Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan memiliki peranan yang cukup penting terhadap

peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan modal dasar pembangunan

nasional. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara bertahap dan

berkesinambungan dan dinilai telah menampakkan hasil- hasil yang

menggembirakan, sekalipun disadari masih banyak permasalahan yang harus diatasi.

Tujuan pembangunan kesehatan yang telah tercantum pada Sistem Kesehatan

Nasional adalah suatu upaya penyelenggaraan kesehatan yang dilaksanakan oleh

bangsa Indonesia guna mendapatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal yang mana dikatakan bahwa

peningkatan derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

lingkungan, pelayanan kesehatan, tindakan serta bawaan (kongenital). Hidup sehat

merupakan hak yang dimilki oleh setiap manusia yang ada didunia ini, akan tetapi

diperlukan berbagai cara untuk mendapatkannya.

Dalam meningkatkan derajat kesehatan dan mutu hidup manusia Indonesia,

sebagai indikator keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan, telah dilakukan

berbagai upaya kesehatan dengan penekanan pada upaya pemerataan jaringan

pelayanan kesehatan dan upaya yang berdampak besar terhadap penurunan tingkat

kematian.

Jaringan pelayanan kesehatan yang dimaksud pada hakekatnya adalah

puskesmas yang didukung oleh rujukan rumah sakit dan peran serta masyarakat.

Perkembangan jaringan pelayanan kesehatan ditandai dengan semakin

1
2

bertambahnya jumlah rumah sakit, obat-obatan, dan pendanaan.

Akan halnya peran serta masyarakat, juga mengalami kemajuan yang dilihat

dengan adanya prilaku yang semakin kondusif akan kesehatan. Keadaan ini ditandai

dengan prilaku yang berubah ke arah yang lebih rasional dalam hal perawatan

kesehatan. Namun demikian, di daerah terpencil masih dapat diamati prilaku yang

kurang menguntungkan kesehatan, yang terlihat dari belum peka dan belum aktifnya

masyarakat berperan serta dalam berbagai upaya kesehatan.

Di Negara sedang berkembang kita temukan derajat kesehatan manusianya

dipengaruhi lebih banyak oleh interaksi dengan lingkungan yang tidak menunjang

kesehatan seperti prilaku ketidaktahuan serta pendidikan minimal sulit menerima

ide-ide pelayanan kesehatan biomedical masa kini.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga saat ini masih tercatat

sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Episode

penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan terjadi tiga sampai enam

kali per tahun. Pada tahun 2008, ISPA merupakan salah satu penyebab utama

kunjungan pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan

berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap

rumah sakit.

Menurut Raharjoe, dkk (2008), terdapat banyak faktor yang mendasari

perjalanan penyakit ISPA pada anak. Hal ini berhubungan dengan pejamu, agen

penyakit dan lingkungan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah,

Fatimah & Rakhmawati (2008), menunjukkan masih ada responden (14,28%)

memiliki upaya yang buruk dalam melakukan pencegahan ISPA, setengahnya

responden (57,14%) memiliki upaya yang cenderung buruk, sebagian kecil


3

responden (26,19%) memiliki upaya yang cenderung baik dan sangat sedikit

responden (2,38%) memiliki upaya yang baik dalam melakukan pencegahan ISPA.

Penularan atau penyebaran ISPA sangat mudah yaitu melalui kontak langsung atau

melalui droplet, yang lebih penting lagi penularan tidak langsung dapat terjadi

melalui tangan dan barang-barang yang baru saja terkontaminasi oleh kotoran

hidung dan mulut dari orang yang terinfeksi (Kandun, 2000, p.443). Untuk

mengurangi kemungkinan yang dapat meningkatkan potensi anak terkena ISPA

maka diperlukan upaya pencegahan. Secara umum yang dimaksud dengan

pencegahan adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian.

Berdasarkan data dari Puskesmas Muara Lembu, ISPA tercatat sebagai

penyakit terbanyak pada kunjungan rawat jalan. Periode Januari-Juli 2019 tercatat

angka kejadian ISPA tertinggi pada usia 15-19 tahun, yaitu sebanyak 123 orang.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat topik ini untuk diberikan edukasi

tentang ISPA dan pencegahannya pada kelompok usia tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran pengetahuan anak mengenai ISPA di MA Muara
Lembu?

1.3 Tujuan
Mengetahui gambaran pengetahuan anak mengenai ISPA di MA Muara
Lembu

1.4 Manfaat
1. Meningkatkan prilaku hidup sehat dan pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan dengan mengutamakan pelayanan promotif, preventif tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
4

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas dalam meningkatkan


pengetahuan dan peran serta anak dalam pencegahan ISPA.
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis tentang ISPA dan
pencegahannya.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).

Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran

nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk

jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Istilah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) meliputi tiga unsur yakni

infeksi, saluran pernafasan dan akut, di mana pengertiannya sebagai berikut:

a. Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme, menyerang dan merusak

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernafasan

Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya

seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

c. Infeksi Akut

Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari

diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit

yang dapat digolongkan dalam Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) proses

ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2.2 Gejala ISPA

Gejala ISPA dapat berupa, pilek biasa, beringus (Rhinorrhea), kadang bersin-

bersin, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, badan pegal (Myalgia), sekret menjadi
6

kental, demam, mual, muntah, anoreksia, dan gejala berlangsung 5-14 hari

2.3 Epidemiologi

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang

sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.

Berdasarkan data rawat jalan dari Puskesmas Muara Lembu, usia 15-19 tahun

merupakan usia terbanyak yang mengalami ISPA, terhitung dari Januari-Juli 2019.

2.4 Etiologi

 Virus Utama: Rino virus, Corona virus, Adeno virus, Entero virus, RSV,

Parainfluensa1,2,3, Corona virus,Adeno virus.

 Bakteri Utama: Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza,

Staphylococcus aureus.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dapat ditularkan melalui air ludah,

darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang

sehat ke saluran pernapasannya.

2.5 Klasifikasi

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terdiri dari sekelompok kondisi

klinik dengan etiologi dan perjalanan klinik yang berbeda, dan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

2.5.1 Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomik

 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian atas adalah infeksi akut yang

menyerang hidung sampai epiglotts dengan organ adneksanya, seperti

rhinitis akut, faringitis akut, dan sebagainya.

 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah dinamakan sesuai


7

dengan organ yang terkena mulai dari epiglottis sampai alveoli paru misalnya

traktis, bronkiolitis, pneumonia, dan lain-lain.

2.5.2 Klasifikasi berdasarkan etiologi

 Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) diantaranya bakteri Staphylococcus serta virus

Influenza yang berada di udara bebas akan masuk dan menempel pada

saluran pernapasan atas yaitu tenggorokan dan hidung.

2.5.3 Klasifikasi berdasarkan derajat penyakit

 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan: penatalaksanaanya cukup

dengan terapi penunjang, tanpa pengobatan antimikroba.

 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sedang: penatalaksanaanya

memerlukan pengobatan dengan antimikroba, tetapi tidak perlu rawat inap.

 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berat: kasus yang harus dirawat di

rumah sakit atau puskesmas.

Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2ISPA)

membagi penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dalam 2 golongan yaitu:

a. Non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek

b. Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran

bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) meliputi langkah-

langkah sebagai berikut:

2.6.1 Pencegahan

Pada dasarnya ada tiga (3) tingkatan pencegahan penyakit yakni (1)
8

pencegahan tingkat pertama merupakan usaha sungguh-sungguh untuk menghindari

suatu penyakit atau tindakan kondisi kesehatan yang merugikan melalui kegiatan

promosi kesehatan dan tindakan perlindungan, (2) pencegahan tingkat kedua, yang

mencakup deteksi dini dan pengobatan yang tepat, dan (3) pencegahan tingkat ketiga

yang dilakukan yaitu mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat atau

kelainan permanen (Noor, 2006, p.82-84).

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan menjaga keadaan gizi agar tetap

baik, isttirahat yang cukup, imunisasi lengkap bagi balita, menjaga kebersihan

perorangan dan lingkungan, bila demam beri kompres dan banyak minum, bila

hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang

bersih, bila badan demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat,

bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih

menyusui.

2.6.2 Pengobatan

Dengan menggunakan Antibiotik: idealnya berdasarkan jenis kuman

penyebab utama ditujukan pada Streptococcus pneumonia, Haemophilus Influensa

dan Staphylococcus Aureus. Menurut WHO: Pneumonia rawat jalan yaitu

kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain. Pnemonia berat: Benzil

penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin. Antibiotik baru lain:

Sefalosforin,quinolon dll.

2.7 Faktor Risiko

Kita perlu mengetahui beberapa faktor risiko Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA). Ada beberapa faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut :

 Umur dibawah 2 bulan


9

 Laki-laki

 Gizi kurang

 Polusi udara

 Kepadatan tempat tinggal

 Imunisasi yang tidak memadai

 Tingkat pendidikan ibu yang rendah

 Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

 Menderita penyakit kronis

Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor risiko terjadinya Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, serta faktor

perilaku.

a. Faktor lingkungan

 Pencemaran udara dalam rumah

 Ventilasi rumah

 Kepadatan hunian rumah

b. Faktor individu anak

 Umur anak

 Berat badan lahir

 Status gizi

 Vitamin A

 Status Imunisasi

c. Faktor prilaku

Faktor prilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada anak dalam hal ini adalah praktek
10

penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di keluarga, baik yang

dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Bila salah satu atau beberapa

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga lainnya.


11

BAB III
METODE DAN PERENCANAAN INTERVENSI

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berfungsi untuk

mengetahui gambaran pengetahuan siswa-siswi MA Muara Lembu. Adapun

intervensi yang dilakukan bagi para subjek adalah dengan mengadakan sosialisasi

untuk meningkatkan pengetahuan tentang ISPA serta upaya pencegahannya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MA Muara Lembu pada tanggal 30

September 2019, pukul 10.00 WIB s.d selesai.

3.3 Subjek Penelitian

Pengambilan subjek dilakukan dengan metode total sampling yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu:

A. Kriteria inklusi

1. Siswa kelas X MA Muara Lembu

2. Mengisi kuesioner pretest

3. Mengisi kuesioner posttest

B. Kriteri eksklusi

Siswa yang tidak hadir pada saat dilakukan penelitian

3.4 Pengumpulan Data

Data diambil dari kuesioner yang disebarkan oleh penulis sebelum dan

setelah penyuluhan.
12

3.5 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1 Tingkat Pemahaman Pernyataan Kuesioner 1. Rendah : Nilai Ordinal
pengetahuan responden mengenai dengan <85%
tentang tentang ISPA menggunakan 2. Tinggi : Nilai
ISPA ISPA: melalui skala guttman >85%
-Definisi kuesioner.
-Penyebab Untuk
-Tanda dan setiap
gejala pernyataan
-Faktor dengan
risiko jawaban
-Perawatan benar poin
-Pencegahan 1 dan
salah poin
0

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara manual, disusun dalam bentuk tabel, dan

dianalisis secara deskriptif untuk menarik kesimpulan.

3.6. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

3.6.1 Metode Intervensi

Metode intervensi yang digunakan dalam mini project ini adalah penyuluhan

dengan alat bantu powerpoint dan leaflet. Sebagai evaluasi terhadap penyuluhan ini,

dilakukan pretest dan posttest. Pretest dan posttest akan diberikan dalam bentuk

pertanyaan. Pertanyaan tersebut berkaitan tentang ISPA.

3.6.2 Petugas Penyuluhan

Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :

1. Dokter Internship Puskesmas Muara Lembu periode Juni-Oktober 2019,

dalam hal ini dr. Suryani selaku narasumber.


13

3.6.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan

Kegiatan mini project ini bertempat di MA Muara Lembu. Pelaksanaannya

pada tanggal 30 September 2019, pukul 10.00 WIB s.d selesai.

3.6.4 Sasaran Penyuluhan

Sasaran kegiatan mini project ini adalah siswa-siswi kelas X MA Muara

Lembu.
14

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis Puskesmas Muara Lembu


UPTD Kesehatan Puskesmas Muara Lembu terletak di Kecamatan Singingi
Kabupaten Kuantan Singingi yang mempunyai wilayah kerja 6 Desa , yaitu:
1. Kelurahan Muara Lembu.
2. Desa Logas.
3. Desa Logas Hilir
4. Desa Pulau Padang.
5. Desa Pangkalan Indarung.
6. Desa Kebun Lado
Wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Muara Lembu berbatasan
dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sunga Bawang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Petai Kecamatan Singingi Hilir
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuantan Tengah

4.2 Kondisi Demografis Puskesmas Muara Lembu


UPTD Kesehatan Puskesmas Muara Lembu mempunyai luas wilayah
2.153,86 km² dengan jumlah penduduk ± 14.179 jiwa dengan jumlah KK : ±4.508
KK

Tabel 4.1 Distribusi penduduk di Wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas


Muara Lembu Tahun 2018

NO DESA TOTAL KK

1 Muara Lembu 4.780 1816


2 Kebun Lado 1.620 461
3 Pulau Padang 1.355 380
4 Logas 2.194 593
5 Logas Hilir 2.195 639
6 Pangkalan Indarung 2.035 619
TOTAL 14.179 4.508
15

1. Sosial Ekonomi dan Budaya


a. Adat Istiadat
Penduduk yang berada di wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas
Muara Lembu sebagian besar adalah suku Melayu dan beragama Islam.
Sedangkan bahasa pengantar dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa
minang.
b. Mata Pencarian
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk sehari-hari, sebagian besar mata
pencarian penduduk adalah berkebun dan sebagian kecil berwiraswasta.

2. Sarana Pendidikan

Tabel 4.2 Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Lembu

SD/ SMP SMA/


TK
No Desa Sederajat /Sederajat Sederajat
Jlh Sasaran Jlh Sasaran Jlh Sasaran Jlh Sasaran
1 Muara Lembu 2 87 3 609 2 370 2
2 Kebun Lado 1 26 1 209 1 72 0 0
3 Logas 2 55 2 265 1 174 0 0
4 Logas Hilir 1 25 1 354 0 0 0 0
5 Pulau Padang 1 13 1 135 0 0 0 0
Pangkalan
6 1 30 1 253 1 71 0 0
Indarung
TOTAL 8 9 5 2

4.3 Sarana dan Prasarana Puskesmas Muara Lembu

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Puskesmas Muara Lembu


No Sarana Kesehatan Jumlah Keterangan

1. Puskesmas Induk 1 Buah Baik


2 Puskesmas Pembantu 4 Buah Baik
3. Kendaraan Dinas
- Ambulans 2 Buah 1 Baik, 1 Rusak Sedang
- Sepeda Motor 6 Buah 2 Baik, 2 Rusak Ringan, 2
Rusak Berat
4 Rumah Dinas Dokter 1 Buah Rusak Ringan
5 Rumah Dinas Paramedis 1 Buah Baik
6 Diesel 1 Buah Rusak Berat
16

4.4 Data Kepegawaian Puskesmas Muara Lembu

Tabel 4.4 Data Kepegawaian UPTD Kesehatan Puskesmas Muara Lembu 2018
NO JENIS TENAGA JUMLAH
1 Kepala Puskesmas 1
2 Kasubbag Tata Usaha 1
3 Dokter Umum 1
4 Dokter Gigi 1
6 Bidan 22
7 Perawat 17
8 Petugas Gizi/ Nutrisionist 1
9 Tenaga Analis 2
10 Farmasi 1
10 Asisten Apoteker 2
11 Rekam Medis 0
12 Fisioterapi 0
13 Tenaga Administrasi 1
14 Cleaning Servis 1
16 Tenaga Penunjang 1
JUMLAH 52

4.5 Hasil Penelitian


Berdasarkan kuesioner yang dibagikan didapatkan hasil :

4.5.1 Karakteristik Responden


Penelitian ini telah dilakukan di MA Muara Lembu dan didapatkan sampel
sebanyak 20 orang. Adapun karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada
tabel 4.5.1.

Tabel 4.5.1 Karakteristik Responden Penelitian


Karakteristik f %
Usia
15 tahun 8 40
16 tahun 11 55
17 tahun 1 5
Jenis Kelamin
Laki-laki 7 35
Perempuan 13 65

Berdasarkan tabel 4.5.1, dapat dilihat rentang usia responden penelitian


adalah 15-17 tahun dan usia responden terbanyak yang mengikuti penelitian ini
17

adalah 16 tahun sebanyak 11 orang (55%). Adapun jenis kelamin terbanyak yang
mengikuti penelitian ini adalah perempuan, yaitu sebanyak 13 orang (65%).

4.5.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang ISPA


Gambaran pengetahuan respoonden saat sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 4.5.2 dan 4.5.3.

Tabel 4.5.2 Distribusi Pengetahuan Responden tentang ISPA sebelum


dilakukan penyuluhan
Pengetahuan f %
Rendah 20 100
Tinggi 0 0

Tabel 4.5.3 Distribusi Pengetahuan Responden tentang ISPA setelah dilakukan


penyuluhan
Pengetahuan f %
Rendah 13 65
Tinggi 7 35

Berdasarkan tabel 4.5.2, dapat dilihat pengetahuan responden tentang ISPA


sebelum dilakukan penyuluhan, seluruh responden memiliki pengetahuan yang
rendah. Setelah dilakukan penyuluhan, terdapat 2 responden yang memiliki
pengetahuan yang tinggi.
18

BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan Penyuluhan yang diadakan di MA Muara Lembu cukup menarik


minat siswa-siswi. Siswa-siswi cukup antusias mendengarkan dan memperhatikan
setiap materi yang disampaikan. Kegiatan awal dibuka dengan pemberian kuesioner
pretest mengenai pengetahuan tentang ISPA untuk menilai secara kuantitatif tingkat
pengetahuan siswa.
Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan pengetahuan siswa-siswi kelas X MA
Muara Lembu mengenai ISPA masih rendah. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh
responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang ISPA, artinya siswa-siswi
belum mengetahui ISPA secara keseluruhan, mulai dari pengertian ISPA itu sendiri,
penyebabnya, tanda dan gejala, faktor risiko, perawatan serta pencegahannya.
Padahal, berdasarkan data Puskesmas Muara Lembu, ISPA tercatat sebagai peyakit
terbanyak pada kunjungan rawat jalan dari bulan Januari-Juli 2019. Angka kejadian
ISPA tersebut paling tinggi ditemukan pada rentang usia 15-19 tahun.
Siswa-siswi lebih mengenal Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebagai
kelompok gejala klinis, karena itu mereka memberi nama berdasarkan gejala-gejala
yang dapat diamati, seperti batuk, pilek, demam, atau sesak napas.
Setelah penyuluhan selesai, pemateri melakukan kegiatan posttest dengan
pertanyaan yang sama dengan kuesioner pretest guna untuk mengetahui
pengetahuan siswa-siswi MA Muara Lembu setelah dilakukan penyuluhan. Setelah
itu pemateri melakukan tanya jawab kepada peserta dan dilakukan review bersama.
Evaluasi dilakukan dengan pemberian pre-test dan post-test dengan sasaran
peningkatan pengetahuan siswa. Penyuluhan ini belum sepenuhnya memenuhi target
yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh karena siswa-siswi tidak teliti saat
membaca pernyataan atau pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner. Target yang
di harapkan pada kegiatan ini adalah pengetahuan siswa-siswi menjadi tinggi
(>85%). Meskipun hanya terdapat 7 orang siswa-siswi yang pengetahuannya
tergolong tinggi setelah diberikan penyuluhan, rata-rata pengetahuan 13 orang
siswa-siswi lainnya juga mengalami peningkatan, dari 69,3 % menjadi 76,8 % .
19

Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan ini siswa-siswi dapat mengerti


bagaimana ISPA, pencegahannya, dan penanganannya.
Pemberian Penyuluhan dilakukan terhadap seluruh siswa-siswi kelas X MA
Muara Lembu. Diharapkan siswa-siswi yang telah mengikuti penyuluhan dapat
mengendalikan terjadinya ISPA mulai dari diri sendiri serta juga dapat memberikan
infomasi kepada teman-teman ataupun anggota keluarga.
20

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan penyuluhan ini, 7 dari 20 orang siswa-siswi MA
memiliki pengetahuan yang tinggi tentang ISPA. 13 orang lainnya juga mengalami
peningkatan pengetahuan, meskipun belum mencapai target yang diinginkan.
6.2 Saran
1. Kepada peneliti
Penelitian ini sebaiknya juga dilakukan pada ruang lingkup orang tua.
Sehingga bisa diketahui perbedaan antara pengetahuan orang tua dan anak
dalam pengendalian penyakit tersebut

2. Kepada siswa
Sebaiknya siswa lebih aktif dalam mencari informasi tentang beberapa
penyakit yang sering terjadi di rentang usia mereka dan dilingkungan mereka
yang memiliki faktor risiko tinggi setiap tahunnya yang salah satunya adalah
asap.

3. Kepada sekolah
Sekolah diharapkan dapat memperhatikan upaya-upaya untuk menjaga
kesehatan siswa-siswi, seperti pengadaan makanan bergizi di kantin sekolah
serta edukasi berkala terhadap siswa-siswi terutama terkait masalah ISPA.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu

1. Responden kurang teliti dan kurang fokus saat membaca pertanyaan


pretest/posttest
2. Peneliti tidak dapat memastikan semua responden dapat mengerti dan
mengingat apa saja yang disampaikan saat penyuluhan
3. Kuesioner yang dibuat oleh peneliti telah di uji validitas dan reliabilitasnya.
Namun tidak mengurangi bias yang mungkin muncul pada hasil penelitian.
21

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA. Jakarta.

Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan di Indonesia. Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan


Akut. Jakarta.

Noor, N.N. 2006. Pengantar epidemiologi penyakit menular. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Nurhidayah. I., Fatimah. S., & Rakhmawati. W. 2008. Upaya keluarga dalam
pencegahan dan perawatan infeksi saluran pernapasan akut (ispa) di rumah pada
balita di kecamatan ciawi kabupaten tasikmalaya. Bandung: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjadjaran.

Kandun, N. 2000. Manual pemberantasan penyakit manular. Edisi 17. Jakarta: CV.
Infomedika.

Raharjoe, N.N., Supriyanto, B., & Setyanto, D.B. 2008. Buku ajar respirologi. Edisi
Pertama. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Anda mungkin juga menyukai