Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

CHRONIC RENAL FAILURE (CRF)

Disusun Oleh :
kelompok 1
Muhammad Septiono 131911011
Nadela Selfa 131911012
Putri apricilia Nurlis 131911018
Syifa novi ayuni 131911022

Dosen Pengampu:
Utari Yunie Atrie, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan pasien dengan Chronic Renal Failure (CRF)”. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan
Kritis di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjung Pinang..
Dalam Penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kep., Ns, M.Kep selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Zakiah Rahman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
3. Utari yunie atrie S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing mata kuliah
Keperawatan Kritis
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan baik pada
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu penulis mengharapkan, saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tanjungpinang, 1 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar .............................................................................................. ii


Daftar isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................... 3


I. Konsep Dasar Medis ................................................................................. 3
A. Definisi ............................................................................................... 3
B. Klasifikasi .......................................................................................... 3
C. Etiologi ............................................................................................. 4
D. Patofisiologi ...................................................................................... 4
E. Pathway ............................................................................................. 6
F. Manifestasi Klinis ............................................................................. 8
G. Pemeriksaan diagnostik ..................................................................... 8
H. Penatalaksanaan medis...................................................................... 10
I. Komplikasi ........................................................................................ 11

II. Konsep Dasar Keperawatan ...................................................................... 12


A. Pengkajian .......................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 14
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 14
D. Implementasi keperawatan................................................................. 22
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 28

BAB III ANALISA KASUS .......................................................................... 30


A. Pengkajian ................................................................................................. 30

iii
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 35
C. Intervensi Keperawatan............................................................................. 35
D. Implementasi Keperawatan ....................................................................... 39
E. Evaluasi ..................................................................................................... 42
F. Peran dan Fungsi Perawat Pada Kasus ................................................... 43

BAB IV EVIDENCE BASED PRACTICE ................................................ 45

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 49

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 51


A. Kesimpulan ............................................................................................... 51
B. Saran.......................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah pernapasan menempati urutan tertinggi dalam menentukan
prioritas penanganan kegawatan maupun kekritisan. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa ketika seseorang tidak mendapatkan oksigen, meskipun
dalam hitungan menit maka bias berakibat fatal. Berbagai penyakit yang
berkaitan dengan pernapasan pada akhirnya akan berujung pada kondisi gagal
napas. Hal ini membutuhkan penanganan khusus, dimana oksigenisasi masih
tetap terpenuhi meskipun pasien sudah tidak mampu lagi bernapas.
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke
keadaan normal. Ventilator mekanik dibagi menjadi dua, yaitu ventilator
mekanik invasive dan ventilator mekanik non invasive. Peningkatan kualitas
dari ventilator mekanik menyebabkan makin luasnya area penggunaan mesin
tersebut. Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal
napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani
dengan keberadaan ventilator mekanik.
Perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit khususnya
perawat ICU (Intensive Care Unit) perlu memiliki pemahaman dasar
mengenai penggunaan ventilator mekanik. Pemahaman yang tepat sangat
membantu perawat dalam memberikan pelayanan secara optimal

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan meliputi :
1. Apa Prinsip-prinsip pelaksanaan ventilasi mekanik
2. Apa indikasi dan efek samping penggunaan ventilator mekanik
3. Apa mode ventilator

1
4. Apa prosedur pemasangan intubasi dan pengaturan
5. Apa asuhan keperawatan pasien dengan penggunaan ventilasi mekanik

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan memahami Prinsip-prinsip pelaksanaan ventilasi mekanik
2. Mengetahui dan memahami indikasi dan efek samping penggunaan
ventilator mekanik
3. Mengetahui dan memahami mode ventilator
4. Mengetahui dan memahami prosedur pemasangan intubasi dan pengaturan
5. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan
penggunaan ventilasi mekanik

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar Medis


A. Definisi
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal.
Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut
(Nurarif & Kusuma, 2013). Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi
dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik
tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa
(Abdul, 2015),
Sedangkan menurut Black (2014) Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronis mempunyai karakteristik bersifat menetap tidak
bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa, trensplantasi ginjal,
dialysis peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama
(Desfrimadona, 2016)

B. Klasifikasi
Menurut Wijaya & Putri (2013), klasifikasi gagal ginjal dibagi menjadi 3,
yaitu:
I. Penurunan cadangan ginjal ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-
75%. Pasien biasanya tidak mempunyai gejala, karena sisa nefron yang
ada dapat membawa fungsi normal ginjal.
II. Kehilangan fungsi ginjal 75%-90%. Pada tingkat ini terjadi kreatinin
serum dan nitrogen urea darah, ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mengembangkan urin pekat dan azotemia (peningkatan kadar kreatinin dan

3
kadar nitrogen darah dan berkaitan dengan penurunan laju filtrasi
glumerular).
III. Tingkat renal dari Gagal Ginjal Kronis yaitu kehilangan fungsi nefron
>90%. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat
dengan menyolok sekali sebagai respon terhadap GFR yang mengalami
penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen
darah dan elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialisis.

C. Etiologi
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari gagal ginjal
kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

D. Patofisiologis
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
metabolic (DM), infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan
Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan
kongenital yang menyebabkan GFR menurun. Pada waktu terjadi kegagalan
ginjal sebagai nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorbsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini

4
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa di
reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih
jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul
gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu.
(Barbara C Long). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolism protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2011)

5
E. Pathway

6
7
F. Manifestasi Klinis
Menurut perjalanan klinisnya (Corwin, E (2009):
1. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-kejang sampai koma),
yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan
gejala yang komplek.

G. Pemeriksaan diagnostic (Muttaqin, 2011)


1. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laju endap darah
Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh anemia,
hipoalbuminemia, dan retikulosit yang rendah.
2) Ureum dan Kreatinin
Ureum dan kreatinin meninggi. Biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin 20:1. Biasanya perbandingan ini bisa meninggi karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih.
3) Hiponatremi
Umumnya karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan menurunnya
diuresis.
4) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
Hipokalsemia dan hiperfosfatemia terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada Gagal Ginjal Kronik
5) Phospat Alkaline meninggi
Phospat alkaline meninggi diakibatkan gangguan metabolisme tulang,

8
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
6) Hipoalbuminemia
Biasanya disebabkan oleh gangguan metabolisme dan diet rendah
protein.
7) Kadar gula darah meningkat
Diakibatkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
8) Hipertrigliserida
Diakibatkan oleh gangguan metabolisme lemak yang disebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
9) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH yang
menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semua disebabkan
retensi asam organik dalam gagal ginjal.
2. Pemeriksaan Diagnostik lain
1) Foto polos abdomen
Untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu
obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu
penderita diharapkan tidak puasa.
2) Intra Vena Pielografi (IVP)
Untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini
mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya:
lanjut usia, diabetes mellitus, nefropati asam urat.
3) Ultrasonografi (USG)
Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih, dan prostat.
4) Renogram Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskular, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal.
5) Elektokardiogram (EKG)
Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit

9
H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit
dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
1) Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode
terpi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu
membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari
90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup
individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2 jenis
dialisis :
a. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser) Hemodialisis atau
HD adalah jenis dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang
berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa keluar
dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser,
darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan
ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu
setelah darah selesai di bersihkan, darah 31 dialirkan kembali kedalam
tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah salit dan
setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
b. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut) Terapi kedua adalah
dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan membrane
peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan
dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
2) Koreksi hiperkalemi Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang

10
harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan
EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus
glukosa.
3) Koreksi anemia Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi
yang kuat, misalnya ada infusiensi coroner.
4) Koreksi asidosis Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan 100 32 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal
dapat juga mengatasi asidosis.
5) Pengendalian hipertensi Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan
vasodilatator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
6) Transplantasi ginjal Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien
gagal ginjal kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.

I. Komplikasi
Menurut Jennifer (2011) komplikasi dari Gagal Ginjal Kronik adalah:
1. Anemia
2. Neuroperifer
3. Komplikasi kardiopulmoner
4. Komplikasi gastrointestinal
5. Disfungsi seksual
6. Parestesia
7. Disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralis flasid
8. Fraktur patologis

11
9. Hiperkalemia

II. Konsep Dasar keperawatan


A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan
membantu dalam penentuan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose
keperawatan (Smeltezer and Bare, 2011 : Kinta, 2012).
1. Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir,
asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, takikardi/takipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma.
3. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama pasien sakit, bagaimana penanganannya, mendapat terapi apa,
bagaimana cara minum obatnya apakan teratur atau tidak, apasaja yang
dilakukan pasien untuk menaggulangi penyakitnya.
4. Aktivitas Istirahat
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah
atau samnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang
gerak.
5. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi lama atau berat, palpatasi, nyeri dada (angina),
hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak
tangan, nadi lemah, hipotensi ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang
jarang pada penyakit tahap akhir, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning,
kecenderungan perdarahan.
6. Integritas ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, taka da harapan, taka da kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian.
7. Eliminasi

12
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (pada gagal ginjal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare, atau konstipasi, perubahan warna urine, contoh
kuning pekat, merah, coklat, oliguria.
8. Makanan/Cairan
Peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeriulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut (pernapasan ammonia), penggunaan diuretic, distensi
abdomen/asietes, 34 pembesaran hati (tahap akhir), perubahan turgor
kulit/kelembaban, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
9. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, syndrome “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki, kesemutan dan kelemahan,
khususnya ekstremitas bawah, gangguan status mental, contoh penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, kejang, fasikulasi otot,
aktivitas kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
10. Nyeri/kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki dan perilaku
berhatihati/distraksi, gelisah.
11. Pernapasan
Napas pendek, dyspnea, batuk dengan/tanpa sputum kental dan banyak,
takipnea, dyspnea, peningkatan frekuensi/kedalaman dan batuk dengan
sputum encer (edema paru).
12. Keamanan Kulit
gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi),
normotermia dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petekie, area ekimosis
pada kulit, fraktur tulang, keterbatasan gerak sendi
13. Seksualitas
Penurunan libido, amenorea, infertilitas 35
14. Interaksi social Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

13
15. Penyuluhan/Pembelajaran
Riwayat Diabetes Melitus (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter, kalkulus urenaria, maliganansi, riwayat
terpejan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic
nefrotoksik saat ini/berulang.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan
diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah
sebagai berikut (Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
1. Hipervolemia
2. Defisit nutrisi
3. Nausea
4. Gangguan integritas kulit/jaringan
5. Gangguan pertukaran gas
6. Intoleransi aktivitas
7. Penurunan curah jantung
8. Perfusi perifer tidak efektif
9. Nyeri akut

C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan& Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Hiporvolemia Setelah Dilakukan Manajemen Hipervolemia


Tindakan Keperawatan Observasi:
Selama 3x8 Jam Maka 1. Periksa Tanda Dan
Hipervolemia Gejala Hipervolemia
Meningkat Dengan (Edema, Dispnea, Suara
Kriteria Hasil: Napas Tambahan)
1. Asupan Cairan 2. Monitor Intake Dan
Meningkat Output Cairan

14
2. Haluaran Urin 3. Monitor Jumlah Dan
Meningkat Warna Urin
3. Edema Menurun Terapeutik
4. Tekanan Darah 4. Batasi Asupan Cairan
Membaik Dan Garam
5. Turgor Kulit 5. Tinggikan Kepala
Membaik Tempat Tidur
Edukasi
6. Jelaskan Tujuan Dan
Prosedur Pemantauan
Cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai Pemberian
Diuretic
8. Kolaborasi Penggantian
Kehilangan Kalium
Akibat Deuretik
9. Kolaborasi Pemberian
Continuous Renal
Replecement Therapy
(Crrt), Jika Perlu
2 Deficit Nutrisi Setelah Dilakukan Manajemen Nutrisi
Tindakan Keperawatan Observasi
Selama 3x8 Jam 1. Identifikasi Status
Diharapkan Pemenuhan Nutrisi
Kebutuhan Nutrisi 2. Identifikasi Makanan
Pasien Tercukupi Yang Disukai
Dengan Kriteria Hasil: 3. Monitor Asupan
1. Intake Nutrisi Makanan
Tercukupi 4. Monitor Berat Badan
2. Asupan Terapeutik
Makanan Dan 5. Lakukan Oral Hygiene

15
Cairan Sebelum Makan, Jika
Tercukupi Perlu
6. Sajikan Makanan
Secara Menarik Dan
Suhu Yang Sesuai
7. Berikan Makanan
Tinggi Serat Untuk
Mencegah Konstipasi
Edukasi
8. Anjurkan Posisi
Duduk, Jika Mampu
9. Ajarkan Diet Yang
Diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi Dengan
Ahli Gizi Untuk
Menentukan Jumlah
Kalori D An Jenis
Nutrisi Yang
Dibutuhkan, Jika Perlu
11. Kolaborasi Pemberian
Medikasi Sebelum
Makan
3 Nausea Setelah Dilakukan Manajemen Mual
Tindakan Keperawatan Observasi
Selama 3x8 Jam Maka 1. Identifikasi Pengalaman
Nausea Membaik Mual
Dengan Kriteria Hasil: 2. Monitor Mual (Mis.
1. Nafsu Makan Frekuensi, Durasi, Dan
Membaik Tingkat Keparahan)
2. Keluhan Mual Terapeutik
Menurun 3. Kendalikan Faktor

16
3. Pucat Membaik Lingkungan Penyebab
4. Takikardia (Mis. Bau Tak Sedap,
Membaik (60- Suara, Dan Rangsangan
100 Kali/Menit) Visual Yang Tidak
Menyenangkan)
4. Kurangi Atau Hilangkan
Keadaan Penyebab Mual
(Mis. Kecemasan,
Ketakutan, Kelelahan)
Edukasi
5. Anjurkan Istirahat Dan
Tidur Cukup
6. Anjurkan Sering
Membersihkan Mulut,
Kecuali Jika Merangsang
Mual
7. Ajarkan Teknik
Nonfarmakologis Untuk
Mengatasi Mual(Mis.
Relaksasi, Terapi Musik,
Akupresur)
Kolaborasi
8. Kolaborasi Pemberian
Antiemetik, Jika Perlu
4 Kerusakan Setelah Dilakukan Perawatan Integritas Kulit
Integritas Kulit Tindakan Keperawatan Obsevasi
Selama 3x8 Jam 1. Identifikasi Penyebab
Diharapkan Integritas Gangguan Integritas
Kulit Dapat Terjaga Kulit (Mis. Perubahan
Dengan Kriteria Hasil: Sirkulasi, Perubahan
1. Integritas Kulit Status Nutrisi)
Yang Baik Bisa Terapeutik

17
Dipertahankan 2. Ubah Posisi Tiap 2 Jam
2. Perfusi Jaringan Jika Tirah Baring
Baik 3. Lakukan Pemijataan
3. Mampu Pada Area Tulang, Jika
Melindungi Perlu
Kulit Dan 4. Hindari Produk
Mempertahanka Berbahan Dasar Alkohol
n Kelembaban Pada Kulit Kering
Kulit 5. Bersihkan Perineal
Dengan Air Hangat
Edukasi
6. Anjurkan Menggunakan
Pelembab (Mis. Lotion
Atau Serum)
5 Gangguan Setelah Dilakukan Pemantauan Respirasi
Pertukaran Gas Tindakan Keperawatan Observasi
Selama 3x8 Jam 1. Monitor Frekuensi,
Diharapkan Pertukaran Irama, Kedalaman Dan
Gas Tidak Terganggu Upaya Napas
Dengak Kriteria Hasil: 2. Monitor Pola Napas
1. Tanda-Tanda 3. Monitor Saturasi
Vital Dalam Oksigen
Rentang Normal 4. Auskultasi Bunyi Napas
2. Tidak Terdapat Terapeutik
Otot Bantu 5. Atur Interval
Napas Pemantauan Respirasi
3. Memlihara Sesuai Kondisi Pasien
Kebersihan Paru 6. Bersihkan Sekret Pada
Dan Bebas Dari Mulut Dan Hidung, Jika
Tanda-Tanda Perlu
Distress 7. Berikan Oksigen
Pernapasan Tambahan, Jika Perlu

18
8. Dokumentasikan Hasil
Pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan Tujuan Dan
Prosedur Pemantauan
10. Informasikan Hasil
Pemantauan
Kolaborasi
11. Kolaborasi Penentuan
Dosis Oksigen
6 Intoleransi Setelah Dilakukan Manajemen Energi
Aktivitas Tindakan Keperawatan Observasi
Selama 3x8 Jam 1. Monitor Kelelahan
Toleransi Aktivitas Fisik
Meningkat Dengan 2. Monitor Pola Dan Jam
Kriteria Hasil: Tidur
1. Keluhan Lelah Terapeutik
Menurun 3. Lakukan Latihan
2. Saturasi Rentang Gerak
Oksigen Dalam Pasif/Aktif
Rentang Normal 4. Libatkan Keluarga
(95%- 100%) Dalam Melakukan
3. Frekuensi Nadi Aktifitas, Jika Perlu
Dalam Rentang Edukasi
Normal (60-100 5. Anjurkan Melakukan
Kali/Menit) Aktifitas Secara
4. Dispnea Saat Bertahap
Beraktifitas Dan 6. Anjurkan Keluarga
Setelah Untuk Memberikan
Beraktifitas Penguatan Positif
Menurun (16-20 Kolaborasi
Kali/Menit) 7. Kolaborasi Dengan

19
Ahli Gizi
7 Resiko Penurunan Setelah Dilakukan Perawatan Jantung
Curah Jantung Asuhan Keperawatan Observasi:
Selama 3x8 Jam 1. Identifikasi Tanda Dan
Diharapkan Penurunan Gejala Primer Penurunan
Curah Jantung Curah Jantung (Mis.
Meningkat Dengan Dispnea, Kelelahan)
Kriteria Hasil: 2. Monitor Tekanan Darah
1. Kekuatan Nadi 3. Monitor Saturasi
Perifer Oksigen
Meningkat Terapeutik:
2. Tekanan Darah 4. Posisikan Semi-Fowler
Membaik 100- Atau Fowler
130/60-90 5. Berikan Terapi Oksigen
Mmhg Edukasi:
3. Lelah Menurun 6. Ajarkan Teknik
4. Dispnea Relaksasi Napas Dalam
Menurun 7. Anjurkan Beraktifitas
Dengan Fisik Sesuai Toleransi
Frekuensi 16-24 Kolaborasi
X/Menit 8. Kolaborasi Pemberian
Antiaritmia, Jika Perlu
8 Perfusi Prefer Setelah Dilakukan Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif Tindakan Perawatan Observasi
Selama 3x8 Jam Maka 1. Periksa Sirkulasi Perifer
Perfusi Perifer (Mis. Nadi Perifer,
Meningkat Dengan Edema, Pengisian
Kriteria Hasil: Kapiler, Warna, Suhu)
1. Denyut Nadi 2. Monitor Perubahan Kulit
Perifer 3. Monitor Panas,
Meningkat Kemerahan, Nyeri Atau
2. Warna Kulit Bengkak

20
Pucat Menurun 4. Identifikasi Faktor
3. Kelemahan Otot Risiko Gangguan
Menurun Sirkulasi
4. Pengisian Terapeutik
Kapiler 5. Hindari Pemasangan
Membaik Infus Atau Pengambilan
5. Akral Membaik Darah Di Area
6. Turgor Kulit Keterbatasan Perfusi
Membaik 6. Hindari Pengukuran
Tekanan Darah Pada
Ekstremitas Dengan
Keterbatasan Perfusi
7. Lakukan Pencegahan
Infeksi
8. Lakukan Perawatan Kaki
Dan Kuku
Edukasi
9. Anjurkan Berhenti
Merokok
10. Anjurkan Berolahraga
Rutin
11. Anjurkan Mengecek
Air Mandi
9 Nyeri Akut Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri
Tindakan Keperawatan Observasi
Selama 3x8 Jam Maka 1. Identifikasi Factor
Tautan Nyeri Pencetus Dan Pereda
Meningkat Dengan Nyeri
Kriteria Hasil 2. Monitor Kualitas Nyeri
1. Melaporkan 3. Monitor Lokasi Dan
Nyeri Penyebaran Nyeri
Terkontrol 4. Monitor Intensitas

21
Meningkat Nyeri Dengan
2. Kemampuan Menggunakan Skala
Mengenali 5. Monitor Durasi Dan
Onset Nyeri Frekuensi Nyeri
Meningkat Teraupetik
3. Kemampuan 6. Ajarkan Teknik
Menggunakan Nonfarmakologis
Teknik Untuk Mengurangi
Nonfarmakologi Rasa Nyeri
s Meningkat 7. Fasilitasi Istirahat Dan
4. Keluhan Nyeri Tidur
Penggunaan Edukasi
Analgesik 8. Anjurkan Memonitor
Menurun Nyeri Secara Mandiri
5. Meringis 9. Anjurkan
Menurun Menggunakan
6. Frekuensi Nadi Analgetik Secara Tepat
Membaik Kolaborasi
10. Kolaborasi Pemberian
Obat Analgetik

D. Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi
Keperawatan

1 Hiporvolemia Manajemen Hipervolemia


Observasi:
1. Memeriksa Tanda Dan Gejala Hipervolemia
(Edema, Dispnea, Suara Napas Tambahan)
2. Memonitor Intake Dan Output Cairan
3. Memonitor Jumlah Dan Warna Urin
Terapeutik

22
4. Membatasi Asupan Cairan Dan Garam
5. Meninggikan Kepala Tempat Tidur
Edukasi
6. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur
Pemantauan Cairan
Kolaborasi
7. Mengkolaborasai Pemberian Diuretic
8. Mengkolaborasi Penggantian Kehilangan
Kalium Akibat Deuretik
9. Mengkolaborasi Pemberian Continuous
Renal Replecement Therapy (Crrt), Jika Perlu
2 Deficit Nutrisi Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Mengidentifikasi Status Nutrisi
2. Mengidentifikasi Makanan Yang Disukai
3. Memonitor Asupan Makanan
4. Memonitor Berat Badan
Terapeutik
5. Melakukan Oral Hygiene Sebelum Makan,
Jika Perlu
6. Menyajikan Makanan Secara Menarik Dan
Suhu Yang Sesuai
7. Memberikan Makanan Tinggi Serat Untuk
Mencegah Konstipasi
Edukasi
8. Menganjurkan Posisi Duduk, Jika Mampu
9. Mengajarkan Diet Yang Diprogramkan
Kolaborasi
10. Mengkolaborasikan Dengan Ahli Gizi Untuk
Menentukan Jumlah Kalori D An Jenis
Nutrisi Yang Dibutuhkan, Jika Perlu
11. Mengkolaborasikan Pemberian Medikasi

23
Sebelum Makan
3 Nausea Manajemen Mual
Observasi
1. Mengidentifikasi Pengalaman Mual
2. Memonitor Mual (Mis. Frekuensi, Durasi,
Dan Tingkat Keparahan)
Terapeutik
3. Mengkendalikan Faktor Lingkungan
Penyebab (Mis. Bau Tak Sedap, Suara, Dan
Rangsangan Visual Yang Tidak
Menyenangkan)
4. Mengurangi Atau Hilangkan Keadaan
Penyebab Mual (Mis. Kecemasan, Ketakutan,
Kelelahan)
Edukasi
5. Menganjurkan Istirahat Dan Tidur Cukup
6. Menganjurkan Sering Membersihkan Mulut,
Kecuali Jika Merangsang Mual
7. Mengajarkan Teknik Nonfarmakologis Untuk
Mengatasi Mual(Mis. Relaksasi, Terapi
Musik, Akupresur)
Kolaborasi
8. Mengkolaborasikan Pemberian Antiemetik,
Jika Perlu
4 Kerusakan Integritas Perawatan Integritas Kulit
Kulit Obsevasi
1. Mengidentifikasi Penyebab Gangguan
Integritas Kulit (Mis. Perubahan Sirkulasi,
Perubahan Status Nutrisi)
Terapeutik
2. Mengubah Posisi Tiap 2 Jam Jika Tirah Baring
3. Melakukan Pemijataan Pada Area Tulang, Jika

24
Perlu
4. Menghindari Produk Berbahan Dasar Alkohol
Pada Kulit Kering
5. Membersihkan Perineal Dengan Air Hangat
Edukasi
6. Menganjurkan Menggunakan Pelembab (Mis.
Lotion Atau Serum)
5 Gangguan Pertukaran Pemantauan Respirasi
Gas Observasi
1. Memonitor Frekuensi, Irama, Kedalaman
Dan Upaya Napas
2. Memonitor Pola Napas
3. Memonitor Saturasi Oksigen
4. Auskultasi Bunyi Napas
Terapeutik
5. Menatur Interval Pemantauan Respirasi
Sesuai Kondisi Pasien
6. Membersihkan Sekret Pada Mulut Dan
Hidung, Jika Perlu
7. Memberikan Oksigen Tambahan, Jika Perlu
8. Mendokumentasikan Hasil Pemantauan
Edukasi
9. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur
Pemantauan
10. Menginformasikan Hasil Pemantauan
Kolaborasi
11. Mengkolaborasikan Penentuan Dosis
Oksigen
6 Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi
Observasi
1. Memonitor Kelelahan Fisik
2. Memonitor Pola Dan Jam Tidur

25
Terapeutik
3. Melakukan Latihan Rentang Gerak
Pasif/Aktif
4. Melibatkan Keluarga Dalam Melakukan
Aktifitas, Jika Perlu
Edukasi
5. Menganjurkan Melakukan Aktifitas Secara
Bertahap
6. Menganjurkan Keluarga Untuk Memberikan
Penguatan Positif
Kolaborasi
7. Mengkolaborasikan Dengan Ahli Gizi
7 Resiko Penurunan Perawatan Jantung
Curah Jantung Observasi:
1. Mengidentifikasi Tanda Dan Gejala Primer
Penurunan Curah Jantung (Mis. Dispnea,
Kelelahan)
2. Memonitor Tekanan Darah
3. Memonitor Saturasi Oksigen
Terapeutik:
4. Memposisikan Semi-Fowler Atau Fowler
5. Memberikan Terapi Oksigen
Edukasi:
6. Mengajarkan Teknik Relaksasi Napas Dalam
7. Menganjurkan Beraktifitas Fisik Sesuai
Toleransi
Kolaborasi
8. Mengkolaborasikan Pemberian Antiaritmia,
Jika Perlu
8 Perfusi Prefer Tidak Perawatan Sirkulasi
Efektif Observasi
1. Meperiksa Sirkulasi Perifer (Mis. Nadi

26
Perifer, Edema, Pengisian Kapiler, Warna,
Suhu)
2. Memonitor Perubahan Kulit
3. Memonitor Panas, Kemerahan, Nyeri Atau
Bengkak
4. Meidentifikasi Faktor Risiko Gangguan
Sirkulasi
Terapeutik
5. Menghindari Pemasangan Infus Atau
Pengambilan Darah Di Area Keterbatasan
Perfusi
6. Menghindari Pengukuran Tekanan Darah
Pada Ekstremitas Dengan Keterbatasan
Perfusi
7. Melakukan Pencegahan Infeksi
8. Melakukan Perawatan Kaki Dan Kuku
Edukasi
9. Menganjurkan Berhenti Merokok
10. Menganjurkan Berolahraga Rutin
11. Menganjurkan Mengecek Air Mandi
9 Nyeri Akut Manajemen Nyeri
Observasi
1. Mengidentifikasi Factor Pencetus Dan Pereda
Nyeri
2. Memonitor Kualitas Nyeri
3. Memonitor Lokasi Dan Penyebaran Nyeri
4. Memonitor Intensitas Nyeri Dengan
Menggunakan Skala
5. Memonitor Durasi Dan Frekuensi Nyeri
Teraupetik
6. Mengajarkan Teknik Nonfarmakologis Untuk
Mengurangi Rasa Nyeri

27
7. Memfasilitasi Istirahat Dan Tidur
Edukasi
8. Menganjurkan Memonitor Nyeri Secara
Mandiri
9. Menganjurkan Menggunakan Analgetik
Secara Tepat
Kolaborasi
10. Mengkolaborasikan Pemberian Obat
Analgetik

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus
terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi proses atau promotif dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat
dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi atau
muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian, jika pasien menunjukkan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah belum teratasi, jika pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

28
telah ditetapkan
4. Muncul masalah baru, jika pasien menunjukkan adanya perubahan
kondisi atau munculnya masalah baru.

29
BAB III
ANALISA KASUS

A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. M.N
Jenis kelamin : Laki-laki
umur : 45 tahun
Status : menikah
agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir
Alamat : Teunbaun
Tanggal masuk : 17 Juli 2019
diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik

2) Keluhan Utama : Gagal Nafas


1. Riwayat penyakit sekarang :
Keluarga pasien mengatakan pada tanggal 17 Juli 2019 pukul 11.00
pasien datang ke RSUD Prof.Dr.W. Z. Johannes Kupang dengan
keluhan utama sesak nafas dari tanggal 16 Juli 2019 pukul 23.00. ejak
tanggal 17 Juli 2019 pukul 04.00 kejang-kejang tiga kali, Pasien saat ini
mengatakan merasa mual dan ingin muntah serta tidak selera makan,
pasien mengatakan perut semakin membesar dan bengkak pada kedua
kaki dan badan terasa lemas. Tn.M.N tidak memiliki riwayat alergi
terhadap obat-obatan atau pun makanan. Hasil pemeriksan sementara
didapatkan tanda tanda vital pernapasan 40x/menit, Tekanan darah
170/100 mmHg, suhu 37,10o C, nadi 114/menit, pasien tampak lemah,
kesadaran composmentis.
2. Riwayat penyakit dahulu :
pasien memiliki riwayat penggunaan obat asam urat, namun sudah
berhenti ± 2 tahun yang lalu, pasien tidak memiliki riwayat alergi dan

30
operasi.
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan kalau orang tua yaitu bapak memiliki riwayat
hipertensi.

3) pengkajian Primer
1. Airway (Jalan Napas) :
Paten tidak ada sumbatan jalan napas.
2. Breathing (Pernapasan) :
pasien sesak napas tanpa aktivitas, gerak dada simetris, kedalaman
dangkal, ada reflek batuk, batuk produktif ada sputum berwarna kuning
jernih dengan konsistensi kental, ada bunyi napas ronchi, pola napas
teratur respiration rate 40x/menit, saturasi oksigen 90%
3. Circulation :
nadi 114 x/menit, irama teratur, irama kuat, tekanan darah 170/100
mmHg, ekstremitas hangat, warna kulit pucat, capillary reffil time ˂ 3
detik, ada oedema pada kedua tungkai dan wajah, turgor kulit baik,
mukosa bibir kering, kebutuhan cairan dan elektrolit terpasang
Intravenousfluitdrops NaCl 0,9% 500 mm/24 jam, buang air kecil 1
kali/hari jumlah sedikit warna kuning pekat,buang air besar satu kali
dalam 2 atau 3 hari.
4. Disability :
tingkat kesadaran composmentis,pupil isokor Glasglow coma scale :
Eyes:4, Verbal:5, Motorik: 6 jumlah: 15
5. Exposure :
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, Suhu :
37,10o C

4) Pengkajian Sekunder
a. Tanda-tanda Vital
• TD : 170/100 mmHg
• Nadi : 114x/menit

31
• RR : 40x/menit
• T : 37,10o C
• BB : 62 kg
• TB : 165 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala :
Simetris, kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam
mulai beruban dan tidak ada kelainan.
2. Mata:
Sklera putih, konjungtiva anemis, palpebra tidak ada edema, refleks
cahaya +, pupil isokor.
3. Hidung:
Pernafasan cuping hidung tidak ada, posisi septum nasal simetris,
lubang hidung bersih, tidak ada penurunan ketajaman penciuman dan
tidak ada kelainan
4. Mulut :
Keadaan mukosa bibir lembab dan pucat. Tonsil ukuran normal uvula
letak simetris ditengah.
5. Gigi :
bersih, lengkap
6. Telinga :
Tidak ada serumen berlebih
7. Leher :
Tidak ada penonjolan vena jugularis
8. Thorax :
Terdapat edema paru, frekuensi nafas 40 kali/menit, irama nafas teratur,
pola napas dispnea pernafasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
nafas, pasien menggunakan alat bantu nafas oksigen nasal kanul 3
liter/menit. Suara nafas Ronchi.
9. jantung :
Tidak ada keluhan nyeri dada, Tidak terlihat adanya pulsasi iktus
kordis, CRT < 2 detik dan Tidak ada sianosis, Ictus Kordis teraba di

32
ICS 5, dan Akral Hangat
10. pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi :
BAB 1x/hari konsistensi lunak, diet lunak, jenis diet : Diet rendah
protein rendah garam, nafsu makan menurun , porsi makan habis ¼
porsi. Abdomen membesar benjolan diperut tidak tampa, tidak ada
bayangan vena, tidak terlihat adanya benjolan abdomen, tidak ada luka
operasi pada abdomen. Tidak ada nyeri tekan, teraba adanya
penumpukan cairan/asites, dan tidak ada pembesaran pada hepar dan
lien
11. pemeriksaan sistem syaraf :
Klien mengatakan kepala sakit dan penglihatannya kabur. Memori :
Panjang, Perhatian : Dapat mengulang, Bahasa : komunikasi verbal
menggunakan bahasa Indonesia, Kognisi dan Orientasi : dapat
mengenal orang, tempat dan waktu.
12. Pemeriksaan sistem perkemihan:
Kemampuan berkemih : Menggunakan alat bantu, Jenis : Folley
Chateter, Ukuran : 18 , Hari ke – 1, Produksi urine 150ml/hari, Warna
: Kuning , Bau : Khas urine, tidak ada distensi kandung kemih, Tidak
ada nyeri tekan pada kandung kemih.
13. Pemeriksaan musculoskeletal dan integumen :
Tidak ada kelainan tulang belakang, Tidak ada fraktur, Turgor kulit
baik, Tidak terdapat Luka, Terdapat pitting edema ekstremitas bawah.
14. Pemeriksaan sistem endokrin :
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, getah bening dan trias DM
15. Pengkajian psikososial :
Persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah merupakan cobaan Tuhan,
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya adalah menerima, Pasien
kooperatif saat interaksi, Pasien tidak mengalami ganguan konsep diri
dilihat dari citra tubuh persepsi pasien terhadap kondisi kakinya tidak
jadi masalah meskipun harus menggunakan tongkat saat berjalan, dari
prilaku pasien hanya harus mengikuti anjuran dari dokter dan perawat
dan pasien ingin cepat sembuh.

33
16. Pengkajian spiritual :
Kebiasaan beribadah sebelum sakit pasien kadang-kadang beribadah,
Setelah sakit pasien belum pernah beribadah
17. Personal Hygiene
Mandi 1 kali sehari, Keramas tidak pernah, Memotong kuku setiap 1
minggu sekali, Ganti pakaian 1 kali sehari, Sikat gigi 2 kali sehari.

5) Analisa Data
No Data Fokus Etiologic Masalah
1 Data Subyektif: Hiperventilasi Gangguan
• Klien mengatakan sesak pertukaran gas
napas
• Klien mengatakan Sakit
kepala dan penglihatannya
kabur
Data Obyektif:
• Klien tampak sesak
• Pernapasan cuping hidung
• RR 40x/menit
• Saturasi oksigen 90%
• Bunti napas tambahan
ronchi
2 Data Subyektif: Gangguan Hipervolemia
• Pasien mengatakan kedua mekanisme
kaki dan tangan bengkak regulasi
• Pasien mengatakan sesak
napas
• Pasien mengatakan julah
urin yang keluar hanya
sedikit dalam sehari
Data Obyektif:
• edema pada kedua kaki dan

34
tangan bagian bawah
3 Data Subyektif: Perubahan Risiko
• Pasien mengatakan merasa afterload penurunan curah
sesak napas jantung
Data Obyektif:
• Tekanan darah meningkat
170/100 mmHg
4 Data Subyektif: Uremia Nausea
• pasien mengatakan merasa
mual dan ingin muntah
• Pasien mengatakan kurang
nafsu makan karena mual
Data Obyektif:
• Pasien terlihat pucat
• kadar ureum meningkat
(Ureum 138,1 mg/dl)

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d hiperventilasi
2. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
3. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
4. Nausea b.d uremia

C. intervensi keperawatan
No Diagnosa kep NOC NIC
1 Gangguan Setelah Dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Tindakan Keperawatan Observasi
b.d Selama 3x8 Jam 1. Monitor Frekuensi,
hiperventilasi Diharapkan Pertukaran Irama, Kedalaman
Gas Tidak Terganggu Dan Upaya Napas
Dengak Kriteria Hasil: 2. Monitor Pola Napas

35
1. Tanda-Tanda 3. Monitor Saturasi
Vital Dalam Oksigen
Rentang 4. Auskultasi Bunyi
Normal Napas
2. Tidak Terdapat Terapeutik
Otot Bantu 5. Atur Interval
Napas Pemantauan
3. Memlihara Respirasi Sesuai
Kebersihan Kondisi Pasien
Paru Dan 6. Bersihkan Sekret
Bebas Dari Pada Mulut Dan
Tanda-Tanda Hidung, Jika Perlu
Distress 7. Berikan Oksigen
Pernapasan Tambahan, Jika
Perlu
8. Dokumentasikan
Hasil Pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan Tujuan
Dan Prosedur
Pemantauan
10. Informasikan Hasil
Pemantauan
Kolaborasi
11. Kolaborasi
Penentuan Dosis
Oksigen
2 Hipervolemia Setelah Dilakukan Manajemen Hipervolemia
b.d gangguan Tindakan Keperawatan Observasi:
mekanisme Selama 3x8 Jam Maka 1. Periksa Tanda Dan
regulasi Hipervolemia Gejala Hipervolemia
Meningkat Dengan (Edema, Dispnea, Suara

36
Kriteria Hasil: Napas Tambahan)
1. Asupan Cairan 2. Monitor Intake Dan
Meningkat Output Cairan
2. Haluaran Urin 3. Monitor Jumlah Dan
Meningkat Warna Urin
3. Edema Terapeutik
Menurun 4. Batasi Asupan Cairan
4. Tekanan Darah Dan Garam
Membaik 5. Tinggikan Kepala
5. Turgor Kulit Tempat Tidur
Membaik Edukasi
6. Jelaskan Tujuan Dan
Prosedur Pemantauan
Cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai Pemberian
Diuretic
8. Kolaborasi Penggantian
Kehilangan Kalium
Akibat Deuretik
9. Kolaborasi Pemberian
Continuous Renal
Replecement Therapy
(Crrt), Jika Perlu
3 Resiko Setelah Dilakukan Perawatan Jantung
penurunan Asuhan Keperawatan Observasi:
curah jantung Selama 3x8 Jam 1. Identifikasi Tanda Dan
b.d perubahan Diharapkan Penurunan Gejala Primer
afterload Curah Jantung Penurunan Curah
Meningkat Dengan Jantung (Mis. Dispnea,
Kriteria Hasil: Kelelahan)
1. Kekuatan Nadi 2. Monitor Tekanan Darah

37
Perifer Meningkat 3. Monitor Saturasi
2. Tekanan Darah Oksigen
Membaik 100- Terapeutik:
130/60-90 Mmhg 4. Posisikan Semi-Fowler
3. Lelah Menurun Atau Fowler
4. Dispnea Menurun 5. Berikan Terapi Oksigen
Dengan Frekuensi Edukasi:
16-24 X/Menit 6. Ajarkan Teknik
Relaksasi Napas Dalam
7. Anjurkan Beraktifitas
Fisik Sesuai Toleransi
Kolaborasi
8. Kolaborasi Pemberian
Antiaritmia, Jika Perlu
4 Nausea b.d Setelah Dilakukan Manajemen Mual
uremia Tindakan Keperawatan Observasi
Selama 3x8 Jam Maka 1. Identifikasi
Nausea Membaik Pengalaman Mual
Dengan Kriteria Hasil: 2. Monitor Mual (Mis.
1. Nafsu Makan Frekuensi, Durasi, Dan
Membaik Tingkat Keparahan)
2. Keluhan Mual Terapeutik
Menurun 3. Kendalikan Faktor
3. Pucat Membaik Lingkungan Penyebab
4. Takikardia (Mis. Bau Tak Sedap,
Membaik (60-100 Suara, Dan Rangsangan
Kali/Menit) Visual Yang Tidak
Menyenangkan)
4. Kurangi Atau Hilangkan
Keadaan Penyebab
Mual (Mis. Kecemasan,
Ketakutan, Kelelahan)

38
Edukasi
5. Anjurkan Istirahat Dan
Tidur Cukup
6. Anjurkan Sering
Membersihkan Mulut,
Kecuali Jika
Merangsang Mual
7. Ajarkan Teknik
Nonfarmakologis Untuk
Mengatasi Mual(Mis.
Relaksasi, Terapi
Musik, Akupresur)
Kolaborasi
8. Kolaborasi Pemberian
Antiemetik, Jika Perlu

D. Implementasi keperawatan
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
1. 06/05/2019
07.20 3.1 Menanyakan tanda Pasien mengatakan merasa
dan
gejala peimer penurunan sesak napas dan lemas
curah jantung
07.25 2.1 Mengkaji tanda dan Edema terjadi pada kedua
gejala
hipervolemia kaki dan asites pada perut
07.35 4.2 Menanyakan apakah Mual biasanya terjadi saat
pasien masih mual makan
07.40 2.2 Mengkaji jumlah dan Jumlah urin ±150 ml/hari
dan
warna urin warna bersih
07.45 3.2 Memberikan posisi Pasien terlihat masih sesak
semifowler napas
07.50 1.1 memberikan oksigen Pasien mengatakan masih
nasal
kanul 3liter/menit merasa sesak

39
09.00 3.7 Memberikan injeksi Jumlah urin yang keluar
furosemide 20mg 150cc/hari
09.05 4.5 Memberikan injeksi Pasien mengatakan masih
Ranitidine 50mg merasa mual
09.10 1.5 Menganjurkan untuk Setelah diberi obat pasien
istirahat yang cukup istirahat
11.50 2.2 Mengukur tekanan Tekanan darah 180/100
darah
12.00 3.4 Memberi makan Porsi makan tidak habis
dengan
diit rendah protein rendah
garam
12.30 1.6 Menganjurkan untuk pasien tidak melakukan
membersihkan mulut anjuran perawat
2. 07/05/2019
07.30 2.1 Menanyakan tanda Pasien mengatakan sesak
dan
gejala primer penurunan napas berkurang
curah jantung
07.35 2.5 Memberikan oksigen Pasien mengatakan sesak
nasal
kanul 3 liter/menit berkurang
07.40 3.1 Mengkaji tanda dan Edema pada kedua kaki
gejala dan
hipervolemia asites pada perut
07.45 3.3 Menyanyakan jumlah Jumlah urin 200 cc dengan
dan
warna urin warna kuning jernih
07.50 3.2 Mengkaji intake dan Jumlah intake/24 jam :
output 1527 cc
cairan Jumlah output/24 jam
:1280 cc
Balance Cairan = 1527-
1330
= +197 cc
08.00 4.2 Menanyakan pola dan Jam tidur 5-6 jam/hari
jam
tidur
08.05 4.1 Mengkaji kelelahan pasien masih terlihat lemas
fisik
dan emosional namun mampu untuk
duduk
sendiri
09.00 3.7 Memberikan injeksi Jumlah output urin
bertambah

40
Furosemide 20mg menjadi 200 cc/24 jam
09.05 1.8 Memberikan injeksi pasien mengatakan mual
Ranitidine 50mg berkurang
09.40 1.1 Menanyakan mual pasien mengatakan mual
sudah berkurang
10.00 4.3 Mengajak pasien pasien mampu untuk
untuk duduk
melakukan gerak pasif sendiri
10.05 4.4 Menganjurkan untuk Kien mengatakan akan
melakukan aktifitas melakukan aktifitas secara
secara
rutin rutin
10.10 4.6 menganjurkan Keluarga memberikan
keluarga
untuk memberikan dukungan kepada pasien
penguatan positif
11.50 2.2 Mengukur tekanan Tekanan darah 170/100
darah
mmHg

12.00 3.4 Memberikan makan pasien mampu


dengan diit rendah menghabiskan makanan
garam rendah protein yang diberikan

12.30 1.6 Menganjurkan


pasien untuk pasien mengatakan nanti
membersihkan akan membersihkan
mulut mulutnya
13.30
1.5 Menganjurkan pasien
untuk istirahat dan pasien istirahat dan
tidur tidur siang
cukup
3. 08/05/2019
07.20 2.1 Menanyakan tanda Pasien mengatakan sudah
dan
gejala primer penurunan tidak merasa sesak dan
lemas
curah jantung berkurang
07.30 3.3 Mengkaji jumlah dan Jumlah urin dalam 24 jam
:
warna urin 400 cc
08.00 3.2 Mengkaji intake dan Jumlah intake/ 24 jam:
output 1527 cc
cairan Jumlah output/24 jam:
1330 cc
Balance cairan=1527cc-

41
1330cc = 197 cc
08.05 3.1 Mengkaji tanda dan Edema pada kedua kaki
gejala dan
edema asites pada perut
berkurang
08.15 4.2 Menanyakan pola dan pasien tidur 6-7 jam
jam
tidur
08.20 1.2 Menanyakan apakah pasien mengatakan mual
pasien masih mual sudah berkurang
09.00 3.7 Memberikan injeksi Jumlah output urin
bertambah
Furosemide 20mg menjadi 400 cc/24 jam
09.05 1.8 Memberikan injeksi pasien mengatakan mual
Ranitidine 50mg sudah berkurang dan
jarang
muncul
10.10 4.5 Menganjurkan untuk pasien mengatakan akan
melakukan aktifitas melakukan aktifitas yang
secara
bertahap tidak berat
11.50 2.2 Mengukur tekanan tekanan darah 170/100
darah
mmHg
12.00 4.3 Melatih melakukan pasien mampu duduk dan
aktifitas pasif makan sendiri tanpa
bantuan
12.05 2.4 Memberi makan rendah pasien menghabiskan 1
garam rendah protein porsi makan
12.30 1.6 Menganjurkan pasien mengatakan
untuk akan membersihkan
membersihkan nya nanti
mulut
13.00 1.5 Menganjurkan pasien pasien istirahat dan
untuk tidur dan tidur siang
istirahat yang cukup

E. Evaluasi Keperawatan
No Diagnose kep Evaluasi
1 Gangguan pertukaran gas S : Klien mengatakan sudah tidak
b.d hiperventilasi sesak
O : Pernafasan pasien normal
dengan RR : 24x/menit, suara

42
tambahan tidak ada, cuping hidung
tidak ada
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Hipervolemia b. d gangguan S : Pasien mengatakan kedua kaki
mekanisme regulasi masih bengkak, Pasien mengatakan
perut sudah agak mengecil
O : Kedua kaki bengkak, Asietes di
perut berkurang , jumlah output urin
bertambah.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3 Resiko penurunan curah S : Klien mengatakan sudah tidak
jantung b.d perubahan sesak
afterload O : Tekanan darah 120/80 mmHg
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
4 Nausea b.d ureumia S : Pasien mengatakan mual sudah
jarang muncul , Pasien mengatakan
nafsu makan sudah membaik
O : Pasien tidak terlihat pucat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

F. Peran dan fungsi perawat pada kasus Gagal Ginjal Kronik


Peran perawat sebagai educator menjadi sangat penting karena
pasien GGK harus menjalani pengobatan (HD) dan diet terus-menerus untuk
mempertahankan kondisi kesehatannya. Agar pengobatan dan diet tersebut
dapat terus berjalan maka dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai
tujuan dan hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien, sehingga pasien
dapat konsisten dan patuh terhadap pengobatan yang dilakukannya.Dalam
menjalankan peran educator perawat membantu pasien untuk mampu

43
merawat dirinya dan memiliki pengetahuan terkait perawatan yang harus
dilakukan setelah pulang dari Rumah Sakit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa melalui peran educator pasien mampu melakukan diet sesuai anjuran
dan mampu menangani efek samping cuci darah secara mandiri dirumah.
Peran perawat sebagai advokat pasien (Client Advocat) adalah
perawat sebagai orang yang dapat dipercaya seperti orang tua, tokoh
masyarakat, atau rohaniawan guna memenuhi kebutuhan atau membantu
mengatasi masalah klien/pasiennya.
Peran perawat sebagai advokat pasien pada kasus GGK ini berperan
dalam memberikan kepercayaan dan dukungan serta motivasi kepada
pasien untuk meningkatkan kepatuhan menjalani terapi cuci darah
(Hemodialisa).
Kerja sama antara perawat dan pasien penyakit gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Seperti peran perawat dengan
memberikan asuhan keperawatan yang holistic dan sikap yang baik kepada
pasien penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

44
BAB IV
EVIDENCE BASED PRACTICE
No Penulis (Tahun) Judul Tujuan Sample Design Intervensi Hasil Penelitian
dan Negara Penelitian
1. Pipit Festi Life Experience Tujuan Penelitian yang penelitian data diambil melalui Pasien yang menjalani
Wiliyanarti, Abd. Of Chronic dilakukan dilakukan kualitatif wawancara dan hemodialisis memiliki
Muhith (2019) Kidney Diseases penelitian ini kepada 7 dengan observasi pada partisipan. pengetahuan tentang
Indonesia Undergoing adalah untuk partisipant. Usia pendekatan Selain individu penderita pengobatan GGK dan
Hemodialysis mengetahu partisipan yaitu metode GGK dengan masa menyatakan bermanfaat untuk
Therapy beberapa aspek 45-65 tahun, diskriptif pengobatan haemodialysis, memperbaiki kerja ginjal.
yaitu : Jenis kelamin 4 phenomenol dalam Koping pasien terhadap
1) pengetahuan orang partisipant ogy. penelitian ini juga penyakitnya adaptif. Pasien
tentang terapi laki-laki sisanya menggunakan partisipan menerima tentang kondisi
hemodialysis; perempuan. pendukung dengan penyakit GGK dengan
2) dampak yaitu keluarga sebagai terapi hemodialisis,
setelah individu-individu yang ada usaha yang dilakukan dengan
menjalani disekitar pasien GGK tetap berinteraksi
hemodialisis; tersebut. dengan keluarga. Sedangkan

45
3) koping dukungan keluarga
selama dalam pengobatan ditunjang
pengobatan; dengan tenaga dukungan
4) dukungan tenaga medis. Selama masa
keluarga; pengobatan ini harapan
5) harapan pasien dengan tetap menjalani
pasien GGK terapi hemodialisis
dengan adalah menginginkan sembuh
hemodialisis. dan kondisi tubuhnya
membaik kembali.
2. Safaruddin,waod Pengaruh Penelitian ini Sampel Desain Terapi breathing exercise Hasil penelitian menunjukkan
e sri asniar Breathing bertujuan penelitian ini penelitian yang dapat dilakukan untuk terdapat pengaruh yang
(2010) Indonesia Exercise untuk adalah pasien yang menurunkan level fatique, signifikan terhadap level
Terhadap Level mengetahui yang menjalani digunakan seperti yang dilakukan oleh fatigue sebelum dan sesudah
Fatigue Pasien pengaruh terapi pada Jham et al (2008) juga diberikan breathing exercise
Gagal Ginjal sebelum dan hemodialisis penelitian mengemukakan bahwa 94% yang artinya bahwa terjadi
Yang Menjalani sesudah sebesar 25 orang ini adalah pasien hemodialisis penurunan level fatigue pada
Hemodialisis breathing quasi mengalami peningkatan level pasien yang menjalani
exercise eksperimen fatigue dan peningkatan skor hemodialisis setelah diberikan

46
terhadap level kualitas hidup breathing exercise yang
fatigue pasien dilakukan 2 kali seminggu
hemodialisis di selama 4 minggu
RSUD
Labuang baji
Makasar.
3. Dyah Ayu Teknik menstimulasi Dilakukan Pada kajian Terapi yang diberikan kepada Terdapat perubahan kondisi
Nurjannah dan Relaksasi Nafas sistem saraf dua orang pasien literatur pasien gagal ginjal kronik antara sebelum dan sesudah
Wachidah Dalam Pada parasimpatik dengan GGK perbandinga yang akan menjalani diberikan tindakan teknik
Yuniartika (2020) Pasien Gagal sehingga sebelum n antara hemodialisa oleh peneliti relaksasi nafas dalam pada
Indonesia Ginjal : Kajian meningkatkan hemodialisa gambaran berupa slow deep breathing, pasien yang mengalami
Literatur produksi kasus relaksasi yang disadari untuk keparahan penyakit ginjal
endorpin, dengan mengatur pernapasan secara kronis, walaupun tidak
menurunkan beberapa dala dan lambat. Penelitian menunjukkan kondisi drastis
heart rate, literatur ini dirasa dapat menurunkan namun pasien mengalami
meningkatkan jurnal tingkat keletihan yakni dari peningkatan hormone
ekspansi paru tindakan tingkat keletihan sedang endorphin yang menyebabkan
sehingga dapat pendukung menjadi ringan yang rasa tenang, menurunkan
berkembang gambaran diberikan selama 3 hari respiratory rate serta

47
maksimal, dan kasus untuk berturut- turut sebelum menurunkan heart rate
otot-otot menangani hemodialisa pada dua orang sehingga dapat menjadikan
menjadi rileks. masalah responden. tindakan lain menjadi
sesak nafas optimal dengan kondisi
pada pasien tersebut. Eksperimen non
gagal ginjal. farmakologis berupa
teknik pernapasan yang dapat
dilakukan secara mandiri untuk
memperbaiki ventilasi paru dan
meningkatkan perfusi oksigen
ke jaringan perifer, dapat
dilakukan kapanpun dan
dimanapun tanpa pengawasan
tenaga kesehatan mengingat
nafas dalam tidak memiliki
efek yang merugikan.

48
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori dan hasil pengkajian pada kasus nyata didapatkan tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata dimana pada kasus nyata hasil
pengkajian sesuai dengan teori yaitu pasien mengeluh sesak napas, mual-muntah,
kurang napsu makan.
Berdasarkan teori ada 9 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa, namun pada hanya 4 diagnosa
yang ditegakkan yaitu gangguan pertukaran gas, hipervolemia, resiko penurunan
curah jantung, dan nausea.
Perencanaan asuhan keperawatan pada kedua pasien mengacu pada
perencanaan yang terdapat dalam teori yang diharapkan selama 3 hari perawatan
dapat mengatasi masalah yang terdapat pada pasien. Namun, Tujuan dan kriteria
hasil yang ada pada teori tidak semua di buat dalam asuhan keperawatan.
selama 3 hari dilakukan tindakan menanyakan tanda dan gejala penurunan
curah jantung, mengkaji tanda dan gejala hipervolemia, menanyakan kelelahan
fisik pasien, menanyakan pola dan jam tidur, menanyakan apakah pasien masih
mual, mengkaji jumlah dan warna urin, memberikan posisi semifowler,
memberikan oksigen nasal kanul, memberikan injeksi furosemide dan ranitidine,
menganjurkan istirahat dan tidur cukup, memberi makan dengan diit rendah
garam rendah protein, menganjurkan untuk membersihkan mulut, mengkaji intake
dan output cairan, menganjurkan keluarga memberikan penguatan positif, dan
mengukur tekanan darah.
Hasil yang didapat pada pasien selama 3 hari pelaksanaan asuhan
keperawatan memiliki hasil yang sama dengan 3 masalah yang dapat teratasi yaitu
nausea berhubungan dengan uremia, resiko penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan afterload, dan gangguan pertukaran gas dan 1 tidak teratasi
yaitu hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi. Menurut
asumsi penulis berdasarkan teori pada pasien gagal ginjal kronik dengan
hemodialisa masalah hipervolemia tidak dapat diatasi karena ginjal sudah tidak

49
dapat berfungsi dengan baik sehingga cairan yang seharusnya dibuang melalui
urin tertumpuk didalam intraseluler.

50
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan
makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu
kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013). Gagal Ginjal Kronik merupakan
suatu kondisi dimana organ ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah
sisa metabolik tubuh berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin
dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit,
serta asam basa.
Pada kasus Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa perawat dalam
melakukan pengkajian dituntut harus teliti dan kompherensif, sehingga
mudah dalam menegakkan diagnosa. Salah satu yang harus diperhatikan pada
pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Hemodialisa yaitu pengkajian pada intake
dan output cairan, edema, mual/muntah, dan kelemahan.
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien di sesuaikan
dengan masalah keperawatan yang ditegakkan berdasarkan criteria tanda dan
gejala mayor, minor dan kondisi pasien saat ini.
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang
telah peneliti susun. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien
sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada
dan sesuai dengan kebutuhan pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa.
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang di berikan. Pada evaluasi yang peneliti lakukan pada pasien
berdasarkan kriteria yang peneliti susun terhadap 1 diagnosa yang belum
teratasi yaitu Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi.
B. Saran
Untuk mahasiswa harap membaca serta memahami tentang aspek-aspek
dalam asuhan keperawatan pasien dengan chronic renal failure yang telah

51
diurai dalam makalah ini yang dimana akan menjadi bekal untuk menjalani
praktik lapangan.

52
DAFTAR PUSTAKA

Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta:
Salemba Emban Patria

Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas

Jennifer, P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to


Pathophysiology). Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif, Kumala, Sari. (2011). Askep Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta: Salemba Medika

Nurarif & Kusuma, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Dan NANDA NIC-NOC Jilid 2 Medaction

Smeltzer & Bare. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing volume 1).
Philladelphia: Lippincott Williams 7 Wilkins.

Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika. Cetakan Pertama

53

Anda mungkin juga menyukai