Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut
bronchopneumonia) (infeksi.com, 2007). Pneumonia yang
dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pencandu alkohol, pasien pascaoperasi, orang-orang dengan penyakit gangguan
pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum
adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh
menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan
(infeksi.com, 2007).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005
memperkirakan kematian balita akibat pneumonia
1

diseluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6


2,2 juta. Dimana sekitar 70 persennya terjadi di
negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia
Tenggara. Persentase ini terbesar bahkan bila
dibandingkan dengan diare (17 persen) dan malaria (8
persen)(farmacia.com,2006).
Di Indonesia, prevalensi pneumonia pada balita
cenderung meningkat. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kematian balita akibat
pneumonia meningkat, berkisar 18,5 -38,8 persen.
Berdasarkan data laporan bulanan program P2 ISPA Dinas
Kesehatan Kota Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan
kejadian pneumonia diwilayah kerja Puskesmas Pekauman
didapatkan kejadian bulan januari sampai maret
sebanyak 137 balita yang terserang pnemonia, ini
merupakan peringkat pertama di provinsi Banjamasin
sedangkan peringkat kedua(118 balita) dan ketiga(111
balita) berada diwilayah kerja Puskesmas Kayu Tangi
dan Puskesmas Kuin Raya.
Pneumonia merupakan 'predator' balita nomor satu
di negara berkembang. Semakin banyak balita terserang
pneumonia maka semakin banyak balita yang meninggal

karenanya. Rendahnya status gizi balita dan kurangnya


pengetahuan orang tua dapat memperburuk keadaan yang
menyebabkan balita dapat terserang pneumonia. Oleh
sebab itu pencegahan sedini mungkin merupakan faktor
yang sangat penting untuk mengurangi resiko terjadinya
pneumonia seperti peningkatan status gizi pada anak,
peningkatan pengetahuan orang tua dan imunisasi.
Bedasarkan fenomena inilah peneliti tertarik
mengambil judul GAMBARAN STATUS GIZI BALITA (0-5
TAHUN) DENGAN PNEUMONIA DI PUSKESMAS PEKAUMAN
BANJARMASIN

B. Permasalahan
1.Pernyataan Masalah
Pneumonia merupakan 'predator ' balita nomor
satu di negara berkembang. Rendahnya status gizi
balita dan kurangnya pengetahuan orang tua dapat
memperburuk keadaan pneumonia. Dari bulan januari
sampai maret sebanyak 137 balita yang terserang
pnemonia, ini merupakan peringkat pertama di
provinsi Banjamasin sedangkan peringkat kedua(118

balita) dan ketiga(111 balita) berada diwilayah


kerja Puskesmas Kayu Tangi dan Puskesmas Kuin Raya.
2.Pertanyaan Masalah
Bagaimanakah gambaran status gizi balita (0-5
tahun) dengan pneumonia di Puskesmas Karang Pekauman
Banjarmasin.

C. Tujuan peneliti
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran status gizi balita (0-5
tahun) dengan pneumonia di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin.
2.

Tujuan khusus
Mengidentifikasi gambaran status gizi baik,
sedang, kurang dan buruk pada balita (0-5 tahun)
dengan pneumonia di Puskesmas Pekauman Banjarmasin.

D. Manfaat Penelitian
1.Manfaat Profesi Keperawatan / Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan memperkuat
teori keperawatan khususnya berhubungan dengan
pneumunia.

2.Manfaat Metodologi Institusi Pendidikan


Penelitian ini akan menjadi dasar untuk
penelitian lebih lanjut dan dapat memperkaya
penelitian keperawatan yang terbatas jumlahnya.
3.Manfaat Instansi kesehatan / Puskesmas
Sebagai bahan kebijakan atau pembuatan
keputusan, masukan dan memberikan gambaran kepada
petugas kesehatan dan masyarakat tentang status gizi
mempengaruhi penyakit pneumonia pada balita yang
menjadi masalah kesehatan diwilayahnya.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Status Gizi


1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses
digesti

absorpsi,

pengeluaran

penyimpanan,

zat-zat

mempertahankan

yang

tidak

kehidupan,

metabolisme
digunakan

pertumbuhan

dan

dan
untuk

fungsi

normal sari organ-organ, serta menghasilkan energi


(I. Dewa. dkk. 2002).
Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam
bentuk

variabel

tertentu,

atau

perwujudan

dari

nutriture dalam bentuk variabel tertentu(I. Dewa.


dkk. 2002).
Status

gizi

adalah

keadaan

gizi

berdasarkan

pengukuran, perubahan dan percepatan serta kecepatan


pertumbuhan

menurut

umur

dan

berat

badan

yang

terdapat pada KMS.


Prilaku sehat yang positif umumnya terdiri dari
imunisasi,

pola

tidur

yang

tepat,

olahraga

yang

adekuat dan nutrisi. Kemudian model agens-pejamulingkungan

diperluas

kedalam

suatu

teori

umum

tentang berbaai penyebab penyakit. Sampai beberapa


decade terakhir, secara umum diyakini bahwa penyebab
tunggal penyakit dapat di identifikasi.
infeksi

secara

khusus

diperkirakan

Penyakit
mempunyai

penyebab tunggal: dimana agens (missal bakteri atau


virus) dianggap sebagai satu-satunya penyebab. Saat
ini

diketahui

bahwa

sebagian

besar

penyakit

mempunyai beberapa penyebab, sesui dengan peryataan


model agens-pejamu-lingkungan (potter 2005).
2.

Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian

status

gizi

secara

langsung

dapat

dibagi atau penilaian yaitu : antropologi, klinis,


biokomia

dan

biopisik,

masing-masing

penilaian

tersebut bisa dibahas secara umum sebagai berikut:


a.

Antropometri
Pengertian :
Secara

umum

antropometri

artinya

ukuran

tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi,


maka

antropometri

berbagai

macam

gizi

berhubungan

pengukuran

dimensi

atau

dengan

tubuh

dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan


tingkat gizi.
Antropometri
melihat

ketidak

secara

umum

seimbangan

digunakan

asupan

untuk

protein

dan

energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola


pertumbuhan

fisik

dan

proporsi

jaringan

tubuh

seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.


b.

Klinis
Pengertian :
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat
penting
metode
yang

untuk
ini

didasarkan

terjadi

cukupan

zat

menilai

yang
gizi.

status
atas

ini

masyarakat

perubahan-perubahan

dihubungkan
Hal

gizi

dengan

dapat

ketidak

dilihat

pada

jaringan epitel (supervicial epithecial fissues)


seperti kulit, maka rambut dan mukosa oral atau
pada

organ-organ

yang

dekat

dengan

permukaan

tubuh seperti kel. Tyroid.


c.

Biokimia
Pengertian :
Penelitian
adalah

status

pemeriksaan

gizi

specimen

dengan
yang

Biokimia

diuji

secara

laboratories yang dilakukan pada berbagai macam


jaringan
antara

tubuh.
lain

Jaringan
darah,

tubuh

urine,

yang

digunakan

tinia

dan

juga

berbagai jaringan tubuh seperti hati dan otot.


d.

Biofisik
Pengertian :
Penentuan status gizi secara biofisik adalah
metode

penentuan

status

gizi

dengan

mehat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat


perubahan struktur dari jaringan.
3.

Jenis-jenis Pertumbuhan
Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi
dua yaitu : Pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan

massa

jaringan.

Dari

sudut

pandang

antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini mempunyai


arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan
status gizi yang dihubungkan pada saat lampau dan
pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang

dihubungkan

pengukuran.

pada

saat

sekarang

atau

saat

10

a.

Pertumbuhan linier
Bentuk dari ukuran linier adalah ukuran yang
berhubungan dengan panjang. Contoh ukuran linier
adalah panjang badan, lingkar dada dan lingkar
kepala

ukuran

menunjukkan

linier

keadaan

yang

gizi

rendah

yang

biasanya

kurang

akibat

kekurangan energi dan protein yang diderita pada


waktu lampau. Ukuran linier yang paling sering
digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
b.

Pertumbuhan massa jaringan


Bentuk

dan

ukuran

massa

jaringan

adalah

massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan adalah


berat badan, Lingkar Lengan Atas (LLA) dan tebal
lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini rendah atau
kecil,

menunjukkan

keadaan

gizi

kurang

akibat

kekurangan energi dan protein yang diderita pada


waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan
yang paling sering digunakan adalah Berat Badan.
(Fajar dkk. 2002).

11

4.

Antropometri Gizi
Antropometri

gizi

adalah

b/d

berbagai

macam

pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari


berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Beberapa

syarat

yang

mendasari

penggunaan

dapat

digunakan,

antropometri adalah :
a.

Alatnya
seperti
alat

mudah

dacin,

pengukur

pita

di

lingkar

panjang

bayi

dan

atau

mikrotoa

yang

dapat

dan

dibuat

sendiri dirumah.
b.

Pengukuran

dapat

dilakukan

berulang-ulang

dengan mudah dan objektif.


c.

Pengukuran

bukan

hanya

dilakukan

dengan

tenaga khusus profesional, juga untuk tenaga lain


setelah dilatih untuk itu.
d.

Biaya

relatif

murah,

karena

alat

mudah

didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan lainnya.


e.

Hasil

mudah disimpulkan,

karena mempunyai

ambang batas (cut off point) dan baku rujukan


yang sudah pasti.
f.

Secara
semua

negara

ilmiah diakui
menggunakan

kebenarannya, hampir
antropometri

sebagai

12

metode

untuk

mengukur

khususnya

untuk

gizi.

ini

Hal

status

penapisan

gizi

masyarakat,

(screening)

dikarenakan

diakui

status

kebenarannya

secara ilmiah.
5.

Jenis Parameter
Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia
antara lain :
a.

Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan
status

gizi,

menyebabkan

kesalahan

penentuan

interpretasi

status

umur

gizi

akan

menjadi

salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan BB yang


akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat.
Menurut
batasan

Puslitbang

umur

digunakan

Gizi
adalah

Bogor
penuh

(1980),

(Completed

year) dan untuk anak umur 0 - 2 digunakan bulan


usia penuh (Completed month).
Contoh :

Tahun usia penuh (Completed year)

Umur

7 Tahun 2 bulan, dihitung 2 Tahun

6 Tahun 11 bulan, dihitung 6 bulan.

13

Contoh :

Bulan usia penuh (Comleted month)

Umur

4 Bulan 5 hari, dihitung 4 bulan

3 Bulan 27 hari, dihitung 3 bulan


b.

Berat Badan
Berat

badan

merupakan

ukuran

antropometri

yang terpenting dan paling sering digunakan pada


bayi baru lahir (neonatus). BB digunakan untuk
mendiagnosa

bayi

normal

atau

BB

LR.

Dikatakan

BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram


atau dibawah 2,5 kg. Pada bayi balita BB dapat
digunakan
maupun

status

klinis,
adanya

untuk

melihat
gizi,

seperti
tumor.

digunakan

laju

kecuali

dehidrasi,
Disamping

sebagai

pertumbuhan

dasar

terdapat
asires,

itu

pula

perhitungan

fisik

kelainan

edema
BB

dan
dapat

dosis

obat

untuk makanan.
Berat

badan

menggambarkan

jumlah

dari

protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada


remaja,

lemah

tubuh

cenderung

meningkat

dan

protein otot menurun. Pada orang yang edema dan


acrtes

terjadi

penambahan

cairan

dalam

tubuh.

14

Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan


otot,

khususnya

terjadi

pada

orang

kekurangan

gizi.
c.

Tinggi Badan
Tinggi
penting

Badan

merupakan

parameter

yang

bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan

sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.


Di

samping

itu

tinggi

badan

merupakan

ukuran

kedua yang penting, karena dengan menghubungkan


Berat Badan terhadap tinggi badan, faktor umur
dapat dikesampingkan.
Pengukuran

tinggi badan

untuk anak

Balita

yang sudah dapat berdiri di lakukan dengan alat


pengukur

mikrotoa

(microtoise)

yang

mempunyai

ketelitian 0,1 cm. (Fajar dkk, 2002).


6.

Indeks Antropometri
Beberapa
digunakan

yaitu

Indeks
Berat

antropometri
Badan

menurut

yang

sering

Umur

(BB/U),

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan


menurut Tinggi Badan (BB/TB). Perbedaan penggunaan
indeks tersebut akan memberikan gambaran prevelensi
status gizi yang berbeda.

15

a.

BB menurut Umur (BB/U)


BB

adalah

memberikan
sangat

salah

gambaran

massa

sensitive

mendadak.

satu

parameter

tubuh.

terhadap

Misalnya

infeksi

menurutnya

jumlah

makanan

karena
napsu

yang

yang

Massa

tubuh

perubahan

yang

terserang

makan

penyakit,

atau

dikonsumsi.

menurunnya
BB

adalah

parameter yang sangat stabil.


Dalam

keadaan

normal,

dimana

keadaan

kesehatan baik untuk keseimbangan antara konsumsi


atau kebutuhan gizi terjamin. Maka BB berkembang
mengikuti
keadaan

pertambahan

yang

umur.

abnormal.

Sebaliknya

Terdapat

dalam

kemungkinan

perkembangan BB yaitu dapat berkembang cepat atau


lambat

dari

keadaan

normal.

Berdasarkan

karakteristik BB ini, maka indeks BB menurut umur


digunakan
status
yang

sebagai

zat

gizi

labil,

status

gizi

maka

salah

satu

mengikat
BB

seseorang

nutritional status).

U.

caa

pengukuran

karakteristik
Lebih
saat

BB

dan

menggambarkan
ini

(Current

16

b.

TB menurut Umur (TB/U)


TB

menurut

merupakan

antropometri

yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skektal. Pada


keadaan

normal

TB

tumbuh

seiring

dengan

pertambahan umur, pertumbuhan tinggi badan tidak


seperti

BB,

relatif

kurang

masalah

kekurangan

gizi

Pengaruh

defisiensi

zat

sensitif

dalam
gizi

terhadap

waktu

pendek.

terhadap

TB

akan

nampak dalam waktu yang relatif.


c.

Berat Badan Menurut Tinggi Badan


Berat Badan memiliki hubungan yang linier
dengan

tinggi

badan.

perkembangan

berat

pertumbuhan

tinggi

tertentu.

Dalam

badan

Jelliffe

badan
pada

keadaan

akan

searah

dengan
tahun

normal,
dengan

kecepatan
1966

telah

memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi


status

gizi

saat

ini

(sekarang).

Indeks

BB/TB

adalah merupakan indeks yang independent terhadap


umur (Fajar dkk, 2002).

17

7.

Penggunaan Indeks Antropometri Gizi


Diantara

bermacam-macam

indeks

antropometri.

BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan


sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga, menggunakan
indeks

TB/U

dan

BB/TB

untuk

membedakan

apakah

kekurangan gizi terjadi kronis atau akut. Keadaan


gizi

kronis

atau

akut

mengandung

arti

terjadi

keadaan gizi yang dihubungkan dengan masa lalu dan


waktu

sekarang.

Pada

keadaan

kurang

gizi

kronis,

BB/U dan TB/U rendah, tetapi BB/TB normal. Kondisi


ini sering disebut dengan stunting.
Pada

tahun

1978,

WHO

lebih

menganjurkan

penggunaan BB/TB, karena menghilangkan faktor umur


yang menurut pengalaman sulit di dapat secara benar,
khususnya didaerah terpencil dimana terdapat masalah
tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga
menggambarkan

keadaan

kurang

gizi

akut

waktu

sekarang, walaupun tidak dapat menggambarkan keadaan


gizi waktu lampau.
Ambang Batas dapat disajikan kedalam tiga cara
yaitu, persen terhadap mebran, persentil dan standar

18

deviasi unit. Salah satunya adalah persen terhadap


mebran.

Membrane

adalah

nilai

tengah

dari

suatu

populasi. Dalam antropometri gizi mebran sama dengan


persentil

50.

Nilai

mebran

ini

dinyatakan

sama

dengan 100% (Untuk standar). Setelah itu dihitung


persentase terhadap nilai mebran untuk mendapatkan
ambang batas.
Tabel 2.1.
Status gizi berdasarkan indeks antropometri

Status Gizi

BB / U

Gizi lebih

> 120 %

Gizi Baik

80 % - 120 %

Gizi Sedang

70 %

Gizi Kurang

60 %

Gizi Buruk

< 60 %

19

20

21

B.Tinjauan Teoritis Pneumonia


1. Pengertian
Pneumonia
parenkim

adalah

paru

yang

suatu

inflamasi

disebabkan

dari

oleh

agen

mikrobakterial.( smeltzer & Bare, 2005 ). Pneumonia


adalah suatu proses inflamasi dimana kompartemen
alveolar

terisi

oleh

eksudat.(

Asih,

Niluh

Gede

Yasmin, 2004 ). Pneumonia adalah peradangan yang


mengenai

parenkim

paru,

distal

dari

brokhiolus

terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius


dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Slamet
Suyono,

dkk.

2001

).

Dari

beberapa

pengertian

diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit pneumonia


adalah

penyakit

radang

tepatnya

terjadi

pada

tepatnya

terjadi

pada

paru-paru
parenkhim
parenkhim

atau

tepatnya

paru-paru
hingga

atau
sampai

mengenai area alveoli yang dapat disebabkan oleh


bermacam-macam

factor,

seperti

bakteri,

virus,

jamur,dan benda-benda asing yang terjadi pada anak.

22

2. Etiologi
Menurut Nursalam, 2005 Berdasarkan etiologis
dari

pneumonia

disebabkan

oleh

bakteri,

virus,

jamur, aspirasi, pneumonia hipostatik, dan sindrom


loeffler.

Secara

klinis

biasa,

berbagai

etiologi

ini sulit dibedakan. Untuk pengobatan yang tepat


pengetahuan

mengenai

penyebab

diperlukan,

sehingga

pembagian

lebih

nasional

pneumonia
etiologi

dibandingkan

dengan

sangat
dianggap

pembagian

anatomis.
Berdasarkan

penyebabnya,

pneumonia

bisa

bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi,


dengan

sumber

utama

jamur,

berbagai

bakteri,

senyawa

virus,

kimia

mikroplasma,

maupun

partikel.

Salah satu penyebabnya antara lain :


a. Pneumonia oleh bakteri.
Pneumonia
menyerang

yang

siapa

dipicu

saja,

dari

oleh
bayi

bakteri
sampai

biasa
usia

lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi,


orang-orang dengan penyakit gangguan pernafasan,
sedang terinfeksi virus, atau menurun kekebalan

23

tubuhnya,

adalah

yang

Sebenarnya

bakteri

penyebab

paling

umum

adalah

paling

beresiko.

pneumonia

Streptococcus

sudah ada dikerongkongan

yang

pneumoniae

manusia sehat. Begitu

pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua


atau

mal

nutrisi,

bakteri

segera

memperbanyak

diri dan menyebabkan kerusakan.


b. Pneumonia oleh virus.
Setengah
diperkirakan
makin

dari

kejadian

disebabkan

banyak

saja

pneumonia

oleh

virus.

virus

yang

Saat

ini

berhasil

diidentifikasi. Meski virus-vius ini kebanyakan


menyerang

saluran

pernafasan

bagian

atas

terutama pada anak-anak gangguan ini bias memicu


pneumonia.

Untunglah

sebagian

besar

pneumonia

jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu


singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan
virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang
menyebabkan
paru

akan

kematian,

Virus

berkembangbiak

yang

walau

menginfeksi

tidak

jaringan paru yang dipenuhi cairan.

terlihat

24

c. Pneumonia mikoplasma
Pneumonia
tanda-tanda
pneumonia
yang

jenis

fisiknya

pada

diduga

ini

berbeda

bila

dibandingkan

umumnya.

disebabkan

Karena
oleh

gejala

itu,

virus

dan

dengan

pneumonia

yang

belum

ditemukan ini serimg juga disebut pneumonia yang


tidak

tipikal(Atypical

pneumonia).

Pneumonia

mikoplasma mulai diidentifikasikan dalam perang


dunia ke II. Mikoplasma adalah agaen terkecil di
alam

bebas

yang

menyebabkan

penyakit

pada

manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan


sebagai

virus

maupun

bakteri,

meski

memiliki

karakteristik keduanya.
Pneumonia

yang

dihasilkan

biasanya

berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma


menyerang
sering

segala

pada

jenis

anak

pria

usia,
remaja

Tetapi
dan

paling

usia

muda.

Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada


yang tidak diobati(www.infeksi.com)
Sedangkan

menurut

mengklasifikasikan

Slamet
pneumonia

Suyono,
menjadi

dkk.
2

2001

bagian,

25

yaitu :
a. Bakterial.

Steptococcus

Influenzae,

L.

pneumoniae,

pneumophillia,

H.

Klebsiella,

Pseudomonas, E.colli, Mycoplasma, Chlamydia, dll


b. Nonbakterial : tuberkolosis, virus, fungi, dan
parasit.
Pembagian

pneumonia

ini

tidak

mempertimbangkan

gambaran klinisnya. Cara ini bermanfaat dari asfek


patologi-anatomi,
klinis

karena

namun
kuman

kurang

bermanfaat

sacara

pneumonia

belum

penyebab

diketahui saat pasien datang dan memerlukan terapi.

3. Patofisiologi
Menurut

Asih,

Niluh

Gede

Yasmin

(2004)

Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, protozoa


atau riketsia; pneumonitis hipersensitivitas dapat
menyebabkan penyakit primer. Pneumonia dapat juga
terjadi akibat respirasi. Paling jelas adalah pada
klien

yang

diintubasi,

kolonisasi

trachea

dan

terjadi mikro aspirasi sekresi saluran pernafasan


atasyang

terinfeksi.

mengakibatkan

Tidak

pneumonia.

semua

kolonisasi

Mikroorganisme

akan
dapat

26

mencapaiparu melalui beberapa jalur :


a. Ketika

individu

atau

yang

berbicara,

terinfeksi

batuk,

mikroorganisme

bersin

dilepaskan

kedalam udara dan terhirup oleh orang lain.


b. Mikroorganisme

dapat

juga

terinspirasi

dengan

aerosol ( gas nebulasi) dari peralatan terapi


pernafasan yang terkontaminasi.
c. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya
buruk,

flora

normal

orofaring

dapat

menjadi

patogenik.
d. staphylococcus

dan

bakteri

gram-negatif

dapat

menyebar melalui sirkulasi dan infeksi sistemik,


sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi.
Pada
mencapai

individu

paru

yang

dikeluarkan

sehat,
atau

pathogen

tertahan

yang

di

pipi

melalui mekanisme pertahanan diri seperti refleks


batuk, klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh
makrofag

alveolar.

pathogen

yang

Pada

masuk

individu

kedalam

tubuh

yang

rentan,

memperbanyak

diri, melepaskan toksin yang bersifat merusak dan


menstimulasi responinflamasi dan respon imun, yang
keduanya

mempunyai

efek

samping

merusak.

Reaksi

27

antigen-antibody

dan

endotoksin

yang

dilepaskan

oleh beberapa mikroorganismerusak membrane mukosa


bronchial

dan

membrane

alveolokapilar.

Inflamasi

dan edema menyebabkan sel-sel acini dan bronkhiolus


terminalis

terisi

oleh

debris

infeksius

dan

eksudat, yang menyebabkan abnormalitas ventilasiperfusi.

Jika

staphylococcus

pneumonia
atau

bakteri

disebabkan

oleh

gram-negatif

dapat

terjadi juga nekrosis parenkim paru.


Pneumonia
pneumokokkus,

pneumococcus.

organisme

S.

Pada

pneumonia

pneumoniae

merangsang

respon inflamasi dan eksudat inflamasi menyebabkan


edeme

alveolar,

yang

perubahan-perubahan

selanjutnya

lain

lihat

mengarah
pada

pada

gambar).

Pneumonia viral . Pneumonia yang disebabkan oleh


virus

biasanya

bersifat

ringan

dan

self-limited

tetapi dapat membuat tahap untuk infeksi sekunder


bakteri

dengan

memberikan

suatu

lingkungan

yang

ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak


sel-sel

epitel

bersilia,

yang

normalnya

mencegah

masuknya pathogen kejalan nafas bagian bawah.

28

4. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala temuan subjektif pada klien
dengan pneumonia termasuk dispnea, takipnea, nyeri
dada

pleuritik,

batuk

produktif,

demam,mengigil,
dengan

hemoptisis,

dan

berbusa

atau

sputum

purulen. Sedangkan temuan objektif termasuk demam,


membebat hemotoraks yang sakit, hipoksemia, bunyi
pekak

saat

perkusi,

krakles

dan

tidak

adabunyi

nafas pada bidang paru yang sakit, (Asih, Niluh


Gede Yasmin 2004)
Gejala
dengan
dada,

penyakit

prnyakit
demam

tanda-tanda

dan

pneumonia

pneumonia

termasuk

kesulitan

menderita

yang

berhubungan

batuk,

bernafas.

pneumonia

dapat

sakit

Sedangkan
diketahui

setalah menjalani pemeriksaan X- tray(Rongent)dan


pemeriksaan sputum (www.infopenyakit.com).
Gejala

penyakit

pneumonia

ini

berupa

nafas

cepat dan nafas sesak, karena paru-paru meradang


secara mendadak. Batas nafas cepat adalah frekuensi
pernafasan sebanyak 50x/m atau lebih pada anak usia
2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40x/m atau
lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang 5 tahun.

29

Pada

anak

usia

dibawah

bulan

tidak

dikenal

diagnosis pneumonia. (www.infeksi.com)


Gejala yang timbul pada penderita pneumonia
yaitu demam dan mengigil akibat proses peradangan,
batuk

yang

berwarna

sering

merah

produktif

karat,

merah

dan

purulen,

muda

atau

sputum

kehijauan

denag n bau yang khas, adanya bunyi paru tambahan


(krekel), rasa lelah akibat reaksi peradangan dan
hipoksia akibat infeksi yang serius, nyeri pleura
akibat peradangan dan edema, sering terjadi respon
dispneu,

mungkin

timbul

tanda-tanda

sianosis,

ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus


dan

hemoptisis,

cidera

toksin

reaksi

batu

darah

langsung

peradangan

dapat

pada

yang

terjadi

kapiler

atau

menyababkan

akibat
akibat

kerusakan

kapiler.(Elizabeth J,. Corwin, 2001)


5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
menurut

(Asih,

penunjang
Niluh

Gede

pada

klien

Yasmin,

pneumonia

2004)

dapat

mencakup yang berikut, namun demikan tidak terbatas


yang

tertera

disini

saja,

tetapi

prosedur ini sering dilakukan, yaitu:

sacara

umum

30

a. Ronsen

dada

untuk

memastikan

konsolidasi

dan

distribusi paru, dan efusi pleura.


b. Pemeriksaan sputum kultur dan sensitivitas untuk
mengatasi organisme penyebab.
c. Pemeriksaan

analisa

gas

darah

(AGD)

untuk

mengevaluasi status kardio pulmoner sehubungan


dengan oksigenasi.
d. Hematologi; hitung sel darah putih (SPD) untuk
pneumonia bakterialis dan aglutinin dingin dan
fiksasi komplemen untuk pemeriksaan virus.
e. Torasentesis

untuk

mendapat

spesimen

cairan

pleural bila terdapat efusi pleural.


6. Penatalaksanaan medis
Pengobatan
oksigenasi

medis

dengan

oksigen

Digunakan

antibiotic

pneumonia

bakteri

sensitivitas.
diperlukan

Jika

mencakup
dan

secara

terapi
IV

berdasarkan
terjadi

torasentesis

memperbaiki

untuk

mengobati

kultur

efusi
atau

pernafasan.

dan

uji

pleura,

mungkin

drainase

selang

toraks.( Cecily L. Betz, 2002 )


Sedangkan

menurut

Asih,

Niluh

Gede

Yasmin

( 2004), Penatalaksanaan pneumoni bergantung pada

31

penyebabnya.

Meski

di

identifikasi

organisme

penyebab spesifik merupakan tindakan ideal, sering


kondisi

klien

mengharuskan

pemberian

antibiotic

yang didasarkan pada agens infeksius yang paling


mungkin. Anti biotika spectrum luas yang efektif
terhadap organisme baik gram-negatif maupun grampositif biasanya diberikan sambil terus melakukan
pemeriksaan

untuk

mengisolasi

organisme

penyebab

spesifik. Pneumonia oleh virus diatas hanya dengan


terapi

suportif,

kecuaijika

terdapat

infeksi

bakteri sekunder.

Terapi oksigen, hidrasi adekuat, nutrisi dan


ventilasi
nafas

akut

pengobatan
mungkin

mekanik

jika

juga

merupakan

pneumonia.

diindikasikan

diindikasikan

komponen

Bronkhoskopi
untuk

untuk

masalah

gagal

rencana

terapeutik
sekresi

yang

sangat sulit atau untuk membantu dalam menegakkan


diagnosis.

32

C. Kerangka Konseptual

Pneumonia

Penilaian siklus gizi


1. Antopometri :
BB/U
2. Klinis
3. Bikmia
4. Biofisik

Bakteri virus
microplasma

Ket :
: Tidak Diteliti
: Diteliti

Status Gizi
- Gizi buruk
- Gizi kurang
- Gizi sedang
- Gizi baik
- Gizi lebih

33

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian
Desain
suatu

penelitian

tahap

berhubungan

merupakan

keputusan
dengan

yang

hasil

dibuat

bagaimana

suatu

akhir

oleh

dari

peneliti

penelitian

bisa

diterapkan. Desain sangat erat dengan kerangka konsep


penelitian

sebagai

petunjuk

perencanaan

pelaksanaan

suatu penelitian ( Nursalam,2003 )


Sedangkan
Crossectional
mempelajari

rencana
Survey

dinamika

bangun
yaitu

atau

yang

digunakan

suatu
observasi

adalah

penelitian

yang

sekaligus

pada

suatu saat point time approach artinya setiap subjek


karya di observasi sekali saja pengukuran. Di lakukan
terhadap

status

karakter

atau

variabel

subjek

pada

saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua


subjek

penelitian

diamati

(Notoatmojo, 2002).

33

pada

waktu

yang

sama

34

Penelitian ini bersifat deskirtip yaitu bertujuan


untuk

memaparkan

tahun)

Dengan

Gambaran
Pneumnia

Status
Di

Gizi

balita

Puskesmas

(0-5

Pekauman

Banjarmasin.

B. Kerangka Kerja
Sampel

Populasi

Di observasi tentang
status gizi menurut
BB/U

Di identifikasi
gambaran tentang
status gizi.

Penyajian hasil

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi
yang

adalah

menyangkut

keseluruhan

masalah

yang

subyek

variabel

diteliti.

Variabel

tersebut bisa berupa orang, kejadian atau suatu yang


akan dilakukan penelitian (Nursalam, 2001).
Populasi dalam penelitian ini adalah balita di
wilayah kerja Puskesmas Pekauman. yang berjumlah 137
balita.

35

2. Sampel
Sampel

adalah

keseluruhan

obyek

yang

akan

diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan populasi


(Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
Sampel berjumlah 58 orang berdasarkan formulasi
nursalam (2003) adalah sebagai berikut :
n

N
1 N (d ) 2

Ket :

= Jumlah sampel

N = Besar populasi
d = Tingkat signifikansi (p)

Bila,

N = 137 orang
d = 0,1 (10%)

137
137

58
2
1 137(0.1)
2.37

Jadi,

n = 58 orang

3. Sampling
Pengambilan

sampel

ini

adalah

dengan

purposive sampling adalah suatu tehnik penetapan


sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai

dengan

yang

dikehendaki

penelitii

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel

36

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang


telah

dikenal

penelitian

sebelumnya

menentukan

(Nursalam,2003)

sampling

dengan

Dalam

kriteria

inklusi dan eksklusi.


Kriteria
subyek

inklusi

peneliti

terjangkau

yang

dari
akan

adalah
suatu

karakteristik
populasi

diteliti

umum

target

(Nursalam

dan

dan
Siti

Pariani, 2001 ).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Ibu

yang

mempunyai

balita

dengan

pneumonia

di

wilayah kerja puskesmas pekauman.


b. Ibu yang mempunyai balita dengan pneumonia < 1
minggu.
c. Balita yang memiliki KMS.
d. Balita yang ibunya bersedia diteliti.
e. Balita yang ibunya kooperatif.
Kriteria

enklusi

adalah

menghilangkan

atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi


karena

gangguan

penyakit,

hambatan

etis,

subyek

menolak dan sebagainya.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu:

37

a. Ibu

dengan

balita

yang

mempunyai

penyakit

Bronkopneumonia.
b. Ibu

dengan

balita

mempunyai

pneumonia

namun

mempunyai komplikasi penyakit jantung.


c. Ibu dengan balita dengan pneumonia tetapi, diluar
daerah wilayah kerja puskesmas pekauman.

D. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu
Dimulai sejak fase persiapan, pembuatan proposal,
perjajakan hingga pembuatan laporan dimulai sejak
bulan april sampai dengan Agustus 2008.
2. Tempat
Tempat

penelitian

dilaksanakan

di

wilayah

kerja

Puskesmas Pekauman

E. Variabel Penelitian
Variabel pada peneliti ini adalah Gambaran Status
Gizi balita (0-5 tahun) Dengan Pneumonia.

F. Definisi Operasional

38

No
1.

Variabel
Gambaran
Status
Gizi
balita
(0-5
tahun)
Dengan
Pneumonia

Definisi
Keadaan
kesehatan
status
gizi lebih
baik,
sedang,
kurang dan
status
gizi buruk
yang
diukur
dengan
BB
menurut
umur
pada
balita (05
tahun)
Dengan
Pneumonia

Parameter
Menurut
tabel
NCHS.

Alat Ukur
Skala
Skor
KMS
Ordinal - Gizi
Lembar
buruk
observasi
= 1
dan
- Gizi
timbangan
kurang
= 2
- Gizi
sedang
= 3
- Gizi
baik
= 4
- Gizi
lebih
= 5

G. Metode Pengumpulan Data


Intrumen

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

yaitu lembar observasi dan timbangan dengan mengukur


BB kepada balita yang dijadikan sampel.
1. Data Primer
Diperoleh dengan menggunakan observasi kepada
balita yang akan menggambarkan status gizi menurut
BB pada balita Dengan Pneumonia.

2. Data Sekunder

39

Data yang didapat dari wilayah kerja puskesmas


pekauman

dan

studi

kepustakaan.

variabel

yang

diteliti

untuk

Data

penelitian

tentang
dengan

observasi kepada balita Dengan Pneumonia menurut BB.

H. Pengolahan dan Analisa Data


Data
atau

diolah

dengan

menge-lompokkannya

frekuansi.

Kemudian

cara
dalam
data

mengatur,

mengurutkan

bentuk

distribusi

dikumpulkan

dengan

menggunakan lembar observasi yang telah diolah dari


teori untuk penelitian.
Data dimasukkan dalam kata kategori status gizi
menurut NCHS :
Gizi lebih

= 5

Gizi baik

= 4

Gizi sedang

= 3

Gizi kurang

= 2

Gizi buruk

= 1

BAB IV

40

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas

pekauman

Banjarmasin Selatan

berada

di

wilayah

dengan luas wilayah 20,18 Km2

terletak pada ketinggian 0,16 m di bawah permukaan


air laut, meliputi, 11 (sebelas) kelurahan dengan
jumlah penduduk + 48390

jiwa, sedangkan

luas

wilayah kerja puskesmas pekauman 10,65 Km2.


a. Keadaan Demografi
Tabel 4.1
Distribusi Menurut Jenis Kelamin
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Kelurahan Jumlah
Penduduk
RataKK
rata
Laki- perempuan Jumlah jiwa
laki
/ KK
Pekauman
2604
4553
4333
8886
4
Kel.
Barat

1975

3358

3912

Kel.
Selatan

6347

10312 11688

7270

22000

Mantuil
3032
5422
4812
10234
4
Jumlah
13958
48390
Sumber : Data Puskesmas Pekauman Banjarmasin

40

41

Sedangkan distribusi penduduk menurut kelompok


umur dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Distribusi Penduduk Per Kelompok Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Kelurahan 0-4
5-6
7-15
16-21 60 ke
th
th
th
th
atas
Pekauman

755

358

1775

960

655

Kel.Barat 624

337

1255

715

353

Kel.
Selatan

2318

1055

6252

2847

732

Mantuil

554

278

955

472

245

Jumlah

4251

2028

10237

4994

1985

Sumber : Data Puskesmas Pekauman Banjarmasin

b. Pendidikan
Sebagian besar tingkat pendidikan penduduk
di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
adalah

SD

tabel 4.3.

SLTP,

halini

dapat

dilihat

pada

42

Distribusi
Di Wilayah
Kelurahan

Pekauaman
Kel Barat
Kel
Selatan

Tabel 4.3
Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Kerja Pusesmas Pekauman Banjarmasin
Tdk
Tamat
Tamat
Jumlah
Tamat
SD/SLTP SLTA
SD
keatas
401
1292
808
2501
275
1138
702
2115
758
3425
1412
5595

Mantuil
560
1480
862
2902
Jumlah
1994
7335
3784
Sumber : Data Puskesmas Pekauman Banjarmasin

c. Ketenagaan Puskesmas Pekauman Banjarmasin


Kesehatan

diwilayah

kerja

Puskesmas

Pekauman Banjarmasin dilaksanakan melalui unitunit operasional yaitu 4 buah Puskesmas Pembantu
1 buah Mobil Pusling, 1 buah sepeda motor Yamaha
dan 1 buah sepeda motor Honda astrea dan Sarana
telekomunikasi

buah

telepon

serta

pelayanan

kesehatan yang bersumber daya masyarakat dengan


jangkauan 27 buah Posyandu.

43

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Kepala Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
No.
1.

Jenis Tenaga
Dokter Umum

Jumlah
3

2.

Dokter Gigi

3.

Perawat Kesehatan

4.

Bidan Puskesmas

5.

Sarjana Kesehatan Masyarakat

6.

Sanitarian

7.

Perawat Gigi

8.

Pelaksana Gizi

9.

Analisis Kesehatan

10.

Pelaksana Farmasi

11.

Pekarya Kesehatan

12.

Tata Usaha

13.

Pelaksana Fisioterapi
1
Jumlah
29
Sumber : Data Puskesmas Pekauman Banjarmasin

2. Gambaran Khusus Karakteristik responden Orang Tua


(ibu).

44

Dari data yang diperoleh peneliti menggenai


data demografi. Berdasarkan alat ukur yang dipakai,
dapat dilihat sebagai berikut :
a. Karakteristik

Orang

Tua

Responden

(ibu)

Berdasarkan Umur
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur Ibu Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin
No
Umur
Reponden Persentase
1.
2.
3.
4.
5.

20 Tahun
21-30 Tahun
31.40 ahun
41.50 Ahun
>50 Tahun

3
22
31
2
-

5,1%
37,9%
53,4%
3,4%

Jumlah
58
Sumber : Data primer yang diolah

Dari
bahwa

umur

data

di

atas

terbanyak

dapat

adalah

100%

disimpulkan

antara

31-40

tahun yaitu 31 responden (53,5%), sedangkan


umur

terendah

adalah

>50

tahun

yaitu

responden (O%).

b. Karakteristik Orang Tua Responden (ibu)


berdasarkan Tingkat Pendidikan

nol

45

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Ibu Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
No
Tingkat
Responden Persentase
Pedidikan
1.
2.
3.
4.

SD
SLTP
SLTA
Perguruan
Tinggi
5. Tidak
Sekolah
Jumlah

12
10
23
7

20,6%
17,2%
39,6%
12,0%

10,3%

58

100%

Sumber : Data primer yang diolah

Dari
kesimpulan
Balita

data

diatas

bahwa

tingkat

terbanyak

adalah

dapat

diambil

pendidikan
SLTA

sebanyak

Ibu
23

responden (39,6%), dan yang terendah adalah


Tidak Sekolahnsebanyak 6 responden (6%).

c. Karakteristik Orang Tua Responden (ibu)


Berdasarkan Jenis Pekerjaan

46

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
No Jenis Pekerjaan Responden Persentase
1.
2.
3.
4.
5.

PNS
Swasta
Tani
Ibu Rumah Tangga
Pedagang

2
10
6
28
12

3,4%
17,2%
10,3%
48,2%
20,6%

Jumlah
58
Sumber : Data primer yang diolah

100%

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa


jenis
adalah

pekerjaan
Ibu

responden

Ibu

Rumah
(48,2%),

balita

Tangga

yang

yaitu

sedangkan

terbanyak

sebanyak

nilai

28

terendah

adalah PNS sebanyak 2 responden (3,4%).

d. Karakteristik

Orang

Tua

Berdasarkan Jenis Penghasilan

Responden

(ibu)

47

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Penghasilan Ibu Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
No
Jenis
Responden Persntase
Penghasilan
1. Rp.350.000,00
2. Rp. 500.000,00
s/d Rp.
750.000,00
3. Rp. 750.000,00
s/d Rp.
1.000.000,00
4. Rp. 1.000.000,00
s/d Rp.
1.500.000,00
5. Tidak
Berpenghasilan
Jumlah

2
17

3,4%
29,3%

15,5%

3,4%

28

48,2%

58

100%

Sumber : Data primer yang diolah

Data
banyak

Ibu

diatas
Balita

dapat
yang

disimpulkan
tidak

bahwa

memiliki

penghasilan sendiri yaitu 28 responden (48,2%),


sedangkan

nilain

terendah

adalah

Rp.350.000,00 sebanyak 2 responden (3,4%), dan


Rp. 1000.000,00 s/d Rp. 1. 500.000,00 sebanyak
2 responden (3,4%).
e.Karakteristik Orang Tua Responden (ayah)
Berdasarkan Jenis Penghasilan

48

Tabel 4.9
Distribusi Frekuinsi Responden
Berdasarkan Jenis Penghasilan Kepala
Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekauman Banjarmasin
No

Jenis
Penghasilan

Responden

Persntase

1.
2.

Rp.350.000,00
Rp. 500.000,00
s/d Rp.
750.000,00
Rp. 750.000,00
s/d Rp.
1.000.000,00
Rp. 1.000.000,00
s/d Rp.
1.500.000,00
Rp. 2.000.000,00

2
15

3,4%
25,8%

31

53,4%

10

17,2%

58

100%

3.
4.
5.

Jumlah

Sumber : Data primer yang diolah

Data
banyak

diatas

Ibu

Balita

dapat

disimpulkan

yang

tidak

bahwa

memiliki

penghasilan sendiri yaitu 31 responden (54,4%),


sedangkan

nilai

terendah

adalah

Rp.

2.000.000,00 sebanyak nol responden.


3. Gambaran Khusus Karakteristik responden (balita)
Berdasarkan Umur

49

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman Banjarmasin
No
1.
2.
3.
4.
5.

Umur Balita
0-12 bulan
13-24 bulan
25-36 bulan
37-48 bulan
49-60 bulan
Jumlah

Responden

Persentase

22
17
11
1
7

37,9%
29,3%
18,9%
1,7%
12,0%

58

100%

Sumber : Data primer yang diolah

Dari
umur

balita

yaitu

22

data

diatas

terbanyak
responden

dapat
adalah

disimpulkan
antara

(37,9%),

bahwa

0-12

bulan

sedangkan

yang

terendah antara 37-48 yaitu 1 responden (1,7%).

4. Gambaran Khusus Karekteristik Responden (balita)


Berdasarkan Jenis Kelamin

50

Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
No

Jenis
Kelamin

Responden Persentase

1.
2.

Laki-laki
Perempuan

38
20

65,5%
34,4%

Jumlah

58

100%

Sumber : Data primer yang diolah


Dari
terbanyak

data
adalah

diatas

bahwa

Laki-laki

yaitu

jenis
38

kelamin
responden

(65,5%).

5.Gambaran Khusus Karekteristik Responden (balita)


Berdasarkan Berat Badan

51

Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Berat Badan Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin
Bulan Juli Tahun 2008
No
Berat
Responden Persentase
Badan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

4-6 kg
3
5,17%
7-8 kg
16
27,58%
9-10 kg
22
37,93%
11-12 kg
8
13,79%
13-14 kg
3
5,17%
15-16 kg
5
8,62%
17-18 kg
1
1,72%
Jumlah
58
100%
Sumber : Data primer yang diolah

Dari data diatas dapat diketahui berat badan


terbanyak adalah antara 9-10kg yaitu sebanyak 22
responden (37,93%) dan berat badan terendah adalah
17-18kg sebanyak 1 responden (1,72%).

6. Gambaran Khusus Karekteristik Responden (balita)


Berdasarkan Status Gizi

52

Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Status Gizi Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekauman
Banjarmasin
No
1.
2.
3.
4.
5.

Status
Gizi

Responden Persentase

Lebih
Baik
Sedang
Kurang
Buruk

33
21
4
-

56,8%
36,2%
6,8%
-

Jumlah
58
100%
Sumber : Data primer yang diolah

Dari data diatas dapat diketahui bahwa status


gizi

terbanyak

sebanyak

33

adalah

status

gizi

baik

yaitu

responden

(56,8%)

dan

status

gizi

terrendah adalah gizi buruk dan gizi lebih yaitu 0


responden (0%).

B. Pembahasan

53

Pada

bagian

ini

akan

dibahas

permasalahan

tersebut berdasarkan data diatas, yaitu katagori hasil


data responden menggenai status gizi balita menurut
berat badan di Wlayah Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
Pada

tabel

4.12

mengenai

status

gizi

yaitu

status gizi lebih tidak ada 0 responden (0%), status


gizi baik sebanyak 33 responden (56,8%), status gizi
sedang

sebanyak

21

responden

(36,2%),

status

gizi

kurang sebanyak 4 responden (6,8%) dan status gizi


buruk tidak ada 0 responden (0%). Gizi adalah suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara

normal

melalui

proses

digesti

absorpsi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang


tidak

digunakan

untuk

mempertahankan

kehidupan,

pertumbuhan dan fungsi normal sari organ-organ, serta


menghasilkan energi (I. Dewa. dkk. 2002).
Data

gambaran

status

gizi

balita

yang

baik

adalah sebanyak 33 responden (56,8%) dari 58 jumlah


responden. Dari beberapa sumber salah satunya teori
Indeks Antropometri yaitu status gizi baik adalah 80120%,
dengan

sehingga
umur,

dapat

gizi

dikatakan

baik

bisa

apabila

menyebabkan

BB

sesuia

pneumonia

54

salah

satu

faktor

penyebabnya

adalah

lingkungan,

misalnya lingkungan yang tidak bersih, debu diman-mana


bisa membawa kuman pneumonia ke Host, apalagi bila
imunitas anak tersebut lemah meskipun gizi baik maka
kemungkinan

besar

sehat

positif

yang

bisa

terkena

umumnya

pneumonia.

terdiri

dari

Perilaku

Imunisasi,

pola tidur yang tepat, olah raga yang adekuat, dan


nutrisi.

kemudian

model

agens-penjamu-lingkungan

diperluas kedalam suatu teori umum tentang berbagai


penyebab

penyakit.

sampai

beberapa

dekade

terakhir.

secara khusus diperkirakan mempunyai penyebab tunggal


sebagai stu-satunya penyebab saat ini diketahui bahwa
sebagian besar penyakit mempunyai berbagai penyebab,
sesuai

dengan

pernyataan

model

lingkungan(Patricia

A.

penghasilan

keluarga

kepala

berkategorikan

gizi

Potter.

baik

agens-penjamu-

2005).

balita

adalah

Pada

umumnya

pneumonia

yang

Rp.750.000,00-Rp.

1.000.000,00 sebanyak 31 responden (53,4%). hal ini


menunjukkan
terhadap

tingkat

status

ekonomi

gizi

juga

balita

berpengaruh

pneumonia,

besar

khususnya

status gizi yang baik, kemudian ditunjang juga dari


pendidikan ibu balita yang rata-rata SLTA sebanyak 23

55

responden (39,6%) dan sebagian ibu balita pekerjaannya


adalah ibu rumah tangga sebanyak 28 responden (48,2%)
sehingga

dapat

memberikan

perhatian

ekstra

terhadap

balita pneumonia khususnya dalam masalah gizi sehingga


gizi balita dapat terus ditingkatkan.
Kemudian
sebanyak

21

didapatkan
responden

sedang,hal

ini

mengatakan

bahwa

tergantung

pada

ditentukan
hidangan,

sesuai

data
(36,2%)
dari

keadaan
tingkat

juga

oleh

kemungkinan

dari
gizi

teori

kesehatan

58

responden

balita
Soegang

gizi

Tingkat

kualitas

serta

terjadi

2004,

masyarakat

konsumsi.

yang

yang

konsumsi
kuantitas

cakupan

kualitas

dan kuantitas hidangan yang diberikan kepada balita


yang mencukupi kebutuhan nilai gizinya yang diperlukan
oleh

tubuh,

sehingga

balita

berstatus

gizi

sedang.

Banyak faktor yang mempengaruhi gizi sedang salah satu


diantaranya adalah pengetahuan ibu, jika ibu kurang
tau tentang gizi yang baik untuk balita, kemungkinan
besar dapat terserang kuman pneumonia, apalagi balita
tersebut cuman diberi makan sekedarnya.
Untuk

gizi

kurang

didapatkan

sebanyak

responden dari 58 responden yang menjadi sampel atau

56

sekitar (6,8%), hal ini sesuia dengan teori Persagi,


dalam

buku

yang

mengatakan

bahwa

berpengaruh

pada

berjudul

(penilaian

krisis

ekonomi

kemiskinan,

kurang

status

gizi)

langsung

juga

pendidikan

dan

penghasilan yang tidak mencukupi sehingga menyebabkan


persediaan makanan dirumah tidak mencukupi, yang dapat
mengurangi asupan makanan balita. Keadaan gizi juga
sangat
gizi

berpengaruh

kurang

maka

terhadap

daya

bahan-bahan

tahan

yang

tubuh,

jika

diperlukan

oleh

tubuh juga tidak akan mencukupi dan daya tahan tubuh


akan menurun, Dari pembahasan tersebut dapat diketahui
bahwa

kemungkinan

besar

penyebab

kematian

balita

pneumonia tidak dikarenakan gizi, karena dari hasil


penelitian tidak ada balita yang menderita gizi buruk
dan kebanyakannya gizi balita baik.

BAB

KESIMPULAN DAN SARAN

57

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa gambaran status gizi
balita pneumonia di Puskesmas Pekauman Banjarmasin
adalah sebagai berikut :
Jumlah sampel balita pneumonia semuanya sebanyak
58 responden, dari sampel tersebut didapat balita
pneumonia yang berStatus gizi baik sebanyak 33
responden (56,8%), status gizi sedang pada balita
pneumonia sebanyak 21 responden (36,2%), status gizi
kurang pada balita pneumonia sebanyak 4 responden
(6,8%) dan status gizi buruk dan lebih pada balita
pneumonia sebanyak 0 responden (0%).

B. Saran
Dengan mengetahui gambaran status gizi menurut
berat badan banding umur pada balita pneumonia di
wilayah Puskesmas Pekauman Banjarmasin, diharapkan:

1. Kepada Ibu Balita.


57

58

Agar lebih memperhatikan status gizi


balitanya terutama pada balita yang terserang
pneumonia dan berperan aktif dalam merawat dan
mengawasi perkembangan dan pertumbuhan status gizi
anaknya.
2. Bagi Puskesmas.
Agar selalu memberikan informasi kesehatan
khususnya tentang status gizi kepada ibu balita
pneumonia, Sehingga ibu balita mengetahui
pentingnya gizi pada masa balita.

Anda mungkin juga menyukai