Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatakan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan limpahan nikmat kesehatan serta umur panjang, sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Status Klinis yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi
Pada Kasus Peenyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dengan Modalitas Infared
(IR), Nebulizr, dan Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) Di RS Respira
Bantul dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
1. Apa saja permasalahan yang timbul pada pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik di RS Respira Bantul?
2. Bagaimana penatalaksanaan Fisioterapi pada pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik di RS Respira Bantul?
C. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui permasalahan-permasahan yang timbul pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik di RS Respira Bantul
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan Fisioterapi pada pasien Penyakit
Paru Obstruktif Kronik di RS Respira Bantul
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan
dalam melaksanakan proses fisioterapi pada kondisi Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
2. Bagi Fisioterapi
Untuk mendapatkan metode yang tepat dan bermanfaat
dalam melakukan penanganan pada kondisi Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK)
3. Bagi masyarakat
Sebagai pengetahuan masyarakat tentang Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) serta mengetahui peranan fisioterapi
pada kasus tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi kasus
PPOK adalah penyakit paru obstruksi kronik yang ditandai oleh
hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. Hambatan aliran udara ini bersifat
progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau berbahaya. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernapasan yang
disebabkan oleh emfisema dan bronkitis kronis. Menurut American
College of Chest Physicians/American Society, (2015). Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekolompok penyakit paru menahun
yang berlangsung lama dan disertai dengan peningkatan resistensi
terhadap aliran udara (Padila, 2012). Selompok penyakit paru tersebut
adalah bronkitis kronis, emfisema paru-paru dan asma bronchial
(Smeltzer, 2011). Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan
aliran udara, bersifat progresif, dan berhubungan dengan respon inflamasi
paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya (Antariksa B,
Djajalaksana S, Pradjanaparamita., Riyadi J., Yunus F., Suradi, dkk
(2011)).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat terjadi sebagai
hasil dari peningkatan resistensi sekunder terhadap edema mukosa bronkus
atau kontraksi otot polos. Hal tersebut juga dapat diakibatkan oleh
penurunan kelenturan, seperti pada emfisema. Kelenturan (elastic recoil)
adalah kemampuan mengempiskan paru dan menghembuskan nafas secara
apasif, serupa dengan kemampuan karet kembali ke bentuk semula setelah
diregangkan. Penurunan kelenturan dapat dibayangkan sebagai pita karet
yang lemah dan telah diregangkan melebihi batas kemampuannya,
sehingga akan berakibat penurunan kemampuan paru untuk
mengosongkan isinya (Black, 2014).
Eksaserbasi akut pada PPOK berarti kejadian kompleks dengan
peningkatan inflamasi saluran pernafasan, peningkatan produksi mukus
dan terperangkapnya udara dalam saluran pernafasan. Hal tersebut
menimbukan gejala sesak sebagai gejala khas eksaserbasi. Gejala lain
berupa peningkatan produksi dan konsistensi sputum, bersamaan dengan
peningkatan batuk dan wheezing. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi
atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya
komplikasi.
Derajat Klinis
PPOK Ringan -Dengan atau tanpa batuk
-Dengan atau tanpa produksi sputum
-Sesak napas derajat sesak 1 sampai derajat
sesak 2
PPOK Sedang -Dengan atau tanpa batuk
-Dengan atau tanpa produksi sputum
-Sesak napas derajat 3
No. RM : 16062142
I. PENGKAJIAN :
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 82 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
A. DIAGNOSIS MEDIS:
tgl, 09 November 2021
PPOK Eksaserbasi
5. PENYAKIT PENYERTA:
( Sejak tahun 2019)
6. RIWAYAT KELUARGA:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang
berkaitan dengan diagnosis medis seperti asma.
7. DATA SOSIAL:
(Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan
diwaktu senggang, aktivitas sosial)
Aktivitas sehari : Setelah mengalami PPOK, pasien menghabiskan
waktu dirumah dan beraktivitas menggunakan kursi roda karena
sesak jika berdiri dan berjalan
Aktivitas sosial : Pasien mampu bersosialisasi dengan baik namun
pasien kesulitan untuk mlakukan sosialisasi secara aktif karena sesak
napas dan harus menggunakan kursi roda
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1.PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a) Tekanan darah : 148/87 mmHg
b) Denyut Nadi : 91 kali/menit
c) Pernapasan : 24x/menit
d) Temperatur : 36.5˚c
e) Tinggi Badan : 174
f) Berat Badan : 63 Kg
2.INSPEKSI
a. Respiratori equipment:
Pasien tidak menggunakan repiratory equipment seperti
Tabung oksigen.
b. Bentuk dada : (Gambar. Normal/ Barrel Chest, Pigeon Chest, dll)
d. Clubbing finger Y / T
Tidak ditemukan adanya clubbing finger yaitu kelainan
bentuk jari dan kuku tangan yang menjadikan jari tangan dan kaki
terlihat membulat pada pasien
3. PALPASI :
5. AUSKULTASI :
a. Suara napas
Ditemukan adanya suara ronchi seperti suara gelembung udara
yang melewati cairan di paru dextra, lobus medial basal
segmen anterior
b.. Letak Sputum
Ditemukan sputum di paru dextra, lobus medial basal segmen
anterior (3&7)
a. Gerak Aktif:
b. Gerak Pasif:
c. Gerak Isometrik:
a. Ekspansi thoraks
b. Borg Scale
Peringkat Intensitas
mandi 2
2. Memakai pakaian 2
4. Mencuci rambut/keramas
Aktivitas di rumah
1. Merapikan tempat tidur 4
2. Mengganti sprei 4
3. Membersihkan jendela 4
4. Menyapu 4
5. Menyiapkan makanan 4
6. Membersihkan debu 4
Aktivitas fisik
1. Menaiki tangga 5
2. Membungkuk 4
3. Berbicara 2
Total: 53 poin
Keterangan:
Normal : 15 poin
Gangguan sesak nafas jika nilai/ hasil ,50% dari total nilai
normal
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
a. Impairment
1) Gangguan Ventilasi yang menyebabkan pasien merasa sesak nafas
2) Penurunan ekspansi thoraks
3) Spasme otot bantu pernapasan
4) Retensi sputum yang menyebabkan pasien mengalami gangguan
Bronchial Hygiene atau gangguan kebersihan jalan nafas karena
pasien tidak bisa membersihkan sekret dari saluran pernafasan.
b. Functional Limitation
1) Kesulitan berjalan
2) Kesulitan naik turun tangga
3) Keterbatasan beribadah (sholat), pasien sholat dalam posisi duduk
c. Disability
Pasien beraktivitas menggunakan kursi roda dan mengalami
participation restriction, seperti bekerja, keterbatasan aktivitas
dirumah,rekreasi, sosialisasi di masyarakat, dan berolahraga
D. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. Tujuan
a. Jangka Pendek ( Selama 1 bulan )
1) Meningkatkan fungsi ventilasi paru untuk membantu mengurangi sesak
nafas
2) Meningkatkan ekspansi thoraks
3) Membantu mengeluarkan sputum untuk membersihkan jalan nafas
2. TEKNOLOGI INTERVENSI
a. Teknologi Fisioterapi:
Infrared (IR), Nebulizer, Active Cycle of Breathing Control (Breathing
Control, Thoracic Expansion Exercisee, dan Forced Expiration
Technique)
b. E d u k a s i:
1) Menghindari pencetus pasien mengalami gejala sesak, seperti
aktivitas diluar toleransi pasien, hawa dingin yaitu dengan
menggunakan pakaian tebal atau menggunakan minyak yang
menimbulkan efek menghangatkan ketika hawa dingin
2) Mengkonsumsi makanan bergizi, tinggi serat dan banyak minum air
putih, serta menjaga pola makan
3) Melaksanakan home program (breathing exercise, stretching untuk
pencegahan artrofi) seperti yang telah diajarkan oleh fisioterapis untuk
mengatasi gejala sesak jika sesak muncul sewaktu-waktu
3. RENCANA EVALUASI
Rencana evaluasi akan dilakukan setelah mendapatkan 3 kali terapi
menggunakan:
a. Evaluasi sangkar thoraks menggunakan pengukuran ekspansi thoraks
b. Evaluasi sesak nafas menggunakan borg scale
c. Evaluasi retensi sputum menggunakan stetoskop/auskultasi
E. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI :
1. Hari: Selasa Tgl : 09 November 2021
a. Infrared
1) Persiapan alat IR dan cek kabel
2) Posisikan pasien bersandar pada bed, supine lying
3) Perkenalkan diri diri dan jelaskan tujuan, manfaat serta sensasi yang
akan dirasakan pasien (hangat)
4) Pastikan alat bekerja dengan baik
5) Tes sensibilitas
6) Lampu dipasang tegak lurus didepan bagian yang akan diterapi
7) Daerah yang akan diterapi yaitu thoraks dextra dan sinistra
8) Jarak 30 cm (jika pasien merasa panas, jarak boleh ditambahkan)
9) Durasi 15 menit
10) Setelah selesai, rapikan alat dan beritahu pasien bahwa terapi
menggunakan Infrared telah selesai
b. Nebulizer
1) Siapkan alat yang akan digunakan
2) Posisikan pasien duduk bersandar dengan rileks
3) Mengisi nebulizer dengan 1 ampul bronkodilatator ( salbutamol2,5
mL/0,5 mg) dan kortikosteroid ( pulmicort 2,0 mL/0,5 mg)
4) Memasang masker nebulizer
5) Nyalakan alat dan pastikan alat bekerja dengan baik
6) Minta pasien bernafas dalam, boleh menghirup melalui mulut sampai
obat habis.
7) Setelah selesai, brsihkan hidung dan mulut, evaluasi tindakan,
bersihkan alat.
c. Active Cycle of Breathing Control (ACBT)
1) Breathing control
a) posisikan pasien duduk bersandar
b) minta pasien menghirup udara melalui hidung secara perlahan
dengan tarikan dalam, kemudian hembuskan perlahan melalui mulut
dengan membentuk sperti mencucu atau bersiul
c) Ulangi sebanyak 8 kali, 3 kali pengulangan
Tanggal 09-11-2021
S : Sesak nafas, dahak susah keluar, terengah- engah, nyeri dada
O : Keluhan utama sedang; TD 148/87 mmHg; Hr 91 kali/menit; Saturasi 93%
A : Gangguan ventilasi, retensi sputum, bronchial hygiene terganggu, spasme
otot bantu pernapasan
P : IR 15 menit; Nebulizer; breathing control, TEE, FET
Tanggal 11-11-2021
S : Sesak nafas, batuk (-), terengah-engah, dahak (-)
O : K.U sedang; TD 148/87 mmHg; Hr 91 kali/menit; Rr 28 kali/ menit;
saturasi 93%
A : Gangguan ventilasi, penrunan sangkar thoraks
P : IR 15 menit; Nebulizer; breathing control, TEE, FET
Tanggal 15-11-2021
S : Sesak nafas, batuk (-), terengah-engah, dahak (-)
O : K.U sedang, TD 154/80 mmHg; Hr 90 kali/ menit; Rr 20 kali/menit;
saturasi 91%
A : Gangguan ventilasi, penrunan sangkar thoraks
P : IR 15 menit; breathing control, TEE, FET, ankle pump
Pemeriksaan T1 T2 T3
Ekspansi Thoraks Axilla: 1,5 cm Axilla: 1,5 cm Axilla: 1,7 cm
ICS 4-5: 1 cm ICS 4-5: 1,7 cm ICS 4-5: 2 cm
Proc. Xyp : 1 cm Proc. Xyp : 1,5 cm Proc. Xyp : 2 cm
Borg Scale 5 4 2
Auskultasi Terdapat sputum Terdapat sputum Tidak terdapat
& ronchi & ronchi sputum & terdapat
ronchi
London Chest 20% 20% 20%
Activity of Daily
Living
A. HASIL TERAPI TERAKHIR :
Pasien atas nama Tn.Hadi Sukarjono dengan diagnosa medis PPOK
eksaserbasi dengan keluhan utama sesak nafas dengan intnsitas berat
sebelum mendapatkan tindakan fisioterapi, setelah mendapatkan tindakan
fisioterapi mengalami penurunan intensitas sesak. Selain itu, pasien juga
mengalami peningkatan ekspansi thoraks, penurunan retensi sputum, dan
pembersihan jalan nafas.
Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi selama 10 hari yang
dilakuakn sebanyak 3 kali prtmuan, kondisi pasien cenderung membaik,
khususnya di ventilasi dan ekspansi thoraks namun tidak terjadi perubahan
untuk toleransi aktivitas pasien setelah terapi hal ini disebabkan faktor
degeneratif dan penyakit menahun yang menurunkan kemampuan fungsional
pasien karena terlalu sering menggunakan kursi roda.
BAB V
HASIL DAN ALTERNATIVE PENYELESAIAN MASALAH
A. Hasil
1. Sesak napas
Dari hasil terakhir didapatkan sesak napas berkurang setelah diberikan
terapi sebanyak 3 kali terapi
2. Sputum
Dari hasil terapi terakhir didapatkan sputum berkurang pada daerah lapang
paru dextra, lobus medial basal, segmen anterior setelah diberikan terapi
sebanyak 3 kali
3. Ekspansi sangkar thorak
Dari hasil terapi terakhir didapatkan peningkatan ekspansi thorak pada
lapang paru dextra sinistra, segmen anterior dan posterior setelah diberikan
terapi sebanyak 3 kali
B. Alternative Penyelesian Masalah
1. Penurunan sesak napas
a. Setelah diberikan terapi dengan modalitas Ir, deep breathing
postural drainage didapatkasil penurunan sesak napas. Terapi infra
merah (IR) akan memberikan pemanasan superfisial pada daerah
kulit yang diterapi sehingga menimbulkan beberapa efek fisiologis
yang diperlukan untuk penyembuhan. Efek-efek fisiologis tersebut
berupa mengaktivasi reseptor panas superfisial di kulit yang akan
merubah transmisi jatau konduksi saraf sensoris dalam
menghantarkan nyeri sehingga nyeri akan dirasakan berkurang,
pemanasan ini juga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah
(vasodilatasi) dan meningkatkan aliran darah pada daerah tersebut
sehingga akan memberikan oksigen yang cukup pada daerah yang
diterapi. Pemberian infra red bertujuan untuk mirileksasikan otot-
otot pernapasan karena infra red memberikan efek panas yang
menyebabkan peningkatan suhu di area yang diterapi. Efek panas
inilah yang menyebabkan otot menjadi rileks dan spasme
berkurang (Kharismawan, 2016)
b. Bronkodilator merupakan pengobatan yang dapat meningkatkan
FEV1 dan atau mengubah variabel spirometri. Obat ini bekerja
dengan mengubah tonus otot polos pada saluran pernafasan dan
meningkatkan refleks bronkodilatasi pada aliran ekspirasi
dibandingkan dengan mengubah elastisitas paru. Bronkodilator
bekerja dengan menurunkan hiperventilasi dinamis saat istirahat
dan beraktivitas, serta memperbaiki toleransi terhadap akivitas.
Pada kasus PPOK ketegori berat atau sangat sangat berat sulit
untuk memprediksi perbaikan FEV1 yang diukur saat istirahat.
Bronchodilator dose-respone (perubahan FEV1) kurang
memberikan respon relatif pada setiap kelas bronkodilator.
Peningkatan dosis beta2-agonist atau antikolinergik, khususnya
yang diberikan dengan nebulizer, menunjukkan efek positif pada
episode akut, namun tidak terlalu membantu pada kondisi stabil.
Bronkodilator pada PPOK diberikan sebagai dasar untuk mencegah
atau menurunkan gejala. Tidak direkomendasikan penggunaan
bronkodilator dengan kerja pendek.
c. Active Cysle of Breathing Technique (ACBT) sebagai salah satu
terapi nonfarmakologi mempunyai tujuan utama membersihkan
jalan nafas dari sputum yang merupakan produk dari infeksi atau
proses patologi penyakit tersebut yang harus dikeluarkan dari jalan
nafas agar diperoleh hasil pengurangan sesak nafas, pengurangan
batuk, perbaikan pola nafas, serta meningkatkan mobilisasi sangkar
thoraks (Lestari, 2015). ACBT secara signifikan lebih nyaman
daripada dengan PD yang menyebabkan gangguan yang lebih besar
dalam kehidupan sehari-hari (Eaton et al, 2009). Breathing exercise
yang menjadi salah satu bagian dari ACBT didesain untuk melatih
otot-otot pernafasan dan mengembalikan destribusi ventilasi,
membantu mengurangi kerja otot pernafasan dan membetulkan
pertukaran gas serta oksigen yang menurun. Breathing exercise
dengan metode thoracic expansion exercise, bertujuan untuk
meningkatkan fungsi paru dan menambah jumlah udara yang dapat
dipompakan oleh paru sehingga dapat menjaga kinerja otot-otot
bantu pernafasan dan dapat menjaga serta meningkatkan ekspansi
sangkar thorak (Rab, 2010).
2. Pengurangan sputum
a. Setelah diberikan terapi dengan modalitas Ir didapat hasil
penurunan sesak napas untuk menaikkan temperature pada jaringan
sehingga menimbulkan vosodilatasi pembuluh darah
(Subekti,2014)
b. ACBT merupakan cycle dari latihan deep breathing dan huffing
yang diselingi oleh breathing control dan bertujuan untuk
pembersihan jalan nafas dari sputum. Masing-masing komponen
dari ACBT dapat digunakan secara terpisah atau tergabung dalam
ACBT, tergantung dari keadaan pasien (Harden, 2009)
3. Peningkatan ekspansi sangkar thorak
a. Untuk meningkatkan nilai ekspansi thorak diberikan modalitas
deep breathing. Menggunakan tekanan manual sebagai
propioceptive untuk mendorong ekspansi dada. Pemberian
rangsangan sentuhan dan penguluran akan memberikan stimulasi
pada otot pernafasan untuk berkontraksi lebih kuat selama inspirasi
sehingga akan menambah pengembangan sangkar thorak sehingga
dapat meningkatkan volume paru. Hal ini akan memperbaiki
ventilasi, meningkatkan pertukaran gas, membantu melebarkan
jalan udara dan memobilisasi sangkar thorak sehingga ekpansi
thorak meningkat (Watchie, 2010)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien bernama Tn. Hadi Sukarjno , usia 82 tahun dengan diagnosa
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) eksaserbasi. Permasalahan yang
timbul pada pasien adalah:
1. Gangguan ventilasi yang menyebabkan sesak nafas
2. Penurunan sangkar thoraks
3. Retensi sputum dan gangguan kebersihan jalan nafas/ bronchial hygiene
4. Adanya spasme otot bantu pernapasan yaitu M. Intercostalis 4-5 dan M.
Latissimus dorsi
Setelah diberikan terapi fisioterapi sebanyak 2 kali, didapati hasil
sebagai berikut:
1. Menurunnya gangguan ventilasi dapat dilihat dari evaluasi menggunakan
skala borg
2. Meningkatnya pengembangan sangkar thoraks meskipun masih berada
diangka bawah normal
3. Retensi sputum berkurang dan pada terapi ke-3 tidak ditemukan sputum
namun masih terdapat ronchi
4. Spasme ditemukan pada terapi pertama, namun pada terapi ketiga tidak
ditemukan adanya spasme otot bantu pernapasan
B. Saran
1. Saling bekerja sama untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang.
2. Memberi edukasi kepada pasien dan orang terdekat pasien untuk
melakukan home program yaitu latihan untuk meningkatkan kemampuan
ventilasi dan mengatasi sesak nafas dengan ACBT seperti yang telah
diajarkan terapis.
DAFTAR PUSTAKA