Anda di halaman 1dari 9

Penataklaksaaan Terapi Komplemeter Terhadap Diare Anak

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu Lisna Anisa Fitriana, S.Kep., M.Kes.

Disusun Oleh :

Fanny Fauziyyah Sabila

2001920

2B

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan generasi penerus bangsa. Awal kokoh atau rapuhnya suatu negara dapat
dilihat dari kualitas para generasi penerusnya. Kesehatan merupakan salah satu faktor utama
dan sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika kondisi kesehatan
anak kurang sehat, maka akan berdampak pada berbagai hal yang berkaitan dengan
pertumbuhan, perkembangan, dan terhadap berbagai aktivitas yang akan dilakukannya (Inten &
Permatasari, 2019). Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di negara maju dan berkembang. World Health Organization (WHO) mengemukakan
bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak (Novard et al,
2019). Penyakit infeksi yang sering di derita adalah diare, demam tifoid, demam berdarah,
infeksi saluran pernapasan atas (influenza, radang amandel, radang tenggorokan), radang paru-
paru, merupakan penyakit infeksi yang harus cepat didiagnosis agar tidak semakin parah.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang mudah menyerang anak, hal ini dikarenakan anak
belum mempunyai sistem imun yang baik (Mutsaqof et al, 2016). Menurut WHO dan United
Nations Children's Fund (UNICEF), ada sekitar dua miliar kasus penyakit diare di seluruh dunia
setiap tahunnya, dan 1,9 juta anak dibawah usia 5 tahun meninggal karena diare. Dari semua
kematian anak akibat diare, 78% terjadi di Afrika Tenggara dan wilayah Asia (World
Gastroenterology Organisation, 2012) Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya yang ditandai dengan peningkatan volume, keenceran,
serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir darah (Rospita et al, 2017). Sedangkan pengertian diare menurut Zein
(2004) diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan feses yang tidak
berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Berdasarkan hasil dari Profil Kesehatan Indonesia (2018) diketahui bahwa penyakit diare
merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit yang sering disertai
dengan kematian. Pada tahun 2017 terjadi 21 kali kasus diare yang tersebar di 21 provinsi
dengan jumlah penderita 1725 orang dan kematian 34 orang (1,97%). Sedangkan selama tahun
2018 Terjadi 10 kali kasus Diare yang tersebar di 8 provinsi, 8 kabupaten/kota yaitu di
Kabupaten Tabanan (Bali) dan Kabupaten Buru (Maluku) yang masing-masing terjadi 2 kali kasus
dengan jumlah penderita 756 orang dan kematian 36 orang (4,76%). Bila dilihat per kelompok
umur diare tersebar di semua kelompok umur dengan prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak
balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%. Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan
perempuan hampir sama, yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan. Hasil riskesdas
tahun 2018 menyatakan angka kejadian diare di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebanyak
6,75% kejadian dan berdasarkan. Data Profil Kesehatan Dinas Kota Balikpapan pada tahun 2017
angka kejadian diare di Kota Balikpapan pada tahun 2017 adalah sebanyak 17.478 kasus (Profil
Kesehatan Indonesia, 2017). Faktor risiko diare dibagi menjadi 3 yaitu faktor karakteristik
individu, faktor perilaku pencegahan, dan faktor lingkungan. Faktor karakteristik individu yaitu
umur balita yang menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh.
Berdasarkan data-data diatas dapat menimbulkan masalah-masalah keperawatan yang sering
dijumpai pada pasien diare yaitu kekurangan volume cairan, gangguan integritas kulit, defidit
nutrisi, risiko syok, dan ansietas (Nuraarif & Kusuma, 2015). Pada penatalaksanaan diare ada
beberapa cara yang dapat dilakukan salah satunya pada diare Penanganan diare selain
menggunakan teknik farmakoterapi terdapat juga terapi komplementer yang dapat digunakan
yaitu dengan memberikan madu.. Manfaat madu untuk mengatasi diare karena efek
antibakterinya dan kandungan nutrisinya yang mudah dicerna. Madu juga membantu dalam
penggantian cairan tubuh yang hilang akibat diare. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pengaruh madu terhadap diare akut pada anak balita. Metode penelitian yang digunakan adalah
quasi eksperimental dengan Pretest and posttest non equivalent control group design. Hipotesis
penelitian ini adalah terdapat pengeruh madu terhadap frekuensi buang air besar (BAB) dan
karakteristik feses pada anak balita dengan diare akut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas diketahui masalah diare masih banyak terjadi pada anak-anak
bahkan balita. Masalah diare jika tidak segera ditangani akan berdampak lebih buruk lagi. Dan
untuk mengatasi masalah tersebut terdapat terapi farmakologi dan non farmakologi, salah satu
contoh terapi nonfarmakologi yaitu dengan menggunakan inovasi pemberian madu.
Bagaimanakah efektivitas inovasi madu untuk menurunkan frekuensi BAB pada anak dengan
diare

Tujuan Karya Tulis Ilmiah

Tujuan dibuatnya Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan anak dengan inovasi pemberian madu untuk menurunkan frekuensi BAB anak
dengan diare akut.

Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Bagi Masyarakat
Diharapkan mampu dijadikan tambahan pengetahuan atau pembelajaran bagi keluarga atau
pun lingkungan sekitar dalam menangani diare terhadap anak dan mengenalkan teknik
pengobatan secara alami dengan menggunakan media utama madu sebagai pengurang
frekuensi diare pada anak.

.Bagi Puskesmas
Diharapkan mampu meningkatkan mutu dalam asuhan keperawatan anak terutama pada
kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Memberikan masukan kepada instansi terkait
mengenai penanganan diare pada anak dengan metode madu.

Bagi Profesi keperawatan


Diharapkan mampu memberikan manfaat dalam praktik keperawatan anak dalam mengelola
kasus diare agar tidak terjadi penurunan frekuensi BAB dan pengurangan angka kematian pada
anak

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keperawatan Anak

Definisi
Keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family
centered care), pencegahan terhadap trauma (atrumatic care), dan manajemen kasus.
Dalam dunia keperawatan anak, perawat perlu memahami, menginggat adanya
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan dikarenakan anak bukan
miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik (Hidayat, 2005). Keluarga
merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga,
dalam keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai
konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong,Perry & Hockenbery, 2002).

B. Batas Usia Anak

C. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak

1. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik yang berati
bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang
dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola
pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
2. anak sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan yang sesuai dengan
tahap perkembangannya, kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis seperti
nutrisi, cairan, ativitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain. Dan kebutuhan
psikologis, seperti sosial dan spiritual.
3. pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati orang yang sakit.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
dalam memberikan asuhan keperawatan anak.
5. praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup
dengan menggunakan prosese keperawatan yang sesuai dengan aspek moral dan
aspek hukum.
6. tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk 3 meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang karena akan mempelajari aspek kehidupan anak.

D. Peran Perawat Anak

Konsep Diare Pada Anak


Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya 3
kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokan dalam
6 golongan besar yaitu infeksi disebabkan oleh bakteri, virus atau invasi parasit,
malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebabsebab lainya. Diare
merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari
dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah (Hartati et al., 2018). Diare
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan
muntah dan tinja berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita,
terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3
episode diare berat (WHO, 2015).

Klasifikasi Diare
Berdasarkan lama diare menurut (Rosa, 2016) yaitu :
1. Diare Akut Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung selama 14
hari dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir
atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila kurang
mengkonsumsi makanan akan mengakibatkan kurang gizi.
2. Diare Kronik Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat badan secara
signifikan dan masalah nutrisi.
3. Diare persisten Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah
berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat
diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten menyebabkan kehilangan
berat badan karena pengeluaran volume faces dalam jumlah banyak dan berisiko
mengalami diare. Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan
diare persisten tidak berat atau ringan. Diare persisten berat merupakan diare yang
berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda dehidrasi, sehingga anak memerlukan
perawatan di rumah sakit. Sedangkan diare persisten tidak berat atau ringan
merupakan diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak
menunjukkan tanda dehidrasi (Sodikin, 2015).
4. Diare malnutrisi berat Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi
dapat menyebabkan anak mengalami malnutrisi karena selama sakit,mengalami
infeksi, anak mengalami penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan dan
fungsi imun (Kuntari, 2016).

Berdasarkan patofisiologis diklasifikasi menjadi dua yaitu:

1. Diare sekresi Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen
maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu pedas, selain itu
juga dapat disebabkan defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh
(Simadibrata, 2015).
2. Diare osmotik Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia, makanan
tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan diet dan pemanis
obat berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau fruktosa. Diare
osmotik dapat terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap makanan
tertentu seperti buah, gula/manisan dan permen karet (Octa, dkk, 2016).

Etiologi
Etiologi menurut (Maryunani, 2016) antara lain:
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adenovirus,
Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(Candida albicans).

3. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: otitits
media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah

B. Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
4. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
5. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar. tahun.

Manifestasi Klinis Diare


a) Tanda dan Gejala dari diare menurut Suriadi dan Yuliani (2015)
b) Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c) Terdapat tanda dan gejala dehidrasi seperti turgor kulit jelek (elastisitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
d) Terjadi kram abdominal
e) Terjadi demam
f) Terjadi mual, muntah, nafsu makan menurun atau anoreksia
g) Tampak lemas,pucat
h) Terjadi perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan pernafasan cepat.
Terjadi penurunan atau tidak ada pengeluaran urine.
i) Anus dan daerah sekitarnya lecet karena sering diare.

Penatalaksanaan Terapi
Langkah-langkah pemberian madu menurut (Wulandari, 2017) adalah sebagai berikut :

1. Persiapan alat

a) Persiapan 5 cc madu murni


b) Siapkan 10 cc air mineral hangat
c) Gelas & Sendok teh

Fase Kerja

a) Siapkan gelas dan sendok teh


b) Berikan 5 cc madu murni dicampurkan dengan 10 cc air mineral hangat dan berikan pada anak
usia 1-5 tahun. Pemberiannya dapat dilakukan 3 kali sehari dalam jangka waktu pemberian
inovasi madu 5 hari

BAB III

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian

Subjek penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Fokus Studi

Anda mungkin juga menyukai