Anda di halaman 1dari 46

KEGAWATDARURATAN

NEUROLOGI
Oleh kelompok 4
1. Aisyah Nindya
2. Axcel Tri Adi Putra
3. Cici Erlanda
4. Dwi Suci R
5. Fani Okta Fitri
6. Melgarani Putri
7. Putri Marlen Y
8. Rini Andriani
9. Vina Wahyu M
10. Widiati Mawaddah

Dosen Pembimbing :
Ns. Roza Merlinda , Mn
Pendahuluan
Kegawatdaruratan :
 Serangan penyakit tiba-tiba
 Butuh diagnosis, tindakan dan penanganan segera
 Bertujuan untuk menekan angka kesakitan dan
kematian
 Pelaksana harus mempunyai pengetahuan yang
adekuat tentang penyakit, mampu
berkonsultasi dengan baik dengan bidang
terkait.
Kegawatdaruratan neurologi :
Suatu kondisi di bidang neurologi yang
memerlukan tindakan pengobatan segera dan bila
tidak dilakukan dapat menyebabkan kerusakan
lebih berat bahkan kematian.
Carroll LS dan Lorenzo N (2007):
9 jenis kegawatdaruratan neurologi yaitu:
1. Perubahan status mental dan koma
2. Nyeri kepala
3. Cerebrovascular accident : stroke
4. Vertigo
5. Bangkitan kejang : status konvulsivus/epileptikus
6. Neuropathi perifer: krisis miastenia, SGB
7. Multipel sklerosis, neuritis optik
8. Gangguan otot: periodik paralisis
 Jaringan otak merupakan jaringan dengan tingkat
metabolisme tinggi, meskipun pada area
dengan densitas kapiler yang rendah.

 Dengan sedikit saja gangguan akan menimbulkan


gangguan fungsi.

 Fungsi sel otak sangat tergantung pada ketersediaan


O 2  & energi (glukosa) yang kontinyu.

 Tidak ada cadangan O 2  dan sumber energi di otak.


 Injuri serebral :
 Primer
 Sekunder

 Pada stroke akut, trauma kepala, kejang, infeksi


SSP, hipoksik-iskemik akan terjadi gangguan
metabolisme otak berupa ketidak-seimbangan
antara suplai & kebutuhan (demand).
Mekanisme pada kegawatan neurologi

Mekanisme
Injuri Primer Serebral,
melalui:
 Trauma

 Iskemia

 Inflamasi

 Kompressi

 Metabolisme
Injuri Otak Sekunder

 Hipoperfusi
 Global

 Regional

 Hipoksia
 Gangguan elektrolit
atau asam basa
 Injuri reperfusi.
Cerebral Blood Flow (CBF)

• Evaluasi cerebral blood flow dengan mengetahui


cerebral perfusion pressure (CPP)
• Kontrol autoregulasi regional cerebral blood flow
• Hubungan antara deliveri O 2  dengan kebutuhan
O2
 – CPP = MAP – ICP (normal 60-100 m m Hg)
 Infark cerebri tergantung waktu, bila CBF:
 5 ml/100 g/min ~ 30 minutes,
 10 ml/100 g/min ~ > 3 hours,
 15 ml/100 g/min ~ > 3.5 hours,
 18 ml/100 g/min ~ > 4 hours.
Autoregulasi

 Normal :
 CPP 70 – 100 mmHg.
 Untuk mempertahankan CBF 50 ml/100mg/ menit
dibutuhkan CPP 40 - 140 m m Hg

AUTOREGULASI
Mekanisme Autoregulasi
1. Efek lokal dari ion H+ pada pembuluh darah otak.
 Aliran lambat hipoksia atau hiperkapnia
asidosis vasodilatasi serebral dan
peninggian CBF.
 Hipokapnia atau alkalosis vasokonstriksi
serebral.
2. Refleks miogenik sebagai respon terhadap
peregangan otot arteri akibat peningkatan aliran
darah.
Gangguan Autoregulasi

 Akibat stroke, trauma kepala, kejang, hipoksik-


iskemik
 CBF bervariasi sesuai dengan CPP
 Keadaan patologis berupa tekanan perfusi
 pasif
CPP↓ CBF↓ Iskemik (sinkop)
 CPP ↑ CBF ↑ "luxury perfusion“ (ensefalopati
hipertensif)
 CPP < 70 mmHg trauma sekunder.
Prinsip Injuri Serebral

 Cegah pemakaian  Jaga deliveri O 2


O 2 abnormal  Pastikan transportasi
 Atasi demam O 2 baik
 Atasi kejang  Usahakan tekanan
 Atasi rasa cemas, darah optimal
agitasi dan nyeri  Hindari hiperventilasi
 Atasi menggigil rutin
 Stimulasi  Usahakan euvolemia
seminimal  Intubasi yang cepat
mungkin. bila ada tanda-tanda
TIK
 Berikan nimodipine
pada SAH
Jenis-jenis kegawatdaruratan Neurologi :

TIK meningkat : stroke, neoplasma, abses, trauma


Kejang : epilepsi, stroke, infeksi
Penurunan kesadaran : stroke, neoplasma, infeksi,
trauma, epilepsi
Kelemahan/kelumpuhan : stroke, trauma, infeksi,
SGB
Peningkatan TIK

Normal TIK: 5-20 cmH2O


Penyebab : SOL dan edem serebri (edem vasogenik dan
edem sitotoksik)
Edem vasogenik: rusaknya fungsi BBB pada
neoplasma/infeksi (abses)
Edem sitotoksik : disfungsi membran sel dan
peningkatan cairan intraseluler pada stroke, trauma
kepala
Mekanisme kontrol keseimbangan volume

LCS Darah L CSDarah L CSDarah


10% 10% 7% 7% 6% 4%

Otak Otak Otak

80% 86% 90%

TIK Normal
TI
TIK K
Normal
• Peninggian TIK iskemia, kompressi(>20
m m Hg)
Tanda-tanda peningkatan TIK:
 Sakit kepala

  Akibat kompresi saraf kranialis, arteri dan vena

 Memburuk pada pagi hari.


 Diperberat oleh aktivitas.
 Muntah

 Tidak didahului mual.


 Mungkin projektil
 Perubahan tingkat kesadaran

Paling sensitif dan indikator penting, tahap awal


mungkin
tidak spesifik: gelisah, irritabilitas, letargi.
 Perubahan Vital Sign
 Cushing’s triad: Peninggian TDS, bradikardi (muncul
belakangan), pola nafas iregular ( late sign )
 Perubahan suhu
 Ocular signs
 Pelebaran pupil
akibat tekanan
pada N III
 Refleks pupil
melambat dan
anisokor.
 Penurunan fungsi
motorik
 Hemiparesis
atau hemiplegia

Terapi penatalaksanaan peningkatan TIK:
 Posisi tidur 15-30 0
 Usahakan tekanan darah yang optimal.
  Atasi kejang.
  Atasi rasa cemas.
  Atasi rasa nyeri.
 Menjaga suhu tubuh normal < 37,5 0  C.
 Koreksi kelainan metabolik dan elektrolit.
  Atasi hipoksia.
Mengurangi volume LCS:
 Pada hidrosefalus  TIK ↑.
 3 cara :
 kateter intraventrikel,
 Lumbal punksi
 Kateter lumbal.
 Pengaliran LCS dengan kateter lumbal dapat
dikerjakan apabila diyakini pada pemeriksaan imaging
tidak didapatkan massa intrakranial atau hidrosefalus
obstruktif.
Mengurangi volume darah intravaskuler:
 Hiperventilasi  alkalosis respiratori akut 

vasokonstriksi  menurunkan TIK.


 Hemodilusi mempunyai efek menguntungkan terhadap

 ADO dan DO2 serebral.


 Hematokrit 30%  vasokonstriksi  mengurangi
CBV dan TIK.
 Manitol/cairan osmotik lain  efek vasokonstriksi 
CBF ↓.
 Barbiturat atau obat anestesi  CMRO2 ↓ ADO↓ 
CBV ↓ dan TIK↓.
 Hipotermia (pendinginan)
Kejang

Gerakan otot berulang yang biasanya berhenti


spontan dalam 2 menit
Gawat darurat  status epileptikus yaitu serangan kejang
> 30 menit terus menerus dan tanpa perbaikan
kesadaran
Penatalaksanaan : oksigenasi, sirkulasi, terapi
komplikasi, terapi farmakologis ( benzodiazepin,
fenitoin, valproat, fenobarbital, topiramat)
Etiologi :
 Pada penderita epilepsi : putus obat, dosis obat tidak
adekuat
 Bukan penderita epilepsi :stroke, trauma kepala, tumor
otak, gangguan metabolik, intoksikasi

Penatalaksanaan :
 Umum : perbaiki fungsi vital: amankan jalan nafas,
awasi tekanan darah dan jalan nafas, pemasangan
 jalur intravena, NGT, kateter urine, EKG
Terapi medikamentosa :
Hentikan kejang dan koreksi komplikasi
 Tahap premonitoring : diazepam 10 mg iv/per rektal
 Tahap 1 tahap kompensasi (0-30 menit)
Diazepam 10 mg iv /per rektal, jika status
berlanjut, ulang pemberian setelah 15 menit
 Tahap II tahap dekompensasi (30-60 menit)
Jika status berlanjut setelah 30 menit, maka :
Rawat intensif
Fenitoin iv dalam NaCl 0,9 % dosis 15-18 mg/kg kec
50 mg/menit awasi TD dan EKG atau fenobarbital 10-
20 mg/kg sampai 100 mg/menit dengan pengawasan
TD dan respirasi

 Tahap III tahap refrakter (>60 menit)


 Anastesi umum dengan propofol atau tiopental di ICU
Stroke
“STROKE”

A D A LA H

“BRAIN ATTACK”
Pemeriksaan Klinis

 A. Gejala & tanda klinis


 Anamnesa
Pemeriksaan fisik neurologi:
- kesadaran
- saraf kranial
- gangguan motorik
- gangguan sensorik
B. Stroke skor :
 Algoritma Stroke Gajah Mada, Siriraj Stroke Skor

C. Laboratorium darah
D. CT scan & MRI
Penatalaksanaan Umum

1. Posisi kepala & badan 20 0 -30 0


2. Pasang infus
3. Bebaskan jalan nafas
(berikan O2 1-2 L/1’ sampai ada hasil pemeriksaan gas darah)
4. Kandung kemih dikosongkan (kateterisasi intermitten)
5.Penatalaksanaan tekanan darah secara khusus
6. Hiperglikemia atau hipoglikemia segera dikoreksi
7.Suhu tubuh dipertahankan normal
8.Asupan nutrisi per oral (hasil fungsi menelan baik) , bila
gangguan menelan (+) / penurunan kesadaran  NGT
(1500 kalori)
9.Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan 10.
Pemberian cairan IV 24 jam I
11. Mobilisasi & rehabilitasi dini bila kontra indikasi (-)
Krisis Miastenik

Krisis miastenia :
Eksaserbasi penyakit miastenia gravis dimana
kelumpuhan menyebabkan episode akut kegagalan
pernafasan yang memerlukan alat respirator.

Merupakan suatu keadaan yang mengancam


nyawa.

Etiologi:
Infeksi saluran pernafasan
Pemakaian obat-obatan miastenia
Gejala:
 Kelemahan motorik semakin berat
 Kelemahan otot pernafasan
 Disfagi
 Stridor

Penatalaksaan :
• Identifikasi pencetus
• Respirator
• Terapi disfungsi neuromuskuler
Sindroma Gullain Barre

Kedaruratan penyakit ini berupa kegagalan pernafasan,


sehingga terkadang memerlukan ventilator

Gejala klinis:
Diawali dengan lemah keempat anggota gerak dengan
pola asending
Disertai dengan kelainan sensorik
Penatalaksanaan :
Terapi suportif dengan monitoring fungsi vital
Pemasangan intubasi
Terapi medika mentosa : IVIG dan
plasmaparesis
Cedera medula spinalis

Etiologi :
 Kecelakaan lalu lintas
 Jatuh dari ketinggian > 3 X tubuh pasien
 Beban aksial tinggi
 Kekerasan di daerah spinal
 Kecelakaan olah raga

Jenis :
Fraktur, dislokasi, luka tembus,EDH, SDH,
Pada keadaan ini dapat terjadi Syok spinal:
 Paralis flasid, gangguan kontrol BAB dan BAK
 Hilangnya tonus anal, refleks, kontrol otonom

Penatalaksanaan :
Identifikasi pasien, anamnesa, pemeriksaan fisik
(primary survey dan secondary survey)  rujuk
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan Neurologi
1. Sebuah pendekatan yang sistematik
2. Observasi
3. Anamnesa: keluhan utama, waktu, sifat & berat, lokasi
& penjalarannya, faktor yg membuat lebih berat/ ringan,
keluhan lain, Pemeriksaan Fisikpengobatan.
4. Pengkajian Primer: Airway
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien, Kemampuan bicara
verbal, bernafas
b. Tanda obstruksi jalan nafas (snoring atau gurgling,
Stridor, paradoxical chest movements, Sianosis
c. Kaji pergerakan dada
Next...
a. Kaji sisa makanan, muntah, penumpukan saliva dalam
mulut, perdarahan
b. Alat bantu jalan nafas jika diperlukan
5. Pengkajian Primer: Breathing
c. Kaji pengembangan paru
d. Frekuensi nafas, pola nafas
e. Kaji batuk
f. Auskultasi: Ronchi atau wheezing
g. Cek saturasi oksigen
h. Cek analisa gas darah
i. Berikan oksigen sesuai kondisi pasien
Next...

6. Pengkajian Primer: Circulation


a. Palpasi nadi: kaji kekuatan, frekuensi dan irama
b. Kaji capilary refill
c. Kaji warna kulit
d. Kaji temperatur
e. Kontrol perdarahan yang mengancam kehidupan
Pengkajian Primer: Disability
f. Kaji tingkat kesadaran
g. Kaji pupil (bentuk, ukuran, reaksi terhadap cahaya)
h. Kaji adanya defisit neurologis
7. Pengkajian Primer: Exposure
a. Buka pakaian pasien, periksa cedera pada pasien.
b. Diduga cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line
c. Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada
punggung pasien.
d. Perlu diperhatikan saat pemeriksaan exposure, hanya
selama pemeriksaan eksternal.
8. Pengkajian Sekunder
e. Tanda vital: TD, Nadi, pernafasan, suhu
f. Status neurologik: GCS, pupil, fungsi serebri umum, fs
serebri khusus, fs saraf kranial, fungsi motorik, fungsi
sensorik, fungs serebelum, refleks, rangsang meningeal.
g. Tanda & gejala Peningkatan TIK
9. Riwayat Kesehatan
a. perubahan intelektual, gangguan memori, perubahan
kepribadian, sakit kepala, kejang, penurunan kesadaran,
vertigo, gangguan penglihatan/ pendengaran, kesulitan
bicara, disfungsi bowel/ bladder, disfagia Keluhan utama
dan riwayat penyakit saat ini
b. riwayat hipertensi, stroke, jantung, DM, trauma kepala,
riwayat pembedahan, gangguan neuromuskuler Riwayat
penyakit dahulu
c. penyakit keturunan
d. Riwayat merokok, konsumsi alkohol, obat, eksposure zat
karsionogenik Riwayat penyakit keluarga & riwayat sosial
10. pemeriksaan GCS
Eye Motorik Verbal
(4) Spontan (6) Menurut perintah (5) Orientasi baik
(3) Terhadap bicara (5) Orientasi baik (4) Kacau (Confused)
(2) Dengan rangsang nyeri (4) Reaksi menghindar (3) Tidak tepat
(1) Tidak ada reaksi (3) Reaksi fleksi (2) Mengerang (1) Tidak
(dekortikasi) ada jawaban
(2) Reakasi ekstensi
(deserebrasi
(1) Tidak ada reaksi
Diagnosa

Kemungkinan Diagnosa Yang Muncul Secara Tioritis


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan
dengan penurunan aliran darah ke otak (aterosklerosis,
embolisme)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna
makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus.
 
Intervensi

No Diagnosa Noc Nic Aktivitas


1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan : Monitor 1.monitor tingkat
perfusi jaringan perifer dengan neurologi kesadaran
perifer berhubungan indikator 2. monitor tanda-
dengan penurunan kelemahan otot tanda vital: suhu,
aliran darah ke otak dipertahankan tekanan darah,
(aterosklerosis, pada deviasi berat denyut nadi dan
embolisme) dari kisaran respirasi
normal (1) 3.monitor respon
ditingkatkan ke terhadap stimuli :
deviasi sedang verbal, taktil dan
dari kisaran (respon) bahaya
normal (3) 4. monitor respon
terhadap obat
5. identifikasi pola
data yang muncul
2. Ketidakseimbanga Status nutrisi : Manajemen 1.tentukan status
n nutrisi kurang asupan nutrisi nutrisi gizi pasien dan
dari kebutuhan dengan indikator : kemampuan untuk
tubuh asupan kalori memenuhi
berhubungan dipertahankan pada kebutuhan gizi
dengan tidak adekuat (1) 2.tentukan apa yang
ketidakmampuan ditingkatkan ke menjadi preferensi
untuk mencerna cukup adekuat (3) makanan bagi
makanan, pasien
penurunan fungsi 3.identifikasi
nerfus hipoglosus. adanya alergi atau
  intoleransi makanan
yang dimiliki pasien
4.tawarkan
makanan ringan
yang padat gizi
5.monitor kalori
dan asupan
makanan
TERIMA KASIH........

Anda mungkin juga menyukai