Kegiatan diawali dengan pretest kemudiaan pembukaan oleh ketua Perdossi NTB dilanjutkan
pemberian materi.
- Foto polos
- CT Scan
- MRI
- Angiografi
- USG
- Pemeriksaan kedokteran nuklir
Indikasi rontgen foto polos :
6. Lesi tulang
1. Trauma kepala
3. Stroke akut
4. Nyeri kepala kronis, curiga peningkatan tekanan intracranial, atau massa intracranial
6. Lesi tulang
• Efek massa
• Hilangnya jaringan
• Tempat lesi
• Sakit kepala
• Muntah
• Perubahan tingkat kesadaran : Paling sensitif dan indikator penting, tahap awal
mungkin tidak spesifik: gelisah, irritabilitas, letargi.
– Perubahan suhu
• Ocular signs
– Pelebaran pupil akibat tekanan pada N III
– Edema papil
• Atasi hipokapnia,
• Analgesik,
• Atasi demam.
• Atasi kejang.
• Drainase LCS
• Mild hypothermia.
• Dilakukan hanya sementara, bila ada tanda herniasi atau peninggian TIK yang tidak dapat
diatasi dengan terapi hiperosmolar.
• Cara: memberikan pernafasan lebih cepat (intubasi + baging atau setting ventilator)
Stroke adalah suatu sindroma klinis yang ditandai oleh gangguan fungsi otak fokal maupun
global mendadak berlangsung lebih dari 24 jam, mempunyai kecenderungan perburukan bahkan
kematian yang diakibatkan oleh satu-satunya gangguan vaskuler
Dasar diagnosis stroke dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT scan (gold standar)
• (2.5 x S) + (2 x M) + (2 x N) + (0.1 D) – (3 x A) – 12
• Penilaian
Manajemen umum:
• Stabilisasi hemodinamik
• Mencegah peninggian tekanan intrakranial
• Pengendalian kejang
– Triple manouver.
• Terapi oksigen.
Stabilisasi hemodinamik
• Pantau elektrolit setiap hari dan segera terapi bila ada kelainan.
• Hindari demam.
• Jaga normovolemia
Kontrol temperature
– Parasetamol, ibuprofen
Stroke hemoragik: TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg berikan obat
antihipertensi.
• Manajemen kejang.
• Manajemen bedah
HARI KE-2:
1. Komosio serebri : Pingsan kurang dari 10 menit atau amnesia paska trauma
kranioserebral.
2. Kontusio serebri : Pingsan lebih dari 10 menit atau ada lesi neurologik yang jelas.
3. Laserasi otak : Kerusakan jaringan otak yang luas dan jaringan otak robek yang
umumnya disertai fraktur tengkorak terbuka.
Penanganan Trauma:
• Primary survey
• Secondary survey
• Terapi definitif
2. Profilaksis kejang
3. Profilaksis infeksi
4. Profilaksis hipotermia
7. Resusitasi cairan
8. Pencegahan DVT
9. Tindakan pembedahan
3. Penurunan kesadaran
6. Kebocoran LCS
Yaitu kerusakan pada medula spinalis karena pergeseran atau kompresi tulang yang
mengakibatkan gangguan baik secara komplit atau parsial
- Umum
• Jika ada fraktur / dislokasi vertebra servikalis fiksasi leher pasang coller, kepala dan
leher jangan digerakkan.
• Cek ABC
• Jika ada fraktur vertebra torakal atau lumbal, fiksasi torakal dengan korset.
Definisi status epilektikus secara tradisional adalah aktivitas bangkitan terus menerus lebih dari
30 menit atau ≥ 2 rentetan bangkitan tanpa adanya periode sadar penuh diantara bangkitan
tersebut. Definisi secara modern digunakan waktu > 5-10 menit. Dan defisini secara praktis :
Setiap pasien yang masih disaksikan kejang hendaklah dianggap status konvulsif.
Terapi profilaksis kejang dapat diberikan pada kondisi
• Kontusio
• fraktur impresi
diberikan phenytoin, dimulai dengan IV loading dose sesegera mungkin untuk menurunkan
resiko kejang paska trauma dalam 7 hari (early onset post-traumatic seizures)
Tetapi profilaksis lanjutan setelah 7 hari dengan phenytoin, carbamazepine atau valproate tidak
secara rutin dianjurkan untuk mencegah kejang paska trauma yang timbul setelah 7 hari (late
onset post-traumatic seizures)
Tatalaksana
Kejang yang tidak berhenti harus diberantas dengan sedative hypnotic agents dosis tinggi
→ Status Epileptikus:
Benzodiazepine dosis yang lebih tinggi (5–10 mg lorazepam, 20–40 mg diazepam atau 5–20 mg
midazolam), dan jika kejang terus berlanjut maka dimulai drip propofol (150 µg/kg/min),
thiopental (0.3–0.4 mg/kg/min), atau pentobarbital (0.2–0.4 mg/kg/min) dengan pemantauan
EEG sampai tercapai gambaran EEG burst suppression
Dosis pemeliharaan
phenytoin (15–18 mg/kg loading dose dilanjutkan 300–400 mg/hari untuk mencapai kadar
terapi 10–20 µ/dL)
Pasien yang sudah pernah mendapat obat harus diperiksa apakah kadar dalam darahnya sudah
mencapai kadar terapi
Kegiatan dilanjutkan dengan post test, praktikum test pemeriksaan neurologi, dan diskusi kasus
kegawatan neurology
DOKUMENTASI KEGIATAN
HARI 1
HARI 2