PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh karena itu
Sudarma, 2009). Bagi masyarakat umum, sehat dapat diartikan kondisi tidak sakit.
Kesehatan adalah sesuatu yang biasanya hanya dipikirkan bila sakit atau
Simnet, 1994). Menurut WHO 1947, kesehatan adalah keadaan sempurna baik
fisik, mental, sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Hidup sehat merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia walaupun untuk
mencapainya mereka telah menempuh berbagai cara berdasar pola pikir mereka
yang berwujud dalam konsep , teori dan aplikasi yang berbeda (Jegede, 2002;
mereka secara umum dapat dibagi dua kelompok utama yaitu kelompok pertama ,
kegiatannya berusaha kembali hidup sehat disaat mereka sedang menderita sakit
pencegahan (Ngatimin,2005).
penelitian yang dilakukan oleh Jegede ( 2002), pada suku Yoruba di Nigeria ,
pernyataan positif yaitu tidak sakit, dapat makan , tidak kurus, dapat tidur, bisa
buang air besar dan buang air kecil , serta memilki emosi yang stabil. Sedangkan
masyarakat orang Buton tentang sakit adalah semacam gangguan terhadap pikiran
atau pekerjaan dengan baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehat
Notoatmojo,2010).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2003
diare penyebab kematian nomor tiga didunia pada anak balita umur 5 tahun,
sebesar 37 % dan Pneumonia sebesar 19%. Pada tahun yang sama, diare di Asia
Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak
dibawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18%. Selain itu berdasarkan
Indonesia penyakit diare juga merupakan penyebab kematian nomor tiga pada
balita di Indonesia dengan PMR sebesar 10% setelah penyakit sistem pernafasan
(28%) dan gangguan perinatal (26%). Sementara itu dari hasil Survey Kesehatan
Nasional (Surkenas) tahun 2001 diketahui bahwa penyakit diare adalah penyebab
kematian nomor dua pada balita dengan PMR sebesar 13,2% setelah penyakit
2
pernafasan.
yang penting karena merupakan penyumbang utama dari ketiga angka kesakitan
mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun, kurang dari dua
terkuras (dehidrasi).
prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2 %,
dengan angka kematian diare balita sebesar 23/100.000 penduduk pada laki-laki
dan 24/100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita dapat
Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare penyebab kematian nomor satu pada
bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur
insiden diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5%
(kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7%
kelompok umur berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%
diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare,
satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah
3
sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus (Medicastore. 2015)
Jumlah penderita diare turun secara signifikan dari tahun 2012 sebanyak 1.654
kasus dibandingkan tahun 2013 sebanyak 646 kasus. Kejadian Luar Biasa diare
pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa
Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB
diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76% (Kemenkes RI,
2014).
penduduk 4.920.620 jiwa pada Tahun 2012 terdapat 208.142 kasus diare dari 19
kabupaten/kota. Kota padang memiliki kasus diare yang paling tinggi diikuti
dengan kota payakumbuh dan kota Padang Panjang yang memiliki kasus terendah
di Sumatera Barat.
Banyaknya kasus kejadian diare terutama yang terjadi pada anak usia
dibawah 2 tahun hal ini memerlukan perhatian dari semua tenaga kesehatan
hingga berat ,sepsis (infeksi berat yang dapat menyebar ke organ lain,malnutrisi
terutma pada anak usia kurang dari 5 tahun yang dapat mengakibatkan
4
anak selama sakit, pemberian cairan yang adekuat sehingga anak dapat terhindar
dengan usaha pencegahan terhadap anak yang telah sembuh dari sakit sehingga
tidak terjadi kekambuhan atau terinfeksi diare kembali sehingga anak kembali
dirawat dengan kondisi yang lebih parah melalui pemberian penyuluhan lebih
rumah serta pemulihan kondisi tubuh anak dengan pemberian gizi yang baik dan
Berdasarkan peran perawat yang telah dibahas, hal yang penting untuk
dilakukan adalah mengetahui faktor risiko terhadap kejadian diare pada anak,
anak sehingga kematian pada anak akibat diare dapat dihindari. Hal inilah yang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
pada An.C Di Ruang Anak di Rumah Sakit dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
anak
pada anak
5
c. Mampu membuat analisa data dan menegakan diagnosa keperawatan
pada anak
ada
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gastroenteritis
berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala
Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi lebih cair atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau
buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya
7
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang
tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu
(Yulinah, 2008).
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi
8
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu
1. Mulut
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
2. Tenggorokan (Faring)
laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
9
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
3. Kerongkongan (Esofagus)
4. Lambung
a. Lendir
10
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena
porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
11
kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.
belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
mengalirkan makanan.
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
12
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
empedu.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
13
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
14
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan
tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
(kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
15
C. Etiologi
a. Faktor infeksi
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli,
b. Faktor malabsorbsi
protein.
c. Faktor makanan
16
d. Faktor psikologis
Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar (Lestari,
2016).
D. Klasifikasi
dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai Infeksi Saluran Napas Atas
(ISPA) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK), terapi antibiotic atau pemberian obat
frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi)
sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau
terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih
kronis nonspesifik yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak
atau toodler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada
17
feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak tercerna,
E. Manifestasi klinis
Bayi atau anak menjadi cengeng atau gelisah, suhu badan meningkat,
1. Sering buang air besar dengan konsistensi feses semakin cair, mungkin
2. Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja
gejala dehidrasi, berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir
dehidrasi terbagi menjadi 4 kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi
badan 5-10%) dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan
F. Patofisiologi
18
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus
(Ariani, 2016).
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
19
menggunakan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan
H. Komplikasi
2. Renjatan hipovolemik
4. Hipoglikemia
enzim lactase
7. Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik.
I. Penalataksanaan
20
2) Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b. Dehidrasi ringan
c. Dehidrasi sedang
d. Dehidrasi berat
1 ml = 20 tetes.
2. Pengobatan dietetic
a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anakan di atas 1 tahun dengan BB <
1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
21
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
3. Obat obatan
elektrolit dan glukosa karbohidrat lain )gula, air tajin, tepung beras)
c. Antibiotic
kehilangan air dari berat badan : 1) Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari
berat badan 2) Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan 3)
Pada usia 9 bulan, ocehan si Kecil sudah mulai terdengar seperti kata,
frasa, atau kalimat. Ia juga senang bermain sambil belajar dengan mainannya.
22
Ketahui selengkapnya di sini. Memasuki usia 9 bulan, si Kecil semakin pintar
dan senang bereksplorasi. Pastikan Ibu memberi si Kecil stimulasi yang tepat
Kami dari Tim Ahli Nutriclub akan menjelaskan kepada Ibu tentang
L. kemampuan Motorik
sekitarnya. Hal ini dikarenakan dia sudah dapat melakukan berbagai hal,
seperti di antaranya:
tempat lain. Anda juga dapat menjadi teman mainnya, seperti dengan
23
f. Dia bahkan sudah dapat memegang mainan dengan satu tangan kiri
mudah.
h. Bayi 9 bulan dapat beralih posisi dengan cepat, mulai dari posisi
mainan.
balita Anda mengenakan kaos kaki, pastikan untuk memilih kaos kaki
dengan alas karet yang tidak akan membuat dia berisiko jatuh karena
licin.
kerja satu benda dengan benda lain, seperti keran air yang dibuka
k. Dapat mengangkat sesuatu dengan ibu jari tangan dan telunjuk. Juga
M. Kemampuan Bicara
Dia dapat makin memahami kata-kata Anda dan dapat berusaha merespons juga
dengan kata-kata. Misalnya ketika Anda bertanya, Suara apa itu? , dia dapat
menunjuk pada telepon yang sedang berdering. Begitu juga ketika Anda bertanya,
Di mana bolanya? Dia sudah bisa menunjuk ke arah benda yang dimaksud.
24
Di sisi lain, dia memahami larangan Anda dan kata tidak, walaupun tetap
buruk.Selain itu, dia sudah dapat mengucapkan kata-kata yang lebih panjang,
N. Kemampuan Sosial
Pada usia ini, bayi berada pada titik puncak rasa tidak nyaman ketika tidak
berada bersama orang tua atau orang terdekatnya. Kondisi ini membuat
rekreasi bersama bayi menjadi lebih sedikit merepotkan karena dia perlu
buku bergambar, boneka tangan, atau mainan yang dapat berbunyi untuk
sebagian bayi 9 bulan lain bisa merasa senang menjadi pusat perhatian dan
senang.
umumnya bayi 9 bulan juga memiliki kesadaran dan ingatan lebih sebagai
25
berikut:
disimpan.
atas.
sendiri.
Anda dapat memeriksakannya jika pada usia setahun dia masih belum
dapat berjalan, dan saat berusia 2 tahun masih belum dapat berjalan
dengan seimbang.
26
dokter jika dia:
d. Tidak berceloteh.
bersamanya.
Di samping itu, pada usia 9 bulan jalinan syaraf pada otak bayi
stimulasi yang baik, sehingga bayi dapat menjadi lebih cepat belajar dan
lebih banyak tahu. Stimulasi tidak perlu dilakukan dengan benda atau
menari, membaca, bicara, serta interaksi bayi dengan orang lain sudah
27
ASKEP TEORITIS
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
b. Keluhan utama
28
d. Riwayat penyakit dahulu
2. Aktivitas / istirahat
3. Sirkulasi
4. Integritas ego
harapan, stress
5. Eliminasi
Gejala: tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau
6. Makanan /Cairan
diet
29
Tanda: penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot
dan turgor kulit buruk, membrane mukosa pucat, luka, inflamasi rongga
mulut
7. Hygiene
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan
defekasi)
9. Keamanan
10. Seksualitas
30
12. Penyuluhan /pembelajaran
psikologis
B. Diagnose keperawatan
adekuat
tua
31
C. Intervensi
3) Tingkatkan
Dengan kriteria hasil
pemenuhan kebutuhan
1) Feses mempunyai
cairan per oral
bentuk
4) Anjurkan
2) Rectal tidak
meningkatkan kebersihan
terjadi iritasi
5) Kolaborasi
3) Tidak mengalami
pemberian terapi antibiotic
diare
32
mukosa lembab
5) Tekanan darah,
normal
3 Penurunan nutrisi Setelah dilakukan 1) Kaji kebiasaan diit,
3) Tidak terjadi
penurunan BB
4) Menunjukkan
fungsi pengecapan
bertambah
33
sirkulasi jam masalah hangat
3) Tidak ada
34
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DENGAN
KEJANG DEMAM DAN DIARE
A. PENGKAJIAN
1. Identitas data
Umur : 9 Bulan
Pendidikan :-
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen
Umur : 36 tahun
35
Pekerjaan : Berdagang
Pendidkan : SMK
Agama : Kristen
No. RM :
2. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya diare sejak seminggu yang lalu sejak
tanggal 7 Oktober 2019. Ibu pasien mengatakan BAB anaknya encer dan
berampas, dengan frekuensi 6-7x setiap harinya (± 300cc), warna dan bau
khas feses dan anusnya kemerahan. Ibu klien mengatakan sebelumnya
anaknya mengkonsumsi susu formula dan muntah. Ibu klien juga
mengatakan anaknya rewel dan tidur sering mengigau.
c. Riwayat kesehatan keluarga
-
4. Riwayat psikososial
Status psikologis : anak rewel
Status mental : sadar dan orientasi baik
36
Status social :hubungan pasien dengan anggota keluarga
baik
5. Imunisasi
b. Pola tidur
± 12 jam
37
pola tidur Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan
masih teratur
Kebiasaan Keluarga
Kelurga pasien mengatakan pasien mengatakan
sebelum tidur kebiasaan anak nya sebelum kebiasaan anak nya sebelum
c. Pola aktivitas/latihan
warni
38
e. Pola eliminasi
BAK
Pemeriksaan umum:
Kesadaran :composmentis
39
Nadi :125x/i
P: 34x/i
S: 37,9 oC
Head to toe
Kulit
Kepala
Neurologi
- GCS : E4 M6 V5
- Kesadaan : compos mentis
- Gangguan neurologis : tidak ada
Mata
40
- Palpasi : Tidak ada edema dan lesi
Leher
Skala otot
4444 4444
41
4444 4444
1 : Ada gravitasi
Muskuloskeletal
42
Nama Hasil Rentang Normal Tanggal
Pemeriksaan Pemeriksaan
1. Hemoglobin 8,7 g/dl 13 g/dl 14 Oktober
4. Feses 300 cc
DATA FOKUS
43
menjadi 5,5 Kg berampas
8. Ibu tampak cemas 3. Keluarga mengatakan muntah dengan
9. BAB ± 300cc
10. TB : 63 cm frekuensi ± 4 x, Konsistensi berampas
11. LK : 43 cm
12. LD : 54cm makanan yang dimakan sebelumnya
13. Bising usus 14x/ menit, Suara 4. Keluarga mengatakan nafsu makan
Hipertympani
14. Input : Minum : 70cc anaknya menurun
Makan : 300cc 5. Keluarga mengatakan porsi makan
15. Output : Urine : 300cc
16. IWL = (40 x 5,5) = 220 anaknya tidak habis
6. Keluarga mengatakan sebelumnya
kemerahan
8. Ibu klien juga mengatakan anaknya
keadaan anaknya
ANALISA DATA
44
No Data Etiologi Masalah
1. DS:
Keluarga mengatakan
anaknya masih mencret
berwarna kuning cair dan
berampas
Keluarga mengatakan
muntah ± 4 x
Kehilangan Risiko
Konsistensi berampas
cairan aktif ketidakseimbangan
makanan yang dimakan
cairan
sebelumnya
Keluarga mengatakan
anaknya rewel
Keluarga mengatakan
demam masih ada
Keluarga mengatakan nafsu
makan anaknya menurun
DO:
BB klien menurun dari 6.1 Kg
menjadi 5,5 kg
BAB ± 300cc
LK : 43 cm
LD : 54cm
Bising usus 14x/ menit, Suara
Hipertympani
Pasien tampak gelisah
RR : 34 x/menit
N : 125 x/menit
Suhu : 37,8ºC
Hematokrit 26,3 %
Input : Minum : 70cc
Makan : 300cc
Output : Urine : 300cc
IWL = (40x5,5) = 220
2. DS:
Keluarga mengatakan
muntah ± 4 x
Keluarga mengatakan nafsu
makan anaknya menurun Faktor
Keluarga mengatakan porsi psikologis Defisit nutrisi
makan anaknya tidak habis (keengganan
untuk makan)
Keluarga mengatakan
anaknya rewel
45
Keluarga mengatakan
anaknya masih mencret
berwarna kuning cair dan
berampas
Keluarga mengatakan
sebelumnya anaknya minum
susu formula
DO:
BB klien menurun dari 6.1 Kg
menjadi 5,5 kg
TB : 63 cm
Akral hangat
ubun ubun cekung
Pasien tampak gelisah
RR : 34 x/menit
N : 125 x/menit
Suhu : 37,8ºC
Input : Minum : 70cc
Makan : 300cc
Output : Urine : 300cc
IWL = (40x5,5) = 220
DO:
Ibu tampak cemas
Pasien tampak gelisah
Tampak anus kemerahan
B. Diagnosa Keperawatan
46
2. Defisit nutrisi b/d Faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Ansietas b/d Kurang terpapar informasi
C. Intervensi
47
3. ansietas b/d Kurang Tujuan : Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan
terpapar informasi
intervensi selama 2x24 jam, yang menenangkan
ansietas teratasi 2. Nyatakan dengan
Kriteria Hasil: harapan tentang kondisi
1. klien mampu anak
mengungkapkan gejala 3. Dorong keluarga untuk
cemas menemani anak
2. mengungkapkan dan 4. Identifikasi tingkat
menunjukkan teknik kecemasan
untuk mengontrol 5. instruksikan pasien
cemas untuk menggunakan
teknik relaksasi
/Tanggal
-pasien
mengatakan
BAB anaknya
2x dalam
48
sehari
O:BAB Tampak
masih encer
A:Masalah
belum teratasi
P: Intervensi di
lanjutkan
letih
A:A:Masalah
belum teratasi
P:Intervensi di
lanjutkan
49
Selasa/15 ansietas b/d Kurang 1. Gunakan pendekatan S :keluarga
terpapar informasi
oktober yang menenangkan mengatakan
2019 2. Nyatakan dengan sudah tidak
Pukul :13.00 harapan tentang kondisi cemas lagi
WIB anak O:Tampak
3. Dorong keluarga untuk tenang
menemani anak A:A:masalah
4. Identifikasi tingkat teratasi
kecemasan P:Intervensi
5. instruksikan pasien diberhentikan
untuk menggunakan
teknik relaksasi
50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya
jaman Hippocrates.Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah
kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah
dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja
diare (Depkes RI,1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-
a. Keluhan utama
51
kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian. Pada tinjauan teori
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan
nyeri tekan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
seluruhnya dialami oleh pasien. Sesuai dengan data objektif dan data subjektif
52
serta Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan batasan karakteristik yang
C. INTERVENSI
dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara logis dan sesuai
dilakukan adalah :
- pantau tanda dan gejala dehidrasi ( kulit, membran mukosa kering, berat jenis
urine, haus ),
- observasi TTV,
untuk tubuh,
- lanjutkan terapi dari dokter untuk obat anti diare dan anti
53
biotik.
D. EVALUASI
dengan apa yang kelompok temukan dalam melakukan studi kasus dan
yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan
sama antara kelompok dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan
lainnya.
masalah sudah teratasi sebagian karena diare klien sudah berkurang dan
planning , tentang :
antibiotik.
kalau pasien mau pulanh, maka perlu dilakukan Discharge Planning, tentang :
54
1. Kaji output dan input pasien
3. Kaji KU pasien
dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami
adekuat .
55
kelemahan dan meningkatkan pemasukan untuk mencegah distraksi
gaster.
muntah.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
profesi yang dilakukan di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dapat diambil
kesimpulan :
biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu
sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare
3. Intervensi yang akan dilakukan pada An.C adalah intervensi untuk diare
yaitu manajemen diare, hipertermi yaitu fever treatmen dan defisit nutrisi
57
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai rencana
pasien.
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. C, memperlihatkan
B. Saran
Demam kejang dan diare di ruangan anak RSUD Dr. Achmad Mochtar
kejang dan diare di Ruang anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi .
2. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada Universitas Fort De Kock Bukittinggi
58
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. (2012). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini
Gunawan, S. (2008). Faktor Resiko Kejang Demam Berulang Pada Aanak. Admajaya.
ACID
Hidayat A.A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medikal.
Mansjoer, Arif, et all. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI:
Media Aescullapius.
Riyadi S & Sukarmin. 2009. Asuhan Keprawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
59
Hepatobilier: Jakarta: Salemba Medika
Widado. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta: CV
Sagung Seto
Wong,Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta:
60