TUBERCULOSIS PARU
Disusun Oleh :
dr. Rahmi Fadhila
Pembimbing :
dr. Wasni Niarti, M.Si
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah
terimakasih kepada dr. Wasni telah membimbing kami dalam penulisan laporan
mini project ini. Tidak lupa kami berterima kasih kepada ibu Liliana S.ST SKM
M.A.P, sebagai Kepala Puskesmas Lingkar Timur beserta seluruh staf Puskesmas
laporan ini.
Penulisan laporan mini project ini tentu masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan laporan mini project
ini. Semoga laporan mini project ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
Daftar Tabel ..................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................ 3
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4
2.1 Definisi....................................................................................... 4
2.2 Faktor resiko............................................................................... 4
2.3 Etiologi....................................................................................... 5
2.4 Penularan TB............................................................................... 6
2.5 Patogenesis.................................................................................. 6
2.6 Diagnosis..................................................................................... 8
2.7 Klasifikasi Pasien TB ................................................................. 11
2.8 Pengobatan TB Paru.................................................................... 14
2.9 Komplikasi.................................................................................. 16
2.10 Prognosis..................................................................................... 17
BAB 3 ANALISIS KASUS.............................................................................. 18
BAB 4 PENUTUP............................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 39
LAMPIRAN .................................................................................................... 40
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
saja, orang dewasa atau anak-anak dan dapat mengenai seluruh organ tubuh kita,
walaupun yang banyak diserang adalah organ paru. TB berdampak luas terhadap
penderita TB setelah negara India. Angka prevalensi TB pada tahun 2014 sebesar
demikian juga dengan angka mortalitas pada tahun 2014 sebesar 41/100.000
hingga 4,4%. Secara nasional, TB dapat membunuh sekitar 67.000 orang setiap
tahun, setiap hari 183 orang meninggal akibat penyakit TB di Indonesia. Dilihat
penyakit.3
Sejak tahun 1995, Program Pemberantasan TB telah dilaksanakan secara
1
maka pemberantasan penyakit TB telah berubah menjadi program
penanggulangan TB Paru.4
Di Indonesia pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis
sebanyak 330.910 kasus, meningkat bila dibandingkan pada tahun 2014 sebesar
324.539 kasus.5 Menurut Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, sepanjang tahun 2017
terdaapat 405 orang yang menderita tb paru. Dimana pada tahun 2015 dan 2016
terdapat 597 dan 539 kasus berturut- turut Meskipun terjadi penurunan jumlah
kasus tb paru setiap tahunnya, namun masih menunjukkan angka yang besar, yang
masih memiliki angka kasus TB paru yang cukup tinggi, yaitu pada tahun 2018
dan pada tahun 2019 mulai dari triwulan I hingga Oktober 2019 didapatkan 27
TB paru maka perlu dilakukan serangkainan upaya. Oleh sebab itu kami berharap
mini project ini dapat memberikan informasi dan pengobatan yang komprehensif
pasien, agar subjek penderita dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya dengan
pengobatan lengkap dan tuntas, serta keluarga yang berkontak erat dapat terhindar
dari penyakit TB dan dapat menjalankan pola hidup sehat dengan menjaga
pasien.
1.3 Manfaat Penulisan
2
1. Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas Puskesmas dan
TB Paru.
2. Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
parenkim paru, namun dapat juga menyerang organ tubuh yang lain seperti pleura,
kelenjar limfe, tulang, kulit dan organ tubuh lainnya, yang disebut dengan TB
ekstra paru. Bakteri penyebab penyakit ini berbentuk batang dan bersifat tahan
1. Umur
tahun).
2. Pendidikan
4
4. Perilaku
6. Status ekonomi
2.3 Etiologi
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 μm dan tebal 0,3 – 0,6 μm, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam
5
lemak (60%), peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan
asam (BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Hal ini
terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman
2.4 Penularan TB
BTA positif melalui percikan dahak yang dikeluarkan. TB BTA negatif juga dapat
mengandung kuman didalam dahaknya, hanya saja kuman tersebut sulit untuk
terkandung dalam contoh uji < dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit untuk
orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius
tersebut. Pada waktu batuk dan bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
2.5 Patogenesis
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Kuman ini akan masuk
ke saluran pernapasan dan akan mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman
sehingga tidak terjadi respon imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian
kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat
6
menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB
yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang
tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak dalam makrofag dan
primer. Pada saat terbentuk kompeks primer, infeksi primer TB dinyatakan telah
terjadi. Kompleks primer yang telah terbentuk akan berkembang menjadi :10,11
7
tuberkulosis pada bagian tubuh lain seperti tulang, ginjal, genitalia,
dan sebagainya.
2.6 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
telah diuraikan diatas. Keadaan umum pasien baik, tapi dapat dilihat
pasien jelas tampak sakit, tampak sangat kurus, pucat, atau tampak
paling umum adalah krepitasi halus dibagian apeks paru. Suara ini
bronkus.12
3. Pemeriksaan sputum
8
mudah untuk dilakukan sehingga sering dilalukan di fasilitas
kuman BTA pada suatu sedian. Dengan kata lain terdapat 5.000
dilakukan dengan:
(pewarnaan khusus)
(SPS).11
- S(sewaktu) :
- P(Pagi) :
petugas di UPK.
9
- S (sewaktu) :
dahak pagi.
4. Pemeriksaan Tuberkulin
pada anak-anak. Tes ini biasa disebut tes Mantoux yakni dengan
5. Pemeriksaan Radiologis
10
berupa CT Scan. Pemeriksaan ini lebih superior dibanding foto polos
11
atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran
kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat
yaitu :
- Pasien kambuh : adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh
up) : adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow
12
up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien
bersamaan.
- Multi Drug Resistan (TB MDR) : resistan terhadap Isoniazid (H)
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
(konvensional).
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang dipakai:
13
b. Rifampisin
c. Pirazinamid
d. Streptomisin
e. Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
a. Kanamisin
b. Amikasin
c. Kuinolon
d. Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin
+ asam klavulanat
e. Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara
lain:
1. Kapreomisin
2. Sikloserino
3. PAS (dulu tersedia)
4. Derivat rifampisin dan INH
5. Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Kemasan :
Kombinasidosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat dalam satu tablet
14
Tabel 2.2
Tabel 2.3
dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis pada akhir bulan ke-2 dan
dua kali yaitu sewaktu dan pagi, dinyatakan hasil dahak negatif bila keduanya
pengobatan dapat dilanjutkan ke fase lanjutan dan kembali memeriksa dahak pada
akhir bulan ke-5 dan akhir pengobatan. Bila hasil dahak positif, tetap lanjutkan
kemudian kembali memeriksakan dahak pada 1 bulan setelah fase lanjutan. Bila
hasil tetap masih positif, lakukan uji kepekaan obat. Bila fasilitas tidak
mendukung untuk dilakukannya uji kepekaan obat, maka obat fase lanjutan tetap
2.9 Komplikasi
15
1. Komplikasi Dini
2. Komplikasi Lanjut
paru, sindrom gagal napas sering terjadi pada TB milier dan kavitas
TB.15
2.10 Prognosis
adekuat. Prognosis lebih baik pada pasien penemuan dini daripada pasien yang
ditemukan kronis. Prognosis lebih berat jika disertai dengan berbagai komplikasi
16
17
BAB 3
ANALISIS KASUS
18
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
Keluarga pasien tinggal di pemukiman yang cukup padat. Jarak rumah
pasien dengan rumah tetangga sangat dekat. Akses ke rumah pasien
dengan menggunakan sepeda motor. Jarak rumah ke jalan raya ± 100
m. Jarak rumah ke puskesmas ± 1 km.
19
3. 8. 2. Status Gizi
BB : 49 kg
TB : 167 cm
BMI : 17,57
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
THT : Tidak ada kelainan
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Paru :
I : Normochest, pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan sa
at statis dan dinamis
Pa : Fremitus kiri = kanan
Pe : Sonor
A : Bronkovesikuler, Rh +/+, Wheezing -/-
Jantung :
I : Iktus terlihat 1 jari medial LMCS RIC V
Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : Batas jantung normal
A : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen :
I : Tidak tampak membuncit
Pa : Supel, hepar – lien tidak teraba
Pe : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ditemukan kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, refilling kapiler < 2 detik, edema tidak a
da
20
21
3. 11. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
: Pasien Penderita TB
22
3. 12. Fungsi-fungsi dalam keluarga
Tabel 3.2 Fungsi-fungsi dalam keluarga
23
tengah masyarakat. terjun ke tangah anak pasien sudah memasuki
Termasuk didalamnya masyarakat. usia sekolah. Pasien tidak
pendidikan formal dan mengikuti organisasi
b. Membuat daftar
informal untuk dapat informal lain.
pendidikan formal dan
mandiri
informal (termasuk
kegiatan organisasi) yang
didapat anggota keluarga
untuk dapat mandiri
ditengah masyarakat.
Ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan
Adalah sikap dan perilaku a. Menilai sikap dan Keluarga tidak cukup mampu
keluarga selama ini dalam perilaku keluarga selama memenuhi kebutuhan harian
usaha pemenuhan kebutuhan ini dalam usaha dan berusaha untuk
primer, sekunder dan tertier pemenuhan kebutuhan melengkapi kebutuhan primer
primer, sekunder dan dan sekunder.
tertier. Keluarga mengkonsumsi
makanan dengan gizi
b. Menilai gaya hidup seimbang namun kurang
dan prioritas penggunaan mengkonsumsi buah.
uang
24
kamar.
Pencegahan spesifik
Termasuk perilaku imunisasi - Pasien belum cukup - Menjelaskan kepada
anggota keluarga, ANC, tahu mengenai cara pasien tentang pentingnya
gerakan pencegahan penularan dan mencegah penyakit TB,
penyakit lain yang telah pencegahan TB. jelaskan bahwa TB
dianjurkan (baik penyakit - Pasien belum bukanlah penyakit
menular maupun tidak mengetahui keturunan melainkan
menular) mengenai efek penyakit infeksi yang
samping dan lama menular melalui udara.
pengobatan TB. - Mengedukasi pasien
- Pasien belum mengenai penularan TB,
memahami mengenai sehingga pasien dapat
komplikasi dari TB. memakai masker dan
- Keluarga pasien melakukan etika batuk
belum mengetahui yang benar dimanapun ia
pentingnya berada.
memeriksakan diri ke - Menjelaskan kepada
puskesmas. pasien mengenai efek
- Anak pasien telah samping obat TB seperti
diberikan imunisasi urin berwarna kemerahan,
yang lengkap. gatal-gatal, mata kuning
dan lain-lain, sehingga jika
ditemukan gejala diatas
maka pasien harus kontrol
kembali ke puskesmas.
Pasien tidak boleh terputus
mengkonsumsi obat untuk
menghindari terjadinya
resistensi.
- Mengedukasi pasien
mengenai komplikasi pada
TB(pleuritis, efusi pleura,
empiema, laringitis, usus
Poncet’s arthropathy)
- Menganjurkan keluarga
pasien untuk
memeriksakan diri ke
puskesmas untuk screening
TB.
Gizi Keluarga
Pengaturan makanan Setiap hari pasien Pasien dan keluarganya
keluarga, mulai cara memasak dengan menu mengkonsumsi makanan
pengadaan, kuantitas dan yang berbeda, dimulai seimbang walaupun kurang
kualitas makanan serta dari makanan pokok dan konsumsi buah-buahan.
perilaku terhadap diet yang sayuran. Pasien mengaku
dianjurkan bagi penyakit mengkonsumsi buah-
tertentu pada anggota buahan tidak rutin, kapan
keluarga inginnya saja.
Latihan jasmani/aktifitas
fisik Pasien dan keluarga Menganjurkan olahraga
Kegiatan keseharian untuk jarang melakukan dengan intensitas ringan
25
menggambarkan apakah olahraga seperti jalan seperti lari pagi, dan lainnya
sedentary life cukup atau pagi ataupun mengikuti minimal tiga kali seminggu ±
teratur dalam latihan senam yang diadakan 30 menit.
jasmani. Physical exercise oleh fasilitas di
tidak selalu harus berupa lingkungan tempat
olahraga seperti sepak bola, tinggal pasien
badminton, dsb
Penggunaan pelayanan
kesehatan
Perilaku keluarga apakah Pasien sendiri rutin Menganjurkan agar pasien
datang ke posyandu, berobat ke puskesmas berobat ditemani dengan
puskesmas, dsb untuk untuk mengambil obat Pengawas Minum Obat yang
preventif atau hanya kuratif TB, serta mengikuti berasal dari keluarga,
ke pengobatan komplimenter dengan baik prosedur sehingga tatalaksana promotif
dan alternatif (sebutkan pemeriksaan dahak SPS dan preventif untuk keluarga
jenisnya dan berapa yang dianjurkan juga dapat diberikan di
keseringannya) puskesmas. puskesmas.
Menjelaskan kepada pasien
mengenai penyakit TB bisa
ditangani di puskesmas
sampai tuntas.
Kebiasaan / perilaku
lainnya yang buruk untuk
kesehatan Pasien tidak merokok Pasien dianjurkan untuk tidak
Misalnya merokok, minum semenjak sakit maag merokok lagi meskipun
alkohol, bergadang, dsb. yaitu sejak sekitar 8 penyakitnya sudah sembuh
Sebutkan keseringannya dan bulan yang lalu, namun dan apabila masih merokok
banyaknya setiap kali dan sebelum sakit pasien untuk tidak merokok didalam
jenis yang dikonsumsi adalah perokok berat rumah.
sejak usia 13 tahun,
dimana pasien merokok
1 bungkus per hari.
26
Kualitas pelayanan Sangat baik Baik
kesehatan tersebut Baik
dirasakan Biasa
Tidak memuaskan
Buruk
27
B. Masalah eksternal
1. Ventilasi kamar pasien yang tidak bagus karena jumlah jendela
rumah kurang. Jendela dikamar tidur pasien ada namun jarang
dibuka
2. Anak pasien tidur satu kamar dengan pasien dan istrinya. Sehingga
rentan tertular penyakit TB.
3. Pencahayaan dalam rumah pasien kurang.
4. Keadaan di dalam rumah dan lingkungan rumah pasien lembab
sehingga beresiko menjadi sarana munculnya penyakit berbasis
lingkungan.
3. 16. Faktor-faktor yang berperan dalam penyelesaian masalah kesehatan
1. Faktor pendukung
- Jarak antara rumah dan fasilitas layanan kesehatan cukup dekat.
- Pasien kooperatif terhadap pengobatan yang diberikan dan selalu
kontrol teratur.
- Keluarga pasien mendukung penuh pasien untuk berobat rutin
karena pengobatan penyakitnya yang lama.
2. Faktor penghambat
- Pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit, tatalaksana,
pencegahan, penularan dan komplikasi mengenai TB masih kurang.
- Pengetahuan keluarga pasien masih kurang tentang pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan.
3. 17. Rencana pembinaan kesehatan
Melalui pendekatan komprehensif dan holistik
- Preventif
Menjelaskan secara lengkap mengenai TB, yaitu perjalanan
penyakitnya, penyebabnya, penularannya, tatalaksananya, efek
samping obat dan komplikasinya.
Jangan buang dahak sembarangan bila batuk, dahak sebaiknya
langsung dibuang ke lubang WC dan segera disiram.
Menutup mulut ketika batuk atau bersin
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan diet seimbang dan olah raga
teratur 2-3x/ minggu selama 30 menit.
Menggunakan alat-alat makan seperti sendok, garpu, dan gelas yang
telah dibersihkan untuk menghindari penularan dalam satu keluarga.
28
Tidak menggunakan peralatan yang telah digunakan penderita
sebelum dicuci bersih kembali.
Menjaga sirkulasi udara tetap lancar serta menjaga pencahayaan
rumah tetap baik. Antara lain dengan membuka jendela supaya aliran
udara lebih lancar.
Istirahat cukup dengan tidur sekurangnya 6 jam sehari.
Menganjurkan kepada anggota keluarga yang lain untuk turut serta
memeriksakan diri untuk deteksi dini.
Menjaga kesehatan dan kebersihan diri dengan menerapkan perilaku
bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan dengan sabun,
menggunakan jamban sehat, dan berolahraga setiap hari.
Menggunakan masker setiap berkontak dengan anak-anak atau
anggota keluarga lain.
- Promotif :
Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menunjuk
seorang yang dipercaya sebagai Pendamping Makan Obat (PMO),
dan peranan PMO dalam memastikan pasien meminum obatnya
(menyukseskan pengobatan pasien),dan mengingatkan pasien untuk
kontrol rutin ke puskesmas, dan mengingatkan jadwal periksa dahak
pada waktu yang ditentukan. Pasien dan keluarganya diberikan
leaflet yang mencakup informasi mengenai TB dan PMO, agar dapat
dimanfaatkan jika nanti ada keluarga/tetangga sekitar yang
menderita gejala mirip TB sehingga lebih cepat memeriksakan diri
ke dokter.
Memberikan pengertian dan pengetahuan pada pasien maupun
keluarga mengenai penyakitnya bahwa penyakit ini merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri.
Memberikan edukasi pada pasien bahwa penyakitnya menular
melalui dahak yang terciprat saat pasien batuk ataupun berbicara
sehingga pasien harus berhati-hati saat akan membuang dahak atau
batuk dan penggunaan masker.
Mengedukasi pasien bahwa pengobatan yang dilakukan tidak boleh
terputus demi kesembuhan pasien.
Mengedukasi pasien bahwa penting untuk melakukan evaluasi
pengobatan untuk memantau keberhasilan pengobatan.
29
Mengedukasi pasien mengenai komplikasi yang mungkin terjadi jika
pasien tidak berobat seperti efusi pleura.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara
teratur, menambah obat TB dan minum obat secara teratur
(pengobatan yang rutin), serta menjelaskan dan mengedukasi kepada
pasien jangka waktu pengobatan yang lama 6 bulan) yang
membutuhkan kesabaran dalam berobat dan tetap meneruskan
minum obat sampai 6 bulan walaupun gejala sudah berkurang.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga (PMO) tentang efek
samping obat yang mungkin dapat timbul selama pengobatan.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang pentingnya
melakukan tes mantoux kepada anak-anak yang tinggal serumah
dengan pasien, dan memberikan INH profilaks bila tes mantoux
negatif.
Menyarankan kepada keluarga yang tinggal serumah dengan pasien
(untuk dewasa), dan belum terinfeksi TB untuk menjaga daya tahan
tubuh dengan istirahat cukup, makan makanan bergizi, dan olahraga
secara teratur.
Menjelaskan kepada pasien pentingnya pemberantasan TB, sehingga
jika ada keluarga atau tetangga yang batuk > 2 minggu agar
memeriksakan diri ke dokter, Puskesmas atau Rumah Sakit
Mengedukasi pasien dan keluarga untuk berhenti dan menjauhi
rokok karena rokok dapat memperparah penyakit TB dan
menyebabkan munculnya penyakit paru lainnya yaitu PPOK.
Mengedukasi pasien untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan
membuang sampah di tempat sampah yang berada di luar rumah,
kemudian mengatur letak alat-alat rumah tangga dengan rapi
sehingga tidak bertumpuk.
- Kuratif :
OAT Kategori I 3KDT (1x3 tab) per oral
Vitamin B1, B 6, B12 (1 x 1tab) per oral
- Rehabilitatif:
Kontrol teratur ke puskesmas dan rutin minum obat yang didapat
dari Puskesmas.
30
Jika ada gejala seperti batuk darah segera kunjungi pusat pelayanan
kesehatan.
Jika ada gejala efek samping obat seperti kulit dan selaput lendir
menguning, atau gangguan telinga, ataupun penglihatan, segera
datang ke puskesmas atau rumah sakit.
Jika merasakan sesak napas yang hebat dan tidak hilang dengan
istirahat, pasien harus segera mengunjungi pusat layanan kesehatan
terdekat.
31
pencahayaan yang cukup, yang dianjurkan agar
menjaga kebersihan dan pengobatan tidak terputus.
pencegahan penularan TB. - Mengedukasi mengenai
komplikasi TB
- Menganjurkan pasien agar
memakai masker
- Menganjurkan untuk tetap
berhenti merokok meskipun
sudah dinyatakan sembuh
- Mengedukasi agar anak pasien
dibawa ke puskemas untuk
dilakukan pemeriksaan terkait
penyakit TB
- Jendela rumah dan pintu
kamar pasien supaya lebih
sering dibuka pada siang hari
agar cahaya matahari dapat
masuk dan pertukaran udara
lancar.
- Menganjurkan agar seluruh
anggota keluarga berolahraga
secara rutin 2-3x seminggu.
IV 20 Desember - Follow up dari intervensi - Menilai apakah intervensi
2019 yang diberikan, apakah yang diberikan telah
telah sesuai dengan yang dilaksanakan pasien dengan
diharapkan atau tidak. benar. Didapatkan bahwa
pasien telah menggunakan
masker di rumah, jendela dan
pintu selalu terbuka dari pagi
sampai siang hari, makan obat
teratur.
- Anak yang ada di rumah
belum dibawa untuk
pemeriksaan TB (mantoux
test)
- Pemberian leaflet yang berisi
informasi lengkap mengenai
TB dan PMO sehingga
diharapkan dapat digunakan
bila nanti terdapat
keluarga/tetangga di
lingkungan sekitar yang
menderita gejala TB
32
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Daftar Masalah
berbasis lingkungan.
4.1.2 Intervensi
33
Menjelaskan secara lengkap mengenai TB, yaitu mengenai
hati saat akan membuang dahak atau batuk dan penggunaan masker.
Menutup mulut ketika batuk atau bersin dan gunakan masker saat
keluarga.
Pengelolaan dahak dengan cara tidak buang dahak sembarangan bila
disiram.
Menjaga sirkulasi udara tetap lancar serta menjaga pencahayaan
rumah tetap baik. Antara lain dengan membuka jendela supaya aliran
34
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan seimbang
minggu.
Menganjurkan deteksi dini kepada anggota keluarga yang lain.
Menjelaskan kepada pasien pentingnya pemberantasan TB, sehingga
jika ada keluarga atau tetangga yang batuk > 2 minggu agar
secara teratur.
Mengedukasi pasien dan keluarga tentang pentingnya menunjuk
35
Pasien maupun keluarga dijelaskan bahwa pengobatan yang
kesehatan.
Jika ada gejala efek samping obat seperti kulit dan selaput lendir
Jika merasakan sesak napas yang hebat dan tidak hilang dengan
terdekat.
36
4.2 Saran
1. Melakukan homevisite pada pasien TB yang memiliki anak balita di
dalam rumah.
2. Menggencarkan promosi mengenai penyakit TB pada berbagai
yang baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Identifikasi masalah
Follow up Pasien
39
LEAFLET
40