Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh karena itu

kesehatan, baik individu, kelompok maupun masyarakat merupakan aset yang

harus dijaga, dilindungi bahkan harus ditingkatkan ( Notoatmodjo, 2007;

Sudarma, 2009). Bagi masyarakat umum, sehat dapat diartikan kondisi tidak sakit.

Kesehatan adalah sesuatu yang biasanya hanya dipikirkan bila sakit atau

gangguan kesehatan mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang ( Ewles dan

Simnet, 1994). Menurut WHO 1947, kesehatan adalah keadaan sempurna baik

fisik, mental, sosial bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

Menurut Undang – Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009, Kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Hidup sehat merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia walaupun untuk

mencapainya mereka telah menempuh berbagai cara berdasar pola pikir mereka

yang berwujud dalam konsep , teori dan aplikasi yang berbeda (Jegede, 2002;

Ngatimin,2005). Namun demikian dari penelusuran pola perbuatan dan tindakan

mereka secara umum dapat dibagi dua kelompok utama yaitu kelompok pertama ,

kegiatannya berusaha kembali hidup sehat disaat mereka sedang menderita sakit

seraya mengandalkan obat dan pengobatan dan kelompok kedua ,kegiatan

kelompok berusaha untuk selalu hidup sehat sambil mengandalkan upaya

pencegahan (Ngatimin,2005).

Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan

kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik


1
secara biologis, psikologis maupun sosio budaya (Soejoeti,2008). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Jegede ( 2002), pada suku Yoruba di Nigeria ,

beberapa ibu cenderung menggambarkan kesehatan anak- anaknya dengan

pernyataan positif yaitu tidak sakit, dapat makan , tidak kurus, dapat tidur, bisa

buang air besar dan buang air kecil , serta memilki emosi yang stabil. Sedangkan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Syahrun (2008) bahwa pandangan

masyarakat orang Buton tentang sakit adalah semacam gangguan terhadap pikiran

dan fisik manusia, sehingga mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kegiatan

atau pekerjaan dengan baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehat

seseorang diantaranya adalah status perkembangan yang berkaitan

dengankemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon

terhadap perubahan dalam kesehatan dikaitkan dengan usia ( Hidayat, 2006;

Notoatmojo,2010).

Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2003

diare penyebab kematian nomor tiga didunia pada anak balita umur 5 tahun,

dengan PMR (Proportional Mortality Rate) 17 % setelah kematian pada neonatal

sebesar 37 % dan Pneumonia sebesar 19%. Pada tahun yang sama, diare di Asia

Tenggara juga menempati urutan nomor tiga penyebab kematian pada anak

dibawah umur lima tahun dengan PMR sebesar 18%. Selain itu berdasarkan

Survei Kesehatan rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa di

Indonesia penyakit diare juga merupakan penyebab kematian nomor tiga pada

balita di Indonesia dengan PMR sebesar 10% setelah penyakit sistem pernafasan

(28%) dan gangguan perinatal (26%). Sementara itu dari hasil Survey Kesehatan

Nasional (Surkenas) tahun 2001 diketahui bahwa penyakit diare adalah penyebab

kematian nomor dua pada balita dengan PMR sebesar 13,2% setelah penyakit

2
pernafasan.

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting karena merupakan penyumbang utama dari ketiga angka kesakitan

dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Setiap anak

mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun, kurang dari dua

tahun.Hal yang sangat membahayakan diare adalah menyebabkan cairan tubuh

terkuras (dehidrasi).

Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2002 mendapatkan

prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2 %,

dengan angka kematian diare balita sebesar 23/100.000 penduduk pada laki-laki

dan 24/100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita dapat

mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan diare tidak

dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor risiko apa

yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita.

Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare penyebab kematian nomor satu pada

bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur

merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%). Menurut Riskesdas 2013,

insiden diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5%

(kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7%

(kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada seluruh

kelompok umur berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%

(Kemenkes RI, 2014).

Berdasar metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami

diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare,

satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah

3
sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus (Medicastore. 2015)

Jumlah penderita diare turun secara signifikan dari tahun 2012 sebanyak 1.654

kasus dibandingkan tahun 2013 sebanyak 646 kasus. Kejadian Luar Biasa diare

pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa

Tengah yang mencapai 294 kasus. Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB

diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76% (Kemenkes RI,

2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumatera Barat dengan jumlah

penduduk 4.920.620 jiwa pada Tahun 2012 terdapat 208.142 kasus diare dari 19

kabupaten/kota. Kota padang memiliki kasus diare yang paling tinggi diikuti

dengan kota payakumbuh dan kota Padang Panjang yang memiliki kasus terendah

di Sumatera Barat.

Banyaknya kasus kejadian diare terutama yang terjadi pada anak usia

dibawah 2 tahun hal ini memerlukan perhatian dari semua tenaga kesehatan

termasuk perawat. Perawat memegang peranan penting dalam melakukan usaha

pencegahan terhadap timbulnya penyakit, terutama perawat anak dan komunitas.

Ada 3 peranan perawat dalam pencegahan penyakit yaitu pencegahan primer

(primary prevention), pencegahan sekunder (secondary prevention) serta

pencegahan tersier (tertiary prevention).

Ada beberapa komplikasi yang diakibatkan diare yaitu,dehidrasi ringan

hingga berat ,sepsis (infeksi berat yang dapat menyebar ke organ lain,malnutrisi

terutma pada anak usia kurang dari 5 tahun yang dapat mengakibatkan

menurunnya kekebalan tubuh anak,keseimbangan elektrolit, dan kulit disekitar

anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam

perawat dapat memberikan pengetahuan pada orang tua tentang perawatan

4
anak selama sakit, pemberian cairan yang adekuat sehingga anak dapat terhindar

dari berbagai komplikasi yang ditimbulkan seperti dehidrasi, syok bahkan

kematian. Sedangkan upaya yang dilakukan dalam pencegahan tersier yaitu

dengan usaha pencegahan terhadap anak yang telah sembuh dari sakit sehingga

tidak terjadi kekambuhan atau terinfeksi diare kembali sehingga anak kembali

dirawat dengan kondisi yang lebih parah melalui pemberian penyuluhan lebih

lanjut tentang perawatan dan penatalaksanaan anak yang mengalami diare di

rumah serta pemulihan kondisi tubuh anak dengan pemberian gizi yang baik dan

seimbang serta pentingnya pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan peran perawat yang telah dibahas, hal yang penting untuk

dilakukan adalah mengetahui faktor risiko terhadap kejadian diare pada anak,

diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi akibat kehilangan cairan pada

anak sehingga kematian pada anak akibat diare dapat dihindari. Hal inilah yang

mendasari perlunya dilakukan analisis terhadap faktor-faktor risiko terjadinya

diare pada anak terutama pada anak usia dibawah 2 tahun.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memahami konsep serta mampu memberi asuhan keperawatan

pada An.C Di Ruang Anak di Rumah Sakit dr. Achmad Mochtar Bukittinggi

Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami konsep tentang diare dengan dehidrasi berat pada

anak

b. Mampu melakukan pengkajian pada pasien diare dengan Dehidrasi Berat

pada anak
5
c. Mampu membuat analisa data dan menegakan diagnosa keperawatan

diare dengan Dehidrasi Berat pada anak

d. Mampu membuat intervensi keperawatan pada pasien diare dengan

Dehidrasi Berat pada anak

e. Mampu melakukan implementasi pada pasien diare dengan Dehidrasi

Berat pada anak

f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien diare dengan

Dehidrasi Berat pada anak

g. Mampu mendokumentasikan askep pasien diare dengan Dehidrasi Berat

pada anak

h. Mampu membandingkan antara teori, kasus dan evidence based yang

ada

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil, usus besar

dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan

manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah serta ketidaknyamanan

abdomen (Muttaqin, 2011)

Gastroenteritis virus adalah penyakit dapat berlangsung batasan diri

berupa diare berair, biasanya kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala

muntah, anoreksia, demam hingga dehidrasi berat bahkan dapat berakibat

fatal (Widagdo, 2012).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi

Buang Air Besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi

tinja (menjadi lebih cair atau setengah padat) dengan atau tanpa lendir atau

darah (Ariani, 2016).

Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi

buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya

7
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang

tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu

(Yulinah, 2008).

B. Anatomi fisiologi gastroenteritis

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)

adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran

darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa

proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,

lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem pencernaan juga meliputi

8
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan

kandung empedu

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air

pada hewan.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan

bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.Bagian dalam

dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.Pengecapan dirasakan oleh organ perasa

yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari

manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di

hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah

oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian

dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai

mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya

lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.

Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal dari

bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang mulut, hidung, faring, dan

laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang

banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,

disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya

9
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang

dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.

Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses

peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –

“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu dengan

faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus dibagi

menjadi tiga bagian:

- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

- bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

- serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti

kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,

Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam keadaan

normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam

kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang

berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a. Lendir

10
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam

lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan

kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

b. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang

diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang

tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara

membunuh berbagai bakteri.

c. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

5. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan

yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena

porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang

membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding

usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan

lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot

melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan

serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas

jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus

halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

11
kosong (jejunum).Bagian usus dua belas jari merupakan bagian

terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir

di ligamentum Treitz.

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang

tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.pH usus dua

belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua

belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung

empedu.Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum

digitorum, yang berarti dua belas jari.

Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus

halus.Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus

dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,

duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti

mengalirkan makanan.

b. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)

adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari

(duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusia dewasa,

panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian

usus kosong.Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam

tubuh dengan mesenterium.

12
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan

terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari

usus.Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari,

yakni berkurangnya kelenjar Brunner.Secara hitologis pula dapat

dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan

plak Peyeri.Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus

penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat

jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.Arti aslinya

berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.

c. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar

2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan

oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam

empedu.

6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari

feses.Usus besar terdiri dari :Kolon asendens (kanan), Kolon transversum,

Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna

13
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus

besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini

penting untuk fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya

terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan

terjadilah diare.

7. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta

bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,

burung, dan beberapa jenis reptil.Sebagian besar herbivora memiliki sekum

yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang

sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

8. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus

buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai

cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga

abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,

vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang

menyambung dengan caecum.

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang

dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2

14
sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai

cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas

tetap terletak di peritoneum.

9. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah

sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)

dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan

sementara feses.Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat

yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.Jika kolon desendens penuh dan

tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar

(BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan

dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan.

Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan

feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,

tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam

pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan

limbah keluar dari tubuh.Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lannya dari usus.Pembukaan dan penutupan anus diatur

oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang

air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

15
C. Etiologi

a. Faktor infeksi

Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.coli,

Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas), infeksi virus

(Entenovirus, Adenovirus, Rotavirus,Astrovirus), infeksi parasit

(Entamoeba hystolytica, Giardia lamblia, Thricomonas hominis) dan jamur

(Candida, Abicans). Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar system

pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: Otitis Media Akut

(OMA), tonsillitis, bronkopnemonia, ensefalitis.

b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi

dan anak.Disamping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan

protein.

c. Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan

alergi terhadap jenis makanan tertentu.

16
d. Faktor psikologis

Diare dapat terjadi karena factor psikologis (rasa takut dan cemas),

jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar (Lestari,

2016).

D. Klasifikasi

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan

tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius

dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai Infeksi Saluran Napas Atas

(ISPA) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK), terapi antibiotic atau pemberian obat

pencahar (laksatif).Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang

lebih 14 hari). Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya

frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi)

sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis

seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,

alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau

sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.

Diare yang membandel (intraktabel) pada bayi merupakan sindrom yang

terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta berlangsung lebih

lama dari 2 minggu tanpaditemukan mikroorganisme pathogen sebagai

penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Diare

kronis nonspesifik yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak

atau toodler, merupakan penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada

anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.Anak-anak ini memperlihatkan

17
feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang tidak tercerna,

dan lamanya diare melebihi dari 2 minggu (Wong, 2008)

E. Manifestasi klinis

Bayi atau anak menjadi cengeng atau gelisah, suhu badan meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada.

1. Sering buang air besar dengan konsistensi feses semakin cair, mungkin

mengandung darah atau lendir, dan warna feses menjadi kehijau-hijauan

karena bercampur dengan empedu.

2. Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja

menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

3. Dapat disertai muntah sebelum atau sesudah diare.Terdapat tanda dan

gejala dehidrasi, berat badan turun, ubun-ubun besar cekung pada bayi,

tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir

terlihat kering. Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat atau

banyaknya kehilangan cairan. Berdasarkan penurunan berat badan

dehidrasi terbagi menjadi 4 kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi

penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan

berat badan 2,5-5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat

badan 5-10%) dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan

10%) (Sodikin, 2011).

F. Patofisiologi

Secara umum kondisi peradangan dan Gastrointestinal disebabkan oleh

18
infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin

atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan sekresi cairan

atau menurunkan absorbs cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan

hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare

adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus

yang berlebihan sehingga timbul diare).

Gangguan mobilisasi usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan

hipoperistaltik. Akibat dari diare adalah kehilangan air dan elektrolit

(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan

hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia

dan gangguan sirkulasi. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan

makanan kurang, pengeluaran bertambah) dan gangguan sirkulasi darah

(Ariani, 2016).

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula

c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan ujiresistensi.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah

19
menggunakan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat dengan

pemeriksaan analisa gas darah melalui darah arteri bila memungkinkan.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Natrium, Kalium, Kalsium, Fosfor

dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).

5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau

parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada

penderita diare kronik (Lestari, 2016).

H. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, atau hipertonik)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrodiogram)

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi sekunder skibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi

enzim lactase

6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energy protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik.

I. Penalataksanaan

1. Pemberian cairan pada diare dengan memperhatikan derajad dehidrasinya

dan keadaan umum:

a. Belum ada dehidrasi

1) Oral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas setiap diare

20
2) Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

b. Dehidrasi ringan

1) 1 jam pertama: 25 – 50 CC/Kg BB/oral atau intragastrik

2) Selanjutnya: 50 – 100 CC/Kg BB/hari

c. Dehidrasi sedang

1) 1 jam pertama: 25 – 50 CC/Kg BB/oral intragastrik

2) Selanjutnya: 125 ml/Kg BB/Hari

d. Dehidrasi berat

1) Untuk anak 1 bulan sampai 2 tahun dengan BB 3 – 10 Kg

2) 1 jam pertama: 40 ml/Kg BB/jam atau 10 tetes/Kg BB/menit

(dengan infuse 15 tetes) atau 13 tetes/Kg BB/menit (dengan infuse

1 ml = 20 tetes.

3) 7 jam kemudian: 12 ml/Kg BB/jam atau 3 tetes/Kg BB/menit

(dengan infuse 1 ml = 15 tetes)

4) 16 jam berikutnya: 125 ml/Kg BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 3

tetes/Kg BB/menit (1 ml = 20 tetes).

2. Pengobatan dietetic

a. Untuk anak di bawah 1 tahun dan anakan di atas 1 tahun dengan BB <

7 Kg, jenis makanan yang diberikan yaitu:

1) Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron)

2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim)

bila tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.

21
3) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

Misalnya: susu yang mengandung laktosa atau asam lemak yang

berantai sedang atau tidak jenuh.

b. Untuk anak di atas 1 tahun dengan BB > 7 Kg, jenis makanannya:

makanan padat, cair, atau susu sesuai dengan kebiasaan di rumah

3. Obat – obatan

Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui

tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung

elektrolit dan glukosa karbohidrat lain )gula, air tajin, tepung beras)

a. Obat anti sekresi

Asetoral: dosis 25 ml/tahun (minimum 30mg)

Klorpromazin: dosis 0,5 – 1 mg/Kg BB/hari

b. Obat anti diare (kaolin, pectin, charcoal, tabonal

c. Antibiotic

J. Klasifikasi Derajat Dehidrasi

Menurut Lekasana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan persentase

kehilangan air dari berat badan : 1) Dehidrasi Ringan : kehilangan air 5% dari

berat badan 2) Dehidrasi Sedang : kehilangan air 10% dari berat badan 3)

Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan

K. Perkembangan Bayi Usia 9 Bulan

Pada usia 9 bulan, ocehan si Kecil sudah mulai terdengar seperti kata,

frasa, atau kalimat. Ia juga senang bermain sambil belajar dengan mainannya.

22
Ketahui selengkapnya di sini. Memasuki usia 9 bulan, si Kecil semakin pintar

dan senang bereksplorasi. Pastikan Ibu memberi si Kecil stimulasi yang tepat

(Stimulasi Perkembangan Otak Si Kecil) untuk perkembangan yang optimal.

Kami dari Tim Ahli Nutriclub akan menjelaskan kepada Ibu tentang

perkembangan bayi usia 9 bulan. Bayi 9 bulan berjenis kelamin perempuan

umumnya berbobot 6,6-10,4 kg dengan panjang 65,6-74,7 cm. Sementara

bayi laki-laki memiliki berat 7,2-10,9 kg dengan panjang 67,7-76,2 cm.

L. kemampuan Motorik

Secara umum, bayi 9 bulan membutuhkan ruangan yang lapang dan

aman untuk bergerak, seperti merangkak, berdiri, serta menjelajahi

sekitarnya. Hal ini dikarenakan dia sudah dapat melakukan berbagai hal,

seperti di antaranya:

a. Dapat mengeluarkan benda dari dalam kotak mainannya. Dia akan

senang memindahkan mainan aneka warnanya dari satu tempat ke

tempat lain. Anda juga dapat menjadi teman mainnya, seperti dengan

menggelindingkan bola pada Anda berulang-ulang.

b. Setelah belajar berdiri dengan berpegangan, dia akan belajar untuk

menekuk lututnya untuk duduk dari posisi berdiri.

c. Bayi 9 bulan dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan

lain dengan luwes.

d. Sudah dapat menunjuk benda dengan jari telunjuknya.

e. Di usia 9 bulan bayi Anda dapat merangkak dengan sangat aktif.

23
f. Dia bahkan sudah dapat memegang mainan dengan satu tangan kiri

dan merangkak dengan kedua lutut dan tangan kanannya.

g. Sebagian bayi 9 bulan dapat merangkak naik-turun tangga dengan

mudah.

h. Bayi 9 bulan dapat beralih posisi dengan cepat, mulai dari posisi

duduk, merangkak, kemudian memutar badan untuk mengambil

mainan.

i. Dia dapat menjelajahi ruangan dengan berjalan kaki perlahan-lahan

sambil berpegangan pada sofa atau meja di sekeliling ruangan. Jika

balita Anda mengenakan kaos kaki, pastikan untuk memilih kaos kaki

dengan alas karet yang tidak akan membuat dia berisiko jatuh karena

licin.

j. Dia akan mencoba meraih berbagai benda dan memperhatikan cara

kerja satu benda dengan benda lain, seperti keran air yang dibuka

atau cara memegang telepon genggam yang mengeluarkan bunyi.

k. Dapat mengangkat sesuatu dengan ibu jari tangan dan telunjuk. Juga

dapat memasukkan benda ke mulut.

l. Dapat duduk tanpa bantuan orang lain.

M. Kemampuan Bicara

Dia dapat makin memahami kata-kata Anda dan dapat berusaha merespons juga

dengan kata-kata. Misalnya ketika Anda bertanya, “Suara apa itu? ”, dia dapat

menunjuk pada telepon yang sedang berdering. Begitu juga ketika Anda bertanya,

“Di mana bolanya?” Dia sudah bisa menunjuk ke arah benda yang dimaksud.

24
Di sisi lain, dia memahami larangan Anda dan kata ‘tidak’, walaupun tetap

melanggarnya. Meski baru berusia 9 bulan, Anda sudah dapat menerapkan

peraturan sederhana, seperti ‘jangan membanting mainan’ atau ‘cuci tangan

sebelum makan’ untuk membiasakannya membedakan hal baik dan

buruk.Selain itu, dia sudah dapat mengucapkan kata-kata yang lebih panjang,

seperti ‘papa-papa’, ‘baba-baba’, atau mengucapkan sebuah kata dengan benar.

Dia juga dapat menirukan suara dan gerakan orang di sekitarnya.

N. Kemampuan Sosial

Pada usia ini, bayi berada pada titik puncak rasa tidak nyaman ketika tidak

berada bersama orang tua atau orang terdekatnya. Kondisi ini membuat

rekreasi bersama bayi menjadi lebih sedikit merepotkan karena dia perlu

terus menyesuaikan diri bertemu orang-orang dan suasana baru. Siapkan

buku bergambar, boneka tangan, atau mainan yang dapat berbunyi untuk

mengalihkan perhatian saat dia sedang merasa tidak nyaman. Namun

sebagian bayi 9 bulan lain bisa merasa senang menjadi pusat perhatian dan

membuat orang di sekitarnya tertawa. Dia bisa mengeluarkan suara atau

gerakan-gerakan yang dapat menarik perhatian dan mengundang tawa. Saat

makan, mungkin dia akan senang membagi-bagi atau memberikan

makanannya pada orang lain. Dengan menerimanya, Anda akan membuatnya

senang.

O. Hal Lain yang Perlu Diperhatikan

Selain kemampuan motorik dan sosialnya yang sudah berkembang,

umumnya bayi 9 bulan juga memiliki kesadaran dan ingatan lebih sebagai

25
berikut:

a. Dia sudah dapat mengingat hal-hal spesifik, seperti letak mainannya

disimpan.

b. Dia dapat menirukan hal-hal yang dilihatnya, bahkan sesuatu yang

terjadi seminggu sebelumnya, seperti mengingat bagaimana cara

memainkan sebuah benda. Ini menunjukkan bahwa ingatan jangka

pendeknya sudah mulai bekerja. Sementara ingatan jangka

panjangnya baru akan berkembang setelah bayi berusia 2 tahun ke

atas.

c. Dia mulai sadar akan barang-barang yang menjadi miliknya, sehingga

akan bereaksi ketika ada yang mengambil barangnya.

d. Mengisap adalah salah satu cara bayi untuk menenangkan dirinya

sendiri.

P. Kondisi yang Membutuhkan Konsultasi kepada Dokter

Perkembangan tiap anak adalah unik. Bayi yang lahir prematur

umumnya berkembang lebih lambat dari anak-anak seusianya. Namun

Anda dapat memeriksakannya jika pada usia setahun dia masih belum

dapat berdiri dengan berpegangan, pada usia 18 bulan masih belum

dapat berjalan, dan saat berusia 2 tahun masih belum dapat berjalan

dengan seimbang.

Pada usia 9 bulan ini Anda disarankan untuk berkonsultasi kepada

26
dokter jika dia:

a. Tidak dapat duduk dengan bantuan.

b. Tidak merespons ketika namanya dipanggil.

c. Tidak dapat berdiri dan menopang berat badannya sendiri sambil

berpegangan atau tanpa bantuan.

d. Tidak berceloteh.

e. Tidak mengenali anggota keluarga atau orang-orang yang tiap hari

bersamanya.

f. Tidak memperhatikan ke arah yang Anda tunjuk.

g. Tidak dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lain.

h. Tidak dapat bermain bersama orang lain.

Di samping itu, pada usia 9 bulan jalinan syaraf pada otak bayi

terhubung dengan pesat. Anda dapat terus mendukungnya dengan

stimulasi yang baik, sehingga bayi dapat menjadi lebih cepat belajar dan

lebih banyak tahu. Stimulasi tidak perlu dilakukan dengan benda atau

kegiatan yang berbiaya mahal. Kegiatan sehari-hari, seperti menyanyi,

menari, membaca, bicara, serta interaksi bayi dengan orang lain sudah

menjadi stimulasi yang cukup untuk mendukung perkembangannya.

27
ASKEP TEORITIS

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

b. Keluhan utama

c. Riwayat penyakit sekarang

28
d. Riwayat penyakit dahulu

e. Riwayat kesehatan keluarga

f. Riwayat kesehatan lingkungan

g. Pengkajian dan focus (Doengoes, 2000)

2. Aktivitas / istirahat

Gejala: kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur

semalaman, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas / kerja.

3. Sirkulasi

Tanda: takikardi, (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi,

dan nyeri), kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K), TD:

hipotensi, termasuk postural, kulit/membrane mukosa (turgor buruk,

kering, lidah pecah – pecah), dehidrasi/malnutrisi

4. Integritas ego

Gejala: ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/tak ada

harapan, stress

5. Eliminasi

Gejala: tekstur feces bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau

berair, episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, perdarahan per

rectal, riwayat batu ginjal (dehidrasi)

6. Makanan /Cairan

Gejala: anoreksia, mual / muntah, penurunan BB, tidak toleran terhadap

diet

29
Tanda: penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot

dan turgor kulit buruk, membrane mukosa pucat, luka, inflamasi rongga

mulut

7. Hygiene

Tanda: ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis

kekurangan vitamin, bau badan

8. Nyeri/kenyamanan

Gejala: nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan

defekasi)

Tanda: nyeri tekan abdomen/defekasi

9. Keamanan

Tanda: riwayat lupus eritematosus, anemia metabolic, vaskulitis,

peningkatan suhu 39,6 – 400C, alergi terhadap makanan/produk susu

(mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai efek inflamasi)

Gejala: lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak)

10. Seksualitas

Gejala: frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual

11. Interaksi social

Gejala: masalah hubungan/peran, ketidakmampuan aktif dalam social

30
12. Penyuluhan /pembelajaran

Gejala: riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus

Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat = 7,1 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan program diet, obat dan dukungan

psikologis

B. Diagnose keperawatan

1. Diare b.d proses infeksi, makanan, psikologis

2. Deficit volume cairan b.d kehilangan cairan sekunder akibat diare

3. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorbsi nutrient

4. Hipertermi b.d penurunan sirkulasi

5. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen

sekunder akibat gastroenteritis

6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan irisan lingkungan

7. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, kurang informasi yang

adekuat

8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

9. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi orang

tua

10. Risiko Infeksi berhubungan dengan iritasi kulit

31
C. Intervensi

No Diagnose Noc Nic


1 Diare b.d proses Setelah dilakukan 1) Kaji penyebab factor

infeksi, makanan, intervensi selama …x24 diare

psikologis jam masalah 2) Turunkan aktivitas

keperawatan teratasi fisik

3) Tingkatkan
Dengan kriteria hasil
pemenuhan kebutuhan
1) Feses mempunyai
cairan per oral
bentuk
4) Anjurkan
2) Rectal tidak
meningkatkan kebersihan
terjadi iritasi
5) Kolaborasi
3) Tidak mengalami
pemberian terapi antibiotic
diare

2 Deficit volume Setelah dilakukan 1) Kaji TTV

cairan b.d intervensi selama …x24 2) Monitor dan catat

kehilangan cairan jam masalah intake dan output

sekunder akibat keperawatan teratasi 3) Berikan wadah yang

diare tidak biasa (cangkir


Kriteria hasil:
berwarna, sedotan)
1) Tidak ada tanda –
4) Kolaborasi
tanda dehidrasi
pemberian cairan
2) Turgor kulit baik
parenteral
3) Membrane

32
mukosa lembab

4) Tidak ada rasa

haus yang berlebihan

5) Tekanan darah,

nadi, suhu dalam batas

normal
3 Penurunan nutrisi Setelah dilakukan 1) Kaji kebiasaan diit,

kurang dari intervensi selama …x24 masukan makanan saat ini,

kebutuhan tubuh jam masalah dan derajat kesulitan

b.d malabsorbsi keperawatan teratasi makanan

nutrient 2) Kaji TTV


Kriteria hasil:
3) Anjurkan makanan
1) Adanya
porsi sedang tapi sering
peningkatan BB
4) Kolaborasi dengan
2) Mempu
ahli gizi dalam pemberian
mengidentifikasi
diit yang tepat
kebutuhan nutrisi

3) Tidak terjadi

penurunan BB

4) Menunjukkan

fungsi pengecapan

bertambah

4 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1) Kaji TTV

penurunan intervensi selama …x24 2) Berikan kompres

33
sirkulasi jam masalah hangat

keperawatan teratasi 3) Anjurkan memakai

Kriteria hasil: pakaian tipis dan

1) Suhu tubuh dalam menyerap keringat

batas normal 4) Kolaborasi

2) Badan tidak panas pemberian obat antipiretik

3) Tidak ada

perubahan warna kulit

dan tidak pusing

5. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1) kaji karakteritis dan

nyaman nyeri intervensi selama …x24 letak nyeri

berhubungan jam masalah 2) ubah posisi klien jika

dengan kram keperawatan teratasi terjadi nyeri ,arahkan ke

abdomen posisi yang paling nyaman


Kriteria hasil:
sekunder akibat 3) berikan kompres hangat
1) skala nyeri 0
gastroenteritis perut
2) Klien mengatakan
4) kolaborasi untuk
nyeri berkurang
mendapatkan obat
3)Nadi 60-90x/mnt
analgetik.

34
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DENGAN
KEJANG DEMAM DAN DIARE

A. PENGKAJIAN
1. Identitas data

Nama anak : An.C

Tempat/tgl lahir : Bukittinggi,19 Januari 2019

Umur : 9 Bulan

Jenis kelamin: Perempuan

Pendidikan :-

TB/BB : 63,5 cm/ 6,1 kg

Alamat : Garegeh Bukittinggi

Nama ibu : Ny. Y

Umur : 31 tahun

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Agama : Kristen

Alamat : Garegeh Bukittinggi

Nama ayah : Tn. D

Umur : 36 tahun

35
Pekerjaan : Berdagang

Pendidkan : SMK

Agama : Kristen

Alamat : Garegeh Bukittinggi

Dx medis : GEA + Dehidrasi Ringan

No. RM :

Tgl masuk RS : 09 Oktober 2019

Tanggal pengkajian : 14 Oktober 2019

2. Keluhan utama

Ibu pasien mengatakan anaknya diare sudah seminggu sebelum masuk


rumah sakit
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatakan anaknya pernah masuk Rs pada umur 8 hari karena


ISP (Infeksi Saluran Pernapasan)
b. Riwayat kesehatan sekarang

Ibu pasien mengatakan anaknya diare sejak seminggu yang lalu sejak
tanggal 7 Oktober 2019. Ibu pasien mengatakan BAB anaknya encer dan
berampas, dengan frekuensi 6-7x setiap harinya (± 300cc), warna dan bau
khas feses dan anusnya kemerahan. Ibu klien mengatakan sebelumnya
anaknya mengkonsumsi susu formula dan muntah. Ibu klien juga
mengatakan anaknya rewel dan tidur sering mengigau.
c. Riwayat kesehatan keluarga
-
4. Riwayat psikososial
 Status psikologis : anak rewel
 Status mental : sadar dan orientasi baik

36
 Status social :hubungan pasien dengan anggota keluarga

baik

5. Imunisasi

Jenis imunisasi Usia Usia Usia Usia

pemberian 1 pemberian 2 pemberian 3 pemberian 4


BCG 1 buan - - -
Hepatitis 5 hari 2 bulan 3 bulan 4 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Campak - - - -

6. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola pemenuhan nutrisi

Point Sebelum sakit Saat sakit


Jeniis makanan Asi Pisang, Bubur hitam (±300cc)
frekuensi makan ± 2x ± 2x
selera makan Normal -
berat Badan 6 kg 5,5 kg
tinggi badan 63 cm 63 cm
jenis makanan Air putih, dan asi Air putih, asi
volume air 90 cc 70 cc
cara pemenuhan menyusui Menyusui

b. Pola tidur

Point Sebelum sakit Saat sakit


Lama tidur Pasien tidur ± 12 jam Keluarga pasien mengatakan

tidur anaknya selama sakit tetap

± 12 jam

37
pola tidur Keluarga pasien mengatakan Keluarga pasien mengatakan

pola tidur anaknya teratur pola tidur anaknya saat sakit

masih teratur
Kebiasaan Keluarga
Kelurga pasien mengatakan pasien mengatakan

sebelum tidur kebiasaan anak nya sebelum kebiasaan anak nya sebelum

tidak ada tidur rewel

c. Pola aktivitas/latihan

Sebelum sakit Saat sakit


Keluarga mengatakan sebelum ia sakit ia Keluarga mengatakan saat sakit anaknya

anaknya sering main kerincingan warna tidak ingin bermain

warni

d. Pola kebersihan diri

Point Sebelum sakit Saat sakit


Mandi sebelum sakit pasien mandi 2 selama sakit pasien hanya di

kali sehari dengan lap dengan air hangat kuku

menggunakan sabun, pasien oleh ibunya.

mandi dengan ibunya.


Cuci rambut Selama sakit pasien tidak ada cuci
sebelum sakit pasien selalu

mencuci rambut setiap dia rambut

mandi yaitu sebanyak 2 kali

sehari dengan menggunakan

sampo dimandikan ibunya.


berpakaian Selama sakit pasien ganti baju 1
sebelum sakit pasien selalu

mengganti baju 2 kali sehari kali sehari dibantu oleh

setelah selesai mandi. ibunya.

38
e. Pola eliminasi

Point Sebelum sakit Saat sakit


BAB Sebelum pasien sakit pasien BAB selama pasien sakit pasien BAB

normal. warna BAB pasien lebih dari 5 kali dalam

kuning berbau khas dengan sehari,warna BAB nya kuning,

konsistensi lembek, pasien baunya khas, konsistensi encer


dan berampas
tidak ada keluhan dengan BAB
BAB sekitar ± 300cc
nya dan pasien tidak ada

mempunyai kebiasaan apapun

pada waktu BAB.


BAK Selama sakit pasien BAK sering
Sebelum sakit pasien BAK

normal, warna BAK pasien warna BAK nya kuning .

jernih, pasien mempunyai

kebiasaan mengompol, tidak

ada keluhan pasien dengan

BAK

7. Pemeriksaan Fisik Head to toe

Pemeriksaan umum:

Keadaan umum : sedang

Kesadaran :composmentis

GCS : 15 (E4 V5 M6)

BB: 5.5 kg TB: 63 cm

39
Nadi :125x/i

P: 34x/i

S: 37,9 oC

Head to toe

Kulit

- Warna kulit : normal


- Membrane mukosa : kering
- Masalah integritas kulit : tidak ada
- Luka : tidak ada

Kepala

- Kepala : tidak ada kelainan


- Warna rambut : hitam

Neurologi

- GCS : E4 M6 V5
- Kesadaan : compos mentis
- Gangguan neurologis : tidak ada

Mata

- Inspeksi : Simetris, mata cekung


- Palpasi : Sklera ikterik, Konjungtiva pucat
Hidung

- Inspeksi :Simetris, ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung


- Palpasi : Tidak ada edema
Telinga

- Inspeksi : Simetris, bersih,


- Palpasi : tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
Bibir dan mulut

- Inspeksi : Simetris, mukosa kering

40
- Palpasi : Tidak ada edema dan lesi
Leher

- Inspeksi: Simestris, tidak ada benjolan dan luka


- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada
pembesaran kelenjer limfe dan kelenjar tyroid
Thorax:

- Inspeksi: Simestris, tidak ada benjolan dan luka


- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi : Suara Paru sonor, suara jantung dullness
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung irregular
Adomen

- Inspeksi : Bentuk perut datar


- Auskultasi : Bising usus 14x/ menit
- Perkusi : Suara Hipertympani
- Palpasi :Tidak ada pembesaran hepar
Genitalia

- Inspeksi : Anus Ada, Genitalia ada


- Palpasi : Tidak ada edema
Gastrointestinal

- mulut : mukosa kering


- Mual : ada 2x sehari
- Asites : tidak ada
- Muntah : ada
1. Ekstremitas atas:
 akral dingin
2. Estremitas bawah:
 akral dingin

Skala otot

4444 4444

41
4444 4444

Keterangan : 0 : Lumpuh total

1 : Ada gravitasi

2 : Dapat menggerakkan dengan bantuan

3 : Dapat melawan gravitasi

4 : Dapat menahan tekanan ringan

5 : Dapat menahan tekanan berat

Muskuloskeletal

 kelainan tulang : tidak ada


 Gerakan bayi : bebas
 Kekuatan otot : baik
8. Pemeriksaan Tumbuh kembang

pasien berumur 9 bulan dengan BB 5.5 kg dan TB 63,6 cm. LK 41,5 cm

Riwayat Tumbuh Kembang

 Refleks menangis : kuat


 Refleks menghisap : kuat
 Refleks menelan : normal
 Refleks menoleh : kuat
 Refleks menggenggam : kuat
 Refleks moro : ada
 Refleks babinsky : ada
 Tonic Neck : ada
 Pola tidur siang : 4 jam perhari
 Pola tidur malam : 8 jam perhari
 Frekuensi tidur : 4x perhari
 Aktifitas tidur : berkedip-kedip
 Tengkurep usia : 3 bulan
 Merangkak : 3 bulan
 Berjalan usia : 12 bulan
 Duduk usia : 8 bulan
9. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

42
Nama Hasil Rentang Normal Tanggal

Pemeriksaan Pemeriksaan
1. Hemoglobin 8,7 g/dl 13 g/dl 14 Oktober

2.Hematokrit 26,3% 4,0-5,0 2019

3. WBC 15,48 5,0-10,0

4. Feses 300 cc

10. Kenyamanan Psikospiritual


 Kewarganegaraan : WNI
 Agama : Kristen
 Kegiatan ibadah : selalu
 Pendidikan :-
 Perawatan anak dibantu oleh : orang tua
 Riwayat MRS sebelumnya : 1 minggu
11. Kenyamanan social cultural
 Anak kandung : iya
 Tinggal bersama : orang tua
 Pekerjaan orang tua : wiraswasta
 Pembiayaan kesehatan : Asuransi
 Hubungan dengan keluarga : baik
12. Kenyamanan lingkungan
 Suasana ruangan : Bising
 Penerangan : terang
 Suasana tempat : Pemukiman padat
 Suasana Daerah : Berpolusi

DATA FOKUS

Data Objektif Data Subjektif


1. Pasien tampak gelisah 1. Keluarga mengatakan demam masih
2. RR : 34 x/menit
3. N : 125 x/menit ada
4. Suhu : 37,9ºC 2. Keluarga mengatakan anaknya masih
5. Akral hangat
6. Ubun ubun cekung mencret berwarna kuning cair dan
7. BB klien menurun dari 6.1 Kg

43
menjadi 5,5 Kg berampas
8. Ibu tampak cemas 3. Keluarga mengatakan muntah dengan
9. BAB ± 300cc
10. TB : 63 cm frekuensi ± 4 x, Konsistensi berampas
11. LK : 43 cm
12. LD : 54cm makanan yang dimakan sebelumnya
13. Bising usus 14x/ menit, Suara 4. Keluarga mengatakan nafsu makan
Hipertympani
14. Input : Minum : 70cc anaknya menurun
Makan : 300cc 5. Keluarga mengatakan porsi makan
15. Output : Urine : 300cc
16. IWL = (40 x 5,5) = 220 anaknya tidak habis
6. Keluarga mengatakan sebelumnya

anaknya minum susu formula


7. Keluarga mengatakan anusnya

kemerahan
8. Ibu klien juga mengatakan anaknya

rewel dan tidur sering mengigau


9. Keluarga mengatakan khawatir

dengan keadaan anaknya


10. Keluarga mengatakan takut dengan

keadaan anaknya

ANALISA DATA

44
No Data Etiologi Masalah
1. DS:
 Keluarga mengatakan
anaknya masih mencret
berwarna kuning cair dan
berampas
 Keluarga mengatakan
muntah ± 4 x
Kehilangan Risiko
Konsistensi berampas
cairan aktif ketidakseimbangan
makanan yang dimakan
cairan
sebelumnya
 Keluarga mengatakan
anaknya rewel
 Keluarga mengatakan
demam masih ada
 Keluarga mengatakan nafsu
makan anaknya menurun
DO:
 BB klien menurun dari 6.1 Kg
menjadi 5,5 kg
 BAB ± 300cc
 LK : 43 cm
 LD : 54cm
 Bising usus 14x/ menit, Suara
Hipertympani
 Pasien tampak gelisah
 RR : 34 x/menit
 N : 125 x/menit
 Suhu : 37,8ºC
 Hematokrit 26,3 %
 Input : Minum : 70cc
 Makan : 300cc
 Output : Urine : 300cc
 IWL = (40x5,5) = 220

2. DS:
 Keluarga mengatakan
muntah ± 4 x
 Keluarga mengatakan nafsu
makan anaknya menurun Faktor
 Keluarga mengatakan porsi psikologis Defisit nutrisi
makan anaknya tidak habis (keengganan
untuk makan)
 Keluarga mengatakan
anaknya rewel

45
 Keluarga mengatakan
anaknya masih mencret
berwarna kuning cair dan
berampas
 Keluarga mengatakan
sebelumnya anaknya minum
susu formula

DO:
 BB klien menurun dari 6.1 Kg
menjadi 5,5 kg
 TB : 63 cm
 Akral hangat
 ubun ubun cekung
 Pasien tampak gelisah
 RR : 34 x/menit
 N : 125 x/menit
 Suhu : 37,8ºC
 Input : Minum : 70cc
 Makan : 300cc
 Output : Urine : 300cc
 IWL = (40x5,5) = 220

3. DS: Kurang terpapar Ansietas


 Ibu klien juga mengatakan informasi
anaknya rewel dan tidur
sering mengigau
 Keluarga mengatakan
khawatir dengan keadaan
anaknya
 Keluarga mengatakan takut
dengan keadaan anaknya
 Keluarga mengatakan
anusnya kemerahan

DO:
 Ibu tampak cemas
 Pasien tampak gelisah
 Tampak anus kemerahan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko ketidakseimbangan cairan b/d Kehilangan cairan aktif

46
2. Defisit nutrisi b/d Faktor psikologis (keengganan untuk makan)
3. Ansietas b/d Kurang terpapar informasi

C. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1. Resiko Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor status
ketidakseimbangan hidrasi
selama …x24 jam
cairan b/d 2. Monitor berat
Kehilangan cairan keseimbangan cairan
badan harian
aktif
meningkat 3. Catat intake dan
Dengan kriteria hasil output dan hitung
balance cairan 24
1. Asupan cairan
jam
meningkat 4. Berikan asupan
2. Kelembabapan cairan sesuai
membrane mukosa kebutuhan
5. Berikan cairan
meningkat
intravena jika perlu
3. Asupan makanan
meningkat
4. Turgor kulit membaik
5. Berat badan membaik

2. Defisit nutrisi b/d Tujuan : Status nutrisi 1.Identifikasi status


Faktor psikologis membaik nutrisi
(keengganan untuk Kriteria hasil 2.Identifikasi
makan) 1. Porsi makan yang kebutuhan kalori dan
dihabiskan meningkat jenis nutrient
2. BB meningkat 3.Monitor asupan
3. Tidak ada tanda-tanda makanan
malnutrisi 4. Monitor BB
5.Monitor hasil
pemeriksaan labor

47
3. ansietas b/d Kurang Tujuan : Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan
terpapar informasi
intervensi selama 2x24 jam, yang menenangkan
ansietas teratasi 2. Nyatakan dengan
Kriteria Hasil: harapan tentang kondisi
1. klien mampu anak
mengungkapkan gejala 3. Dorong keluarga untuk
cemas menemani anak
2. mengungkapkan dan 4. Identifikasi tingkat
menunjukkan teknik kecemasan
untuk mengontrol 5. instruksikan pasien
cemas untuk menggunakan
teknik relaksasi

D. Implementasi dan evaluasi

Hari SDKI Implementasi Evaluasi

/Tanggal

Selasa /15 Resiko ketidakseimb -Monitor status hidrasi S:


oktober
angan cairan b/d - Monitor berat badan
-keluarga
2019 harian
pasien
Pukul :11.00 Penurunan Berat - Catat intake dan output
Badan dan hitung balance cairan mengatakan
WIB selama 24 jam BAB anaknya

- Berikan asupan cairan nya sudah


sesuai kebutuhan tidak encer
lagi

-pasien
mengatakan
BAB anaknya
2x dalam

48
sehari

O:BAB Tampak
masih encer

A:Masalah
belum teratasi

P: Intervensi di
lanjutkan

Selasa /15 Defisit nutrisi b/d -kaji adanya alergi S: Keluarga


Faktor psikologis
oktober makanan
(keengganan untuk pasien
2019 makan) -kolaborasi dengan ahli
Pukul :13.00 gizi Untuk menentukan mengatkan
jumlah kalori dan nutrisi anakny sudah
WIB
yang dibutuhkan pasien
mau makan
-anjurkan pasien
untuk meningkatkan dan minum
kebutuhan intake fe
walaupun
-anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan tidak habis
vitamin C
-Berikan informasi O:pasien

tentang kebutuhan nutrisi tampak masih

letih

A:A:Masalah
belum teratasi
P:Intervensi di
lanjutkan

49
Selasa/15 ansietas b/d Kurang 1. Gunakan pendekatan S :keluarga
terpapar informasi
oktober yang menenangkan mengatakan
2019 2. Nyatakan dengan sudah tidak
Pukul :13.00 harapan tentang kondisi cemas lagi
WIB anak O:Tampak
3. Dorong keluarga untuk tenang
menemani anak A:A:masalah
4. Identifikasi tingkat teratasi
kecemasan P:Intervensi
5. instruksikan pasien diberhentikan
untuk menggunakan
teknik relaksasi

50
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit

yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar

di Indonesia baik di karenakan masih buruknya kondisi sanitasi

dasar,lingkungan fisik maupun maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk

hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya

penyakit diare tersebut


Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak

jaman Hippocrates.Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah

kesehatan utama masyarakat Indonesia.Diare merupakan penyakit berbahaya

karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan

kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah

dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja

diare (Depkes RI,1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-

60% diantaranya dapat meninggal.

a. Keluhan utama

Dalam keluhan utama dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat

51
kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian. Pada tinjauan teori

biasanya klien mengeluh diare , dan pada tinjauan kasus juga

ditemukan klien mengeluhkan diare sejak 2 hari SMRS, demam, Suhu :

37,8º Nadi : 125x/ mnt RR : 34X/mnt.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga mengatakan pasien tidak ada pernah sakit seperti ini

sebelumnya dan hanya pernah dirawat di RS dikarenakan ISPA.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan

fisik penting menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada teori

mengacu pada pemeriksaan head to toe, pemeriksaan keadaan umum,

tingkat kesadaran serta TTV (TD, N, P, S) ada kasus kelompok juga

melakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan

umum serta pemeriksaan TTV (TD, N, P, S).

Pemeriksaan pada abdomen, inspeksi : simetris kanan dan kiri, auskultasi :

terdengar peristatik usus 26 x/menit, palpasi : suara tympani, perkusi : ada

nyeri tekan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dari beberapa diagnosa keperawatan yang ada diteoritis tidak

seluruhnya dialami oleh pasien. Sesuai dengan data objektif dan data subjektif

pasien dirumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan keadaan pasien

52
serta Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan batasan karakteristik yang

terdapat pada SDKI,SLKI dan SIKI, yaitu sebagai berikut :

1. Kekurangan Volume cairan b/d Proses Infeksi


2. Gangguan cairan dan elektroit b/d diare
3. Defisit nutrisi b/d Faktor psikologis (keengganan untuk makan)

C. INTERVENSI

Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa menggunakan

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun oleh SDKI,SLKI,SIKI

sebagai standar. Dalam hal ini setiap rencana asuhan keperawatan

dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara logis dan sesuai

dengan kondisi pasien. Intervensi yang dilakukan adalah menagement cairan,

manajamen hipertemi, dan manajemen nutrisi.


Dalam hal ini kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang begitu

berarti hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung

diantaranya hubungan komunikasi yang baik antara anggota kelompok,

keluarga klien, dan juga pada perawat ruangan.

Pada diagnosa kekurangan volume cairan maka intervensi yang dapat

dilakukan adalah :

- pantau tanda dan gejala dehidrasi ( kulit, membran mukosa kering, berat jenis

urine, haus ),

- pantau masukan dan keluaran urine,

- observasi TTV,

- jelaskan pentingnya cairan

untuk tubuh,

- lanjutkan terapi dari dokter untuk obat anti diare dan anti

53
biotik.

D. EVALUASI

Dari semua diagnosa keperawatan yang kelompok tegakkan sesuai

dengan apa yang kelompok temukan dalam melakukan studi kasus dan

melakukan asuhan keperawatan, kurang lebih sudah mencapai perkembangan

yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan

keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja

sama antara kelompok dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan

lainnya.

1. Pada diagnosa pertama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan

dengan proses infeksi . Perawat melakukan manajemen diare dan dianggap

masalah sudah teratasi sebagian karena diare klien sudah berkurang dan

frekwensi BAB pasien 2x dalam sehari.


Kalau pasien nya sudah mau pulang, maka perlu dilakukan Discharge

planning , tentang :

a. Menjelaskan pentingnya cairan untuk tubuh,

b. memantau pemasukan dan keluaran urine.

c. melanjutkan terapi dokter untuk memberikan obat antidiare dan

antibiotik.

d. Memantau tanda dan gejala dehidrasi

2. Gangguan caairan elektrolit b.d diare perawat melakukan fever treatment

dan diangaap masalah sudah teratasi .

kalau pasien mau pulanh, maka perlu dilakukan Discharge Planning, tentang :

54
1. Kaji output dan input pasien

2. Motivasi pasien untuk makan

3. Kaji KU pasien

4. Monitor pola cairan

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat

3. Pada diagnosa ketiga defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis

perawat dianggap masalah teratasi sebagian karena klien belum

menghabiskan porsi makannya, hanya menghabiskan seperempat porsi

makanan yang diberikan.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

dimana individu yang tidak puasa mengalami atau yang beresiko mengalami

penurunan berat badan yang berhubungan dengan masukan yang tidak

adekuat .

Penulis memprioritaskan diagnosa pemenuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh sebagai diaognosakarena ini harus segera terpenuhi karena

akan mengakibatkan metabolisme nutrien tidak adekuat untuk kebutuhan

metabolik, ketidakmampuan tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

menyebabkan menurunnya kemampuan untuk tumbuh dan memperbaiki sel-

sel. Metabolisme perlu ditingkatkan bila terjadi trauma dan infeksi.Adapun

rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah :

a. Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering. Dengan

pemberian makanan yang sedikit tapi sering dapat menurunkan

55
kelemahan dan meningkatkan pemasukan untuk mencegah distraksi

gaster.

b. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat. Memberikan informasi

tentang ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

menyebabkan menurunnya berat badan, memburuknya kesehatan,

menurunnya kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel .

c. Memberikan diet sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian diet sesuai

dengan metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi

atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal .

d. Melanjutkan advice dokter untuk obat antiemetik. Antiemetik

mencegah muntah dengan menghambat rangsang terhadap pusat

muntah.

56
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penulisan kasus seminar setelah praktek

profesi yang dilakukan di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dapat diambil

kesimpulan :

1. diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat

Indonesia.Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat

mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar

biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu

sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare

(Depkes RI,2012). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60%

diantaranya dapat meninggal.

2. Keluarga pasien mengatakan anaknya diare slelama 1 minggu terakhir ,

3. Intervensi yang akan dilakukan pada An.C adalah intervensi untuk diare

yaitu manajemen diare, hipertermi yaitu fever treatmen dan defisit nutrisi

yaitu manajemen nutrisi.

57
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan juga dilakukan sesuai rencana

asuhan keperawatan yang telah disusun, yang disesuaikan dengan kondisi

pasien.
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An. C, memperlihatkan

adanya diare berkurang dan aktivitas pasien masih dibantu keluarga.


6. Pendokumentasian askep sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan

dan respon An.C

B. Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada An.C dengan

Demam kejang dan diare di ruangan anak RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi 2019, diharapkan dapat memberikan masukkan terutama pada :


1. Penulis/ Mahasiswa
Mengasah kemampuan terutama dalam penerapan memberikan asuhan

keperawatan yang profesional bidang keperawatan pasien dengan demam

kejang dan diare di Ruang anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi .
2. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan kepada Universitas Fort De Kock Bukittinggi

yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam

memberikan konsep asuhan keperawatan secara teori dan praktek.


3. RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan RSUD Dr. Achmad

Mochtar Bukittinggi dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan

menghasilkan pelayanan yang memuaskan pada pasien serta melihatkan

perkembangan pasien yang lebih baik.


4. Pasien/ keluarga
Dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan tentang diare dan demam

, sehingga pasien ataupun keluarga dapat menerapkan pengetahuan

tentang cara perawatan dan pencegahan penyakit ini untuk kedepannya.

58
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. (2012). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini

Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.

Dongoes (2000). Diagnosa Keperawatan Ed. 8. Jakarta: EGC

Dongoes (2000). Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta: EGC

Gunawan, S. (2008). Faktor Resiko Kejang Demam Berulang Pada Aanak. Admajaya.

ACID

Hidayat A.A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medikal.

Lestari, T. 2016. Asuhan Keparawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Mansjoer, Arif, et all. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI:

Media Aescullapius.

Muttaqim, Arif.2011.Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan

Medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Ngastiah. (2006). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Riyadi S & Sukarmin. 2009. Asuhan Keprawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sodikin. 2011 Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan

59
Hepatobilier: Jakarta: Salemba Medika

Widado. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam. Jakarta: CV

Sagung Seto

Wong,Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

60

Anda mungkin juga menyukai