Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis dengan dosen pengampu
Sehabudin Salasa, S.Kep., Ners., M.Kep. dan Imam Tri Sutrisno, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Adinda Nur Hanifa 2006595


Fanny Fauziyyah Sabila 2001920
Ghina Novianti Rhamdina F. 2001948
Nada Nadhifa Azhar 2009723
Syifa Alfitriani Deswita 2001892
Tasya Fatiyya Fadillah 2006893
Widi Munziati 2010133
Widia Nursavitri 2005897

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah mengenai “Asuhan Keperawatan
Pasien dengan Ventilator Mekanik’’ ini dapat tersusun hingga selesai. Kami ucapkan terima
kasih terhadap pihak yang telah berkontribusi pikiran atau pun materi.

Setiap kata yang ditulis menjadi susunan kalimat, lalu ditulis menjadi sebuah paragraf
tidak akan terselesaikan jika makalah ini tidak mendapat dukungan. Maka dari itu, izinkan
penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat Bapak Sehabudin Salasa,
S.Kep., Ners., M.Kep. dan Bapak Imam Tri Sutrisno, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Kritis, kepada kerabat terdekat yang telah memberikan
dukungan dan doa yang membantu penulis dan rekan rekan yang telah membantu dalam
menyelesaikan.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena terbatasna pengetahuan dan
pengalaman, dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca makalah ini.

Bandung, 3 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 7
2.1 Pengertian .......................................................................................................................... 7
2.2 Tujuan dan Fungsi Ventilator Mekanik ......................................................................... 7
2.3 Prinsip Ventilator Mekanik.............................................................................................. 8
2.4 Jenis-jenis Ventilator Mekanik ........................................................................................ 8
2.5 Penatalaksanaan Ventilator Mekanik ........................................................................... 11
2.6 Mode Operasional Ventilator ......................................................................................... 11
2.7 Indikasi Ventilator Mekanik .......................................................................................... 13
2.8 Efek Samping Penggunaan Ventilator Mekanik .......................................................... 14
2.9 Perawatan Pasien dengan Ventilator Mekanik ............................................................ 15
2.10 Intervensi berdasarkan Evidence Based Practice (EBP) .............................................. 17
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 22
3.2 Saran................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasien dengan ventilator mekanik merupakan isu penting, terutama pada
risiko berbagai komplikasi dari pemakaian ventilator mekanik seperti komplikasi
paru berupa pneumonia terkait Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Terdapat 16
ruang intensif rumah sakit di negara-negara asia termasuk Indonesia terdapat 1.285
pasien pengguna ventilator dan kejadian VAP cukup tinggi dengan kisaran 9-28%.

Penggunaan ventilator mekanik membuat pasien mengalami keterbatasan


dalam mobilisasi. Padahal mobilisasi sangat bermanfaat bagi pasien yang dirawat di
ruang ICU. Tujuan perubahan posisi bertujuan untuk menghindari penekanan tubuh
yang bisa mengakibatkan dekubitus, meningkatkan oksigenasi, memobilisasi sekret,
dan mengurangi risiko terjadinya VAP. Beberapa penelitian terkait perubahan posisi
pada pasien dengan ventilator mekanik di ruang ICU berfokus pada posisi
semirecumben, posisi pronasi dan CRT (Continuous Rotational Kinetic Therapy).
Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-masing dalam peningkatan oksigen
dan insiden VAP (Thomas, 2007).

Perubahan posisi pada pasien yang menggunakan ventilator mekanik


dipercaya dapat meningkatkan transportasi oksigen dibandingkan dengan posisi
terlentang. Berdasarkan penelitian (Jonson, 2009) menyebutkan bahwa pasien kritis
mengalami perubahan transportasi oksigen selama reposisi. Penelitan tersebut
melaporkan bahwa terdapat penurunan ventilasi 40% sampai 50% pada pasien
kardiomegali dan kelainan paru di lobus kiri bawah akibat posisi terlentang yang
berkepanjangan (Jonson, 2009). Posisi lateral kiri dapat meningkatkan ventilasi
dimana anatomi jantung berada pada sebelah kiri di antara bagian atas dan bawah
paru membuat tekanan paru meningkat, tekanan arteri di apex lebih rendah dari pada
bagian basal paru. Tekanan arteri yang rendah menyebabkan penurunan aliran darah
pada kapiler di bagian apex, sementara kapiler di bagian basal mengalami distensi
dan aliran darahnya bertambah. Efek gravitasi mempengaruhi ventilasi dan aliran
darah dimana aliran darah dan udara. meningkat pada bagian basal paru (Rodney
dalam Karmiza, 2014).

Pada posisi ini aliran darah ke paru bagian bawah menerima 60-65 % dari
total aliran darah ke paru (Gullo, 2008). Pada pasien yang menggunakan ventilator
mekanik, efek gravitasi terhadap kapiler darah menyebabkan peningkatan tekanan
alveolar sehingga meningkatkan ventilasi. Penelitian Karmiza (2014) menyebutkan
bahwa posisi lateral kiri dengan posisi 30 derajat mampu meningkatkan nilai tekanan
O2 (Karmiza, 2014). Perubahan posisi pasien rutin digunakan selama di unit
perawatan intensif. Tujuan perubahan posisi tidak hanya untuk meningkatkan
transport oksigen, namun juga untuk profilaksis, mengutamakan kenyamanan,
mencegah pembentukan ulkus, mengurangi kejadian deep vein thrombosis, emboli
paru, atelektasis dan pneumonia (Banasik, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut :

1. Apa pengertian ventilator mekanik ?


2. Bagaimana tujuan dan fungsi ventilator mekanik ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip ventilator mekanik ?
4. Bagaimana penatalaksanaan ventilator mekanik ?
5. Bagaimana indikasi ventilator mekanik ?
6. Apa saja efek samping ventilator mekanik ?
7. Bagaimana perawatan pasien ventilator mekanik ?
8. Apa saja intervensi ventilator mekanik ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui ventilator mekanik
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi ventilator mekanik
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ventilator mekanik
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan ventilator mekanik
5. Untuk mengetahui indikasi ventilator mekanik
6. Untuk mengetahui efek samping ventilator mekanik
7. Untuk mengetahui perawatan pasien ventilator mekanik
8. Untuk mengetahui intervensi ventilator mekanik

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini agar pembaca serta penulis dapat lebih
memahami mengenai asuhan keperawatan pasien dengan ventilator mekanik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal
pertukarann udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan invasive
dan ventilator noninvasive (Sudoyo dkk,2009).

Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi


pernapasan. Penggunaan ventilator mekanik diindikasikan untuk pasien dengan
hipoksemia, hiperkapnea dan gagal pernapasan. Ventilator mekanik merupakan salah
satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang kritis di
Intensive Care Unit (ICU), dengan penggunaan di Amerika Serikat mencapai 1,5 juta
pertahun (Clare, 2008).

Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (Nugroho, 2016).

2.2 Tujuan dan Fungsi Ventilator Mekanik


1. Memperbaiki oksigenasi
2. Membantu eliminasi karbondioksida
3. Membantu kerja otot pernapasan
4. Mengurangi kerja pernapasan
5. Ventilasi alveolar yang tepat untuk kebutuhan metabolik pasien dan untuk
memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transpor oksigen (Hudak &
Gallo, 2010).
6. Melaksanakan pembebasan 𝐶𝑂2 atau pengambilan 𝑂2 dari atmosfer tidak
cukup, maka dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator (Rab, 2007).
7. Membantu pertukaran gas kardio-pulmonal (ventilasi alveolar dan oksigenasi
arteri), meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan
kapasitas residu fungsional), dan mengurangi kerja pernapasan.
8. Tujuan klinis meliputi mengatasi hipoksemia dan asidosis respiratori akut,
mengurangi distress pernapasan, mencegah atau mengatasi atelektasis dan
kelelahan otot pernapasan, memberikan sedasi dan blokade neuromuskular,
menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan intrakranial, dan
menstabilkan dinding dada (Urden, Stacy, Lough, 2010).

2.3 Prinsip Ventilator Mekanik


Pada penggunaan ventilasi mekanik, aliran udara dapat masuk ke paru-paru
karena adanya tekanan positif buatan oleh ventilator, dimana fase ekspirasinya terjadi
secara pasif. Ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru-paru
pasien, sehingga tekanan selama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan
intrathorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga toraks paling
positif. Perbedaan tekanan baik pada proses inspirasi dan ekspirasi menimbulkan
dampak terhadap kondisi hemostasis yang fisiologik.

2.4 Jenis-jenis Ventilator Mekanik


1. Ventilator mekanik negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik
yang berhubungan dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis,
distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis.
Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang
kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering.
Ventilator tekanan negatif pada awalnya diketahui sebagai “Paru-paru
Besi”. Tubuh pasien diambil alih oleh silinder besi dan tekanan negatif
didapat untuk memperbesar rongga toraks. Saat ini, ventilasi tekanan negatif
jangka-pendek intermiten (VTNI) telah digunakan pada penyakit paru
obstruktif menahun (PPOM) untuk memperbaiki gagal nafas hiperkapnik
berat dengan memperbaiki fungsi diafragma (Hudak & Gallo, 2010).
Ventilator ini kebanyakan digunakan pada gagal nafas kronik yang
berhubungan dengan kondisi neuromuskular seperti poliomielitis, muscular
dystrophy, amyotrophic lateral sclerosis, dan miastenia gravis (Smeltzer,
Bare, Hinkle, Cheever, 2008).
2. Ventilator tekanan positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan napas dengan demikian mendorong
alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini
diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas
digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis
ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume
bersiklus. Ventilator tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang
mengakhiri inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain
siklus ventilator hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu
yang telah ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati.
Ventilator tekanan bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu
pendek di ruang pemulihan. Ventilator waktu bersiklus adalah ventilator
mengakhiri atau mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. Volume
udara yang diterima klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi
aliran udara . Ventilator ini digunakan pada neonatus dan bayi. Ventilator
volume bersiklus yaitu ventilator yang mengalirkan volume udara pada setiap
inspirasi yang telah ditentukan. Jika volume preset telah dikirimkan pada
klien , siklus ventilator mati dan ekshalasi terjadi secara pasif. Ventilator
volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator tekanan positif yang paling
banyak digunakan.
Semua ventilator memiliki empat fase: inspirasi, perubahan dari
inspirasi ke ekspirasi, ekspirasi, dan perubahan dari berakhirnya inspirasi.
Manipulasi pada fase ini menentukan VT (tidal volume), tingkat ventilasi,
waktu inspirasi, aliran gas inspirasi, dan waktu ekspirasi. Adapun mode
ventilator dibagi berdasarkan cycling (perubahan dari inspirasi ke ekspirasi)
diantaranya yaitu :
1) Pressure limited atau Pressure cyled
Pressure-cycle ventilator berjalan ke fase ekspirasi ketika
tekanan udara mencapai tingkat yang telah ditentukan sebelumnya.
VT dan waktu inspirasi bervariasi, yang terkait dengan resistensi
saluran napas dan paru serta komplians sirkuit. Dalam aplikasinya alat
ini lebih mudah dipacu oleh usaha napas pasien, namun pada
peningkatan tahanan jalan napas atau penurunan daya regang dada
atau paru, akan terjadi penurunan volume tidal dan volume semenit.
2) Time cycled
Time-cycled ventilator masuk ke fase ekspirasi setelah interval yang
telah ditentukan yang dihitung dari awal inspirasi. VT (tidal volume)
adalah produk dari waktu inspirasi dan laju aliran inspirasi. Ventilator
time-cycled biasanya digunakan untuk neonatus dan di ruang operasi.
3) Volume cycled
Ventilator jenis ini dapat menghasilkan volume tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Apabila volume yang
ditentukan sudah dicapai, fase inspirasi akan berakhir. Banyak
ventilator untuk pasien dewasa menggunakan volume-cycled tapi
dilengkapi dengan batas sekunder pada tekanan inspirasi untuk
melindungi paru-paru dari barotrauma. Jika tekanan inspirasi melebihi
batas tekanan, siklus mesin berlanjut ke ekspirasi bahkan jika volume
yang dipilih belum disampaikan.
4) Flow cycled
Fase inspirasi akan berganti menjadi ekspirasi ketika aliran udara jatuh
ke level tertentu. Ventilator flow-cycle memiliki sensor tekanan dan
aliran yang memungkinkan ventilator untuk memantau aliran inspirasi
pada tekanan inspirasi yang ditentukan sebelumnya ketika aliran ini
mencapai tingkat yang telah ditentukan.
2.5 Penatalaksanaan Ventilator Mekanik
Pada masa-masa awal digunakannya ventilasi mekanik bertekanan positif,
direkomendasikan untuk memberikan volume inflasi yang cukup besar untuk
menghindari timbulnya kolaps alveolar. Pada pernapasan spontan yang normal,
volume tidal yang dibutuhkan adalah 5-7 ml/kg (berat badan ideal), sementara
volume inflasi standar selama ventilasi volume-cycled adalah 2 kali nilai volume tidal
yaitu 10-15 ml/kg. Ketidaksesuaian volume ini bahkan diperbesar oleh penambahan
mechanical sigh yang 1,5 sampai 2 kali lebih besar daripada volume inflasi standar
(15-30 ml/kg) dan dialirkan 6 sampai 12 kali setiap jam. Penggunaan volume inflasi
yang besar pada ventilasi mekanik konvensional dapat menyebabkan kerusakan pada
paru-paru dan dapat menimbulkan cedera pada organ-organ lain melalui mekanisme
pelepasan sitokin-sitokin inflamatori. Penemuan cedera paru yang diinduksi
ventilator mengubah cara pemberian ventilasi dengan drastis.

2.6 Mode Operasional Ventilator


Mode operasional ventilator dibagi menjadi 2 yakni sebagai berikut:

A. Mode Kontrol
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernapasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernapasannya masih sangat buruk,
lemah sekali atau bahkan dapat terjadi apnea. Pada mode ini ventilator
mengontrol pasien, pernapasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan
volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya
pasien untuk mengawali inspirasi.
Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan
ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha napas sendiri, bisa terjadi fighting
(tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax.

Berikut contoh dari Mode Kontrol:

1. CR (Controlled Respiration atau Controlled Ventilation)


2. CMV (Controlled Mandatory Ventilation)
3. IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
4. PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
Mode yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi
positif dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Sewaktu akhir
expiratory, airway pressure tidak kembali ke titik nol. Dengan
terbukanya jalan napas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis
akan dapat dihindari. PEEP biasanya digunakan bersamaan dengan
mode lain seperti SIMV, ACV atau PS. Indikasi pada klien yang
menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan
pneumonia difus. Efek sampingnya dapat menyebabkan venous return
menurun, barotrauma dan penurunan curah jantung.
5. Mode IMV (Intermitten Mandatory Ventilation) & SIMV
(Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation)
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang
seling dengan nafas pasien itu sendiri. Model ini digunakan pada
pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien dengan
hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin
dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilador. Pada mode IMV
pernapasan mandatory diberikan pada frekuensi yang di set tanpa
menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi
sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya.
Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya
disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan
sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada
pasien yang sudah bisa napas spontan tetapi belum normal sehingga
masih memerlukan bantuan. SIMV dapat digunakan untuk ventilasi
dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek
barotrauma minimal. Pemberian gas melalui napas spontan biasanya
tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernapasan spontan tapi
tidal volume dan/atau frekuensi napas kurang adekuat
6. Mode ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing atau Pressure
Support)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa napas spontan
atau pasien yang masih bisa bernapas tetapi tidal volumnenya tidak
cukup karena napasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus
mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk
memicu trigger maka udara pernapasan tidak diberikan.
7. CPAP (Continous Positive Air Pressure)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernapas dengan adekuat.
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya
digunakan untuk penyapihan ventilator. Tujuan pemberian mode ini
adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernapasan
sebelum pasien dilepas dari ventilator.
B. Mode Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Mode alarm perlu
untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah
menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien),
sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan,
misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume
rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak
dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.

2.7 Indikasi Ventilator Mekanik


Menurut Sundana (2018), pemasangan ventilator mekanik diindikasikan pada
pasien yang mengalami gangguan sebagai berikut:

1. Henti jantung (Cardiac arrest)


2. Henti napas (Respiratory arrest)
3. Hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen non invasive
4. Asidosis respiratory yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan pemberian
oksigen non invasive
5. Kelelahan pernapasan yang tidak responsive dengan obat-obatan dengan
pemberian oksigen non invasive
6. Gagal napas atau ditandai dengan takipneu, penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan (Scalene, sterno cleidomastoid, intercostal, abdomen)
7. Penurun kesadaran
8. Saturasi oksigen menurun drastis

2.8 Efek Samping Penggunaan Ventilator Mekanik


Salah satu efek samping dari penggunaan alat ventilator mekanik ini adalah
peningkatan risiko pneumonia yang disebut sebagai VAP (Ventilator Associated
Pneumonia)

1. Infeksi saluran pernapasan


Selang yang higienitasnya kurang baik dapat berpotensi dihinggapi kuman
sehingga berisiko menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, termasuk
paru-paru.
2. Luka di mulut dan tenggorokan
Prosedur pemasangan selang atau intubasi menimbulkan luka di mulut dan
tenggorokan.
3. Penumpukan sputum di saluran pernapasan
Alat ini menyebabkan pasien kesulitan untuk batuk. Alhasil, sputum yang
seharusnya dikeluarkan berakhir menumpuk. Guna mengatasi hal ini, dokter
maupun perawat yang bertugas akan melakukan penyedotan sputum secara
berkala guna menghindari sputum semakin menumpuk dan mengganggu
sirkulasi udara.
4. Cedera paru-paru
Penggunaan alat ini juga bisa menyebabkan paru-paru mengalami cedera
apabila prosedur pemasangannya tidak sesuai standar.
5. Keracunan oksigen
Prosedur pemasangan dan penggunaan alat yang tidak sesuai dengan standar
juga berpotensi menyebabkan pasien mengalami keracunan oksigen.
6. Gangguan peredaran darah
Penggunaan alat ini dalam waktu yang cukup lama berpotensi menyebabkan
terganggunya aliran darah akibat tromboembolisme.

2.9 Perawatan Pasien dengan Ventilator Mekanik


1. Penataan / setting awal ventilator
Setelah pipa endotrakeal atau trakeostomi terpasang baik, dilanjutkan dengan
pemberian napas buatan dengan pompa manual, sambil menilai masalah
sistem organ yang lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan penataan ventilator:
a. Volume tidal awal 10-15 ml/kgBB, volume ini 50% lebih besar dari
ukuran normal. Tujuannya adalah untuk membuka alveoli yang
sempat kolaps atau atelektasis agar pertukaran gas lebih baik.
b. Frekuensi ditentukan 12-15 menit pada orang dewasa, relatif lebih
lambat untuk mencegah kenaikan rasio VD/VT (volume ruag
rugi/volume tidal )
c. Rasio waktu inspirasi : ekspirasi - I / E = 1 : 2 menit
d. Fraksi inspirasi oksigen ( FiO2 ) = 100 % selama 15-30 menit
e. Tekanan inflasi < 35-40 cmH2O untuk menegah barotrauma atau
goncangan fungsi kardiovaskular
f. Pemberian volume inspirasi sekitar 2x atau lebih dikenal dengan istilah
"sigh" pada periode tertentu untuk mencegah atelektasis paru.
Biasanya tidak digunakan bila sudah mempergunakan volume tidak
yang besar .
g. Setelah 15-30 menit aplikasi dilakukan, periksa analisis gas darah.
Berdasarkan hasil analisis gas darah ditentukan metode ventilasi
mekanik yang akan diberikan, tata kembali parameter tersebut diatas
apakah perlu PEP atau tidak. Setiap perubahan ventilasi mekanik 15
30 menit kemudian periksa analisis gas darah untuk menilai kondisi
yang pantas bagi penderita (Schumacher & Chernecky, 2010).
2. Pemantauan
Pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan pemantauan terus
menerus terhadap efek hemodinamik yang tidak diinginkan dan efek
merugikan pada paru akibat tekanan positif di saluran udara.
Elektrokardiografi rutin, pulse oksimetri, dan monitoring tekanan intraarterial
langsung sangat berguna. Yang terakhir ini juga memungkinkan pengambilan
sampel darah arteri untuk analisis gas darah. Catatan asupan cairan masuk dan
keluar diperlukan untuk menilai keseimbangan cairan secara akurat. Kateter
urin sangat membantu. pemantauan vena sentral dan atau tekanan arteri
pulmonalis diindikasikan pada hemodinamik pasien stabil dan mereka yang
dengan output urin yang rendah.
Foto polos dada setiap hari umumnya dilakukan untuk menilai TT dan
posisi lini tengah, mencari bukti barotrauma paru, membantu mengevaluasi
keseimbangan cairan, dan memantau perkembangan penyakit paru. Tekanan
udara saluran napas (baseline, puncak, dan rerata), VT yang dihirup dan
dihembuskan (mekanik dan spontan), dan konsentrasi fraksi oksigen harus
dimonitor. Pemantauan parameter ini tidak hanya memungkinkan
penyesuaian optimal dari setting ventilator tapi membantu mendeteksi
masalah dengan TT, sirkuit bernapas, dan ventilator. Pengisapan/suction
periodik sekresi jalan napas yang tidak adekuat dan adanya gumpalan sekret
yang besar pada klinis tampak sebagai peningkatan tekanan puncak inflasi
dan penurunan VT yang dihembuskan. Selain itu, peningkatan mendadak
tekanan puncak inflasi Bersama-sama dengan hipotensi tiba-tiba
kemungkinan terjadi pneumotoraks (Schumacher & Chernecky, 2010).
3. Kebersihan saluran napas
Pipa endotrakea yang dipasang dan aplikasi ventilasi mekanik
menimbulkan hipersekresi kelenjar jalan napas. Apabila tidak bisa
dikeluarkan, timbunan sekresi ini dapat menyebabkan sumbatan jalan napas
dan atelektasis, menyebabkan timbulnya gangguan pertukaran gas serta bisa
merupakan media infeksi. Oleh karena itu, tindakan asepsis dan kebersihan
jalan napas selalu harus diperhatikan. Upaya cuci bronkus baik secara buta
maupun mempergunakan fasilitas bronkoskopi merupakan tindakan rutin
dalam upaya pemeliharaan kebersihan jalan napas.
Cara membersihkan jalan napas yaitu dengan melakukan hiperinflasi
manual dengan oksigen 100 % memakai alat bantu napas manual selama 2-3
menit. Masukkan kateter secara hati-hati ke dalam trakea lewat pipa
endotrakeal atau trakeotomi, kemudian tarik pelan pelan sambil memutar dan
lakukan penghisapan. Prosedur ini jangan lebih dari 15 detik, kemudian
lakukan hiperinflasi manual kembali dengan oksigen 100 %. Prosedur ini
lebih efektif apabila disertai vibrasi atau perkusi dinding dada (Schumacher
& Chernecky, 2010).

2.10 Intervensi berdasarkan Evidence Based Practice (EBP)


No Peneliti/Jurnal/ Judul Sampel Intervensi Hasil
Tahun
1. Yuswandi, Status 15 Posisi lateral
Anwar Wardi Hemodina responden kiri elevasi • Ada pengaruh
Warongan, mik Pasien kepala 30 yang
Fitrian yang derajat signifikan
Rayasari/Journ Terpasang dengan waktu antara posisi
al Of Islamic Ventilasi 5 menit lateral kiri
Nursing/2020 Mekanik sampai 30 elevasi kepala
dengan menit 30 derajat
Posisi dengan status
Lateral hemodinamik
Kiri pada tekanan
Elevasi darah sistolik,
Kepala 30 tekanan darah
derajat diastolik,
MAP (Mean
Arterial
Pressure),
Heart Rate
dan
Respiratory
rate. Terjadi
peningkatan
nilai rata-rata
yang
signifikan
selama 120
menit
• Tidak terdapat
pengaruh yang
signifikan
antara posisi
lateral kiri
elevasi kepala
30 derajat
dengan status
hemodinamik
pada SPO2.
pada SPO2
terjadi
penurunan
nilai rata-rata
SPO2.
Kesimpulan:
Sehingga dapat
disimpulkan pada
posisi lateral kiri
elevasi kepala 30
derajat
memberikan
dampak yang
negatif terhadap
status respirasi,
akan tetapi dapat
memberikan
dampak
peningkatan status
kardiovaskular
khususnya pada
pasien-pasien yang
mengalami
penurunan tekanan
darah.
2. Diah Tika Pelaksana 30 • Kelompok • Penggunaan
Anggraeni, an Oral responden kontrol : toothbrushing
Mareta Dea Care Pada Oral dengan 0,12%
Rosaline/Jurna Pasien hygiene gel
l Keperawatan yang tiap 12 Chlorhexidine
Widya Gantari Terpasang jam gluconate
Indonesia/2020 Ventilasi dengan memiliki
Mekanik swab insiden VAP
di Ruang Chlorhexi yang lebih
ICU dine rendah
gluconate disbanding
sebanyak kelompok
15 ml. control,
• Terdapat
• Kelompok penurunan
intervensi: yang
Oral signifikan
hygiene rata-rata waktu
tiap 12 penggunaan
jam ventilator pada
dengan kelompok
toothbrus intervensi
hing pada Kesimpulan:
gigi, lidah Pelaksanaan oral
dan care pasien harus
mukosa dilakukan secara
dengan komprehensif,
mengguna meliputi
kan sikat pengkajian oral
pediatric dengan assessment
dengan tools, pelaksanaan
bulu toothbrushing
lembut dengan
dengan antimikroba
gel gigi (CHX),
0,12 membersihkan
Chlorhexi selang ETT, serta
dine pemberian
gluconate, moisturizer. Selain
kemudian itu, frekuensi
dilakukan pelaksanaan oral
suction care
disesuaikan dengan
hasil pengkajian
kesehatan mulut
masing – masing
pasien. Semua
komponen
tersebut ditujukan
untuk mencegah
kolonisasi
mikroorganisme,
sehingga insiden
VAP pada pasien
yang terpasang
ventilasi mekanik
dapat menurun.
3. Putri Yanti, Efektifitas Kelompok • Kelompok • Ada perbedaan
Erwin, Oral kontrol 15 eksperime yang signifikan
Jumaini/Jurnal Hygiene orang dan n: rata-rata skor
Media dengan kelompok memberik VAP pada
Keperawatan/2 Suction eksperime an kelompok
018 Mengguna n 15 orang intervensi eksperimen dan
kan tindakan kelompok
Larutan Oral kontrol,
Chlorhexi hygiene sehingga dapat
dine 0,2% mengguna disimpulkan
Terhadap kan bahwa
Pencegaha larutan penggunaan
n Chlorhexi larutan
Ventilator dine 0,2% Chlorhexidine
Associated dengan 0,2% dengan
Pneumoni mengguna menggunakan
a (VAP) kan suction sangat
pada suction. efektif
Pasien • Kelompok
yang kontrol:
Terpasang hanya
Ventilator dilakukan
Mekanik tindakan
perawatan
oral
hygiene
sesuai
standar
ruangan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan
bantuan napas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan napas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi Ada
beberapa tujuan pemasangan ventilator mekanik, yaitu:

1. Mengurangi kerja pernapasan


2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
3. Pemberian MV yang akurat
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
6. Pasien dengan gagal nafas
7. Insufisiensi jantung
8. Disfungsi neurologist
9. Tindakan operasi

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah kita ini, kita dapat lebih mudah dalam
memahami Ventilasi Mekanik Dasar dan dapat kita aplikasikan dalam
praktik lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Rista, A., Nana, R., & Nur, K. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Pada Pasien Yang Menggunakan Ventilator
Mekanik Di ICU RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ners Widya Husada.

Deri, N., Erlina, K., Agnes, A. (2021). Pengkajian Nyeri Pada Pasien Terpasang Ventilator.

Arifin. (2019). Mode Dan Setting Dasar Ventilator. Penyakit Dalam FK UNS/RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.

Made, Oktaviani. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI


MEKANIK.
Rista, A., Nana, R., & Nur, K. (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) Pada Pasien Yang Menggunakan Ventilator
Mekanik Di Icu Rsud Tugurejo Semarang. Jurnal Ners Widya Husada, 2(1).

AKHIR, K. I. LITERATURE REVIEW: FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


VENTILATOR ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) PADA PASIEN YANG
MENGGUNAKAN VENTILATOR MEKANIK.

Watania, L. N., Lidya, S., & Hutasoit, E. (2022). Webinar Edukasi Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Ventilasi Mekanik. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM), 5(9), 2843-2852.

Verizarie. Rhandy. (2020). Ventilator: Fungsi, Cara Penggunaan, Efek Samping. Diakses dari
https://doktersehat.com/informasi/kesehatan-umum/ventilator/

Anda mungkin juga menyukai