Mini Project
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia
Oleh :
dr. Muhammad Fadhil
dr. I Gusti Ngurah Bayu Darma Putra
dr. Dewi Akka
Dokter Pembimbing :
dr. Jeni Arni Harli Tombili
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
2
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................iv
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................................................v
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................vii
1.1 Latar Bealakang..................................................................................................................vii
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................10
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................11
2.1 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).............................................................................11
2.1.1 Definisi COVID-19......................................................................................................11
2.1.2 Karakteristik Gejala-gejala COVID-19.......................................................................11
2.1.3 Upaya penanggulangan COVID-19.............................................................................17
2.2 Vaksinasi COVID-19..........................................................................................................17
2.2.1 Definisi dan Tujuan Vaksinasi COVID-19..................................................................17
2.2.2 Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 pada Kelompok Sasaran......................................14
2.2.3 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi.................................................................................15
BAB III METODE PENGUMPULAN DATA, PERENCANAAN DAN
PEMILIHAN INTERVENSI......................................................................................26
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................................................26
3.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data..............................................................................26
3.3 Populasi dan Sampel...........................................................................................................26
3.4 Instrumen Pengumpulan Data.............................................................................................26
3.5 Pengambilan Sampel...........................................................................................................27
3.6 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................................27
BAB IV PROFIL PELAYANAN PUSKESMAS.....................................................................28
4.1 Gambaran Singkat Puskesmas Poasia.................................................................................28
4.2 Visi, Misi dan Motto Puskesmas.........................................................................................28
4.3 Sosio-Geografis...................................................................................................................29
4.4 Demografi...........................................................................................................................30
4.5 Sarana Sosial.......................................................................................................................33
4.6 Upaya Kesehatan dan Kebijakan Pembangunan Kesehatan...............................................35
4.7 Rasio Tenaga Kesehatan.....................................................................................................38
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................40
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR GRAFIK
5
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Bealakang
Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh coronavirus yang baru muncul yang pertama dikenali
muncul di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Infeksi COVID-19
dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat (NCPERE, 2019). Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38°C), batuk dan kesulitan
bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala
gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien
timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan
progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.
Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi
kritis bahkan meninggal (PDPI, 2020).
World Health Organization (WHO) telah menetapkan Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sebagai pandemi global pada Rabu, 11 Maret 2020. Penetapan
tersebut didasarkan pada sebaran 118 ribu kasus yang menjangkiti di 114 negara.
Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah
geografis yang luas. Pandemi merupakan epidemi yang menyebar hampir di
seluruh negara atau benua, biasanya mengenai banyak orang. Contoh penyakit
yang menjadi pandemi adalah Coronavirus disease 2019 (Covid-19) (WHO,
2020)
Menurut data dari WHO, jumlah kasus COVID-19 hingga saat ini (16
Oktober 2021) sudah mencapai angka 241 juta kasus yang tersebar di seluruh
belahan dunia, dengan total kasus kematian adalah 4.9 juta kasus dan total kasus
sembuh sebanyak 218 juta kasus. Rincian negara dengan jumlah kasus tertinggi
sebagai berikut: Amerika Serikat (45.7 juta kasus, 743 ribu kematian), India (30
juta kasus, 452 ribu kematian), Brazil (21.6 juta, 602 ribu kematian),United
Kingdom(8.4 juta kasus, 138 ribu kematian) dan Russia (7.9 juta kasus , 222 ribu
8
9
kematian). Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa petugas kesehatan yang
dilaporkan terinfeksi (WHO, 2020).
Kasus COVID-19 di Indonesia sendiri dapat dikategorikan cukup tinggi.
Hingga tanggal 16 Oktober 2021, Indonesia menempati urutan ke 11 dengan
jumlah kasus terbanyak di dunia. Kasus COVID-19 di Indonesia hingga tanggal
16 Oktober mencapai angka 4.234.011 kasus dengan angka kematian 142.933
kasus, atau sekitar 3.4% dari total kasus di Indonesia. Untuk di Provinsi Sulawesi
Tenggara sendiri, kasus COVID-19 sudah mencapai angka 20.070 kasus dengan
angka kematian 525 kasus, atau sekitar 2.6% dari total kasus (KPC-PEN, 2021).
Masih tingginya angka kasus COVID-19 di dunia secara umum dan di
Indonesia secara khusus membuat pemerintah mulai mengupayakan untuk
melakukan vaksinasi. Vaksinasi sendiri merupakan salah satu tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada
manusia melalui pembentukan antigen dengan menggunakan produk atau zat yang
berisikan antigen yang dapat merangsang imunitas unutk membentuk antibodi
(BUKU SAKU PENGENDALIAN COVID, 2020).
Vaksinasi adalah pemberian vaksin dalam rangka menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebur tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan. Sedangkan vaksin
adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya
atau zat yang dihasilkannya telah diolah sedemikian rupa sehingga aman, yang
apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara
aktif terhadap penyakit tertentu (BUKU SAKU VAKSINASI COVID-19, 2021)
Upaya vaksinasi sudah mulai dilakukan sejak awal tahun 2021. Hingga
tanggal 16 Oktober 2021, cakupan vaksinasi global sudah mencapai angka 3.7
miliar penduduk atau sekitar 47.9% sudah mendapatkan minimal vaksin dosis
pertama dan 2.8 miliar penduduk atau sekitar 36.2% sudah mendapatkan vaksin
dosis lengkap. Sementara di Indonesia sendiri, cakupan vaksinasi nasional sudah
mencapai angka 106.669.970 penduduk atau sekitar 38.8% sudah mendapatkan
10
minimal vaksin dosis pertama dan 62.166.916 penduduk atau sekitar 22.4% sudah
mendapatkan vaksin dosis lengkap (WHO, 2020),(KPC-PEN, 2020).
Saat ini secara global data vaksinasi covid-19 dunia mencapai 4 miliar jiwa.
Sedangkan Indonesia saat ini telah mencapai 130 juta jiwa. Khusus di kota
Kendari sendiri dari periode januari hingga oktober telah mencapai 280 ribu jiwa
(KPC-PEN, 2021).
Masih rendahnya tingkat cakupan vaksinasi di Indonesia dapat disebabkan
oleh berbagai hal, terutama masih rendahnya pengetahuan masyarakat terkait
vaksinasi COVID-19 ini. Selain rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
terkait vaksinasi COVID-19 juga dibarengi oleh banyaknya informasi yang salah
terkait vaksinasi COVID-19 ini, terutama terkait syarat-syarat seseorang apakah
bisa divaksin atau tidak.
Pukesmas yang merupakan lini terdepan kesehatan masyrakat tentu
memiliki tanggung jawab lebih terkait vaksinasi COVID-19 ini, baik untuk
mengedukasi masyarakat maupun menyelenggarakan kegiatan vaksinasi COVID-
19 ini. Sebelum mengedukasi masyarakat, tentunya tenaga kesehatan puseksmas
sendiri harus memiliki pengetahuan yang cukup terkait vaksinasi COVID-19 ini.
Dengan memiliki pengetahun yang cukup, maka tenaga kesehatan dapat
mengedukasi masyarakat di wilayah kerja masing-masing, termasuk melurukan
informasi-informasi yang salah yang beredar di tengah masyarakat terkait
vaksinasi COVID-19 ini.
Untuk itu, peneliti berkeinginan untuk melakukan penyeluhan capaian
vaksinasi covid-19 di UPT Puskesmas Poasia pada tahun 2021 terkait vaksinasi
COVID-19 di tengah kondisi pandemi sebagai upaya percepatan Indonesia dalam
mencapai Indonesia bebas COVID-19. Penelitian ini dilakukan dengan harapan
dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat pencapaian vaksinasi
Covid-19 sehingga dapat membantu mengedukasi masyarakat terkait vaksinasi
COVID-19 ini.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
2.1.1 Definisi COVID-19
3. Kelelahan (38,1%)
6. Menggigil (11,4%)
9. Diare (3,7%)
12. Anosmia, Rash Skin pada Jari dan Kaki (WHO, 2020)
Gejala berat :
3. Hipoxemia
dengan kriteria WHO untuk vaksin COVID-19. Diantara 25 kasus ini tidak ada
kasus berat, kritis, atau kematian, oleh karena COVID 19.
Berdasarkan analisa interim pada uji klinis di turki per tanggal 23
desember 2020 yang dilakukan pada 13000 orang dewasa berumur 18-59
tahun, efikasi vaksin ini di evaluasi dari 29 kasus covid-19, dengan efikasi
91.25%, dari 29 kasus, 3 kasus dari grup vaksin, dan 26 kasus dari grup
placebo. Di Brazil dari 13000 orang dewasa, didapatkan 58 kasus pada grup
vaksin dan 160 kasus pada grup placebo, semua adalah kasus ringan (Nicole
Lurie, M.D, et all (2020) dan Ahn, D.-G. et al. (2020).
- Cara Kerja Vaksin Sinovac-Biopharma
Untuk membuat vaksin, para peneliti Sinovac memulai dengan
mengambil sampel virus corona dari pasien di China, Inggris, Italia, Spanyol,
dan Swiss. Kemudian virus tersebut dikembangbiakan pada hewan dan
dinonaktifkan dengan senyawa beta-propiolakton. Hal tersebut menyebabkan
virus menjadi inaktif dan hanya tersisa protein/bagian badan dari corona. Salah
satu jenis protein yang penting dalam pembuatan vaksin corona ini adalah
protein Spike atau yang biasa disebut sebagai protein S yang berbentuk seperti
duri. CoronaVac bekerja dengan mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk
membuat antibodi melawan virus corona SARS-CoV-2 (Nicole Lurie, M.D, et
all (2020), Ahn, D.-G. et al. (2020) dan Shang, W. et al. (2020).
Setelah mendapatkan virus yang tidak aktif, kemudian spesimen virus
tersebut dicampur dengan sejumlah kecil senyawa berbasis aluminium yang
disebut adjuvan. Adjuvan merangsang sistem kekebalan untuk meningkatkan
responsnya terhadap vaksin. Karena CoronaVac mengandung virus yang telah
dimatikan, sehingga mereka bisa dimasukkan ke tubuh tanpa menyebabkan
covid-19 (Nicole Lurie, M.D, et all (2020), Ahn, D.-G. et al. (2020) dan Shang,
W. et al. (2020).
Setelah masuk ke dalam tubuh, maka sel imun tubuh yaitu sel limfosit T
akan aktif dan membantu merekrut sel kekebalan lain hingga terbentuk
kekebalan yang dalam jangka waktu vaksin efektif, dapat mengenali virus
corona yang masuk dan telah siap menyerangnya. Jenis sel kekebalan lain, sel
15
B juga dapat menghadapi virus corona yang tidak aktif. Sel B memiliki protein
dalam berbagai bentuk, dan beberapa mungkin memiliki bentuk yang tepat
untuk menempel pada virus corona (Nicole Lurie, M.D, et all (2020), Ahn, D.-
G. et al. (2020) dan Shang, W. et al. (2020).
Ketika sel B terkunci, ia dapat menarik sebagian atau seluruh virus dan
menampilkan fragmen virus corona di permukaannya. Sel T membantu
mencocokkan fragmen dengan sel B. Jika cocok, sel B juga diaktifkan,
berkembang biak, dan mengeluarkan antibodi untuk melawan virus corona
(Nicole Lurie, M.D, et all (2020), Ahn, D.-G. et al. (2020) dan Shang, W. et al.
(2020).
2.2.3 Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 pada Kelompok Sasaran
- Hasil pemeriksaan suhu pada pasien sasaran vaksin melebihi 37,5 oC maka
vaksinasi pasien tersebut ditunda sampai pasien sembuh .
- Hasil pemeriksaan tekanan darah pada pasien sasaran vaksin melebihi
180/110 mmHg walaupun telah dilakukan pengukuran ulang dan pasien
diistirahatkan 5- 10 menit maka vaksinasi pasien tersebut ditunda sampai
tekanan darah terkontrol.
- Memiliki Riwayat alergi terhadap vaksin tertentu dengan gejala berat seperti
sesak nafas, bengkak dan urtikaria atau gatal seluruh badan maka vaksinasi
ditunda dan pasien diarahkan untuk menerima vaksinasi di rumah sakit.
- Pasien dengan Riwayat penyakit covid 19 yang terkonfirmasi maka
vaksinasi ditunda setidaknya setelah 3 bulan dari pasien terbesut dinyatakan
negative dari hasil pemeriksaan lab.
- Memiliki Riwayat penyakit – penyakit seperti asma tidak terkontrol, lupus,
jantung dengan gejala berat, diabtes mellitus yang tidak terkontrol maka
vaksinasi dapat ditunda sampai gejala ataupun hasil pengukuran lab ( gula
darah ) terkontrol baik atau dapat mengarahkan pasien untuk meminta surat
rekomendasi dapat di vaksin dari ahli ( dokter spesialis ) terkait penyakit
pasien.
- Pasien sedang dalam pengobatan gangguan pembekuan darah, kelainan
darah, defisiensi imun, dan imunosupresan seperti kortikosteroid dan
kemoterapi maka vaksinasi ditunda sampai pasien tersebut tidak dalam
pengobatan atau disarankan untuk vaksin di rumah sakit.
- Khusus untuk lansia dengan usia ≥ 60 tahun apabila mengalami kesulitan
untuk menaiki 10 anak tangga, cepat merasa kelelahan, sulit berjalan dengan
jarak kurang lebih 100 s/d 200m dan memiliki Riwayat penyakit seperti
hipertensi, diabetes mellitus, kanker, penyakit paru kronis, penyakit jantung,
asma, stroke, nyeri sendi, penyakit ginjal maka disarankan untuk tidak
dilakukan vaksinasi.
Untuk reaksi ringan lokal seperti nyeri, bengkak dan kemerahan pada
tempat suntikan, petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima vaksin untuk
18
melakukan kompres dingin pada lokasi tersebut dan meminum obat paracetamol
sesuai dosis.
Untuk reaksi ringan sistemik seperti demam dan malaise, petugas kesehatan
dapat menganjurkan penerima vaksin untuk minum lebih banyak, menggunakan
pakaian yang nyaman, kompres atau mandi air hangat, dan meminum obat
paracetamol sesuai dosis (JUKNIS COVID-19 KEMENKES, 2021).
2.1.3 Upaya penanggulangan COVID-19
Hingga saat ini pemerintah Indonesia masih pengupayakan semaksimal
mungkin dalam penanggulangan pandemi COVID-19 ini. Hal ini terbukti dengan
banyaknya pedoman-pedoman yang dikeluarkan pemerintah, baik melalui Surat
Edaran resmi dari pemerintah, melalui Surat Keputusan Direktur Jendral
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit bahkan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan.
Pemerintah Indonesia juga turut serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam
upaya penanggulangan COVID-19 ini, salah satunya dengan masyarakat selalu
menerapkan prinsip 3M, yang bersinergi dengan usaha tenaga kesehatan dalam
melakukan 3T. Prinsip 3M yang dapat dilakukan masyarakat untuk membantu
penanggulanan COVID-19 berupa : memakai masker, menjaga jarak dan
menghindari kerumuman, serta mencuci tangan pakai sabun. Sedangkan untuk
prinsip 3T yang dilakukan tenaga kesehatan berupa : melakukan tes deteksi
COVID-19, telusur kasus dan melakukan tindak lanjut kasus. Selain prinsip 3M
dan 3T, masih ada satu hal penting yang dapat dilakukan sebagai upaya
percepatan Indonesia dalam mencapai Indonesia bebas COVID-19, yaitu dengan
melakukan Vaksinasi (KPC-PEN, 2021).
2.2 Vaksinasi COVID-19
2.2.1 Definisi dan Tujuan Vaksinasi COVID-19
Vaksin adalah produk atau zat biologi berisi antigen (zat yang dapat
merangsang sistem imunitas tubuh untuk menghasilkan antibodi sebagai bentuk
perlawanan) yang dimasukan ke dalam tubuh manusia yang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu melalui peningkatkan
19
Biasanya, tahapan ini terjadi secara berurutan, dan biasanya terjadi dalam
beberapa tahun hingga akhirnya dapat digunakan dimasyarakat. Akan tetapi,
vaksin COVID-19 pada pengembangannya dilakukan percepatan. Setiap tahap
terjadi hanya dalam beberapa bulan. Akan tetapi, walaupun terlihat sangat cepat,
kriteria keamanan tetap terjaga; monitoring data dan keamanan yang disusun oleh
banyak ahli vaksin dan banyak sponsor studi memeriksa kejadian tidak terduga
yang dilaporkan pada tiap tahap studi klinis dan persetujuan untuk maju ke tahap
selanjutnya. Di AS sendiri FDA harus mengizinkan progresi tiap tahap dalam uji
manusia, dari inisiasi tahap 1 ke tahap 3 (Zhang, L. and Liu, Y., 2020).
- Vaksin DNA
Vaksin DNA biasanya terdiri dari plasmid DNA, yang mengkodekan
satu atau lebih. Antigen, sehingga target protein diekspresikan pada
penerima vaksin. DNA plasmid ini bisa diproduksi lewat E.Coli. Vaksin
DNA lebih unggul dari vaksin mRNA dalam formulasi yang diperlukan
untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman, namun mereka harus memasukkan
nukleus yang dapat membawa risiko integrasi vctor dan mutasi pada genom
inang.13 Selain itu, vaksin jenis ini memberikan imunogenisitas yang rendah
dan pemakaian yang sulit. Sejauh ini, dua vaksin DNA SARS-CoV-2
sedang dalam pengembangan. Inovio Pharmaceuticals mengembangkan
kandidat vaksin DNA yang disebut INO-4800, yang dalam studi praklinis
dan akan segera memasuki uji klinis fase I. Anak Perusahaan Ilmu DNA
Terapan, LineaRx, dan Takis Biotech berkolaborasi untuk pengembangan
kandidat vaksin DNA linier terhadap SARS-CoV-2, yang sekarang dalam
studi praklinis (Shang, W. et al. (2020).
- Vaksin mRNA
Vaksin jenis ini adalah vaksin pertama untuk SARS-COV-2 untuk
diproduksi dan mewakili jenis vaksin terbaru. Vaksin mRNA adalah
teknologi yang berkembang pesat untuk mengobati penyakit menular dan
kanker. Vaksin berbasis mRNA mengandung mRNA yang mengkode
antigen, yang ditranslasi menjadi target protein, dan diharapkan
memberikan respon imun. mRNA berdiam dalam sitoplasma sel dan tidak
masuk kedalam nukleus, sehingga mRNA tidak berinteraksi atau
berintegrasi dengan DNA penerima. Vaksin jenis ini, diproduksi secara
invitro. Akan tetapi, karena teknologi ini baru, kemampuan untuk
memproduksi vaksin jenis ini belum di uji coba, dan vaksin ini harus
disimpan dengan suhu yang sangat rendah, sehingga sulit untuk transportasi
vaksin. Vaksin mRNA memiliki keunggulan dibandingkan vaksin
konvensional, dengan tidak adanya integrasi genom, respon imun yang
meningkat, perkembangan yang cepat, dan produksi antigen multimeric.
Moderna, Inc. telah memulai uji klinis fase I untuk mRNA-1273, vaksin
25
mRNA, yang mengkode protein viral spike (S) dari SARSCoV-2. Ini
dirancang bekerja sama dengan Institut Nasional Alergi dan Penyakit
Menular (NIAID). Berbeda dengan vaksin konvensional yang diproduksi
dalam sistem kultur sel, vaksin mRNA dirancang dalam silico, yang
memungkinkan pengembangan dan evaluasi efikasi vaksin yang cepat.
Moderna Inc. sedang mempersiapkan studi fase I dengan dukungan
keuangan dari CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations)
(Nicole Lurie, M.D, et all (2020) dan Ahn, D.-G. et al. (2020).
- Vaksin SINOVAC-Biopharma
Salah satu vaksin yang sudah dipakai di Indonesia adalah CoronaVac
oleh SINOVAC dan Oxford-AstraZeneca. Vaksin yang dikembangkan oleh
Sinovac yang diberi nama CoronaVac telah dikembangkan sejak Januari
2020. Vaksin ini berasal dari virus yang di-inaktivasi. Kandidat vaksin
CoronaVac telah berhasil melalui uji klinis fase I dan II di China, dan fase
III di beberapa negara seperti Indonesia, Turki, Bangladesh, dan Brazil.
Di Indonesia sendiri, secara keseluruhan penelitian uji klinis fase 3
menyertakan 1620 orang. Secara keseluruhan, efek samping dalam seluruh
grup pada studi ini memiliki hasil yang mirip dengan placebo, yaitu 71,6%
dan 71,1 % (tidak signifikan). Reaksi local dilaporkan setelah vaksinasi
pertama dan kedua pada grup yang divaksinasi dan pada placebo adalah,
nyeri local, kemerahan local, indurasi local, dan pembengkakan local. Efek
sistemik yang dilaporkan setelah vaksin dosis pertama dan kedua pada grup
yang di vaksinasi dan grup placebo adalah myalgia, kelelahan, dan demam.
Banyak dari efek samping yang dilaporkan adalah efek samping yang
ringan. Efek samping grade 3 dilaporkan lebih kecil pada grup yang di
vaksinasi dibandingkan grup placebo (7.4 % vs 13.3 %).
Pada Uji klinis fase 3 di Turki, menurut data 23 desember 2020,
Analisa keamanan dilakukan pada 2964 subyek dimana diantaranya terdapat
593 subyek yang melaporkan 1049 efek samping. Secara keseluruhan,
coronavac memberikan hasil analisa keamanan yang memuaskan.
Keamanan dianalisa selama 7 hari setelah vaksinasi pertama, dan
26
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah masyarakat yang datang dan vaksin Covid-19
di Puskesmas Poasia pada tahun 2021
BAB IV
4.3 Sosio-Geografis
16
15 Rumah Sakit
14 Puskesmas
14
Pustu
12 Polindes
10 Praktek Dokter
10 Praktek Bidan
Apotek
8
Toko Obat
Sarana 6
6 Pendidikan
5 5 5
4 Panti Asuhan
4
Pasar
2 2 2 2 Hotel
2
11 1 1 1 1 11 1 1 1 1
Panginapan
0 0 0 0 00 0 000 0 00000 0 00000 00000000 00 00 000 0000 00000
0 Discotik/Cafe
Wundumbatu Anduonohu Rahandouna Anggoeya Matabubu
Laki-
No Kelurahan % Perempuan % Total %
Laki
Kepada
Rata-rata
Jumlah tan
Luas Jml Jiwa/rum
Jumlah Rumah Pendud
Pddk ah
Kecamat Wilaya uk
No Tangga
an h Tangga
per km2
(km2) Desa +
Des Keluraha
Kelurah
a n
an
37,15
1 POASIA 4,175.0 0 5 5 7,377 5.04 8.90
9
37,15
Jumlah 4,175.0 0 5 5 7,377 5.04 9
9
Grafik 4. 2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah
Rata-Rata Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kecamatan Poasia Tahun 2020
34
40000 37159
35000
30000
25000
20000
15000
10000 7377
4175
5000 8.9 5.04
0
penganut agama Islam sebesar 70%, agama Kristen protestan 24%, Kristen katolik
5% dan agama hindu1%. Sarana ibadah berupa mesjid 26 unit, dan gereja 2 unit.
Bahasa pengantar sehari-hari yang dipergunakan masyarakat Kecamatan Poasia
adalah bahasa Indonesia.
6 Praktek Bidan 0 1 0 0 0 1
7 Apotek 2 5 1 - - 8
8 Toko Obat 0 0 - - - 0
Sarana
Pendidikan :
2 2 1 1 3 9
PAUD/Play
Group
4 7 0 4 0 15
TK
9 2 3 2 6 1 13
SD
0 1 1 3 1 6
SLTP
2 0 1 0 1 4
SLTA
0 2 0 0 0 2
SekolahTinggi
Kejuruan
10 Panti Asuhan 0 2 0 0 0 2
11 Pasar 0 1 0 0 0 1
12 Hotel 2 5 0 1 0 8
13 Panginapan 1 1 0 0 0 1
14 Discotik/Cafe 0 1 0 0 0 1
Sumber: Data Sekunder Kecamatan Tahun 2020
16
15 Rumah Sakit
14
14 Puskesmas
Pustu
12 Polindes
10 Praktek Dokter
10
Praktek Bidan
8 Apotek
Toko Obat
6
6 Sarana Pendidikan
5 5 5
4 Panti Asuhan
4
Pasar
2 2 2 2 Hotel
2
11 1 1 1 1 11 1 1 1 1
Panginapan
0 0 0 0 00 0 000 0 00000 0 00000 00000000 00 00 000 0000 00000
0 Discotik/Cafe
Wundumbatu Anduonohu Rahandouna Anggoeya Matabubu
5. Laboratorium
6. Rabies Centre
7. PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergency Dasar)
8. BATRACOM (Pengobatan Tradisional dan Komplementer)
Upaya Kesehatan Perseorangan tersebut diatas dilaksanakan sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
1. Manajemen Puskesmas
2. Pelayanan Kefarmasian berupa Apotek dan Gudang Obat
3. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
4. Pelayanan Laboratorium
5. Pelayanan Gizi
Dari sekian rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh
Puskesmas Poasia, salah satu fungsi manajemen yang ada yaitu; evaluasi yang
dalam hal ini adalah evaluasi kinerja program dan pembangunan di bidang
Kesehatan. Pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala Puskesmas membuat laporan
pertanggung jawaban tahunan yang mencakup, pelaksanaan kegiatan, evaluasi
kinerja berdasarkan hasil cakupan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan
sumber daya termasuk keuangan. Laporan ini akan menjadi tolak ukur efektifitas
dan efisiensi kinerja Puskesmas selama 1 tahun kalender. Hal ini akan menjadi
acuan dalam mengambil kebijaksanaan dan penyusunan rencana kerja operasional
tahun berikutnya. Laporan tersebut disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kota Kendari serta pihak yang terkait didalamnya paling lambat minggu ke-3
bulan Januari tahun berikutnya
40
1 Dokter 6 0.016
3 Perawat 48 0.129
4 Bidan 37 0.100
5 Kesling 5 0.013
6 Epid 9 0.024
7 Promkes 1 0.003
8 Gizi 9 0.024
9 Analis 4 0.011
10 Adminkes 5 0.013
13 Apoteker 1 0.003
14 Administrasi 18 0.048
50
45
40
35
Jumlah
30
25
20
15
Rasio
10
5
0
er gi at an l i n g i d
ke
s z i
al
is es gi er er si
o kt Gi aw B i d s Ep Gi n nk gi t ek t ek istra
D te
r
Pe
r
Ke rom A m
i t
wa Ap
o o in
k P Ad era Ap m
Do P e n Ad
sist
A
BAB V
3760; 10%
Belum Vaksin
Telah Vaksin
33399; 90%
Anak
Lansia
Dewasa
3649
Dari total 3760 penduduk yang telah melakukan vaksinasi covid-19 dapat
dijabarkan cluster usia diantaranya, anak-anak : 91 orang, dewasa : 3649 orang
dan lansia : 20 orang.
oleh tingginya akses ke informasi yang dimiliki responden dengan status ekonomi
tinggi. Meskipun demikian, ada sedikit perbedaan antara pengetahuan responden
laki-laki dan perempuan mengenai adanya vaksin COVID-19 dan rencana
pendistribusiannya oleh Pemerintah.
Sekitar 65% responden menyatakan bersedia menerima vaksin COVID-19
jika disediakan Pemerintah, sedangkan delapan persen di antaranya menolak. 27%
sisanya menyatakan ragu dengan rencana Pemerintah untuk mendistribusikan
vaksin COVID-19. Kelompok ini penting untuk mendorong keberhasilan program
vaksinasi. Situasi ini perlu dipahami dengan hati-hati; masyarakat mungkin
mempunyai tingkat kepercayaan yang berbeda- beda terhadap vaksin COVID-19
karena keterbatasan informasi mengenai jenis vaksin, kapan vaksin akan tersedia
dan profil keamanannya, lebih lanjut karena survei ini didukung ITAGI, UNICEF,
WHO, dan Kementerian Kesehatan. Berdasarkan survei, tingkat penerimaan
vaksin paling tinggi tampak di provinsi-provinsi di Pulau Papua, Jawa, dan
Kalimantan. Tingkat penerimaan di beberapa provinsi di Sumatera, Sulawesi, dan
Maluku lebih rendah. Provinsi Papua Barat paling tinggi tingkat penerimaannya
(74%) dibandingkan dengan seluruh provinsi lainnya, sedangkan Provinsi Aceh
paling rendah (46%).
Tingkat penerimaan vaksin tertinggi (69%) berasal dari responden yang
tergolong kelas menengah dan yang terendah (58%) berasal dari responden yang
tergolong miskin. Secara umum, makin tinggi status ekonomi responden, makin
tinggi tingkat penerimaannya. Namun, penolakan tertinggi ditunjukkan responden
yang tergolong ekonomi tertinggi (12%) dan yang terendah ditunjukkan
responden kelas menengah (7%). Satu pertiga responden yang tegolong miskin
belum memutuskan menerima atau menolak vaksin dan tingkat keraguan
cenderung menurun seiring meningkatnya status ekonomi.
Masyarakat yang telah divaksinasi pun mendapatkan banyak kelebihan.
Mereka mulai dapat melakukan perjalanan bebas tanpa karantina hingga mulai
diizinkan untuk melepaskan masker mereka di tempat umum.
Banyak negara terutama di Amerika dan Eropa saat ini telah mencapai herd
immunity (kekebalan kelompok) dan bebas tidak memakai masker lagi. Salah
45
Douglas mengatakan setidaknya ada tiga alasan yang paling banyak diutarakan
responden. Alasan yang utama yaitu masih adanya keraguan terhadap keamanan
vaksin. Berikutnya ada yang menolak karena ingin menunggu, khawatir terhadap
biaya, alasan agama, dan merasa yakin tidak butuh vaksin.
Dari total yang belum divaksinasi jika disesuaikan dengan teori bahwa
masih banyak stigma yang berkembang di masyarakat terkait vaksinasi. Dimana
secara langsung dan tidak langsung hal tersebut mempengaruhi minat seseorang
untuk mau untuk divaksin dan tidak mau untuk di vaksin. Hal ini juga terjadi di
wilayah kerja puskesmas poasia dimana rendahnya cakupan angka vaksinasi salah
satunya di sebabkan oleh stigma tentang vaksinasi yang kurang baik. Perlu
dilakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat dari seluruh unsur pimpinan dan
tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas poasia.
47
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
calls for viral vaccines’, npj Vaccines. Springer US, 5(1), pp. 2–4.