Anda di halaman 1dari 36

Disusun oleh :

dr. Maria S. Tio


Borang Portofolio
Hemoroid Interna Pembimbing:
dr. Afvan Tri Kurniawan, Sp.B
Grade III-IV
Pendamping :
dr. Rizka Lina Manfaati
dr. Eko Yunita
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN ACHMAD BASOENI
JL.RAYA GEDEG NO.17
KABUPATEN MOJOKERTO
2019
Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 33 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Mojokerto
Tanggal MRS : 25 Juli 2019
No RM : 094XXX
Keluhan Utama :
Benjolan di anus
Riwayat Penyakit Sekarang : Anamnesa
6 tahun lalu → ditemukan darah merah segar ketika BAB, tetapi tidak terlalu
dihiraukan karena mengira darah berasal dari luka pada anus akibat sering BAB
keras dan tidak nyeri. Keluhan ini hilang timbul
6 bulan terakhir → keluar benjolan saat BAB, kadang benjolan masuk sendiri, tetapi
kadang harus dibantu dengan tangan, keluar darah lebih banyak dari sebelumnya
dan terasa agak nyeri saat mengejan. Darah berwarna merah segar, netes-netes,
dan tidak bercampur dengan feces. Terkadang benjolan tidak dapat masuk semua
meski sudah dibantu didorong dengan jari. Riwayat berat badan turun (-), riwayat
perubahan pola defekasi (-), nyeri perut (-), mencret (-), BAB lendir (-) BAB bulat-
bulat kecil seperti kotoran kambing (-).
Anamnesa
Riwayat Kesehatan / Penyakit Dahulu :
Hemoroid (-), Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Batuk lama (-)
Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ke fasilitas kesehatan primer dan dirujuk ke RS RA Basoeni.
Pasien berobat ke Poli Bedah RSUD RA Basoeni. Pasien diberikan antihemoroid
tablet 2x sehari dan antihemoroid suppositoria 1x sehari selama 2 minggu.
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien saat ini. Riwayat diabetes melitus maupun hipertensi disangkal.
Anamnesa
Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga
Kondisi lingkungan sosial dan fisik (Rumah, Lingkungan,
Pekerjaan)
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang kadang
menahan BAB jika sedang masak, tidak terlalu suka
makan sayur dan buah. BAB tidak rutin, bisa 2 atau 3 hari
sekali
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran Compos mentis/ GCS 456
Gizi : Cukup
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 112/70 mmHg
Nadi : 84x/menit, reguler, kuat
Suhu : 36.80C
Respirasi : 20x/menit
Kesan: Tampak sakit ringan
Pemeriksaan Fisik
STATUS GENERALIS
Kepala : normosefali, rambut tidak mudah dicabut, alopecia -.
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-,
Telinga : Normotia, secret -/-
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum (-), mukosa hiperemis (-)
Mulut : Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba, tidak ada pembesaran Tiroid
Dada :
Paru :
I: Pergerakan dinding dada simetris kanan=kiri, retraksi (-), tertinggal (-), spider nevi
(-)
P: Vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru
P: Sonor pada seluruh lapang paru.
A: Suara Nafas Vesikuler +/+, Rh-/-, Wh-/-
Pemeriksaan Fisik
Jantung:
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midklavikula kiri
P: Batas jantung kiri di ICS 5 linea midklavikula kiri, batas jantung kanan di ICS IV
linea parasternalis kanan.
A: Bunyi jantung S1 S2 tunggal, regular, gallop (-), murmur (-).
Abdomen:
I: Abdomen datar, caput medusa (-)
A: Bising usus (+)
P: timpani di seluruh lapang abdomen
P: Dinding abdomen supel, nyeri tekan (-), tidak teraba massa
Ekstremitas : CRT <2", Tidak ada edema, akral hangat (+)
Pemeriksaan Fisik
Status lokalis Regio Anorektal:

Inspeksi: terlihat benjolan, darah (-), ulkus (-), hiperemis (-)

Palpasi: teraba konsistensi lunak, permukaan licin, nyeri (+) saat

dicoba dimasukkan, hanya sebagian bejolan yang dapat masuk

RT tidak dilakukan karena pasien menolak


L Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

a Darah lengkap

b Leukosit 7.2 10 3/µL 4.8-10.8

o Hemoglobin 12,1 g/dL 12.0 – 16.0

r Hematokrit 39.8 % 37.0 – 47.0


Trombosit 277 10 3/µL 150 - 450
a
Fungsi Hati
t
SGOT 13 U/l 21
o SGPT 10 U/l 22
r Fungsi Ginjal
i BUN 18 mg/dl 10-50
u Creatinin Serum 0.5 mg/dl 0.5-1.2
m GDA 88 mg/dl < 140
Diagnosis
Hemoroid Interna Grade III-IV

Diagnosis Banding
Ca colorectal
Fissura Ani
Polip Rectum
Prolaps Recti
Terapi dan Monitoring
Non-medikamentosa :
– Banyak makan makanan berserat
– Banyak minum air putih
Medikamentosa:
– Hemoroidektomi
– IVFD RL 20 tpm
– Inj. Ceftriaxon 2x1 gr IV
– Inj. Antrain 3 x 1 amp IV
– Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Follow Up
TGL S O A P
25/07/2019 Benjolan di TD : 112/70 Hemoroid IVFD RL 20 tpm
dubur (+) mmHg Interna Grade Persiapan operasi:
N : 84x/menit III-IV Puasa 6 jam sebelum operasi
RR : 20x/menit Clenasing enema jam 14.00,
Tax : 36,8 0C jam 19.00, besok jam 03.00
Benjolan di anus
(+), dapat masuk
sebagian
Follow Up
26/07/2019 Benjolan di TD : 122/83 Hemoroid IVFD RL 20 tpm
dubur (+) mmHg Interna Preoperasi:
N : 92x/menit Grade III-IV Inj. Ondansetron 8 mg IV
RR : 20x/menit Inj. Ranitidin 1 amp IV
Tax : 36.20C Inj. Ketocolac 30 mg IV
Benjolan di anus Sebelum ke OK
(+) Pro hemoroidektomi
Terapi Post Operasi:
Inj. Ceftriaxon 2x1 gr IV
Inj. Antrain 3x1 amp IV
Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Pasang Tampon
Follow Up
2707/2019 Nyeri luka TD : 109/70 Post op IVFD RL 20 tpm
operasi (+) mmHg Hemoroidekt Inj. Ceftriaxon 2x1 gr IV
N : 74x/menit omi Inj. Antrain 3x1 amp IV
RR : 20x/menit Inj. Ranitidin 2x1 amp IV
Tax : 36.80C

28/07/2019 Nyeri luka TD : 102/80 Post op Acc KRS


berkurang mmHg Hemoroidekt Aff tampon
N : 90x/menit omi Cefixime 2x100 mg
RR : 18x/menit Asam mefenamat 3x500 mg
Tax : 36. 60C
Follow Up
KIE:
- Memberitahu pasien bahwa penyakit wasir dapat kambuh kembali
jika pola hidup tidak berubah.
- Biasakan makan sayur dan buah yang cukup sehingga kebutuhan serat
tercukupi dan minum air yang cukup
- Memberitahu untuk tidak melakukan pola BAB yang salah seperti
menahan BAB, duduk lama di toilet sambil main gadget/membaca
- BAB dengan posisi jongkok
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Vena-vena ini berasal dari 2 pleksus yaitu pleksus hemoroidalis
superior (interna) yang terletak di submukosa atas anorectal junction,
dan pleksus hemoroidalis inferior (eksterna) yang terletak di bawah
anorectal junction dan di luar lapisan otot.
Definisi
Pelebaran dan inflamasi vena di daerah anus yang
berasal dari pleksus hemoroidalis
EPIDEMIOLOGI
Hemoroid → paling sering dijumpai
Indonesia: belum jelas angkanya karena banyak yang tidak berobat
karena merasa tidak terganggu
National Center of Health Statistics (US) tahun 2012 sekitar 12,8%
atau mencapai 23 juta orang dewasa.
Prevalensi pria = wanita dengan rata-rata usia antara 45-65 tahun
Etiologi

Penyebab utama dari hemoroid adalah keadaan peningkatan


tekanan pada daerah anorektal berulang atau lama, yang
menyebabkan peregangan vena lalu mengakibatkan bendungan.

Contoh : konstipasi lama, feses yang keras, kehamilan, tumor


pelvis, mengejan saat mengangkat beban berat, makanan rendah
serat, hipertensi vena porta pada sirosis, dll
Patofisiologi
– Mekanisme terjadinya hemoroid adalah meningkatnya tekanan anus
pada saat istirahat, yang menyebabkan berkurangnya pengembalian
vena, pembengkakan vena, dan kerusakan jaringan penunjang.
– Pembengkakan dari bantalan dubur menyebabkan dilatasi dan
pembengkakan dari pleksus arteriovenus. Hal ini menyebabkan
peregangan otot suspensorium dan akhirnya terjadi prolaps jaringan
rektum melalui lubang anus. Mukosa dubur yang membesar mudah
mengalami trauma, sehingga menyebabkan perdarahan rektum yang
biasanya merah. Prolaps mengarah ke kotoran dan keluarnya lendir,
merupakan predisposisi terhadap inkasarta dan strangulasi.
Faktor risiko
 Primer
• Keturunan: dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
• Anatomik dan fisiologi: Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot sehingga memudahkan timbulnya
timbunan darah
 Sekunder
 Pekerjaan: berdiri atau duduk lama, atau harus mengangkat barang berat
 Umur: degenerasi dari seluruh jaringan tubuh
 Mekanis. Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi
dalam rongga perut, misalnya penderita BPH, tumor abdomen, kehamilan, batuk
kronis
 Pola makan: Diet tinggi serat, seperti buah dan sayur, cukup minum air putih,
menurunkan angka kejadian hemoroid.
 Pola defekasi. Kebiasaan mengejan saat defekasi, kebiasaan defekasi dengan berlama –
lama sambil membaca, sering diare, sering konstipasi akan meningkatkan angka
kejadian hemoroid.
Klasifikasi
– Hemoroid interna

– Hemoroid eksterna
– Akut : hematom, thrombus, gatal, nyeri
– Kronik : skin tag
Manifestasi Klinis
Perdarahan
– Keluhan tersering, berupa darah segar yang tidak bercampur dengan feses
(menetes)
Benjolan ( prolaps )
Gejala iritasi (nyeri dan gatal)
– Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal dan ini disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
– Nyeri dan rasa tidak nyaman timbul bila ada komplikasi berupa prolaps,
thrombosis, atau akibat penyakit lain yang menyertai seperti fisura ani, abses
dan keganasan
Anemia defisiensi besi (akibat perdarahan berulang)
Kriteria Diagnosis
Anamnesis
Jenis Hemoroid Anamnesis
Hemoroid - Perdarahan pada waktu defekasi, biasanya tanpa disertai rasa nyeri, darah yang
interna keluar berwarna merah segar
- Berak kadang – kadang bercampur lendir
- Prolaps pada saat defekasi, keluar tonjolan dari anus. Kadang – kadang bisa
kembali sendiri setelah defekasi atau perlu didorong kembali dengan
pertolongan jari. Kadang – kadang prolaps ini tidak bias dikembalikan.
- Rasa tidak enak di anus atau kadang – kadang terasa nyeri bila ada penyulit atau
adanya infeksi yang menyebabkan edema.
- Iritasi kronis di sekitar anus dapat menimbulkan rasa gatal ( pruritus ani ). Hal ini
disebabkan kelembaban yang terus – menerus akibat rangsangan mucus.
- Anemia sekunder, akibat perdarahan yang terjadi.
Hemoroid - Rasa tidak enak di anus, seperti ada yang mengganjal ( skin tags)
eksterna - Nyeri jarang terjadi. Hanya timbul apabila hemoroid mengalami thrombosis
- Iritasi kronis bila kulit dalam kondisi lembab.
Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
– Perdarahan atau bekas perdarahan pada anus
– Prolpas hemoroid interna (dengan pasien mengejan), catat pada posisi jam berapa
– Benjolan pada tepi anus (hemoroid externa), mungkin skin tag atau thrombosis

Rectal toucher
– Pemeriksaan colok dubur sulit untuk dapat meraba adanya hemoroid dan biasanya
tidak nyeri.
– Penting dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan carcinoma rectum.
– Kontraindikasi pada nyeri yang hebat dan adanya thrombosis perianal.
– Pada RT dilakukan penilaian adanya massa, konsistensi, mucoid discharge (lendir)
atau darah, dan tonus sphincter ani.
Anoscopy atau Protoscopy :
– Penderita dalam posisi lithotomi, miring (sim’s position) atau posisi menungging
(knee chest position) ini yang terbaik
– Dengan cara ini kita dapat melihat hemoroid interna derajat I dan II, dimana belum
terlihat penonjolan hemoroid. Sekaligus dapat dilihat posisi pangkal hemoroidnya.
Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang atau
perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan.
Rectoscopy
Dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemorrhoid
merupakan keadaan yang fisiologis saja ataukan ada tanda yang menyertai.

Pemeriksaan Feses
Dilakukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding)
Diagnosis Banding
– Karsinoma colon dan rectum – Polip rectum

– Fissura ani −Prolaps recti (procidentia) – Perianal kondiloma


akuminata
Penatalaksaan
– Modifikasi gaya hidup, perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi.
Diet seperti minum 30 – 40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-30g/hari.
– Penanganan lain seperti melakukan warm sits baths dengan merendam area rektal pada
air hangat selama 10-15 menit 2-3 kali sehari.
– Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid adalah:
a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif
memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk
suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna.
c. Obat menghentikan perdarahan campuran diosmin dan hesperidin (ardium)
d. Obat analgesik, krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan rasa sakit
daripada lidokain gel (Xylocaine).
– Sclerotherapy
• Penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya fenol 5% dalam minyak
nabati, atau larutan quinine dan urea 5% yang disuntikan ke submukosa dalam
jaringan areolar longgar di bawah jaringan hemorrhoid.
• Sclerotheraphy dilakukan untuk menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik dan meninggalkan parut pada hemorrhoid.
– Rubber Band Ligation
• Dengan bantuan anoskopi, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan
dihisap kedalam tabung ligator khusus
• Gelang karet didorong dari ligator dan
ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena
iskemia terjadi dalam beberapa hari mukosa
bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan
parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut.
– Hemoroidektomi
• Metode pilihan untuk penderita derajat III dan IV
atau pada penderita yang mengalami perdarahan
yang berulang yang tidak sembuh dengan cara
lain.
• Penderita yang mengalami hemorrhoid derajat IV
yang mengalami trombosis dan nyeri yang hebat
dapat segera ditolong dengan teknik ini.
• Prinsip yang harus diperhatikan pada
hemorrhoidectomy adalah eksisi hanya dilakukan
pada jaringan yang benar-benar berlebihan,
dengan tidak mengganggu spincter ani.
– Haemorrhoidal artery ligaton
Metode HAL berguna untuk penatalaksanaan hemoroid grade rendah-sedang,
dan sangat berguna dalam mengurangi gejala dari hemoroid. Ligasi bertujuan
untuk mengurangi suplai darah yang menyebabkan pelebaran pleksus dan
mengembalikan ke bentuk semula
– Stapling Procedure / hemoroidopexy
XIE XIE
TERIMA KASIH
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai