Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) DENGAN MODALITAS
ULTRASOUND (US) DAN TERAPI LATIHAN
Sumber: Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716
Pengaruh Ultra Sound Dan Terapi Latihan terhadap Carpal Tunnel Syndrome
Nurwahida Puspitasari*, Suci Amanati**, Zainal Abidin***
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang

Disusun Oleh:
ENDA YORLA CHRISTINA
19170008

PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA TIGA FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
MAKALAH
PENATALAKSAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
CARPAL TUNNEL SYDNROME DENGAN MODALITAS ULTRASOUND (US)
DAN TERAPI LATIHAN

Status Klinis ini dipersiapkan dan disusun oleh:


Enda Yorla Christina
19170008

Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipresentasikan di hadapan Tim penguji
Laporan, program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta, Pada:
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :

Clinical Instructure Clinical Educator

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan Modalitas Ultrasound (US) dan Terapi Latihan” tepat
pada waktunya. Penyusunan laporan kasus ini tidak dapat penulis selesaikan
tanpa bantuan, dorongan, ketulusan dan kebaikan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan dalam penyusunan
laporan ini.

Dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam


penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun agar laporan ini menjadi lebih baik lagi.

Yogyakarta, 18 April 2022

Enda Yorla Christina

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................


HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan Penulis ................................................................................................. 3
D. Manfaat Penulis ................................................................................................ 3
BAB II ....................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 5
A. Deskripsi Kasus................................................................................................ 5
A. Definisi ........................................................................................................... 5
C. Teknologi Intervensi ....................................................................................... 17
BAB III .................................................................................................................... 20
LAPORAN STATUS KLINIS .................................................................................... 20
A. PENGKAJIAN: .............................................................................................. 20
IDENTITAS PASIEN ............................................................................................ 20
B. DATA-DATA MEDIS RUMAH....................................................................... 20
C. SEGI FISIOTERAPI .................................................................................. 20
A. DIAGNOSIS FISIOTERAPI (ICF CONCEPT) .................................................. 26
B. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI ........................................................... 26
C. Pelaksanaan Fisioterapi ................................................................................... 27
D. EVALUASI ................................................................................................... 28
E. HASIL TERAPI AKHIR ................................................................................. 29
BAB IV ................................................................................................................... 31

iii
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 31
BAB V..................................................................................................................... 33
PENUTUP ............................................................................................................... 33
A. Kesimpulan.................................................................................................... 33
B. Saran............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki fungsi


kompleks dan sangat penting untuk melakukan pekerjaan. Dimana sebagian
besar pekerjaan menggunakan tangan seperti menulis, mengetik, mengemas,
mengendarai motor, dan lain sebagainya.
Carpal Tunnel Syndrome merupakan gangguan neurologis yang
ditimbulkan akibat terjepitnya saraf medianus. Saraf medianus berjalan dari
siku dan turun sampai ke daerah tangan, dimana saraf ini akan bertemu suatu
struktur anatomis berbentuk terowongan yang terdiri atas 8 tulang-tulang karpal
dan ligamen carpal transversal yang seolah membentuk sebuah atap diatas
tulang-tulang karpal dan juga saraf medianus (Petty, 2011). Pada saat berjalan
melalui terowongan nervus medianus paling sering mengalami tekanan yang
menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah Carpal
Tunnel Syndrome (CTS) atau Sindroma Terowongan Karpal (STK) (Megerian
dkk,2007).
Peningkatan faktor resiko untuk terjadinya Carpal tunnel syndrome
dapat pula berhubungan dengan jenis kelamin terutama perempuan, obesitas,
dan jumlah komorbiditas yang terkait (Rahman et al., 2020). Menurut National
Health Interview Study (NIHS) prevalensi Carpal Tunnel Syndrome pada
populasi dewasa sebesar 1,55% (2,6 juta) (Salawati, 2014). Penelitian di
Amerika Serikat tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi kejadian Carpal
Tunnel Syndrome pada kalangaan pekerja yaitu 15,7%-21% populasi (Fan, et
al., 2015). Di Indonesia, prevalensi Carpal Tunnel Syndrome antara 5,6%
sampai dengan 15% (Puspitasari, Amanati dan Abidin, 2017). Setiap tahunnya
angka kejadian Carpal Tunnel Syndrome mencapai 267 dari 100.000 populasi

1
2

diperkirakan prevalensi 9,25% pada perempuan dan 6% pada laki-laki


(Sekarsari, Pratiwi & Farzan, 2017). Menurut Aulia (2015) pada penelitian
terhadap pekerja bagian packing plant di Indarung, Sumatera Barat diketahui
bahwa sebesar 62,5% pekerja menderita Carpal Tunnel Syndrome. Sementara
itu, penelitian Suherman (2012) pada petugas rental komputer di kota
Tasikmalaya, diketahui bahwa prevalensi kejadian Carpal Tunnel Syndrome
sebesar 80%. Sedangkan prevalensi Carpal Tunnel Syndrome di wilayah Jawa
tengah melaporkan selama 1 tahun (2006) didapatkan 34 penderita Carpal
Tunnel Syndrome baru. Kejadian terbanyak pada ibu rumah tangga dengan
kelompok umur 41-50 tahun (38,2%) dan 51-69 tahun (35,3%) (Lusan dan
Pudjowojayanto, 2008, dalam Wahyu, 2013). Carpal tunnel syndrome menjadi
salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh berbagai rentang usia
karena fungsi-fungsi tangan dan pergelangan tangan terbatas (disabilitas
fungsional) sehingga berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Gejala awal
yang sering didapatkan dari Carpal tunnel syndrome adalah rasa nyeri, rasa
parestesia atau tebal (numbness) dan rasa seperti terkena aliran listrik (tingling)
pada daerah yang dipersarafi oleh nervus medianus. Nyeri yang terasa dibagian
tangan dirasakan lebih berat pada malam hari sehingga dapat membuat
penderita terbangun dari tidurnya (Lee et al, 2013). Rasa nyeri tersebut dapat
membuat fungsi tangan menjadi terbatas, sehingga dapat menimbulkan
kelumpuhan dari otot-otot dan dapat mengakibatkan kecatatan yang akan
berpengaruh pada pekerjaan penderita (National Institutes of Health, 2012).
Menurut The World Confederation for Physical Therapy (WCPT)
Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang melayani individu dan kelompok
untuk mengembangkan, menjaga, dan mengembalikan kemampuan gerak dan
fungsi sepanjang daur kehidupan. Pelayanan tersebut meliputi keadaan dimana
gerak dan fungsi terganggu oleh faktor penuaan, cedera, nyeri, penyakit,
gangguan, kondisi atau lingkungan. Masalah yang muncul pada carpal tunnel
syndrome adalah adanya nyeri yang dirasakan di daerah pergelangan tangan,
adanya keterbatasan gerak atau lingkup gerak sendi (LGS) dan adanya
3

penurunan kekuatan otot. Ultra Sound (US) adalah modalitas fisioterapi yang
berupa gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz dengan panjang
gelombang 1,5 mm. Ultra sound digunakan untuk berbagai tujuan salah satunya
untuk terapeutik (Sujatno et.al., 2002). Terapi latihan merupakan suatu teknik
untuk memulihkan dan meningkatkan gerak dan fungsi. Pelaksanaan terapi
latihan menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, rileksasi dan koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner, 1996).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada kondisi Carpal Tunnel Syndrome, maka


penulis merumuskan sebagai berikut yaitu: Bagaimanakah Penatalaksanaan
Ultrasound (US) Dan Terapi Latihan Dengan Metode Free Exercise, Assisted
Exercise, Ressisted Exercise dan Assisted-Ressisted Exercise.

C. Tujuan Penulis

Adapun tujuan penulis adalah mengetahui Proses Penatalaksanaan Ultrasound


(US) Dan Terapi Latihan Dengan Metode Free Exercise, Assisted Exercise,
Ressisted Exercise dan Assisted-Ressisted Exercise Pada Pasien Carpal Tunnel
Syndrome.

D. Manfaat Penulis

a. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menerapkan pelayanan


fisioterapi pada pasien Carpal Tunnel Syndrome bagi masyarakat. Penulisan
laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi objektif berdasarkan
pengalaman empiris dan referensi tentang pengaruh fisioterapi Penatalaksanaan
Ultrasound (US) Dan Terapi Latihan Dengan Metode Free Exercise, Assisted
4

Exercise, Ressisted Exercise dan Assisted-Ressisted Exercise Pada Pasien Carpal


Tunnel Syndrome.

b. Bagi Masyarakat

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan tentang kasus Carpal Tunnel Syndrome.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus

A. Definisi

Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah gangguan yang terjadi pada


anggota tubuh bagian tangan yang merupakan gangguan pada saraf karena
terperangkap nya Nervus Medianus dan atau karena adanya penekanan pada
Nervus Medianus yang melewati terowongan karpal sehingga menyebabkan
rasa sakit dan mati rasa terutama pada ibu jari dan tiga jari utama yaitu jari
telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis. Kejadian tersebut sering pula
dikenal sebagai “Nerve-Entrapment Syndrome” atau “Median Nerve
Disfunction”. Carpal tunnel syndrome (CTS) berhubungan dengan
pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang
secara berulang(Petty, 2016).

Gambar 2.1 Struktur anatomi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) dan


Nervus Medianus (Ensiklopedia britanica, 2007)

B. Etiologi
Area sensorik pada saraf medianus bervariasi terutama pada
permukaan volar. Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga

5
6

sampai jari keempat sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum
manus, kawasan sensorik saraf medianus bervariasi antara dua sampai tiga
palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal saraf
medianus sering terjepit. Saraf medianus adalah saraf yang paling sering
mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di
pergelangan tangan. Tekanan dari saraf medianus sehingga menghasilkan
rasa kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia dari “Carpal Tunnel
Sydrome”.

C. Patofisiologi
Carpal Tunnel Syndrome dianggap sebagai suatu penyakit inflamasi
karena suatu reaksi yang secara normal terjadi pada jaringan yang
mengalami kerusakan, akibat cedera berulang, trauma atau kondisi medis
lainya. Adanya proses inflamasi pada terowongan karpal yang terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan terjadinya jebakan pada nervus medianus
yang terletak didalamnya. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
gejala Carpal Tunnel Syndrome adalah arthritis rematoid, diabetes mellitus,
hipotiroidisme, kehamilan dan menoupause (Andi Basuki dan Sofiati Dian,
2010:96).

Rasa nyeri yang timbul mengakibatkan spasme otot yang merupakan


perlindungan dari adanya nyeri, dan penderita akan membatasi pergerakan
tangannya terutama yang menimbulkan rasa nyeri. Selanjutnya dalam
jangka waktu yang lama dapat timbul kelemahan otot yang akhirnya
menimbulkan gangguan fungsi dan gerak yang berhubungan dengan fungsi
tangan (Abdullah, 2013).

D. Tanda dan Gejala


Pada umumnya keluhan timbul berangsur-angsur dan yang spesifik
adalah:
a. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul di malam atau pagi hari dan
7

penderita sering terbangun karena nyeri ini. Penderita sering berusaha


sendiri mengatasi keluhannya dengan meninggikan letak tangannya,
dengan menggerak-gerakkan tangan atau mengurut, ternyata rasa nyeri
dapat dikurangi. Keluhan juga berkurang bila tangan/pergelangan lebih
banyak istirahat dan sebaliknya.
b. Rasa kebas, semutan, kurang berasa, tingling (seperti kena strom)
biasanya jari 1, 2, 3 dan ½ jari ke 4 tapi tak pernah keluhan pada jari 5.
c. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan atas dan leher,
tapi rasa kebas, semutan hanya terbatas distal pergelangan tangan saja.
d. Jari-jari, tangan dan pergelangan bengkak dan kaku terutama pagi hari
dan menghilang setelah mengerjakan sesuatu.
e. Gerakan jari kurang terampil seperti menyulam atau memungut benda
kecil.
f. Ada juga penderita yang datang dengan keluhan otot telapak tangannya
mengecil dan makin lama makin ciut.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan secara umum :
a. Test tinnel positif
b. Nyeri di sendi-sendi interphalangeal
c. Kelemahan otot-otot yang disyarafi nervus medianus (tahap lanjut).

E. Faktor Resiko yang Mempengaruhi


Faktor resiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome oleh Nurhikmah
(2011) dikelompokkan menjadi faktor individu dan faktor fisik terkait
pekerjaan yang meliputi:
a. Faktor fisik
1) Gerakan tangan berulang
Seseorang yang bekerja dengan melakukan aktivitas kerja
berulang yang melibatkan gerakan tangan atau pergelangan tangan
atau jari-jari adalah suatu faktor resiko Carpal Tunnel Syndrome
yang memiliki pengaruh pada faktor beban fisik. Semakin tinggi
8

frekuensi gerakan berulang semakin tinggi resiko terjadinya Carpal


Tunnel Syndrome.
2) Pekerjaan
Carpal Tunnel Syndrome berhubungan dengan pekerjaan
yang menggunakan pekerjaan kombinasi antara kekuatan dan
pengulangan gerakan yang lama pada jari-jari selama periode yang
lama (Suherman, dkk., 2012). Pekerjaan dengan aktivitas yang
berlebihan atau berulang pada pergelangan tangan baik secara fleksi
ataupun ekstensi dapat menyebabkan tekanan pada Nervus
medianus dalam terowongan karpal yang dapat menyebabkan
peradangan atau pembengkakan sehingga saraf Medianus yang
lewat melalui terowongan karpal akan mengalami penyempitan dan
menimbulkan nyeri serta penurunan rentang gerak (Djoar & Martha,
2019).

b. Faktor individu

Menurut Tana, et al. (2004, dalam Sitompul, 2019) meliputi:


1) Umur
Carpal Tunnel Syndrome biasanya mulai terdapat pada usia 20-
60 tahun (Hobby et al., 2005 dalam Lazuardi, 2016). Pertambahan
usia dapat memperbesar resiko terjadinya sindroma terowongan
karpal. Menurut Kowalak (2011), kejadian Carpal Tunnel
Syndrome banyak terjadi pada perempuan berusia 30-60 tahun
dengan tingkat prevalensi pada populasi umum 3,7-5,8%. Selain itu,
pada usia 40 tahun atau lebih merupakan usia paling rentan terjadi
Carpal Tunnel Syndrome.

2) Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk
9

terjadinya Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan pria. Hal ini


disebabkan oleh pengapuran tulang dan pengaruh hormon, serta
perbedaan anatomi terowongan karpal pada wanita. Adanya
perubahan hormon estrogen yang bisa menyebabkan terjadinya
retensi cairan dan pembengkakan pada terowongan karpal sehingga
memicu nyeri, disisi lain pengapuran tulang di dalam terowongan
karpal mudah terjadi apabila seseorang tersebut berusia >40 tahun
yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri yang merupakan tanda
Carpal Tunnel Syndrome (Lubis et al, 2016).

3) Obesitas
Carpal Tunnel Syndrome terjadi karena kompresi saraf di

bawah Ligamentum carpal transversal berhubungan dengan naiknya


berat badan dan Index Masa Tubuh (IMT). IMT yang rendah
merupakan kondisi Kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi
Nerve medianus. Pekerja dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin
untuk terkena Carpal Tunnel Syndrome dibandingkan pekerja yang
mempunyai badan ramping. American Obesity Association
menemukan bahwa 70% dari penderita Carpal Tunnel Syndrome
memiliki kelebihan berat badan. Setiap peningkatan nilai IMT 8%
resiko Carpal Tunnel Syndrome meningkat (Bahrudin, 2011).

4) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat mengakibatkan komplikasi neuropati
perifer yang dapat mempunyai beberapa bentuk, salah satunya
neuropati akibat jepitan, misalnya pada Carpal Tunnel Syndrome
dimana diabetes menyebabkan saraf menjadi sensitif terhadap
tekanan.

5) Rheumatoid arthritis
Gejala di terowongan karpal ini juga umum terjadi pada
10

lansia penderita rematik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat
pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan berubah
bentuk. Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa baal,
biasanya gejala terjadi di pagi hari dan menghilang pada siang hari.
Gejala kesemutan karena rematik hilang sendiri bila rematiknya
sembuh (Wibisono, 2012). Menurut American Society for Surgery
of The Hand (2011), Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan
munculnya Carpal Tunnel Syndrome jika terjadi pembengkakan
pada sendi di jari atau pergelangan tangan dan penebalan
tenosynovium yang akan mempersempit ruang dalam terowongan
karpal.

Gejala-gejala Carpal Tunnel Syndrome tidak akan muncul

jika pembengkakan dan penebalan tenosynovium tidak sampai

menekan saraf medianus (Kurniawan, 2008 dalam Lazuardi,

2016).

6) Fraktur/dislokasi
Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi synovial serta fibrosis
(seperti pada tenosynovitis), fraktur tulang karpal, dan cedera
thermal pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan
Carpal Tunnel Syndrome (Saanin, 2012). Terjadinya tendinitis
akibat fraktur atau dislokasi tulang juga dapat memperparah
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Kerusakan ini dapat menjadi
penyebab terjadinya kompresi pada saraf medianus dan
menimbulkan Carpal Tunnel Syndrome. Penekanan pada
terowongan karpal akan menimbulkan kerusakan baik reversible
ataupun irreversible.
11

Peningkatan intensitas dan durasi yang cukup lama, akan


mengurangi aliran darah pada pembuluh darah tepi. Dalam jangka
waktu yang lama aliran darah akan berpengaruh pada sirkulasi
kapiler dan akhirnya berdampak pada permeabilitas pembuluh
darah pada pergelangan tangan (Kurniawan, 2008 dalam Lazuardi,
2016).

F. Diagnosa Pembanding
a. Cervical Radiculopaty. Biasanya keluhan akan berkurang bila leher
diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan
sensorik sesuai dermatomnya.
b. Thoracic Outlet Syndrome. Biasa dijumpai atrofi otot-otot tangan
lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi
ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
c. Pronator teres syndrome. Keluhan akan lebih menonjol pada rasa nyeri
di telapak tangan daripada carpal tunnel syndrome karena cabang saraf
medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan carpal.
d. De Quervain’s syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor
policis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya terjadi diakibatkan
gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah nyeri dan nyeri tekan
pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein’s
test : palpasi otot abductor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari,
posistif jika nyeri bertambah.
e. Guyon Canal Syndrome juga dikenal sebagai Ulnar Tunnel Syndrome
merupakan neuropati ulnaris perifer yang jarang terjadi. Gangguan ini
terjadi pada muskuloskeletal ekstremitas atas yang disebabkan oleh
kompresi saraf ulnaris yang menyebabkan spektrum sensorik atau
gejala motorik tergantung lokasi kompresi

B. Anatomi Fungsional
12

1. Anatomi Wrist
a. Terowongan carpal
Terowongan carpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan
tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan
sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan Nervus medianus. Tulang-
tulang karpalia membentuk dasar dan sisi terowongan yang keras dan
kaku, sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinaculum (transverse
carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut (Bahrudin, 2011).
Proses inflamasi yang disebabkan stres berulang, cedera fisik
atau keadaan-keadaan lain pada pergelangan tangan, dapat
menyebabkan jaringan di sekeliling saraf medianus membengkak.
Lapisan pelindung tendon di dalam terowongan karpal dapat meradang
dan membengkak. Bentuk ligamen pada bagian atas terowongan karpal
menebal dan membesar. Keadaan tersebut menimbulkan tekanan pada
serat-serat saraf medianus sehingga memperlambat penyaluran
rangsang saraf yang melalui terowongan karpal. Akibatnya timbul rasa
sakit, tidak terasa/kebas, rasa geli di pergelangan tangan, tangan dan
jari-jari, kecuali jari kelingking (Salawati, 2014).
b. Tulang
13

Gambar 2.3 Anatomi tulang carpal (Paulsen & Waschke, 2013)

Komponen tulang pada wrist and hand terdiri dari kumpulan

tulang penyusun seperti Os. Lunatum, Os. Triquuetrum, Os. Pisiform,


Os. Trapezium, Os. Trapezoideum, Os. Capitatum, Os. Radius, dan Os.
Ulna (Paulsen & Waschke, 2013). Berikut ini merupakan gambar dari
struktur anatomi wrist and hand.

c. Ligamen
Ligamen merupakan sebuah pengikat antara tulang yang satu
dengan tulang lainnya. Pada wrist joint terdapat banyak ligamen
penyusun. Ligamen yang paling umum di jumpai adalah radial
collateral ligament yang memanjang sampai radial os scapoideum. Di
bagian medial 14 terdapat ulnar collateral ligamen yang memanjang
dari prosesus styloideus ulna sampai os triquetrum (Spalteholz, 2014).

Terdapat delapan tulang carpal yang dibagi menjadi volar dan


distal pada bagian dorsal terdapat ligamen dorsal intercarpal,
scapholunate interosseus ligamen, triquestrohamatum ligamen,
scapotriquestral ligamen, dorsal radiocarpal ligamen. Pada bagian
volar terdapat sepuluh ligamen, yaitu triquestrihamate ligamen,
scaphocapitate ligamen, radioscapoid ligamen, shortradioulnar
ligamen, longradioulnar ligamen, radioschapocapitate ligamen,
ulnolunate ligamen, palmar lunotriquetral ligamen,
scapotrapeziotrapezoid ligamen, triquetrocapitate ligamen. (Langer,
2011).
14

Gambar 2.4 Ligamen carpal (Langer, 2011)

d. Otot
Otot merupakan jaringan yang berfungsi sebagai stabilisasi

tulang dan alat penggerak pada manusia. Otot-otot pada tangan

digambarkan memiliki hubungan antara satu otot dengan yang lain

dan terhubung dalam suatu proses (Lippert,2011).

Gambar 2.5 Anatomi otot carpal ( Snell,2012)


15

Berikut adalah otot-otot pada pergelangan tangan sampai jari-


jari tangan beserta origo, insersio, inervasi, dan fungsinya:

Tabel 2.1 Anatomi otot (Snell, 2012)

Otot Origo Insersio Fungsi

Flexor policis Trapezium Basis phalang Flexion jari-jari


brevis proximal

Abductor Trapezium Basis phalang Abduksi tumb


pollicis brevis proximal

Opponens Trapezium Metacarpal 1 Oposisi tumb


policis

Flexor Dua pertiga Basis phalang Flexion finger dan


digitorum proximal ulna, 3,4 wrist
profundus membrane
interosseous

Pronator teres Epycondylus Sepertiga bagian Pronasi


medial humeri & tengah radius
processus
coronoideus ulna

Palmaris Medial Humerus Flexor Flexion


longus epicomdylus retinaculum, metacarpophalangeal
palmar joint dan tumb
aponeurosis
16

e. Tendon
Tendon adalah suatu jaringan lunak yang menghubungkan

antara tulang dengan otot. Pergerakan manusia diakibatkan oleh otot

mengalami kontraksi dan tendon menarik tulang, sehingga terjadi

gerakan (Hadi, 2014). Pada Wrist joint terdapat beberapa tendon

flexor. Tendon flexor ini berjalan beriringan dengan Nervus medianus


masuk ke dalam terowongan carpal melewati flexor reticulum (ligament
transversal carpi). Sedangkan tendon flexor pollicis longus masuk
melalui retinaculum flexor dengan selubung tendon. Selubung tendon
ini berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai lubrikasi pada
permukaan synovial, sehingga tendon dapat bergerak bebas pada wrist
joint. Sarung tendon terbentuk dari parietal dan visceral yang
menghasilkan suatu cairan synovium yang berfungsi sebagai pelicin
tendon dan memberikan nutrisi pada tendon (Werthel, 2014).

f. Nervus medianus
Nervus medianus bermula pada radiks lateralis dan medialis.
Radiks lateralis merupakan kelanjutan dari fasikulus lateralis dari C6
dan C7 sedangkan radiks medialis kelanjutan dari fasiculus medialis
dari C8 dan T1. Kedua radiks tersebut membentuk nervus medialis pada
bagian lateral arteri axilaris. Nervus medianus melalui regio 16
brachialis lalu bertemu dengan arteri brachialis dan berjalan diantara
otot biseps dan otot brachialis lalu memasuki fossa cubiti dan nervus
medianus menginerfasi otot pronator teres, flexsor digitorum
profundus, palmaris longus, flexor carpi radialis dan flexor policis
brevis dan akhirnya melalui flexor retinaculum dan melalui canalis
carpi dan akan sampai pada jari jari (Moore, 2013).
17

Gambar 2.6 Nervus Medianus (Salawati, 2017)


Secara anatomi, canalis carpi nervus medianus bercabang

menjadi 2 komponen, komponen radial manjadi cabang sensorik

pada jari I dan jari II, dan cabang motorik pada otot abductor policis

brevis, otot opponens policis, dan otot flexor policis brevis. Sedangkan
komponen ulnaris akan memberikan cabang sensorik pada jari II,III dan
sisi radial jari keempat (Pecina et al., 2001 dalam

Prakoso, 2017).

C. Teknologi Intervensi

1. Ultrasound(US)
Ultrasound adalah suara berfrekuensi lebih dari 20.000 MHz. Umumnya
ultrasound terapeutik memiliki frekuensi antara 0.7 sampai 3.3 MHz, untuk
memaksimalkan energi yang masuk kedalam jaringan lunak. Penyebaran
gelombang tergantung oleh absorption, reflection dan refraction (Cameron,
2013).
Ultrasound dapat dipengaruhi oleh parameter aplikasinya seperti
intensitas, frekuensi, arus kontinu atau pulsatif, waktu iradiasi, dan jenis coupling
agent. Sebagai udara mencerminkan hampir 100% dari Gelombang suara pada
transduser, media kopling yang cocok harus digunakan untuk memungkinkan
transmisi yang efektif. saat menghitung intensitas, jarak transduser dari
18

permukaan yang ditimbulkan harus dipertimbangkan. Efek Ultrasound yang


dihasilkan semakin maksimal dengan ditunjang efektivitas yang baik. Hasil
penelitian yang telah mengkonfirmasi efek dari terapi Ultrasound pada nyeri dan
fungsi dalam berbagai gangguan muskuloskeletal. (Király et al., 2017).

Gambar 2.9 Alat Ultrasound(Chan, 2014)

2. Terapi latihan
Menurut (Kisner & Colby, 2017). Terapi latihan dilakukan secara benar,
berulang-ulang, teratur dan berkesinambungan. Tujuan dari terapi latihan
adalah (1) meningkatkan aktifitas penderita, (2) meningkatkan kemampuan
penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakangerakan yang
berfungsi serta memiliki tujuan tertentu, sehingga dapat beraktifitas normal.
Terapi latihan yang diberikan kepada penderita carpal tunnel syndrome yaitu
latihan gerak aktif dan pasif. Latihan aktif merupakan suatu gerakan yang
dilakukan secara sadar dan terjadi kontraksi otot dari dalam baik bekerja
melawan tenaga dari luar maupun tanpa melawan tenaga dari luar (gaya
gravitasi). Menurut Sujudi (2009) terapi latihan aktif dapat dibagi menjadi free
exercise, assisted exercise, assisted-resisted exercise dan resisted exercise.
Free exercise adalah gerakan yang dikerjakan oleh kekuatan otot
bersangkutan, dengan tidak menggunakan bantuan atau tahanan yang berasal
dari luar selain gaya gravitasi. Assisted exercise adalah gerakan yang terjadi
oleh karena adanya kerja otot bersangkutan tanpa melawan tahanan dari luar
19

(gaya gravitasi). Assisted-Resisted Exercise adalah gerakan yang terjadi oleh


karena adanya kerja otot bersangkutan tanpa melawan gaya gravitasi namun
setiap gerakannya diberikan sedikit tahanan (resisted) secara manual. Resisted
Exercise adalah latihan yang dilakukan dengan memberikan tahanan (resisted)
terhadap otot yang sedang berkontraksi dalam membentuk suatu gerakan.
D. Pemeriksaan spesifik

1. Phalen test
Tes phalen merupakan tes provokatif yang paling mendukung
diagnosis CTS, menurut AAOS dari penelitian, tes phalen menunjukkan
sensitivitas dari 46%-80% dan spesifitas dari 51%-91% (Clinical Practice
Guidline on the diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome, 2007). Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara menekuk kedua tangan pada sendi pergelangan
tangan, kemudian menekan kedua dorsum manus satu dengan yang lain
sekuat-kuatnya. Tes dilakukan selama 60 detik. Jika terdapat penyempitan
pada terowongan karpal yang dilintasi cabang-cabang nervus medianus,
maka penekukan tangan akan menimbulkan nyeri atau parastesi (Bahrudin,
2013).

Gambar 3.2 phalen tes (medicastore, 2012)


BAB III

LAPORAN STATUS KLINIS

A. PENGKAJIAN:
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan : Perawat
Alamat :

B. DATA-DATA MEDIS RUMAH

1. DIAGNOSIS MEDIS:
Tgl, Carpal Tunnel Synd

2. CATATAN KLINIS:
(Medika mentosa, Hasil Lab, Foto Rongten, TORCH, Tes Darah dan
Urine, MRI, Ct-Scan, Eeg, dll)

3. TERAPI UMUM ( GENERAL TREATMENT):

4. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTER:

C. SEGI FISIOTERAPI

1. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF (ANAMNESIS AUTO/HETERO)

20
21

a. KELUHAN UTAMA:

Pasien mengeluhkan rasa nyeri, kesemutan dan tidak nyaman


pada pergelangan tangan sampai dengan lengan atas bagian belakang.
Keluhan menjadi lebih buruk saat malam hari sehingga menyebabkan
pasien kesulitan tidur dan saat pasien melakukan aktivitas
pekerjaannya sebagai seorang perawat (misal: memasang infus atau
melakukan monitoring hemodinamik) menulis sesuatu dalam durasi
yang cukup lama serta berkendara lebih dari 40 menit setiap hari.
Pada saat keluhan sedang kambuh disaat bersamaan pasien
merasakan penurunan sensasi pada jari pertama sampai ke 4. Keluhan
pasien akan berkurang saat pasien beristirahat dan memberikan
pijatan kecil pada area pergelangan atau mengibaskan tangan.

b. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Perjalanan penyakit dan


Riwayat Pengobatan)

c. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

d. RIWAYAT PRIBADI:

Riwayat personal pasien, pasien merupakan seorang perawat


sekaligus ibu rumah tangga (kegiatan dapur yang memiliki aktivitas
dengan menggunakan tangan secara aktif dan berdurasi panjang serta
berulang-ulang).

e. PENYAKIT PENYERTA:

f. RIWAYAT KELUARGA:

g. DATA SOSIAL (Lingkungan kerja, tempat tinggal, aktivitas


rekreasi dan diwaktu senggang, aktivitas sosial)
22

h. ANAMNESIS SISTEM:

Sistem Keterangan
(tidak dikeluhkan, dalam batas normal)
Kepala dan Leher

Kardiovaskuler

Respirasi

Gastrointestinalis

Urogenital

Muskuloskeletal

Nervorum

2. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
a. PEMERIKSAAN FISIK DAN TANDA-TANDA VITAL
1) Tekanan Darah :
2) Denyut Nadi :
3) Pernapasan :
4) Temperatur :
5) Tinggi Badan :
6) Berat Badan :

b. INSPEKSI (STATIS DAN DINAMIS (posture, bengkak, gait,


tropic, change, dll)
Statis : Tidak terdapat bengkak maupun deformitas
Dinamis : Terdapat keterbatasan LGS pada wrist
23

c. PALPASI (nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dll)


Terdapat nyeri tekan, tidak terdapat peningkatan suhu lokal, spasme
otot fleksor

a. Gerak Dasar
1) Gerak Pasif

Tabel 3. 1
Hasil Pemeriksaan Gerak Pasif

Gerakan Rom Nyeri

Palmar Fleksi Tidak Full +


ROM

Dorsal Fleksi FULL ROM -

Ulnar Deviasi FULL ROM -

Radial Deviasi FULL ROM -

2) Gerak Aktif

Tabel 3. 2
Hasil Pemeriksaan Gerak Aktif

Gerakan Rom Nyeri

Palmar Fleksi Tidak Full +


ROM

Dorsal Fleksi FULL ROM -

Ulnar Deviasi FULL ROM -

Radial Deviasi FULL ROM -

3) Gerak Aktif Melawan Tahanan

Tabel 3.3
24

Hasil Pemeriksaan Gerak Aktif Melawan Tahanan

Gerakan ROM Nyeri Tahanan

Palmar fleksi Tidak full + T. mampu


ROM melawan
tahanan
maksimal

Dorsal Fleksi Full ROM - Mampu


melawan
tahanan
maksimal

Radial deviasi Full ROM - Mampu


melawan
tahanan
maksimal

Ulnar deviasi Full ROM - Mampu


melawan
tahanan
maksimal

b. Intrapersonal

c. Fungsional Dasar

d. Fungsional Aktivitas
e. Lingkungan Aktivitas

2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. PEMERIKSAAN SISTEMIK KHUSUS
1) Phallen Test (+)
b. PENGUKURAN KHUSUS
a. Nyeri
VAS
25

Tabel 3. 6
Hasil Pengukuran Nyeri Dengan Visual Analog Scale (VAS)

Nyeri Nilai

Diam 1

Tekan 3

Gerak 4

b. Lingkup Gerak Sendi


Tabel 3.8
Hasil Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (Dokumentasi Pribadi, 2021)

Gerak Aktif Pasif Normal

Dorsal – S50̊-0̊-55o S 50o-0̊-60̊ S 35o-0̊-60̊


palmar Fleksi

Ulnar – F 30̊-0̊-20̊ F 30̊-0̊-20̊ F 30̊-0̊-20̊


Radial deviasi

c. Manual Muscle Testing (MMT)


Tabel 3.9
Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Grup Otot Dextra Sinistra

Dorsal Fleksi 5 5

Palmar Fleksi 4 5

Ulnar Deviasi 5 5
26

Radial Deviasi 5 5

A. DIAGNOSIS FISIOTERAPI (ICF CONCEPT)

Berdasarkan gambaran klinis diatas,maka dapat disimpulkan problematika


fisioterapi pada pasien Carpal Tunnel Syndrome.
1. Impairment
a. Nyeri Tekan pada area terowongan carpal
b. Parasthesia pada finger 1-1/2 finger 4
c. Keterbatasan ROM Aktif dan Pasif palmar fleksi wrist Dextra
d. Spasme otot flexor
e. Kelemahan otot flexor wrist
2. Activities
Pasien terhambat saat aktivitas sehari-hari seperti menulis, mengetik dengan
laptop dan pekerjaan rumah tangga. Selain itu pasien terganggu aktivitas ketika
bekerja sebagai perawat

3. Participation
Pasien tidak terhambat berpartisipasi dilingkungan sekitar.

B. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI

1. Tujuan Jangka Pendek


a. Menghilangkan Nyeri dan parasthesia
b. Menghilangkan Spasme otot
c. Meningkatkan ROM
d. Meningkatkan kekuatan otot

2. Tujuan Jangka Panjang


Mengembalikan aktivitas fungsional finger pasien seperti menulis, mengetik
dengan laptop dan pekerjaan pasien.
27

3. Tindakan Fisioterapi
a. Ultrasound (US)
b. Terapi Latihan Dengan Metode Free Exercise, Assisted Exercise, Ressisted
Exercise dan Assisted-Ressisted Exercise.
4. Tindakan Promotif / Preventif
a. Memberikan edukasi kepada pasien untuk semangat dalam menjalankan terapi
b. Pasien dianjurkan untuk merendam tangannya dengan air hangat untuk
memperlancar mentabolisme disekitar area tangan untuk mengurangi nyeri
c. Pasien dianjurkan untuk mengurangi frekuensi gerakan berulang-ulang dalam
aktivitas sehari-hari

C. Pelaksanaan Fisioterapi

Tindakan fisioterapi yang diberikan terhadap pasien dari T1 hingga T6 adalah


sebagai berikut :
1. Ultrasound (US)
a. Persiapan Alat : cek alat apakah dalam keadaan baik dan dapat mengeluarkan
gelombang Ultrasound dengan cara member air pada transduser dengan
dipegang menghadap ke atas lalu mesin dihidupkan, bila mesin dalam keadaan
baik maka air akan bergerak seperti mendidih kemudian siapkan coupling
media, handuk dan tissue.
b. Persiapan Pasien : posisi pasien duduk senyaman mungkin dengan tangan
supinasi lalu diletakkan di atas bantal, tangan yang akan diterapi dibebaskan
dari segala pakaian dan aksesoris, tes sensibilitas panas dan dingin padaarea
yang akan diterapi, posisi fisioterapis duduk didepan pasien. Kemudian
jelaskan tentang tujuan pengobatan dan rasa yang akan dicapai.
c. Penatalaksanaanya
1) Persiapan alat : Siapkan tissu
2) Posisi pasien : Duduk dengan rileks di dukursi
3) Pelaksanaan : Beri Gel pada finger MCP II Dextra, atur waktu 3 menit
(9cm : 3 = 3 menit), gerakan transduser ke MCP II yang berdiameter 3 cm
dengan gerakan memutar Frekuensi 3 mHZ Intensitas Toleransi Pasien,
28

selama terapi kontrol rasa panas yang dirasakan pasien. Setelah selesai.
Matikan alat dan rapikan.
2. Terapi Latihan
a. Persiapan Pasien : Pasien Duduk Diatas Bed Senyaman mungkin
b. Persiapan Fisioterapis : Fisioterapis duduk di depan pasien untuk
memberikan contoh dan instruksi gerakan latihan kepada pasien.
c. Penatalaksanaanya
1) Free Exercise: Instruksikan pasien untuk menggerakan pergelangan
tangan secara aktif
2) Assisted Exercise: Instruksikan pasien dengan menggerakan
pergelangan tangan secara aktif dan dibantu oleh fisioterapis
3) Ressisted Exercise: Instruksikan pasien dengan menggerakan
pergelangan tangan secara aktif dan diberikan tahanan oleh fisioterapis
4) Assisted-Ressisted Exercise: Instruksikan pasien dengan menggerakan
pergelangan tangan secara aktif dan melawan tahanan dengan dibantu
oleh fisioterapis
5) Masing-masing gerakan dilakukan 3-4 repetisi selama 8 hitungan

D. EVALUASI

Tabel 3. 11
Hasil evaluasi Spasme otot

Spasme otot T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

M.Fleksor 1 1 1 0 0 0 0

Tabel 3. 12
Hasil evaluasi Nyeri Menggunakan VAS

Nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Diam 1 1 1 1 1 1 1
29

Tekan 3 3 3 3 3 3 3

Gerak 4 4 4 3 3 3 3

Tabel 3. 13
Evaluasi ROM/LGS Pasif

Tindakan Dorsal-palmar Ulnar-radial


fleksi deviasi

T0 S 50-0̊-60 F 30-0̊-20̊

T6 S 50̊-0̊-60̊ F 30̊-0̊-20̊

Tabel 3.14
Hasil evaluasi ROM/LGS Aktif
Tindakan Dorsal-palmar Ulnar-radial
fleksi deviasi

T0 S 50-0̊-55 F 30-0̊-20̊

T6 S 50̊-0̊-60̊ F 30̊-0̊-20̊

Tabel 3.15
Hasil evaluasi Kekuatan otot
Tindakan Dorsal fleksi Palmar fleksi

T0 5 4

T6 5 5

E. HASIL TERAPI AKHIR

Setelah dilakukannya terapi pada Nn, E dengan diagnosa Carpal Tunnel


Syndrome Sebanyak 6 kali terapi dengan menggunakan Modalitas Ultrasound (US)
30

Dan Terapi Latihan dengan Metode Free active exercise, active assisted exercise,
resisted-assisted exercise, dan resisted exercise didapatkan Hasil :

1. Menurunnya Nyeri
2. Menghilangnya Spasme pada otot flexor wrist
3. Meningkatnya ROM Aktif palmar fleksi
4. Meningkatnya kekuatan otot
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Penurunan nyeri

10
8
6 Diam

4 Tekan

2 Gerak

0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Grafik diatas terlihat adanya penurunan nyeri pada nyeri gerak. Sedangkan Nyeri
yang dirasakan oleh pasien pada nyeri diam dan tekan masih sama dan tidak ada
perubahan.
Penurunan nyeri gerak diperoleh setelah diberikan terapi ultrasound. Pada
ultrasound terdapat efek mekanik yang disebut micromassageyang akan
menurunkan sensivitas reseptor (mechanoreceptor dan muscle spindel), dan
mengubah viscoelastisitas otot. Gelombang ultrasound menimbulkan peregangan
dan perapatan didalam jaringan dengan frekuensi dari ultrasound. Nyeri dapat
berkurang karena adanya perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan, relaksasi otot
serta stimulasi serabut saraf aferent (Draper dan Prentice, 2011)

2. Penurunan Spasme

31
32

M. Flexor Digitorum
Column1
0: Tidak ada Spasme
0 1: Ada Spasme
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Grafik 4.2 terlihat ada penurunan spasme pada M.Flexor wrist. Spasme yang ada
pada pasien dapat berkurang dari adanya spasme dengan nilai 1 dan menjadi tidak
adanya spasme dengan nilai 0 di hari ke enam.

3. Peningkatan Lingkup Gerak Sendi

100
80 dorsal fleksi
Derajat

60
palmar fleksi
40
ulnar deviasi
20
radial deviasi
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Dari grafik diatas didapatkan hasil adanya peningkatan LGS pada palmar fleksi wrist
dari 550 menjadi 600 atau tergolong LGS normal pada terapi ke 6
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian bab-bab di atas sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


permasalahan yang dihadapi pada kasus ini adalah Spasme pada otot. Flexsor wrist
dextra, nyeri area terowongan carpal, keterbatasan ROM Aktif palmar fleksi wrist
Dextra, paresthesia, dan penurunan kekuatan otot. Sesuai dengan problematika
tersebut, maka fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas Ultrasound
(US) dan terapi latihan. Setelah dilakukan terapi sebanyak enam kali didapatkan
hasil berupa menurunnya nyeri, menghilangnya spasme pada otot, meningkatnya
ROM aktif palmar fleksi, meningkatnya kekuatan otot.
B. Saran

Pelaksanaan pada kasus Carpal Tunnel Syndrome ini sangat dibutuhkan


kerjasama antara terapis dengan penderita dan bekerjasama dengan tim medis
lainnya, agar tercapai hasil pengobatan yang maksimal. Selain itu hal-hal lain yang
harus diperhatikan antara lain:

1. Bagi penderita

Pasien disarankan untuk melakukan terapi secara rutin sampai sembuh dan
sebelum pasien melakukan aktivitas menggunakan tangan, pasien disarankan
untuk melakukan latihan gerakan pada jari-jarinya dengan tujuan untuk
menghindari dan mengurangi kemacetan jari-jarinya. Pasien juga disarankan
untuk mengurangi kegiatan yang banyak menggunakan jari-jari tangan terlalu
sering dahulu agar tidak memperparah dalam proses penyembuhan.

2. Bagi Fisioterapis

33
34

Fisioterapis hendaknya selalu menambah pengetahuan dan megikuti


perkembangan ilmu agar dapat memberikan terapi yang lebih tepat karena tidak
menutup kemungkinan adanya terobosan baru dalam pemberian terapi.

3. Bagi keluarga pasien

Disarankan agar terus memberikan motivasi kepada pasien agar latihan


dirumah dan mengawasi pasien dalam berlatih hingga kondisi jari pasien
membaik. Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka diharapkan nantinya
memberikan hasil yang lebih baik bagi penyembuhan penderita Carpal Tunnel
Syndrome.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arif. (2013). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Carpal Tunnel


Sindrome Dextra di RS Al Rr. Ramelan Surabaya. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Abrori, R (2015). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Carpal Tunnel


Sindrome Dengan Ultrasound dan Terapi Latihan di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta”. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Afrizal Sitompul. 2019. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kerja


Kontraproduktif Pada Pegawai Bank Swasta di Kota Medan. Jurnal
Khasanah Psikologis. Volume 10 Nomor 1.

Agustin, Cris PM. (2013). “Hubungan Masa Kerja dan Sikap Kerja dengan
kejadian Sindrom Terowongan Karpal pada Pembatik CV. Pusaka
Beruang Lasem”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

American Academy of Orthopaedic Surgeons. (2016). Management of


CarpalTunnel Syndrome Evidence-Based Clinical Practice Guideline.
www.aaos.org/Carpal Tunnel Syndromeguideline. Published February 29.

Ananda, B. T. (2018). “Efektivitas Penambahan Kinesio Taping Pada Tendon


And Nerve Gliding Exercise Dalam Meningkatkan Kemampuan Fungsional
Carpal Tunnel Syndrome”. Jurnal Skripsi Fisioterapi. Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.

Bachrudin, M. 2011. Carpal Tunnel Syndrome (CARPAL TUNNEL


SYNDROME). Staff Pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Malang. Volume 7. Nomor 14: Januari 2011.

Bahrudin, M. (2011). Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Saintika Medika, Vol. 7,


No. 14.

Ballestero-Pérez, R., Plaza-Manzano, G., Urraca-Gesto, A., Romo-Romo, F., Atín


Arratibel, M. de los Á., PecosMartín, D., … Romero-Franco, N. (2017).
Effectiveness of Nerve Gliding Exercises on Carpal Tunnel Syndrome: A
Systematic Review. Journal of Manipulative and Physiological
Therapeutics, 40(1), 50–59.

35
36

Bahrudin, M., Putra, RL., & Alief, HF. (2016). Hubungan Masa Kerja dengan
Kejadian CARPAL TUNNEL SYNDROME pada Pekerja Pemetik Daun
Teh Saintika Medika. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga,
Vol. 12, No. 15, Juni 2016: 24-29.

Benjamin, MA. (2013). Internet. Carpal Tunnel Syndrome. A. D. A. M. Health


Solution. http://www.nlm.nih.goy/midlineplus/ency/article/000433.html
diakses pada 28 Desember 2021.

Cifdemir M, Tuncel SA, Usta U. Atypical osteoid osteomas. European Journal of


Orthopaedic Surgery & Traumatology. 2015; 25(1):17-27.

Daryono, Wibawa, A. dan Tianing, NW. 2013. Intervensi Ultrasound Dan Free
Carpal Tunnel Exercise Lebih Efektif Dibanding Ultrasound Dan Gliding
Exercise Terhadap Penurunan Nyeri, vol 4, page 1-10. (Diperoleh pada 21
Mei 2017).

Edmon Horng Y-S, Hsieh S-F, Tu Y-K, Lin M-C, Horng Y-S, Wang J-D. The
Comparative Effectiveness of Tendon and Nerve Gliding Exercises in
Patients with Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Trial. American
Journal of Physical Medicine & Rehabilitation 2011;90:435-442.

(Diperoleh pada 19 Mei 2017).d, SL. (2006). Joint


Mobilization/manipulation. 2 th Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier.

Fan, Z. J. et al. (2015). Associations Between Workplace Factors And Carpal


Tunnel Syndrome: A Multi-Site Cross Sectional Study. American Journal
of Industrial Medicine, 58(5), pp. 509–518. doi: 10.1002/ajim.22443.

Hayes, K., & Hall, K. (2016). Agen Modalitas untuk Praktik Fisioterapi (6th ed).
Jakarta: EGC.

Herawati, I., & Wahyuni (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. Surakarta:


Muhammadiyah University Press.

Huda, M. (2018). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Orif 15/3 Distal
Femur Sinistra di RSUD Lukomono Hati Kudus”. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
37

Hudaya, DP. (2012). Pemeriksaan Fisioterapi Satu. Surakarta: Politeknik Kesehatan


Surakarta.

Ibrahim, I., Khan, WS., Goddard, N., & Smitham, P. (2012). Carpal tunnel syndrome :
a review of the recent literature, the Open Orthopaedics Journal, Vol. 6,
No. 1, Juni 2017: 69-76.

Ingraham, Paul (2018). Internet. Deep Friction Massage Therapy for Tendinitis.
https://www.painsciense.com/articles/frictions.php, diakses pada 14 Maret
2014.

Irawati, Selly. (2017). “Penatalaksanaan Ultra Sound dan Terapi Latihan pada
Carpal Tunnel Syndrome Sinistra”. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Fisioterapi
Widya Husada Semarang.

Janani, U., Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Carpal Tunnel Syndrome


Bilateral dengan modalitas Ultra Sound, Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation dan Upper Limb Tension Test di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Juliyansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,


2011) 33-34

Kaur, P., Kumar, S., & Arora, L. (2016). Effect of Tendon and Nerve Gliding In
Carpal Tunnel Syndrome : Clinical and Electrophysiological Examination.
International Journal of Healthcare Sciences, 4(1), 108– 115.

Kisner, C dan Colby L. A. 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and


Techniques. 5th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company. PP: 2

Langer, Martin. (2011). Ligaments Wrist Interosseous Dorsal 2011.

Lazuardi, AI. (2016). “Determinan gejala CARPAL TUNNEL SYNDROME pada


pekerja pemecah batu”. Skripsi. Universitas Jember.

Lippert, Lynn S. (2011). Clinical Kinesiology and Anatomy. Philadelphia: F.A.


Davis Company. Moore, KL., Daly, AF., & Agur AM. (2013). Clinically
oriented anatomy. Journal of Anatomy, 215(4), Oct 2009: 474.

Lubis, AA., Andriane, Y., & Dewi, MK. (2016). Karakteristik Pasien CARPAL
TUNNEL SYNDROME (Carpal Tunnel Syndrome) di Rumah Sakit Al
Islam Bandung. Prosiding Pendidikan Dokter, 2(1), 574-580.
38

Mahmoud, W. 2016. Comparison of the Selected Treatment Modalities of Carpal


Tunnel Syndrome Depending on Symptom Severity.International Journal of
Therapies and Rehabilitation Research; 5 (4): 84-90. (Diperoleh pada 20
Desember 2021).

Marwan A, Wehber. 1987. Tendon Gliding Exercise, Vol. 41, No. 3, Hal 164-167.
(Diperoleh pada 20 Desember 2021)

Nurhikmah. (2011). “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Muskuloskeletal


disorders pada Pekerja Furnitur di Kecamatan Benca Kota
Tangerang”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Ono, S., Clapham, P. J. and Chung, K. C. (2011). Optimal Management Of


Carpal Tunnel Syndrome. American Journal of Clinical Hypnosis, 53(4),
pp. 255– 261. doi: 10.2147/IJGM.S7682.

Paulsen, F. &Jens, W. (2013). Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum


dan Sistem Muskuloskeletal. Penerjemah: Brahm, U. Jakarta: EGC.

Petty, J Nicola 2011. Principles of Neuromusculosceletal Treatment and


Management. China: Elseiver

Pratiwi, Y., & Ummi, BR. (2016). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Carpal
Tunnel Syndrome Bilateral di RSU Aisyiyah Ponorogo”. Disertasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Puspitasari, N., Amanati, S., & Abidin, Z. (2017). Pengaruh Ultrasound dan
Terapi Latihan terhadap Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Fisioterapi
dan Rehabilitasi, 1(1), pp. 24-31.

Rahim, Amalia Faradilla. (2016). “Penatalakasanaan Fisioterapi pada Kasus


Carpal Tunnel Syndrome Sinistra di RSUD Soehadi Prijonegoro
Sragen”. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rahman, F., Nafilla, D., Kurniawan, A., & Hidayat, S. (2020). Studi Kasus:
program studi fisioterapi pada carpal tunnel syndrome. Jurnal
Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR), Vol. 4, No. 2, Juli 2021: 58-66.

Salawati, L., & Syahrul, S. (2014). Carpal tunnel syndrome. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala, 14(1), 29-32.

Sekarsari, D., Pratiwi, AD., & Farzan, A. (2017). Hubungan lama kerja, gerakan
repetitif dan postur janggal pada tangan dengan keluhan carpal tunnel
39

syndrome (CARPAL TUNNEL SYNDROME) pada pekerja pemecah batu


di kecamatan moramo utara kabupaten konawe selatan tahun 2016. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan masyarakat, Vol. 2, No. 6, April 2017.

Snell, Richard S. (2012). Clinical Anatomy by Regions Edition 9. Lippincott


Williams & Wilkins.

Spalteholz, Werner. (2013). Atlas Berwarna Anatomi Kedokteran, Buku 1. Tangerang


Selatan: Binarupa Aksara.

Subekti, Hapsari. (2014). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Carpal Tunnel


Syndrome Sinistra di RSUD Salatiga”. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Syahrul, S. (2014). Carpal tunnel syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 14,
No. 1, April 2014, 51.

Tana, L., Halim, FS., Delima, D., & Ryadina, W. (2004). Carpal tunnel syndrome
pada pekerja garmen di Jakarta. Buletin of health research, Vol. 32, No.2,
Juni 2004.

Anda mungkin juga menyukai