Tanggal Presentasi: 23 Januari 2018 Nama Pendamping: dr. I Gusti Ngurah Gede Putra, S.Ked
Obyektif Presentasi:
Deskripsi: Laki-laki, 6 thn, dengan keluhan nyeri menelan berulang disertai batuk, pilek, serta demam, dengan diagnosa Tonsilitis Kronis
1
Tujuan: menegakkan diagnosis serta memahami penatalaksanaan komprehensif pada pasien tonsillitis kronis
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Pasien IGAKD, laki-laki, 6 tahun, Bali-Indonesia, diantar oleh ayahnya datang ke Balai Pengobatan UPT Kesmas Payangan I dengan
dikeluhkan nyeri menelan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini dirasakan hilang timbul. Nyeri terutama dirasakan saat menelan makanan pedas
atau berbumbu serta minuman manis dan dingin. Nyeri juga disertai perasaan tidak enak di tenggorokan, seperti ada yang mengganjal. Pasien
juga mengeluh batuk serta pilek yang disertai dengan demam sejak 3 hari yang lalu
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan saat ini
2
3. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Pasien sebelumnya sudah sering mengalami keluhan seperti ini, ± 5 kali selama 1 tahun belakangan ini. Keluhan membaik bila pasien berobat
ke dokter, namun ayah pasien biasanya menghentikan pemberian antibiotik jika keluhan sudah berkurang
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3
6. Pemeriksaan Fisik :
Status Present :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Berat Badan : 20 kg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Temperature Axila : 37,6 0 C
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Pucat -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
THT : Telinga : hiperemis (-), sekret (-), nyeri (-), MAE lapang
Hidung : sekret (-), hiperemis (+)
Tenggorokan : tonsil T4/T3 hiperemis, kripte melebar
Leher : Benjolan (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Thoraks : Cor : S1 S2 normal regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Distensi (-), Bising usus (+) normal, Hepar/Lien tidak teraba,
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
4
Daftar Pustaka:
1. Arsyad SE, Nurbaiti I, Jenny B, Dwi RR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala & Leher Edisi Ketujuh. Jakarta:
FKUI; 2012.
2. Fakh IM, Novialdi, Elmatris. Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(2)
3. Novialdi N, Pulungan RM. Mikrobiologi Tonsilitis Kronik. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2011; 1-10.
4. Srikandi PR, Sutanegara SW, Sucipta. Profil Pembesaran Tonsil pada Pasien Tonsilitis Kronis yang Menjalani Tonsilektomi Di Rsup Sanglah
pada Tahun 2013
5. Stelter K. Tonsillitis and sore throat in children: GMS Current Topics in Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 2014;13
6. Shah UK. Tonsilitis and Peritonsiller Abscess. Medscape. 2011. Available at: http//emedicine.medscape.com/article/871977-overview#a4.
7. DerSarkissan C. Tonsillitis: Symptoms, Causes, and Treatments. WebMD. 2016. Available at:
http:/www.webmd.com/oralhealth/guide/tonsillitis-symptoms-causes-and-treatments.
Hasil Pembelajaran:
5
2. Penatalaksanaan Tonsilitis Kronis
Objektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu aksila 37,6 C, pada pemeriksaan tenggorok ditemukan pembesaran tonsil T4/T3 hiperemis tanpa detritus,
kripta melebar
Assessment
6
Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis yang dijumpai dan pemeriksaan fisik diagnostik yang telah dilakukan. Pada kasus ini, dari anamesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan, diagnosa tonslitis kronis sudah dapat ditegakkan.
Plan
Diagnosis
Diagnosa tonslitis kronis sudah dapat ditegakkan melalui gejala klinis yang dijumpai dan pemeriksaan fisik diagnostik yang telah dilakukan.
Namun pemeriksaan penunjang berupa throat swab culture diperlukan untuk mendeteksi kuman penyebab sehingga pengobatan bias lebih efektif.
Terapi
Tonsilitis kronis umumnya disebabkan oleh bakteri patogen yang masih menetap pada tonsil sewaktu serangan pertama terjadi yang dapat
sewaktu-waktu kembali menyerang tonsil apabila daya tahan tubuh mengalami penurunan. Terapi medikamentosa untuk mengatasi infeksi yang
terjadi yaitu antibiotik Amoxicilin syrup 3 x cth II, serta terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik Paracetamol syrup 3 x cth II untuk
mengurangi keluhan demam serta nyeri tenggorok. Terapi operatif untuk saat ini belum memenuhi kriteria, namun dipertimbangkan bila terjadi
perburukan gejala seperti gangguan menelan maupun gangguan nafas
Pendidikan
Pendidikan pada kasus ini dilakukan pada keluarga pasien, mengingat umur pasien yang masih kecil. Pendidikan yang perlu ditekankan
pada keluarga pasien yaitu:
Penyakit ini dapat menular melalui udara, sehingga pasien perlu diajarkan etika batuk yang benar yaitu dengan menutup mulut dengan
masker, saputangan, atau lipatan siku pada saat batuk.
Mengajari pasien cara cuci tangan yang benar sebelum makan.
Menjaga higiene mulut dengan menggosok gigi 2 kali sehari
Sementara hindari makanan yang berminyak, manis, pedas, dan lainnya yang dapat mengiritasi tenggorokan, serta banyak minum air
hangat
Minum obat teratur terutama antibiotik harus diminum sampai habis.
7
Jika keluhan berulang kembali sarankan keluarga untuk mempertimbangkan konsultasi ke dokter spesialis THT mengenai terapi secara
operatif terutama jika nantinya terdapat gangguan menelan yang berat maupun gangguan nafas.
Konsultasi
Konsultasi untuk saat ini masih belum diperlukan.
Rujukan
Pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis THT mengenai terapi secara operatif jika keluhan berulang kembali jika sudahmendapat terapi yang
adekuat, terbentuk abses peritonsilar, serta gangguan menelan yang berat maupun gangguan nafas. Selain itu perlu juga diperhatikan bila terdapat
komplikasi sistemik akibat infeksi bakteri Streptococcus β hemoliticus grup A diantaranya: glomerulonephritis akut, demam rematik, dan
endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.
Kontrol
Pasien diminta untuk kontrol bila obat habis dan gejala masih dirasakan mengganggu.