7. Pemeriksaan 1. Laboratorium
penunjang a. Darah lengkap
b. Gula darah sewaktu
c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, asam urat)
d. Fungsi hati (SGOT dan SGPT)
e. Hemostasis (CT,BT)
f. Profil lipid (kolesterol, trigliserida)
g. Pemeriksaan penunjang lainnya:
a. EKG
b. Foto thoraks
8. Terapi 1. Terapi umum
A. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan
Pemberian oksigen bila saturasi oksigen < 95%
Intubasi ETT atau LMA diperlukan pada pasien
dengan hipoksia (PO2 < 60 mmHg atau pCO2
>50 mmHg), atau syok atau bahaya aspirasi
Pipa ETT terpasang tidak lebih dari 2 minggu.
B. Stabilisasi hemodinamik
Pemberian cairan kristaloid atau koloid
intravena
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistole <120 mmHg dan
cairan mencukupi dapat diberikan titrasi
seperti dopamin dengan target tekanan darah
sistol berkisar 140 mmHg.
Pemantauan jantung dilakukan selama 24 jam
pertama
Bila terdapat penyakit jantung kongestif,
konsultasi ke bagian penyakit dalam
C. Pengendalian Tekanan Intra Kranial (TIK)
Pemantauan terhadap risiko edema serebral,
dilakukan dengan memperhatikan perburukan
gejala dan tanda neurologis.
Penatalaksanaan:
Tinggikan posisi kepala 20-30⁰
Menghindari penekanan vena jugular
Hindari pemberian cairan hipotonik
seperti glukosa
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
Osmoterapi atas indikasi : Manitol 0,25-
0,5 gr/kgBB selama 20 menit, diulangi
setiap 4-6 jam. Bila perlu diberikan
Furosemide 1 mg/kgBB.iv
Sedasi adekuat dapat mengurangi
naiknya TIK
Kortikosteroid tidak direkomendasikan
untuk mengatasi edema otak
D. Pengendalian kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat
intravena 5-20 mg dan diikuti dengan Fenitoin
loading dose 15-20 mg bolus dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit.
Bila kejang belum teratasi, rawat ICU
E. Pengendalian suhu tubuh
Berikan antipiretika bila suhu tubuh > 37,5⁰
Bila terdapat infeksi , berikan antibiotik.
2. Terapi umum di ruang rawat
A. Cairan
Cairan isotonis salin 0,9% atau RL
Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hr
Balans cairan
Koreksi elektrolit
Hindari cairan hipotonik seperti glukosa kecuali
pada keadaan hipoglikemia.
B. Nutrisi
Nutrisi enteral paling lambat sedah harus
diberikan dalam 48 jam.
Bila terdapat gangguan menelan, harus diberikan
pipa nasogastrik untuk nutrisi.
Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30
kkal/kg/hari.
Nutrisi parentra diberikan bila pemberian nutrisi
enteral tidak dimungkinkan.
Perhatikan diet yang bertentangan.
C. Pencegahan dan penanganan komplikasi
Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah
komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi,
pnemonia, trombosis vena dalam, emboli paru,
dekubitus, komplikasi ortopedi, dan kontraktur)
Pemberian antibiotika atas indikasi.
Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas
atau memakai kasur antidekubitus.
Pencegahan trombosis vena dalam dan emboli
paru.
D. Penatalaksanaan medis lainnya
Pemantauan kadar glukosa.
Hiperglikemia (kadar gula darah > 180 mg/dl pada
stroke akut diberikan titrasi insulin. Hipoglikemia
berat (kadar gula darah < 50 mg/dl) diberikan
dextrose 40% atau infus glukosa 10-20%.
Bila gelisah diberikan minor atau mayor
tranguilizer.
Analgetik dan anti muntah sesuai indikasi.
Berikan H2 antagonis.
Hati-hati dalam menggerakkan pasien dan
penyedotan lendir karena dapat meningkatkan
TIK.
Mobilisasi bertahap bila pernapasan dan
hemodinamik stabil
Kandung kemih yang penuh dikosongkan.
Rehabilitasi
Edukasi
D. Ulkus dekubitus
Pencegahan
o Memposisikan dan mereposisi tubuh
untuk menghindari penekanan
langsung pada penonjolan tubuh
o Kasur anti dekubitus
Penatalaksanaan
o Mengobati infeksi primer
o Membalut luka dengan cairan
hidrokoloid dan membuat lingkungan
yang optimal untuk penyembuhan
luka
o Membuang jaringan nekrotik
o Optimalisasi status gizi
E. Hiponatremia
Bila kadar natrium darah di bawah 125 mEq/L
koreksi dengan NaCl hipertonik 3%.
G. Disfagia
Pada kasus disfagian berat digunakan pipa
nasigastrik
Menjaga kebersihan mulut
Terapi menelan
I. Depresi
Pencegahan depresi pasca stroke dengan
antidepresan
Terapi nonfarmakologik: latihan fisik, terapi
perilaku.