HEMODIALISIS
Dosen Pengampu
Mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal:
Ika Ainur R.S.Kep. Ners,. M.Kep
Disusun oleh:
Erna Dwi Rakhmawati
Kelas/Semester: 2B /4
Nim: 201601074
S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHATPPNI MOJOKERTO
Tahun Ajaran
2017/2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Kelelahan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis
tepat waktu meskipun banyak kekurangan didalamnya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata
kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal . Makalah ini mungkin tidak dapat
terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ucapkan
terima kasih.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini akan saya terima
dengan lapang dada. Semoga makalah ini dapat memberikan konstribusi positif dan bermakna
dalam proses belajar dan pembelajaran, serta dapat menambah wawasan pembaca tentang
relaksasi nafas dalam untuk pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
BAB II ................................................................................................................................ 3
2.1.2 Etiologi............................................................................................................ 3
2.2.2 Tujuan.............................................................................................................. 8
iii
2.2.3 Mekanisme kerja kemoterapi ......................................................................... 8
2.4.2 Tujuan.............................................................................................................. 9
3.2.1 Hubungan Lamanya Hemodialisis Dengan Fatigue Pada Pasien Gagal Ginjal
Di RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta. ............................................................................. 13
BAB IV..............................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................16
4.2 Saran...................................................................................................................16
iv
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17
v
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal merupakan organ yang penting yang fungsinya membuang sisa-sisaa metabolisme
dan racun yang ada di dalam tubuh kedalam bentuk urin. Ginjal merupakan organ yang harus
diperhatikan kesehatannya, seringkali manusia mengabaikan perawatan gijal secara baik.
Sehingga berdampak pada peningkatan penyakit ginjal, selain itu pelayanan kesehatan yang
terbatas serta kurangnya tenaga dokter spesialis yang menjadi faktor penyebab tingginya kasus
penyakit ginjal di Indonesia. Chronic Kidney Disease (CKD) adalah fungsi ginjal yang
mengalami kerusakan secara irreversible atau tidak dapat kembali seperti semula, tubuh juga
tidak mampu menjaga metabolisme dan tidak mampu menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit sehingga urine mengalami peningkatan (Smeltzer & Bare, 2010).
Keluhan utama yang paling sering dirassakan oleh penderita gagal ginjal kronik ialah
sesak nafas, nafas nampak cepat dan dalam atau yang disebut pernafasan kussmaul. Hal tersebut
terjadi karena adanya penumpukan cairan di dalam jaringan paru atau dalam rongga dada, ginjal
yang terganggu mengakibatkan kadar albumin mneurun. Selain disebabkan karena penumpukan
cairan, sesak nafas juga deisebabkan karena pH darh menurun akibat perubahan elektrolit serta
hilangnya bikarbonat dalam darah.
Mengetahui efektifitas breathing exercise terhadap level fatigue pada penderita gagal
ginjal kronik dengan hemodialisa
Penulis mampu menganalisa aplikasi hasil riset tindakan pemberian breathing exercise
terhadap level fatigue pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa
1
1.4 Manfaat Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan kondisi penyakit pada gagal ginjal yang perssisten
(keberlangsungan >3 bulan) dengan:
1) kerusakan ginjal
2.1.2 Etiologi
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya,
sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illne). Penyebab yang sering adalh diabetes
melitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis
(Robinson, 2013) yaitu:
3
5. Penyakit Kolagen (System Lupus Erythematosus)
6. Obat-obat nefrotoksisk (Aminoglikosida)
2.1.3 Manifestasi
Tanda dan gejala klinis pada ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat
sistemik. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal kronis
(Robinson, 2013; Judith, 2006):
4
9. Muskuloskeletal
10. Nyeri pada sendi dan tulang, fraktur pathologis dan klasifikasi (otak, mata,
gusi, sendi miokard)
2.1.4 Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronik fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasala dari nefron.
Insifiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% - 50% dalam hal GFR (Glomerular Filtration Rate).
Pada penurunan fungsi rata-rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang,
polyura, nokturia, hopertensi dan sesekali anemia. Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi
ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda dan gejala
gagal ginjal kronik hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun mula waktunya saja yang
memebedakan. Perjalanan dari ginjal kronik membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh
sistem tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi (Madara, 2008)
2.1.6 Komplikasi
1. Penyakit jantung
Penurunann kadar kalsium (hypokalimia) secara langsung akan mengakibatkan
dekalfikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporosis) dan
jika berlangsung lama akan menyebabkan faktor patologi.
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa
hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukossa, dan kelainan hemodinamika
(sering terjadi hipertrofi ventikel kiri)
5
1. Anemia
Selain berfungsi dalam serkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritoprotein yang mengalami defisiensi di ginjal
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
3. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan
dan terjadi impotensi pada pria. Pada pria terjadi hiperprolaktinemia.
2.1.7 Penatalaksanaan
6
1. Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia
Kondisi hiperfosfatemia dan hypokalemia bisa diatasi dengan
pemberian antasida (kandungan aluminium / kalsium karbonat)
2. Kaji status hidrasi dengan hati – hati
Dilakukan dengan memeriksa ada / tidaknya disertasi vena jugularis,
ada / tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi
bisa dilihat dari keringat berlebih pada aksilia, lidah yang
kering,hipertensi dan edema perifer.
3. Cairan hidrasi yang diperbolehkan adalah 500 – 600 ml atau lebih dari
haluran urine 24 jam. 7
4. Kontrol tekanan darah
Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan
megontrol volume intravaskuler dan obat –obat antihipertensi.
5. Latih klien nafas dalam untuk mencegah terjadinya
kegagalan nafas akibat obtruksi.
6. Jaga kondisi septic dan aseptic setiap prosedur perawatan
(pada perawatan luka operasi).
7. Observasi adanya ginjal tanda - tanda perdarahan
Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit kilen. Pemberian heparin
selama klien menjalani dialisis harus sesuai dengan kebutuhan.
8. Observasi adanya gejala neurologi
Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin
selama klien menjalani dialisis harus sesuai dengan kebutuhan.
9. Atasi komplikasi dari penyakit
Sebagai penyakit yang sangat mudah menimbulkan komplikasi maka
harus dipantau secara ketat. Gagal jantung kongesti dan edema
pulmonal dapat ditasi dengan membatasi cairan, diet rendah natrium,
diuretik, preparat inotropic (digitalis/dobutamin) dan lakukan dialisis
jika perlu. Kondisi asidosis metabolik bisa diatasi dengan pemberian
natrium bikarbonat atau dialisis.
7
1. Tata Laksana dialisis / transplantasi Ginjal
Untuk membantu mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan
dialiasis/cuci darah karena ginjal yang seharusnya menyaring racun-
racun sisa metabolisme tidak sanggup melaksanakan tugasnya.
Imbasnya, racun sisa metabolisme tidak bisa keluar dalam tubuh dan
bercampur dalam darah. Jika darah yang berisi racun ini diedarkan ke
seluruh tubuh, maka akan mengganggu organ lainnya. Mesin yang
digunakan untuk mencuci darah adalah Hemodialisa. Cara kerjanya,
yakni dengan mengalirkan darah dari tubuh menuju mesin, lalu dalam
mesin darah itu disaring, racun dalam darah dibuang, lalu darah bersih
kembali dialirkan dalam tubuh. Jika memungkinkan koordinasikan
untuk dilakukan transplantasi ginjal.
2.2.1 Pengertian
Hemodialisis adalah pemisahan zat-zat terlarut atau proses pembersihan darah dari zat-zat
sampah, melalui penyaringan dari luar tubuh.
2.2.2 Tujuan
Terapi untuk mencegah kecatatan orga berlanjut tetapi tidak menyembuhkan penyakit
ginjal.
Jadwal hemodialisis untuk gagal ginjal kronik harus terus harus dilakukan secara
intermiten sepanjang hidup pasien kecuali dengan transplantasi ginjal yang berhasil dilakukan .
jadwal yang khas adalah 3 sampai 4 jam pengobatan dalam 3 hari seminggu. Jadwal ini beragam
dengan besarnya passien jenis dialiser yang digunakan, kisaran aliran daraah, dan faktor-faktor
lainnya (Black & Hawks, 2014) .
8
Hal ini sesuai dengan penelitian Sulistini, (2012), yang menyatakan bahwa hemodialisis
memiliki dampak bervariasi, diantaranya komplikasi intradialisis , efek hemodialisis kronik
berupa kelelahan. Pasien yang menjalani hemodialisis dalam waktu lama, gejala kelelahan
dialami 82%-90%, sakit kepala dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun.
2.3.1 Pengertian
Kelelahan merupakan manifestasi yang umum terjadi pada sebagian besar penyakit
kronis ataupun pada fungsi organ yang sehat. Kelelahan dapat didefinisikan sebagai perasaan
lelah yang berlebihan dan penurunan kapasitas kerja fisik secara mental.
Teknik pengumpulan data pada jurnal pertama dengan menggunakan kuesioner tingkat
kelelahan Fatigue Severity Scale (FSS). FSS terdiri dari 9 pertanyaan yang masing-masing
pertanyaan memiliki pilihan jawaban dari nomor 1 sampai 7. Keseluruhan skor dari 9 pertanyaan
adalah 63 yang terbagi menjadi 2 tingkat kelelahan yaitu : skor <36 diartikan tidak lelah dan skor
≥36 diartikan lelah.
Pada jurnal kedua menggunakn kuesioner juga tapi skornya ringan apabila skor 1-15,
sedang 16-30, dan berat ≥31.
2.4 PMR
2.4.1 Pengertian
Merupakan sebuah metode untuk menciptakan kondisi relaksasi (peningkatan kerja saraf
simpatis ) dengan menegangkan dan mengendorkan berbagai jenis kelompok otot.
2.4.2 Tujuan
9
2. Mengurangi distrimia jantung, kebutuhan oksigen.
3. Meningkatkan glombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokuskan perhatian serta relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk meengatasi stress
6. Mengtasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, sepasme otot, fobia
ringan, gagap ringan
7. Membangun emosi positif dari emosi negatif.
10
2.4.3 Prosedur
9. Jika terjadi kram hentikan tindakan dan pijat perlahan bagian yang
kram
10. Lepaskan tegangan otot secara perlahan
11. Ulangi dan rasakan efek rileks dengan menegangngkan dan
mengendurkan bagian otot yang sama
12. Ulangi langkah 3-6
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
3.2 Jurnal penelitian terapi komplementer 2
3.2.1 Hubungan Lamanya Hemodialisis Dengan Fatigue Pada Pasien Gagal Ginjal Di
RS PKUMuhammadiyah Yogyakarta.
13
3.3 Jurnal penelitian terapi komplementer 5
3.3.1 Pengaruh teknik relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan Kelelahan Pasien
14
3.4 Uji Kebermaknaan
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terdapat pengaruh nafas dalam terhadap tingkat kelelahan pada pasien post hemodialisis dengan
jurnal pertama P value= 0.002 P ≤ α (0,5), ke dua P value = 0,932 P value >0,05 ke tiga P=
0,000. Berdasarkan hasil tersebut maka disampaikan rekomendasi kepada pihak rumah sakit
untuk menerapkan nafas dalam sebagi salah satu tindakan keperawatan untuk menurunkan
tingkat kelelahan pasien yang menjalani hemodialisis. Rekomendasi bagi perawat di ruangan
hemodialisis untuk dapat melakukan implementasi napas dalam sebagi tindakan asuhan
keperawatan yang diberikan kepadaa pasien.
4.2 Saran
1. Untuk Rumah Sakit Diharapkan petugas kesehatan dapat melakukan tindakan terapi
farmakologis dan non farmakologis secara maksimal dan melakukan observasi terhadap pasien
secara terus menerus untuk mengetahui kondisi pasien setiap waktu. Dan saat dilakukan tindakan
keperawatan yang berhubungan dengan hasil laboratorium setelah itu, petugas kesehatan
diharapkan selalu mengecek pemeriksaan laboratorium terhadap pasien agar dapat mengetahui
perkembangan kondisi pasien.
3. Untuk peneliti lain Diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai
referensi atau sumber data untuk penelitian selanjutnya tentang ketidak efektifan pola nafas. Dan
diharapkan peneliti melakukan asuhan keperawatan kepada pasien dengan maksimal, dan setiap
saat meninjau kondisi pasien yang berhubungan dengan pola nafas tidak efektif.
16
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, G. K. (2017). Napas Dalam Menurunkan Tingkat Kelelahan Pasien Post Hemodialisis D
Ruang Hemodialisis Rumah sakit Muhammadiyah Bandung. journal of nursing and
health , 64-72.
17