Disusun oleh :
Pembimbing :
Laporan Kasus
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Departemen Rehabilitasi Medik RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
periode 12 April – 27 April 2018.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“CARPAL TUNNEL SYNDROME” untuk memenuhi tugas laporan kasus
sebagai bagian dari sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik senior
di Departemen Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Yenny Fitrizar, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
motivasi, masukan, kemudahan dan perbaikan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
pelajaran bagi kita semua.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATAPENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................1
BAB II STATUS PENDERITA ........................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................12
Carpal Tunnel Sydrome
3.1 Definisi.............................................................................................
3.2 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.3 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.4 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.5 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.6 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.7 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.8 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.9 Ekstrofi Buli-buli............................................................................
3.10 Ekstrofi Buli-buli.........................................................................
3.11 Ekstrofi Buli-buli.........................................................................
4
5
DAFTAR GAMBAR
6
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PENDERITA
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Rasa kebas pada kedua tangan disertai kesemutan sejak ±5 bulan lalu.
Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku dulunya bekerja sebagai petugas kebersihan di
RSMH selama ±26 tahun, dengan aktivitas harian antara lain menyapu dan
mengepel koridor dan ruangan bangsal serta mendorong brankar.
Pulmo
Inspeksi : statis, dinamis, simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : vesikular (+) normal, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : redup, batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : HR:76x/ menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
6
Abdomen
Inspeksi : datar.
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).
Perkusi : timpani, shifting dullness (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Trunkus
Inspeksi : Simetris, tidak ada deformitas.
Palpasi : Nyeri tekan (-), spasme otot (-).
Ekstremitas superior
Inspeksi : deformitas, atrofi tenar +/-, edema, tremor: tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan (-).
Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
Gerakan Luas Luas
Abduksi lengan 5 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 4 4
Fleksi jari-jari 4 4
tangan
Abduksi jari tangan 5 5
Tonus Normal Normal
Tropi Normal Normal
Refleks Fisiologis
Refleks tendon Normal Normal
biseps
Refleks tendon Normal Normal
triseps
Refleks Patologis
Hoffman Tidak ada Tidak ada
Tromner Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Parestesia pada pergelangan tangan yang
menjalar sampai ke ujung-ujung jari I, II, dan
7
III.
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada Kelainan
Tes Provokasi
Tinel Test : +/+
Phalen Test : +/+
Ekstremitas Inferior :
Inspeksi : deformitas (-), edema (-), tremor (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
8
EVALUASI
Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
Struktur dan Kebas, kesemutan, dan Mengurangi kebas,
fungsi nyeri pada pergelangan kesemutan, dan nyeri pada
tubuh kedua tangan yang pergelangan tangan sampai
menjalar ke jari I, II, III. ujung-ujung jari tangan
kedua tangan.
Aktivitas Tangan pasien tidak bisa Mengurangi kekakuan
menggenggam karena tangan pasien dan membuat
kaku sehingga pasien bisa menggenggam
menghambat aktivitas sehingga dapat beraktivitas
sehari-hari. dengan normal.
Partisipasi Pasien merasa tidak Menghilangkan keluhan
nyaman apabila rasa pasien sehingga pasien bisa
9
2.8 PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Carpal tunnel menjadi tempat lewatnya nervus medianus dan sembilan ruas
tendon flexor jari. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan
pergerakan pada jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon-tendonnya berorigo pada epicondilus medial
13
3.3 Epidemiologi
National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa prevalensi
CTS di Amerika Serikat yang dilaporkan sendiri di antara populasi dewasa
sebesar 1.55% (2,6 juta penduduk). Kejadian CTS lebih sering mengenai wanita
daripada pria dengan kisaran usia 25–64 tahun dengan prevalensi tertinggi pada
wanita usia lebih dari 55 tahun. Sindroma tersebut bersifat unilateral pada 42%
kasus (29% kanan, 13% kiri) dan 58% bilateral. Di Indonesia, urutan prevalensi
CTS dalam masalah kerja belum diketahui akibat minimnya diagnosis penyakit
akibat kerja yang dilaporkan karena sulitnya penegakan diagnosis tersebut.
Penelitian mengenai pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan
tangan menyatakan prevalensi CTS antara 5,6–15%.3,4,5
3.4 Etiologi
14
3.5 Patogenesis
Terdapat beberapa hipotesis mengenai patogenesis CTS. Pada umumnya
meliputi faktor mekanik dan faktor vaskular dalam timbulnya CTS. Sebagian
besar CTS terjadi secara perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada pergelangan
tangan yang terus menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitits pada
fleksor retinakulum. Hal ini merupakan penyebab tersering dari CTS. Pada
keadaan kronis terdapat penebalan fleksor retinakulum yang menekan nervus
medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada nervus medianus akan
menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan
perlambatan aliran vena intrafasikuler. Bendungan atau kongesti ini lama-
kelamaan akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia
15
yang akan merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi
edema epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan keluhan yang sering terjadi
pada CTS berupa rasa nyeri dan bengkak terutama pada malam atau pagi hari
yang akan menghilang atau berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-
gerakkan atau diurut, mungkin karena terjadi perbaikan dari gangguan vaskuler
yang terjadi. Bila keadaan ini berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural dan
merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan
jaringan ikat sehingga fungsi nervus medianus terganggu.4,7
Pada CTS akut, biasanya terjadi kompresi yang melebihi tekanan perfusi
kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf dan saraf menjadi iskemik,
selain itu juga terjadi peninggian tekanan fasikuler yang akan memperberat
keadaan iskemik ini. Pelebaran pembuluh darah akan menyebabkan edema dan
menimbulkan gangguan aliran darah pada saraf dan merusak saraf tersebut (sama
seperti kondisi kronis). Pengaruh mekanik atau tekanan langsung pada saraf tepi
dapat pula menimbulkan invaginasi nodus Ranvier dan demielinisasi setempat
sehingga konduksi saraf terganggu.4,7
3.6 Klasifikasi
Berdasarkan gejala yang terjadi, CTS diklasifikasikan menjadi:
Grade 1A : subclinical median nerve irritability
- Tes phalen atau tinel positif
- Tidak ada deficit motorik atau deficit sensorik
- Perlu modifikasi aktivitas yang melibatkan tangan untuk pencegahan
penyakit yang memberat
Grade 1B : mild carpal tunnel syndrome
- Mati rasa singkat
- Kesemutan
- Nyeri pergelangan tangan di malam hari atau dengan nyeri yang berulang
- Tidak ada deficit motorik atau deficit sensorik
- Gejala menghilang dengan pengobatan atau aktivitas yang diperingan
- Terapi bisa memberikan manfaat
Grade 1C : moderate carpal tunnel syndrome
- Gejala sering timbul
- Tanda-tanda iritabilitas nervus medianus
- Ada kelemahan saraf sensorik dan motorik
Grade 2 : moderate-severe carpal tunnel syndrome
16
diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak
efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk
meringankan kompresi. Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2
kelompok, yaitu:12
1. Terapi langsung terhadap CTS
a. Terapi konservatif
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama
2-3 minggu.
- Injeksi steroid.
- Vitamin B6 (piridoksin).
- Fisioterapi.
b. Terapi operatif
mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya antara lain: (a)
mengurangi posisi kaku pada pergelangan tangan, gerakan repetitif, getaran
peralatan tangan pada saat bekerja; (b) desain peralatan kerja supaya tangan dalam
posisi natural saat kerja; (c) modifikasi tata ruang kerja untuk memudahkan
variasi gerakan; (d) mengubah metode kerja untuk sesekali istirahat pendek serta
mengupayakan rotasi kerja; serta (e) meningkatkan pengetahuan pekerja tentang
gejala-gejala dini CTS sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih
dini.12
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada pergelangan
tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang sering dihemodialisa,
myxedema akibat hipotiroid, akromegali akibat tumor hipofise, kehamilan atau
penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen vaskular, artritis, tenosinovitis,
infeksi pergelangan tangan, obesitas dan penyakit lain yang dapat menyebabkan
retensi cairan atau menyebabkan bertambahnya isi terowongan karpal.12
Terdapat beberapa jenis terapi latihan yang digunakan pada kasus CTS, antara
lain:
a. Active exercise
Gerakan yang dilakukan karena adanya kekuatan otot dan anggota tubuh
sendiri tanpa bantuan, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi dengan
melawan gravitasi.
b. Passive exercise
Gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar dan bukan merupakan
kontraksi otot yang disadari. Gerakan passive exercise menyebabkan efek
penurunan nyeri akibat aliran darah lancar serta membuat daerah sekitar
sendi menjadi rileks sehingga bisa menambah luas gerak sendi dan menjaga
elastisitas otot.
5. Ortose Protesa
Ortose yang dipakai untuk penderita CTS adalah splint atau bidai. Splint atau
bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi rasa kebas dengan
mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari
selama 2-6 minggu untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi
tangan saat tidur yang bisa meningkatkan tekanan. Pemakaian bidai ini efektif
jika dilakukan dalam jangka tiga bulan sejak timbul keluhan.
3.12 Pencegahan
Pencegahan untuk CTS bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: (1)
usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisis netral; (2) perbaiki cara
memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-
jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan
telunjuk; (3) batasi gerakan tangan yang repetitive; (4) istirahatkan tangan secara
periodic; (5) kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat; dan (6) latih otot-otot tangan dan lengan
bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.9
3.13 Komplikasi
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya
sensibilitas yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang
berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat,
hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.11
3.14 Prognosa
Prognosis dari terapi yang diberikan pada CTS ringan umumnya baik.
Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian
diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang
24
BAB IV
ANALISIS KASUS
Tn. MDT, 63 tahun, laki-laki, mengeluh sejak 5 bulan yang lalu sering
merasa kebas pada ujung-ujung jari kedua tangan. Terkadang keluhan kebas pada
ujung jari tangan disertai dengan kesemutan dan nyeri di telapak tangan dan
timbul terutama saat pasien beraktivitas. Akibat keluhan tersebut, pasien mengaku
sulit memegang barang karena kekakuan pada jari-jari tangannya. Keluhan yang
dirasakan mengganggu kegiatan harian pasien, seperti memegang gelas untuk
minum, memakai pakaian, mandi, dan sebagainya. Sejak 3 bulan yang lalu, pasien
mengeluh rasa kebas dan kesemutan dirasakan semakin hebat terutama pada ibu
jari, telunjuk, dan jari tengah, bahkan tanpa dipengaruhi aktivitas yang dilakukan.
Pasien kemudian berobat ke Puskesmas di Kenten dan RS Bhayangkara sebelum
dirujuk ke poli saraf RSMH dan didiagnosis sebagai Carpal Tunnel Syndrome.
Pasien lalu dikonsulkan ke bagian Rehabilatasi Medik RSMH untuk dilakukan
fisioterapi. Pasien sudah 10x melakukan fisioterapi dan merasakan perbaikan
walaupun kekakuan pada jari-jari tangan dan kesemutan masih sering terjadi.
Nyeri pada telapak sudah jarang terjadi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tes
Phallen postif dan tes Tinnel positif.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan test provokasi yang
telah dilakukan, diagnosis Bilateral Carpal Tunnel Syndrome dapat ditegakkan.
Pada kasus ini rasa kebas dan kesemutan yang dirasakan pasien cukup khas yaitu
pada distribusi nervus medianus setinggi pergelangan tangan. Terapi
medikamentosa yang diberikan untuk mengatasi keluhan nyeri adalah ibuprofen
yang diberikan dua kali sehari dan diberikan juga neurodex untuk vitamin
neurotropik yang diminum satu kali sehari. Pada pasien dilakukan terapi ultra
sound dan parafin di bagian Rehabilitasi Medik RSMH Palembang. Pasien juga
diberikan motivasi untuk datang terapi secara rutin dan diedukasi untuk bisa
mengatasi atau mengurangi keluhan kebas dan kesemutan di rumah dengan
mengistirahatkan tangan dan tidak menggunakan tangan untuk kegiatan yang
berlebihan seperti mengangkat beban berat dan lain-lain.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Jagga V., Lehri A., et al. Occupation and Its Association with Carpal Tunnel
Syndrome: A Review. Journal of Exercise Science and Physiotherapy. 2011.
Vol. 7, No. 2: p.68-78.
2. Kurniawan, Bina, et al. Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome
(CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008. Vol. 3, No. 1.
3. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline on
the Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. Journal of Orthopaedic Surgeons.
2008.
4. Gorsché, R. Carpal Tunnel Syndrome. The Canadian Journal of CME. 2001,
p.101-117.
5. Tana, Lusianawaty, et al. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Buletin Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: p.73-82.
6. Chammas, M.,J. Boretto, L.M. Burmann, R.M. Ramos, F.C.D.S. Neto, and
J.B.Silva. 2014. Carpal Tunnel Syndrome – Part I (Anatomy, Physiology,
Etiology, and Diagnosis). Rev Bras Ortop. 49(5). p.429-436.
7. Bachrudin, M. 2011. Carpal Tunnel Syndrome. Jurnal saintika medika. 7(14).
Hal 78-87.
8. Snell, Richard S.2007. Clinical Anatomy by Systems. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
9. Barnardo, Jonathan.2004. Carpal tunnel syndrome in hand on practical
advise on management of rheumatic disease. Juni (3): p.1-3.
10. Davis, Larry E, Molly K. King, Jessica L. Schultz. 2005. Carpal tunnel
syndrome in fundamentals of neurologic disease. New York: Demos Medical
Publishing: p.61-63.
11. Aroori, S., Spence, R.A.J. 2008. Carpal tunnel syndrome. Ulster Med J,
77(1): p.6-17.
12. Huldani. 2013. Carpal Tunnel Syndrome. Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat. (http://eprints.unlam.ac.id/205/1/HULDANI%20-
%20CARPAL%20TUNNEL%20SYNDROM.pdf, diakses 17 April 2018).