga ingin melakukan
persalinan di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sebanyak 11 orang
(36.66667%).

4.1.2 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kunjungan

Tingkat K1 Usia Kehamilan <20 minggu


P
Ya Tidak
Pendidikan N % n %
SMA/PERG. TINGGI 17 73.91304 2 28.57143
0.0292
SD/SMP 6 26.08696 5 71.42857
Total 23 100 7 100
Tabel 2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kunjungan

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat


23 ibu hamil yang melakukan K1 saat usia kehamilan <20 minggu dan 7 ibu
hamil yang tidak melakukan K1 saat usia kehamilan <20 minggu. Dari 23 ibu
hamil yang melakukan K1 saat usia kehamilan <20 minggu, hanya terdapat 6
ibu hamil dengan tingkat pendidikan SD/SMP, sedangkan 17 ibu hamil
lainnya dengan tingkat pendidikan SMA/Perguruan Tinggi. Setelah dilakukan
uji hipotesis dengan metode Chi Square dengan derajat tingkat kemaknaan

20
0,05 (α=5%), diperoleh nilai p sebesar 0.0292 (p<0,05). Dengan demikian
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu hamil
dengan kunjungan K1 pada usia kehamilan <20 minggu di Puskesmas Waisai
Kabupaten Raja Ampat.

4.1.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kunjungan

Tingkat K1 Usia Kehamilan <20 minggu


P
Ya Tidak
Pengetahuan N % n %
Tahu 22 91.66667 1 16.66667
0.000102
Tidak Tahu 2 8.333333 5 83.33333
Total 24 100 6 100
Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kunjungan

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat


24 ibu hamil yang melakukan K1 saat usia kehamilan <20 minggu dan 6 ibu
hamil yang tidak melakukan K1 saat usia kehamilan <20 minggu. Dari 24 ibu
hamil yang melakukan K1 saat usia kehamilan <20 minggu, hanya terdapat 2
ibu hamil yang tidak tahu bahwa kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan
baiknya dilakukan saat usia kehamilan <20 minggu, sedangkan 22 ibu hamil
lainnya tahu bahwa kunjungan pertama pemeriksaan kehamilan baiknya
dilakukan saat usia kehamilan <20 minggu. Setelah dilakukan uji hipotesis
dengan metode Chi Square dengan derajat tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%),
diperoleh nilai p sebesar 0.000102 (p<0,05). Dengan demikian terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan
kunjungan K1 pada usia kehamilan <20 minggu di Puskesmas Waisai
Kabupaten Raja Ampat.

4.1.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan

Dukungan Kunjungan ANC (K4)


P
Ya Tidak
Keluarga N % n %
Ada 25 96.15385 2 50
0.00417
Tidak Ada 1 3.846154 2 50
Total 26 100 4 100
Tabel 4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan

21
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat
26 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC (K4) dan 4 ibu hamil yang
tidak melakukan kunjungan ANC (K4). Dari 26 ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC (K4), hanya terdapat 1 ibu hamil yang tidak mendapat
dukungan dari keluarga, sedangkan 25 ibu hamil lainnya mendapat dukungan
dari keluarga. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi Square
dengan derajat tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%), diperoleh nilai p sebesar
0.00417 (p<0,05). Dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna
antara dukungan keluarga ibu hamil dengan kunjungan ANC (K4) di
Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat.

4.1.5 Hubungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Kunjungan

Fasilitas Kunjungan ANC (K4)


P
Ya Tidak
Kesehatan N % n %
Memadai 16 94.11765 8 61.53846
0.02706
Tidak Memadai 1 5.882353 5 38.46154
Total 17 100 13 0
Tabel 5. Hubungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Kunjungan

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat


17 ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC (K4) dan 13 ibu hamil yang
tidak melakukan kunjungan ANC (K4). Dari 17 ibu hamil yang melakukan
kunjungan ANC (K4), hanya terdapat 1 ibu hamil yang merasa bahwa
fasilitas pelayanan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Waisai tidak
memadai, sedangkan 16 ibu hamil lainnya merasa bahwa fasilitas pelayanan
pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Waisai sudah cukup memadai. Setelah
dilakukan uji hipotesis dengan metode Chi Square dengan derajat tingkat
kemaknaan 0,05 (α=5%), diperoleh nilai p sebesar 0.02706 (p<0,05). Dengan
demikian terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas pelayanan
kesehatan dengan kunjungan ANC (K4) di Puskesmas Waisai Kabupaten
Raja Ampat.

22
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini terdapat 30 orang ibu hamil yang menjadi responden
untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam
ketidaksesuaian antara kunjungan K1 dan K4 di Puskesmas Waisai
Kabupaten Raja Ampat. Terdapat empat hipotesis yang dianggap sebagai
faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian tersebut, yaitu tingkat pendidikan ibu
hamil, tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai ANC, dukungan dari pihak
keluarga ibu hamil dan juga fasilitas pelayanan kesehatan .
Dari tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan uji
hipotesis dengan metode Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0.0292
(p<0,05). Dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan ibu hamil dengan kunjungan K1 pada usia kehamilan <20 minggu
di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat. Hal ini sesuai dengan hipotesis
awal bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sangat berhubungan dengan
kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama seorang ibu hamil di usia
kehamilan <20 minggu, menurut Astuti, dkk (2017), semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin baik penerimaan informasi tentang kehamilan
dengan resiko sehingga akan semakin mendukung upaya pengendalian
kehamilan dengan resiko pada suatu daerah. Tingkat pendidikan juga dapat
mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan
perilaku hidup sehat. 1
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Nuraeni (2016) yang
mengemukanan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
dan pengetahuan yang baik cenderung untuk lebih memeriksakan
kehamilannya dari pada ibu yang pendidikan rendah dan berpengetahuan
yang kurang.
Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan uji
hipotesis dengan metode Chi Square, diperoleh nilai p sebesar 0.000102
(p<0,05). Dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan K1 pada usia kehamilan <20
minggu di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat. Hal ini sesuai dengan
hipotesis awal bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai ANC sangat

23
berhubungan dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama seorang ibu
hamil di usia kehamilan <20 minggu. Menurut Notoatmodjo (2010),
Pengetahuan merupakan indikator seseorang dalam melakukan suatu
tindakan, jika seseorang didasari dengan pengetahuan yang baik terhadap
kesehatan maka orang tersebut akan memahami pentingnya menjaga
kesehatan dan memotivasi diri untuk diaplikasikan dalam kehidupannya.15
Dari tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan uji hipotesis
dengan metode Chi Square, diperoleh nilai p sebesar 0.00417 (p<0,05).
Dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
keluarga ibu hamil dengan kunjungan ANC (K4) di Puskesmas Waisai
Kabupaten Raja Ampat. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa
dukungan dari pihak keluarga akan sangat mempengaruhi kunjungan
pemeriksaan seorang ibu hamil dari K1 hingga persalinan, menurut Effendy
(1998), dukungan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu, sedangkan menurut WHO Keluarga merupakan salah satu
determinan sosial kesehatan dimana keluarga adalah lingkungan hidup
seseorang yang sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku seseorang.
Kehamilan sering membuat seorang wanita tertekan karena dia harus
mengubah gaya hidupnya dan sering harus memikirkan seribu macam hal
dalam waktu yang bersamaan. Banyak hal bisa membuatnya frustasi dan
puncak dari semua itu adalah dia harus mengalami ketidaknyamanan baik
secara fisik maupun emosional berkaitan dengan perubahan tubuhnya dan
juga emosinya yang sering naik-turun. Pada masa tersebut, keluarga yang
merupakan komponen terdekat bagi ibu hamil sangat dibutuhkan dalam
mendukung masa sulit sang ibu.5,11
Terakhir, dari tabel 5 di atas, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan uji
hipotesis dengan metode Chi Square, diperoleh nilai p sebesar 0.02706
(p<0,05). Dengan demikian terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas
pelayanan kesehatan dengan kunjungan ANC (K4) di Puskesmas Waisai
Kabupaten Raja Ampat. Hal ini pun sesuai dengan hipotesis awal yaitu
fasilitas pelayanan kesehatan pun turut menjadi faktor yang akan sangat

24
memengaruhi kunjungan pemeriksaan seorang ibu hamil dari K1 hingga
persalinan. Menurut teori Green (2005), petugas kesehatan bertanggungjawab
terhadap kesehatan ibu hamil. Dukungan petugas kesehatan berupa tanya
jawab tentang apa yang dirasakan ibu hamil, kapan harus meminum obat dan
vitamin, kapan harus melakukan kunjungan antenatal care (ANC), dan
memberikan penyuluhan pada ibu hamil serta keluarga tentang pentingnya
kunjungan antenatal care (ANC). Sikap petugas dan fasilitas kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan memengaruhi frekuensi kunjungan ANC ibu
hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan maka semakin sering pula
seorang ibu hamil mengunjungi fasilitas kesehatan untu memeriksakan
kehamilannya.20

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu hamil


dengan kunjungan K1 pada usia kehamilan <20 minggu di
Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat (p<0,05).
2. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu hamil
dengan kunjungan K1 pada usia kehamilan <20 minggu di
Puskesmas Waisai Kabupaten Raja Ampat (p<0,05).
3. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga ibu hamil

25
dengan kunjungan ANC (K4) di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja
Ampat (p<0,05).
4. Ada hubungan yang bermakna antara fasilitas pelayanan kesehatan
dengan kunjungan ANC (K4) di Puskesmas Waisai Kabupaten Raja
Ampat (p<0,05).

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pembuatan leaflet dan sosialisasi mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan antenatal care dari K1 hingga K4 dan bahkan
hingga persalinan di fasilitas kesehatan yang sama, agar dapat menambah
wawasan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Waisai Kab. Raja
Ampat.
2. Perlu dipersipkan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai misalnya
pelayanan bersalin 24 jam di gedung puskesmas dan rawat inap bagi
pasien bersalin agar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Waisai bisa
lebih percaya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan hingga K4 bahkan
proses persalinan.

Daftar Pustaka

1. Astuti, D. P. T., & Sari, K., K. A. (2017). Tingkat Pengetahuan dan

Perilaku Antenatal Care Ibu Hamil terhadap Kehamilan dengan Risiko di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas I Negara Kabupaten Jembrana Tahun

2016. JurnalFakultas Kedokteran Universitas Udayana, 6(6) : 1–9.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) tentang pembagian

umur ibu hamil berdasarkan kategori berisiko dan tidak berisiko.

3. Depkes Ri, 2010 13 Juli. Cakupan Pelayanan Kesehatan Antenatal dan

Imunisasi Tetanus Tokxoid Kepada Ibu.

http://www.depkes.go.id/downloadsonline.

26
4. Dhevy, F. N., &Aufarul, M. (2017). Implementasi Program Kesehatan

Ibu dan Anak Bidang Pelayanan Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas

Bandarharjo Kota Semarang.Departemen Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, 6(4) : 1-18

5. Effendy, D. N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat

(Kedua).Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

6. Fais, M. Satrianegara, Sitti Saleha, 2009, Buku Ajar Organisasi dan

Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan, Salemba medika,

Jakarta

7. Fitrayeni, dkk. (2015). Penyebab Rendahnya Kelengkapan Kunjungan

Antenatal Care Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pegambiran.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, 10(1) : 101-10

8. Hani U., Jiarti Kusbandiyah, Marjianti, Rita Yulifah, 2010, Kehamilan

Fisiologis, Salemba medika, Jakarta

9. Keintjem, F., & Losu, F. (2015). Faktor–Faktor Yang Berhubungan

Dengan Motivasi Ibu Hamil Melakukan Kunjungan Antenatal Care Di

Puskesmas Kauditan Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa

Utara.Jurnal Ilmiah Bidan, Politeknik Kesehatan Kemenskes Manado,

2(2), 34–40

10. Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Umum Program Indonesia

Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Kementerian Kesehatan RI.

Retrieved from

http://www.depkes.go.id/article/view/17070700004/program-indonesia-

sehat-dengan-pendekatan-keluarga.html

27
11. Laksono, A. D., & Rachmawati, T. (2013). Tantangan Determinan

Sosial Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.Yogyakarta : Penerbit

Kanisius

12. Leifer. (2008). Maternity Nursing : An Introductory Text 11 Edition.

United

13. Mardiatun, D., dkk. (2015). The Relationship of antenatal Care History

and Level of Iron Consumption with Incidence of Malnutrition at

Pregnant Women in West Nusa Tenggara and Jojakarta (Advances Data

Analysis Health Research 2013). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –

Malnutrition, 18(3), 221–228

14. Mutiara. S., D. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap

Frekuensi Kunjungan Antenatal Care pada Komunitas Ibu Slum Area

Kelurahan Selapajang Jaya Kota Tangerang. Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineke

Cipta.

16. Nita, V. (2017). Factors Associated With Frequency of Visits Antenatal

Care (ANC) in Yogyakarta Province Mergansan Public Health Centre in

2014.Jurnal Medika Respati Universitas Respati Yogyakarta,12(1) : 67-

103.

17. Nuraeni. T. (2016). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan

Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus,

Jakarta Timur. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra

28
18. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu .(2010) Direktorat Jendral Bina

Gizi dan KIA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

19. Pedoman Pelayanan Antenatal. 2007 Direktorat Jendral Bina Gizi dan

KIA Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

20. Rachmawati, A. I., Puspitasari, R. D., & Cania, E. (2017). Faktor Faktor

Yang Memengaruhi Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ibu Hamil.

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung,7(1) : 72-76

21. Riauwi, H., M., dkk. (2013). Efektivitas Pendidikan Kesehatan dengan

Penerapan The Health Belief Model Terhadap Pengetahuan Keluarga

Tentang Diare.Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1(2), 1–9

22. Saifuddin, A. B. (2014). Buku Acuan Nasional. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohaardjo

23. Setiawati, D. (2013).Kehamilan dan Pemeriksaan

Kehamilan. Makassar:Alauddin University Press

24. Sylvianingsih. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan

Pemeriksaan Kehamilan (K4) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Kuala Behe Kalimantan Barat. Fakultas

KedokteranUniversitas Udayana

25. Yulyani, L. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kunjungan K4 Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Danurejan I Kota

Yogyakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta

29
Lampiran
Kuisioner Mini Project Dokter Internship

Tanggal/Bulan/Tahun:
1. Nama :
2. Usia Ibu :
3. Usia Kehamilan :
4. Kehamilan ke- :
5. Alamat Lengkap :

RT/RW: Kelurahan:

6. Jarak Rumah ke puskesmas :


7. Pendidikan Terakhir :
NO Pertanyaan Ya Tidak Alasan
1 Apakah anda mengetahui tentang kunjungan
pemeriksaan pertama kali usia kehamilan <20
minggu?
2 Apakah anda melakukan kunjungan
pemeriksaan pertama kali pada usia kehamilan
<20 minggu di Puskesmas Waisai? Jika tidak,
berikan alasannya.

30
3 Apakah keluarga memberikan saran/nasehat
kepada anda selama masa kehamilan?
4 Apakah keluarga memberikan kebebasan dalam
memilih fasilitas pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilan dan melahirkan? Jika
tidak, berikan alasannya.
5 Apakah petugas kesehatan (bidan) memberikan
informasi tentang kesehatan ibu hamil?
6 Apakah petugas kesehatan (Bidan)
menerangkan tentang pentingnya pemeriksaan
kehamilan hingga Kunjungan ke 4?
7 Apakah petugas kesehatan mengingatkan anda
jadwal pemeriksaan kehamilan selanjutnya?
8 Apakah anda akan melakukan kunjungan
pemeriksaan kehamilan berikutnya di
Puskesmas Waisai? Jika tidak, berikan
alasannya.
9 Apakah fasilitas pelayanan pemeriksaan
kehamilan di puskesmas Waisai memadai? Jika
tidak berikan alasannya.
10 Apakah anda berencana melahirkan di
puskesmas Waisai? Jika tidak, berikan
alasannya.

31

Anda mungkin juga menyukai