Disusun Oleh:
ENDA YORLA CHRISTINA
19170008
Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipresentasikan di hadapan Tim penguji
Laporan, program Studi Fisioterapi Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta, Pada:
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) dengan Modalitas Ultrasound (US) dan Terapi Latihan” tepat
pada waktunya. Penyusunan laporan kasus ini tidak dapat penulis selesaikan
tanpa bantuan, dorongan, ketulusan dan kebaikan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan dalam penyusunan
laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
PEMBAHASAN ....................................................................................................... 31
BAB V..................................................................................................................... 33
PENUTUP ............................................................................................................... 33
A. Kesimpulan.................................................................................................... 33
B. Saran............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
2
penurunan kekuatan otot. Ultra Sound (US) adalah modalitas fisioterapi yang
berupa gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz dengan panjang
gelombang 1,5 mm. Ultra sound digunakan untuk berbagai tujuan salah satunya
untuk terapeutik (Sujatno et.al., 2002). Terapi latihan merupakan suatu teknik
untuk memulihkan dan meningkatkan gerak dan fungsi. Pelaksanaan terapi
latihan menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, rileksasi dan koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner, 1996).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis
D. Manfaat Penulis
a. Bagi Penulis
b. Bagi Masyarakat
Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan tentang kasus Carpal Tunnel Syndrome.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
A. Definisi
B. Etiologi
Area sensorik pada saraf medianus bervariasi terutama pada
permukaan volar. Dan pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga
5
6
sampai jari keempat sisi radial telapak tangan. Pada permukaan dorsum
manus, kawasan sensorik saraf medianus bervariasi antara dua sampai tiga
palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal saraf
medianus sering terjepit. Saraf medianus adalah saraf yang paling sering
mengalami cedera oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di
pergelangan tangan. Tekanan dari saraf medianus sehingga menghasilkan
rasa kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia dari “Carpal Tunnel
Sydrome”.
C. Patofisiologi
Carpal Tunnel Syndrome dianggap sebagai suatu penyakit inflamasi
karena suatu reaksi yang secara normal terjadi pada jaringan yang
mengalami kerusakan, akibat cedera berulang, trauma atau kondisi medis
lainya. Adanya proses inflamasi pada terowongan karpal yang terjadi secara
terus menerus akan menyebabkan terjadinya jebakan pada nervus medianus
yang terletak didalamnya. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
gejala Carpal Tunnel Syndrome adalah arthritis rematoid, diabetes mellitus,
hipotiroidisme, kehamilan dan menoupause (Andi Basuki dan Sofiati Dian,
2010:96).
b. Faktor individu
2) Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk
9
3) Obesitas
Carpal Tunnel Syndrome terjadi karena kompresi saraf di
4) Diabetes mellitus
Diabetes mellitus dapat mengakibatkan komplikasi neuropati
perifer yang dapat mempunyai beberapa bentuk, salah satunya
neuropati akibat jepitan, misalnya pada Carpal Tunnel Syndrome
dimana diabetes menyebabkan saraf menjadi sensitif terhadap
tekanan.
5) Rheumatoid arthritis
Gejala di terowongan karpal ini juga umum terjadi pada
10
lansia penderita rematik. Dalam hal ini, saraf terjepit bukan akibat
pembesaran otot melainkan sendi di pergelangan tangan berubah
bentuk. Rematik juga menimbulkan kesemutan atau rasa baal,
biasanya gejala terjadi di pagi hari dan menghilang pada siang hari.
Gejala kesemutan karena rematik hilang sendiri bila rematiknya
sembuh (Wibisono, 2012). Menurut American Society for Surgery
of The Hand (2011), Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan
munculnya Carpal Tunnel Syndrome jika terjadi pembengkakan
pada sendi di jari atau pergelangan tangan dan penebalan
tenosynovium yang akan mempersempit ruang dalam terowongan
karpal.
2016).
6) Fraktur/dislokasi
Keadaan lokal lainnya seperti inflamasi synovial serta fibrosis
(seperti pada tenosynovitis), fraktur tulang karpal, dan cedera
thermal pada tangan atau lengan bawah bisa berhubungan dengan
Carpal Tunnel Syndrome (Saanin, 2012). Terjadinya tendinitis
akibat fraktur atau dislokasi tulang juga dapat memperparah
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome. Kerusakan ini dapat menjadi
penyebab terjadinya kompresi pada saraf medianus dan
menimbulkan Carpal Tunnel Syndrome. Penekanan pada
terowongan karpal akan menimbulkan kerusakan baik reversible
ataupun irreversible.
11
F. Diagnosa Pembanding
a. Cervical Radiculopaty. Biasanya keluhan akan berkurang bila leher
diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan
sensorik sesuai dermatomnya.
b. Thoracic Outlet Syndrome. Biasa dijumpai atrofi otot-otot tangan
lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi
ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
c. Pronator teres syndrome. Keluhan akan lebih menonjol pada rasa nyeri
di telapak tangan daripada carpal tunnel syndrome karena cabang saraf
medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan carpal.
d. De Quervain’s syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor
policis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya terjadi diakibatkan
gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah nyeri dan nyeri tekan
pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein’s
test : palpasi otot abductor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari,
posistif jika nyeri bertambah.
e. Guyon Canal Syndrome juga dikenal sebagai Ulnar Tunnel Syndrome
merupakan neuropati ulnaris perifer yang jarang terjadi. Gangguan ini
terjadi pada muskuloskeletal ekstremitas atas yang disebabkan oleh
kompresi saraf ulnaris yang menyebabkan spektrum sensorik atau
gejala motorik tergantung lokasi kompresi
B. Anatomi Fungsional
12
1. Anatomi Wrist
a. Terowongan carpal
Terowongan carpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan
tangan dimana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan
sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan Nervus medianus. Tulang-
tulang karpalia membentuk dasar dan sisi terowongan yang keras dan
kaku, sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinaculum (transverse
carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan
melengkung di atas tulang-tulang karpalia tersebut (Bahrudin, 2011).
Proses inflamasi yang disebabkan stres berulang, cedera fisik
atau keadaan-keadaan lain pada pergelangan tangan, dapat
menyebabkan jaringan di sekeliling saraf medianus membengkak.
Lapisan pelindung tendon di dalam terowongan karpal dapat meradang
dan membengkak. Bentuk ligamen pada bagian atas terowongan karpal
menebal dan membesar. Keadaan tersebut menimbulkan tekanan pada
serat-serat saraf medianus sehingga memperlambat penyaluran
rangsang saraf yang melalui terowongan karpal. Akibatnya timbul rasa
sakit, tidak terasa/kebas, rasa geli di pergelangan tangan, tangan dan
jari-jari, kecuali jari kelingking (Salawati, 2014).
b. Tulang
13
c. Ligamen
Ligamen merupakan sebuah pengikat antara tulang yang satu
dengan tulang lainnya. Pada wrist joint terdapat banyak ligamen
penyusun. Ligamen yang paling umum di jumpai adalah radial
collateral ligament yang memanjang sampai radial os scapoideum. Di
bagian medial 14 terdapat ulnar collateral ligamen yang memanjang
dari prosesus styloideus ulna sampai os triquetrum (Spalteholz, 2014).
d. Otot
Otot merupakan jaringan yang berfungsi sebagai stabilisasi
e. Tendon
Tendon adalah suatu jaringan lunak yang menghubungkan
f. Nervus medianus
Nervus medianus bermula pada radiks lateralis dan medialis.
Radiks lateralis merupakan kelanjutan dari fasikulus lateralis dari C6
dan C7 sedangkan radiks medialis kelanjutan dari fasiculus medialis
dari C8 dan T1. Kedua radiks tersebut membentuk nervus medialis pada
bagian lateral arteri axilaris. Nervus medianus melalui regio 16
brachialis lalu bertemu dengan arteri brachialis dan berjalan diantara
otot biseps dan otot brachialis lalu memasuki fossa cubiti dan nervus
medianus menginerfasi otot pronator teres, flexsor digitorum
profundus, palmaris longus, flexor carpi radialis dan flexor policis
brevis dan akhirnya melalui flexor retinaculum dan melalui canalis
carpi dan akan sampai pada jari jari (Moore, 2013).
17
pada jari I dan jari II, dan cabang motorik pada otot abductor policis
brevis, otot opponens policis, dan otot flexor policis brevis. Sedangkan
komponen ulnaris akan memberikan cabang sensorik pada jari II,III dan
sisi radial jari keempat (Pecina et al., 2001 dalam
Prakoso, 2017).
C. Teknologi Intervensi
1. Ultrasound(US)
Ultrasound adalah suara berfrekuensi lebih dari 20.000 MHz. Umumnya
ultrasound terapeutik memiliki frekuensi antara 0.7 sampai 3.3 MHz, untuk
memaksimalkan energi yang masuk kedalam jaringan lunak. Penyebaran
gelombang tergantung oleh absorption, reflection dan refraction (Cameron,
2013).
Ultrasound dapat dipengaruhi oleh parameter aplikasinya seperti
intensitas, frekuensi, arus kontinu atau pulsatif, waktu iradiasi, dan jenis coupling
agent. Sebagai udara mencerminkan hampir 100% dari Gelombang suara pada
transduser, media kopling yang cocok harus digunakan untuk memungkinkan
transmisi yang efektif. saat menghitung intensitas, jarak transduser dari
18
2. Terapi latihan
Menurut (Kisner & Colby, 2017). Terapi latihan dilakukan secara benar,
berulang-ulang, teratur dan berkesinambungan. Tujuan dari terapi latihan
adalah (1) meningkatkan aktifitas penderita, (2) meningkatkan kemampuan
penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakangerakan yang
berfungsi serta memiliki tujuan tertentu, sehingga dapat beraktifitas normal.
Terapi latihan yang diberikan kepada penderita carpal tunnel syndrome yaitu
latihan gerak aktif dan pasif. Latihan aktif merupakan suatu gerakan yang
dilakukan secara sadar dan terjadi kontraksi otot dari dalam baik bekerja
melawan tenaga dari luar maupun tanpa melawan tenaga dari luar (gaya
gravitasi). Menurut Sujudi (2009) terapi latihan aktif dapat dibagi menjadi free
exercise, assisted exercise, assisted-resisted exercise dan resisted exercise.
Free exercise adalah gerakan yang dikerjakan oleh kekuatan otot
bersangkutan, dengan tidak menggunakan bantuan atau tahanan yang berasal
dari luar selain gaya gravitasi. Assisted exercise adalah gerakan yang terjadi
oleh karena adanya kerja otot bersangkutan tanpa melawan tahanan dari luar
19
1. Phalen test
Tes phalen merupakan tes provokatif yang paling mendukung
diagnosis CTS, menurut AAOS dari penelitian, tes phalen menunjukkan
sensitivitas dari 46%-80% dan spesifitas dari 51%-91% (Clinical Practice
Guidline on the diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome, 2007). Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara menekuk kedua tangan pada sendi pergelangan
tangan, kemudian menekan kedua dorsum manus satu dengan yang lain
sekuat-kuatnya. Tes dilakukan selama 60 detik. Jika terdapat penyempitan
pada terowongan karpal yang dilintasi cabang-cabang nervus medianus,
maka penekukan tangan akan menimbulkan nyeri atau parastesi (Bahrudin,
2013).
A. PENGKAJIAN:
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan : Perawat
Alamat :
1. DIAGNOSIS MEDIS:
Tgl, Carpal Tunnel Synd
2. CATATAN KLINIS:
(Medika mentosa, Hasil Lab, Foto Rongten, TORCH, Tes Darah dan
Urine, MRI, Ct-Scan, Eeg, dll)
C. SEGI FISIOTERAPI
20
21
a. KELUHAN UTAMA:
d. RIWAYAT PRIBADI:
e. PENYAKIT PENYERTA:
f. RIWAYAT KELUARGA:
h. ANAMNESIS SISTEM:
Sistem Keterangan
(tidak dikeluhkan, dalam batas normal)
Kepala dan Leher
Kardiovaskuler
Respirasi
Gastrointestinalis
Urogenital
Muskuloskeletal
Nervorum
2. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
a. PEMERIKSAAN FISIK DAN TANDA-TANDA VITAL
1) Tekanan Darah :
2) Denyut Nadi :
3) Pernapasan :
4) Temperatur :
5) Tinggi Badan :
6) Berat Badan :
a. Gerak Dasar
1) Gerak Pasif
Tabel 3. 1
Hasil Pemeriksaan Gerak Pasif
2) Gerak Aktif
Tabel 3. 2
Hasil Pemeriksaan Gerak Aktif
Tabel 3.3
24
b. Intrapersonal
c. Fungsional Dasar
d. Fungsional Aktivitas
e. Lingkungan Aktivitas
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. PEMERIKSAAN SISTEMIK KHUSUS
1) Phallen Test (+)
b. PENGUKURAN KHUSUS
a. Nyeri
VAS
25
Tabel 3. 6
Hasil Pengukuran Nyeri Dengan Visual Analog Scale (VAS)
Nyeri Nilai
Diam 1
Tekan 3
Gerak 4
Dorsal Fleksi 5 5
Palmar Fleksi 4 5
Ulnar Deviasi 5 5
26
Radial Deviasi 5 5
3. Participation
Pasien tidak terhambat berpartisipasi dilingkungan sekitar.
B. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
3. Tindakan Fisioterapi
a. Ultrasound (US)
b. Terapi Latihan Dengan Metode Free Exercise, Assisted Exercise, Ressisted
Exercise dan Assisted-Ressisted Exercise.
4. Tindakan Promotif / Preventif
a. Memberikan edukasi kepada pasien untuk semangat dalam menjalankan terapi
b. Pasien dianjurkan untuk merendam tangannya dengan air hangat untuk
memperlancar mentabolisme disekitar area tangan untuk mengurangi nyeri
c. Pasien dianjurkan untuk mengurangi frekuensi gerakan berulang-ulang dalam
aktivitas sehari-hari
C. Pelaksanaan Fisioterapi
selama terapi kontrol rasa panas yang dirasakan pasien. Setelah selesai.
Matikan alat dan rapikan.
2. Terapi Latihan
a. Persiapan Pasien : Pasien Duduk Diatas Bed Senyaman mungkin
b. Persiapan Fisioterapis : Fisioterapis duduk di depan pasien untuk
memberikan contoh dan instruksi gerakan latihan kepada pasien.
c. Penatalaksanaanya
1) Free Exercise: Instruksikan pasien untuk menggerakan pergelangan
tangan secara aktif
2) Assisted Exercise: Instruksikan pasien dengan menggerakan
pergelangan tangan secara aktif dan dibantu oleh fisioterapis
3) Ressisted Exercise: Instruksikan pasien dengan menggerakan
pergelangan tangan secara aktif dan diberikan tahanan oleh fisioterapis
4) Assisted-Ressisted Exercise: Instruksikan pasien dengan menggerakan
pergelangan tangan secara aktif dan melawan tahanan dengan dibantu
oleh fisioterapis
5) Masing-masing gerakan dilakukan 3-4 repetisi selama 8 hitungan
D. EVALUASI
Tabel 3. 11
Hasil evaluasi Spasme otot
Spasme otot T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
M.Fleksor 1 1 1 0 0 0 0
Tabel 3. 12
Hasil evaluasi Nyeri Menggunakan VAS
Nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Diam 1 1 1 1 1 1 1
29
Tekan 3 3 3 3 3 3 3
Gerak 4 4 4 3 3 3 3
Tabel 3. 13
Evaluasi ROM/LGS Pasif
T0 S 50-0̊-60 F 30-0̊-20̊
T6 S 50̊-0̊-60̊ F 30̊-0̊-20̊
Tabel 3.14
Hasil evaluasi ROM/LGS Aktif
Tindakan Dorsal-palmar Ulnar-radial
fleksi deviasi
T0 S 50-0̊-55 F 30-0̊-20̊
T6 S 50̊-0̊-60̊ F 30̊-0̊-20̊
Tabel 3.15
Hasil evaluasi Kekuatan otot
Tindakan Dorsal fleksi Palmar fleksi
T0 5 4
T6 5 5
Dan Terapi Latihan dengan Metode Free active exercise, active assisted exercise,
resisted-assisted exercise, dan resisted exercise didapatkan Hasil :
1. Menurunnya Nyeri
2. Menghilangnya Spasme pada otot flexor wrist
3. Meningkatnya ROM Aktif palmar fleksi
4. Meningkatnya kekuatan otot
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Penurunan nyeri
10
8
6 Diam
4 Tekan
2 Gerak
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Grafik diatas terlihat adanya penurunan nyeri pada nyeri gerak. Sedangkan Nyeri
yang dirasakan oleh pasien pada nyeri diam dan tekan masih sama dan tidak ada
perubahan.
Penurunan nyeri gerak diperoleh setelah diberikan terapi ultrasound. Pada
ultrasound terdapat efek mekanik yang disebut micromassageyang akan
menurunkan sensivitas reseptor (mechanoreceptor dan muscle spindel), dan
mengubah viscoelastisitas otot. Gelombang ultrasound menimbulkan peregangan
dan perapatan didalam jaringan dengan frekuensi dari ultrasound. Nyeri dapat
berkurang karena adanya perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan, relaksasi otot
serta stimulasi serabut saraf aferent (Draper dan Prentice, 2011)
2. Penurunan Spasme
31
32
M. Flexor Digitorum
Column1
0: Tidak ada Spasme
0 1: Ada Spasme
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Grafik 4.2 terlihat ada penurunan spasme pada M.Flexor wrist. Spasme yang ada
pada pasien dapat berkurang dari adanya spasme dengan nilai 1 dan menjadi tidak
adanya spasme dengan nilai 0 di hari ke enam.
100
80 dorsal fleksi
Derajat
60
palmar fleksi
40
ulnar deviasi
20
radial deviasi
0
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Dari grafik diatas didapatkan hasil adanya peningkatan LGS pada palmar fleksi wrist
dari 550 menjadi 600 atau tergolong LGS normal pada terapi ke 6
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bagi penderita
Pasien disarankan untuk melakukan terapi secara rutin sampai sembuh dan
sebelum pasien melakukan aktivitas menggunakan tangan, pasien disarankan
untuk melakukan latihan gerakan pada jari-jarinya dengan tujuan untuk
menghindari dan mengurangi kemacetan jari-jarinya. Pasien juga disarankan
untuk mengurangi kegiatan yang banyak menggunakan jari-jari tangan terlalu
sering dahulu agar tidak memperparah dalam proses penyembuhan.
2. Bagi Fisioterapis
33
34
Agustin, Cris PM. (2013). “Hubungan Masa Kerja dan Sikap Kerja dengan
kejadian Sindrom Terowongan Karpal pada Pembatik CV. Pusaka
Beruang Lasem”. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
35
36
Bahrudin, M., Putra, RL., & Alief, HF. (2016). Hubungan Masa Kerja dengan
Kejadian CARPAL TUNNEL SYNDROME pada Pekerja Pemetik Daun
Teh Saintika Medika. Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga,
Vol. 12, No. 15, Juni 2016: 24-29.
Daryono, Wibawa, A. dan Tianing, NW. 2013. Intervensi Ultrasound Dan Free
Carpal Tunnel Exercise Lebih Efektif Dibanding Ultrasound Dan Gliding
Exercise Terhadap Penurunan Nyeri, vol 4, page 1-10. (Diperoleh pada 21
Mei 2017).
Edmon Horng Y-S, Hsieh S-F, Tu Y-K, Lin M-C, Horng Y-S, Wang J-D. The
Comparative Effectiveness of Tendon and Nerve Gliding Exercises in
Patients with Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Trial. American
Journal of Physical Medicine & Rehabilitation 2011;90:435-442.
Hayes, K., & Hall, K. (2016). Agen Modalitas untuk Praktik Fisioterapi (6th ed).
Jakarta: EGC.
Huda, M. (2018). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Orif 15/3 Distal
Femur Sinistra di RSUD Lukomono Hati Kudus”. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
37
Ibrahim, I., Khan, WS., Goddard, N., & Smitham, P. (2012). Carpal tunnel syndrome :
a review of the recent literature, the Open Orthopaedics Journal, Vol. 6,
No. 1, Juni 2017: 69-76.
Ingraham, Paul (2018). Internet. Deep Friction Massage Therapy for Tendinitis.
https://www.painsciense.com/articles/frictions.php, diakses pada 14 Maret
2014.
Irawati, Selly. (2017). “Penatalaksanaan Ultra Sound dan Terapi Latihan pada
Carpal Tunnel Syndrome Sinistra”. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Fisioterapi
Widya Husada Semarang.
Kaur, P., Kumar, S., & Arora, L. (2016). Effect of Tendon and Nerve Gliding In
Carpal Tunnel Syndrome : Clinical and Electrophysiological Examination.
International Journal of Healthcare Sciences, 4(1), 108– 115.
Lubis, AA., Andriane, Y., & Dewi, MK. (2016). Karakteristik Pasien CARPAL
TUNNEL SYNDROME (Carpal Tunnel Syndrome) di Rumah Sakit Al
Islam Bandung. Prosiding Pendidikan Dokter, 2(1), 574-580.
38
Marwan A, Wehber. 1987. Tendon Gliding Exercise, Vol. 41, No. 3, Hal 164-167.
(Diperoleh pada 20 Desember 2021)
Pratiwi, Y., & Ummi, BR. (2016). “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Carpal
Tunnel Syndrome Bilateral di RSU Aisyiyah Ponorogo”. Disertasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspitasari, N., Amanati, S., & Abidin, Z. (2017). Pengaruh Ultrasound dan
Terapi Latihan terhadap Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal Fisioterapi
dan Rehabilitasi, 1(1), pp. 24-31.
Rahman, F., Nafilla, D., Kurniawan, A., & Hidayat, S. (2020). Studi Kasus:
program studi fisioterapi pada carpal tunnel syndrome. Jurnal
Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR), Vol. 4, No. 2, Juli 2021: 58-66.
Salawati, L., & Syahrul, S. (2014). Carpal tunnel syndrome. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala, 14(1), 29-32.
Sekarsari, D., Pratiwi, AD., & Farzan, A. (2017). Hubungan lama kerja, gerakan
repetitif dan postur janggal pada tangan dengan keluhan carpal tunnel
39
Syahrul, S. (2014). Carpal tunnel syndrome. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol. 14,
No. 1, April 2014, 51.
Tana, L., Halim, FS., Delima, D., & Ryadina, W. (2004). Carpal tunnel syndrome
pada pekerja garmen di Jakarta. Buletin of health research, Vol. 32, No.2,
Juni 2004.