Anda di halaman 1dari 3

F.5.

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular atau Tidak


Menular

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT


PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
KEGIATAN PENJARINGAN PENDERITA ISPA
DAN PENYULUHAN TENTANG ISPA
A.

LATAR BELAKANG
Pengertian ISPA dapat dijabarkan sebagai masuknya kuman ke
dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit pada saluran pernapasan dilalui udara yang dihirup dan
dikeluarkan lagi mulai dari hidung sampai paru-paru, lalu keluar melalui
hidung yang berlangsung sampai dengan 14 hari. (Saydam 2008). Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang mengenai bagian
maupun saluran pernapasan mulai dari hidung, telinga tengah, faring
(tenggorokan), kotak suara (laring), bronkhi, bronchioli dan paru. (Dinkes
2008)
Klasifikasi ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia dan
pneumonia berat. (Saydam 2011). Bukan pneumonia mencakup kelompok
pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan
frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke arah dalam. Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau
kesukaran pernapasan. Diagnosa gejala ini berdasarkan umur. Batas
frekuensi nepas cepat pada anak berusia dua bulan sampai 5 tahun adalah 40
kali per menit. Sedangkan pneumonia berat berdasarkan pada adanya batuk
dan atau kesukaran pernapasan disertai sesak napas atau tarikan dinding
dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua
bulan sampai kurang dari 5 tahun. Untuk anak yang berusia dibawah 2 bulan
ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan 60 kali per
menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian
bawah ke arah dalam (severe chest indrawing).
Etiologi ISPA meliputibakteri, virus dan jamur. Jenis virus yang
menyebabkan

ISPA

adalah

infuenza,

adenovirus,

sitomegalovirus.
1

F.5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular atau Tidak


Menular

Sedangkan bakteri diantaranya diplococcus pneumoniae, pneumococcus,


streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus, haemophilus influenzae,
dan lain-lain. Jamur yang menyebabkan ISPA seperti aspergilus sp, candida
albicans, histoplasma, dan lain-lain(Saydam, 2011)
B.

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Dari hasil Riskesda tahun 2007 prevalensi ISPA di Sulawesi Selatan
tahun 2007 yaitu 22,9% dengan tertinggi di Kab.Tana Toraja (45,8%) dan
terendah di Kab. Maros (9,6%), dari 23 kab./kota ada 10 kab./kota yang
melebihi angka provinsi. Penyakit ISPA tertinggi pada balita dan terendah
pada kelompok umur 15-24 tahun, menurut jenis kelamin tertinggi pada
laki-laki, dan berada di pedesaan.
Sedangkan menurut data yang dikumpulkan melalui Profil
Kesehatan Kab./Kota Tahun 2008, tercatat bahwa jumlah kasus pneumonia
di Sulawesi Selatan sebanyak 34.000 penderita, dengan jumlah balita
pneumonia sebanyak 7.181 balita dan yang tertangani seluruh jumlah balita
yang pneumonia, sebanyak 7.181 (100%). Pada tahun 2009, tercatat
sebanyak 26.551 penderita, jumlah balita pneumonia sebanyak 10.002 balita

C.

dan yang tertangani pneumonia balita sebanyak 9.289 (92,87%)


PEMILIHAN INTERVENSI
Oleh karena permasalahan di atas, maka kami bermaksud
mengadakan penjaringan tersangka ISPA pada pasien yang berobat ke
Puskesmas Getengan dan edukasi tentang penyakit ISPA pada pasien yang
datang berobat serta penyuluhan mengenai penyakit ISPA pada pasienpasien dan petugas puskesmas Getengan, sehingga dapat dilakukan
pencegahan penularan dan penatalaksaan sedini mungkin sehingga
masyarakat dapat mengenal gejala dan tanda penyakit ISPA lebih dini.

D.

PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilakukan di poliklinik Puskesmas Getengan pada
periode 1 Febuari 2016 20 Mei 2016 dalam bentuk pengobatan umum.
Pada kegiatan ini, semua pasien yang datang dengan penyakit ISPA
diberikan pengobatan obat mukolitik, expectoran, kortikosteroid dan
vitamin. Serta edukasi tentang cepatnya penularan penyakit ISPA ke orang

F.5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular atau Tidak


Menular

terdekat dan upaya untuk menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Pada
edukasi kita menyampaikan cara pencegahan dengan menjaga kebersihan
lingkungan, mengonsumsi makanan sehat. Pasien juga disarankan untuk
menutup mulut jika batuk atau bersin untuk mencegah penularan ke orang di
sekitarnya. Pasien disarankan untuk segera memeriksakan diri jika
mengalami gejala ISPA sesegera mungkin di pusat pelayanan kesehatan
masyarakat. Selain itu, penyuluhan mengenai ISPA juga diadakan di
Puskesmas Getengan, pada hari Senin tanggal 11 April 2016. Kegiatan ini
meliputi pemberian materi tentang pengertian ISPA, penyebab penyakit
ISPA, gejala dan tanda manusia yang tertular penyakit ISPA, cara penularan
penyakit ISPA, dan pencegahan dan pengobatan penyakit ISPA, kemudian
E.

dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab.


EVALUASI
1.

Berdasarkan hasil pemeriksaan kami selama 4 bulan, didapatkan 19


pasien dengan kasus ISPA.

2.

Dari anamnesis, sebagian besar pasien yang datang ke poliklinik


puskesmas dengan batuk, pilek, demam dan belum mengetahui cara
mencegah penularan penyakitnya.

3.

Berdasarkan penyuluhan yang dilakukan di Puskesmas Getengan,


didapatkan bahwa banyak peserta yang antusias selama proses
penyuluhan dan sesi tanya jawab berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai