Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Disusun oleh:
Mohan Babu Ramaloo 04084821820049

Pembimbing:
dr. Yenny Fitrizar

DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Oleh:

Mohan Babu Ramaloo 04084821820049

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan
klinik senior di Departemen Rehabilitasi Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 11 November – 27
November 2019.

Palembang, November 2019


Pembimbing
dr. Yenny Fitrizar

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“CARPAL TUNNEL SYNDROME” untuk memenuhi tugas laporan kasus sebagai
bagian dari sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik senior di
Departemen Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Yenny Fitrizar, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
motivasi, masukan, kemudahan dan perbaikan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pelajaran bagi
kita semua.

Palembang, November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATAPENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN .................................. ............................................. 5
BAB II STATUS PENDERITA ...................................................................... 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11
Carpal Tunnel Sydrome
3.1 Definisi ............................................................................................ 16
3.2 Epidemiologi ................................................................................... 16
3.3 Anatomi........................................................................................... 17
3.4 Etiologi ............................................................................................ 18
3.5 Gejala Klinis ................................................................................... 19
3.6 Patogenesis ...................................................................................... 21
3.7 Diagnosis ......................................................................................... 21
3.8 Tatalaksana .................................................................................... 24
3.9 Pencegahan ..................................................................................... 28
BAB IV ANALISIS KASUS .............................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindroma terowongan karpal adalah salah
satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan
karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat
kelainan pada tulang-tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap
nervus medianus dipergelangan tangan. Carpal tunnel syndrome diartikan
sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah ditribusi nervus
medianus.1
Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus
medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang
paling sering, bersifat kronik dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam hari,
parestesi jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus, kelemahan dan
atrofi otot thenar.2
Berdasarkan laporan American Academy of Orthopaedic Surgeons
tahun 2007, kejadian CTS di Amerika Serikat diperkirakan 1 sampai 3 kasus
per 1.000 subjek pertahun. Prevalensinya berkisar sekitar 50 kasus per 1000
subjek pada populasi umum. National Health Interview Study (NHIS)
memperkirakan prevalensi CTS 1,55%. Sebagai salah satu dari tiga jenis
penyakit tersering di dalam golongan Cumulative Trauma Disorder (CTD)
pada ekstremitas atas, prevalensi CTS 40%, tendosinovitis yang terdiri dari
trigger finger 32% dan De Quervan’s syndrome 12%, sedangkan epicondilitis
20%. CTS paling cepat menimbulkan gejala pada pekerja. Penelitian pada
pekerjaan dengan risiko tinggi di pergelangan tangan dan tangan mendapatkan
prevalensi CTS antara 5,6% sampai 14,8%.3 bisa menyebabkan kerusakan
saraf medianus yang irreversibel dengan konsekuensi kehilangan fungsi tangan
yang berat dan tidak bisa diterapi lagi. Untuk perbandingan rasio nya wanita
dan laki-laki 10:1. Berdasarkan usia, carpal tunnel syndrome rentan terjadi
pada usia 45-60 tahun. Hanya 10% pasien yang menderita CTS pada umur
dibawah 30 tahun.4

5
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari lebih dalam mengenai kasus Carpal Tunnel Syndrome, sehingga
apabila dijumpai kasus mengenai Carpal Tunnel Syndrome maka dokter umum
mampu menegakkan diagnosis secara klinis agar dapat memberikan
penatalaksaan secara tepat dan akurat.

6
BAB II
STATUS PENDERITA

2.1 IDENTIFIKASI PASIEN


Nama : Ny.H
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Prabumulih, Palembang
Status : Menikah
Kunjungan :12 Nov 2019
No. RM : 0001094060

2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Rasa kebas disertai kesemutan pada tangan kanan menjalar ke jari
tangan kanan sejak ± 5 hari yang lalu

Riwayat Perjalanan Penyakit


± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh kebas pada tangan kanan sehingga
menjalar ke ujung-ujung jari tangan kanan. Keluhan timbul terutama saat
pasien beraktivitas yang banyak menggunakan tangan. Pasien juga mengaku
bahwa sulit memegang barang karena kekakuan pada jari-jari tangan kanan.
Keluhan yang dirasakan belum mengganggu kegiatan harian pasien. Pasien
minum obat anti nyeri yang dbeli di warong, keluhan dirasakan sedikit
berkurang. Pasien masih belum berobat.
± 5 hari yang lalu pasien mengeluh rasa kebas dan kesemutan dirasakan
semakin berat terutama pada ibu jari, telunjuk, dan jari tengah pada tangan
kanan. Pasien mengaku bahwa kegiatan seharian terganggu dan keluhannya

7
tidak berkurang setelah istirahat. Pasien berobat ke Rehabilitasi Medik
Rumah Sakit Mohammad Hoesin.
Riwayat hipertensi ada dan rutin berobat. Riwayat kencing manis ada
dan rutin berobat. Riwayat jatuh dengan tumpuan pada kedua tangan
disangkal. Riwayat asam urat ada dan rutin berobat. Pasien mengaku bahwa
setiap hari melakukan aktivitas yang berat menggunakan tangan seperti
mecuci pakaian, masak dan membereskan rumah. Riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat darah tinggi : disangkal
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat sakit gula : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat sesak napas : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal

Riwayat Kebiasaan dan Gizi


Riwayat olahraga : jarang dilakukan
Riwayat minum obat bebas : disangkal

Riwayat Pekerjaan
Pasien seorang ibu rumah tangga yang melakukan kegiatan harian setiap
hari seperti mencuci pakaian dengan menggunakan tangan, memasak dan
mebereskan rumah setiap hari.

8
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berobat di RSMH Palembang dengan menggunakan fasilitas BPJS
kesehatan.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 75 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
Pernafasan : 19 x/ menit
Suhu : 36,5oC
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 165 cm
IMT : 21,32 (normoweight)
Cara Berjalan : Tidak ada kelainan
Bicara : Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Fisik Khusus


Kulit : Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie
(-), striae (-), hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi(-)
Status Psikis : Sikap kooperatif, ekspresi wajah normal, orientasi
dan perhatian baik.
Nervus kranialis I-XII : Tidak diperiksa.
Kepala : Bentuk normal, normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek
cahaya langsung (+/+), pupil isokor (3mm/3mm),
sekret (-/-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), simetris
Telinga : Deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-),

9
stomatitis (-), gusi berdarah (-)
Leher : Simetris, KGB tidak membesar, benjolan (-), nyeri
tekan (-)
Luas Gerak Sendi : Dalam batas normal.

Pulmo
Inspeksi : statis, dinamis, simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : vesikular (+) normal, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : redup, batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : HR:75x/ menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar.
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).
Perkusi : timpani, shifting dullness (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal.

Trunkus
Inspeksi : Simetris, tidak ada deformitas.
Palpasi : Nyeri tekan (-), spasme otot (-).

Ekstremitas superior
Inspeksi : deformitas, atrofi tenar -/+, edema, tremor: tidak ada.
Palpasi : Nyeri tekan (-)

10
Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
Gerakan Luas Luas
Abduksi lengan 5 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 5 5
Fleksi jari-jari tangan 5 5
Abduksi jari tangan 5 5
Tonus Normal Normal
Tropi Normal Normal
Refleks Fisiologis
Refleks tendon biseps Normal Normal
Refleks tendon triseps Normal Normal
Refleks Patologis
Hoffman Tidak ada Tidak ada
Tromner Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Parestesia pada pergelangan tangan kanan yang
menjalar sampai ke ujung-ujung jari I, II, dan III.
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada Kelainan

Penilaian Fungsi Tangan


Dextra Sinistra
Anatomical Normal Normal
Grip Normal Normal
Spread Normal Normal
Palmar abduct Normal Normal
Pinch Normal Normal

11
Lumbrical Normal Normal

Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Abduksi Bahu 0-180 0-180 0-180 0-180
Adduksi Bahu 180-0 180-0 180-0 180-0
Fleksi bahu 0-180 0-180 0-180 0-180
Extensi bahu 0-60 0-60 0-60 0-60
Endorotasi bahu (f0) 90-0 90-0 90-0 90-0
Eksorotasi bahu (f0) 0-90 0-90 0-90 0-90
Endorotasi bahu (f90) 90-0 90-0 90-0 90-0
Eksorotasi bahu (f90) 0-90 0-90 0-90 0-90
Fleksi siku 0-150 0-150 0-150 0-150
Ekstensi siku 150-0 150-0 150-0 150-0
Ekstensi pergelangan 0-70 0-70 0-70 0-70
tangan
Fleksi pergelangan 0-80 0-80 0-80 0-80
tangan
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90

Tes Provokasi
Tinel Test : -/+
Phalen Test : -/+
Ekstremitas Inferior:
Inspeksi : deformitas (-), edema (-), tremor (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
Gerakan Luas Luas
Kekuatan

12
Fleksi paha 5 5
Ekstensi paha 5 5
Ekstensi lutut 5 5
Fleksi lutut 5 5
Dorsofleksi pergelangan kaki 5 5
Dorsofleksi ibu jari kaki 5 5
Tonus Normal Normal
Tropi Normal Normal
Refleks Fisiologis
Refleks tendo patella Normal Normal
Refleks tendo Achilles Normal Normal
Refleks Patologis
Babinsky Tidak ada Tidak ada
Chaddock Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada Kelainan

Luas Gerak Sendi : Tidak dilakukan


Tes Provokasi Sendi Lutut : Tidak dilakukan

EVALUASI
Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
Struktur dan Kebas dan kesemutan Mengurangi kebas dan
fungsi tubuh pada tangan dan jari kanan kesemutan pada kedua tangan
yang menjalar ke jari I, II, sampai ujung-ujung jari
III. kedua tangan.

13
Aktivitas Tangan pasien terasa Mengurangi kebas dan
kebas dan kesemutan kesemutan sehingga dapat
sehingga menghambat beraktivitas dengan normal.
aktivitas sehari-hari.
Partisipasi Pasien merasa tidak Menghilangkan, keluhan
nyaman apabila rasa kebas pasien sehingga pasien bisa
dan kesemutan muncul kembali beraktivitas dengan
sehingga lebih memilih nyaman.
untuk tidak melanjutkan
aktivitasnya.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


ENMG: belum dilakukan

2.5 DIAGNOSIS KLINIS


Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Dextra

2.6 PROGRAM REHABILITASI MEDIK


Terapi panas : - US carpal tunnel dextra
- Paraffin manus-wrist dextra
Terapi Latihan : Pasif, Aktif, dan Stretching

Okupasi Terapi
ROM Exercise : Tidak ada
ADL Exercise : Tidak ada
Ortotik Prostetik
Ortotic : Tidak ada
Prostetik : Tidak ada
Alat bantu ambulansi : Tidak ada

14
Terapi Wicara
Afasia : Tidak Dilakukan
Disartria : Tidak Dilakukan
Disfagia : Tidak Dilakukan
Sosial Medik : Memberikan motivasi pada pasien untuk datang
terapi secara rutin
Edukasi :(1) mengompres kedua pergelangan sampai telapak
dan jari-jari tangan dengan air hangat ± 10 menit; (2)
meminimalisir penggunaan pergelangan tangan
dengan posisi hiperfleksi dan hiperekstensi; (3)
mengistirahatkan kedua tangan saat keluhan muncul;
(4) tidak mengangkat beban berat yang dapat
menimbulkan nyeri; serta (5) tidak memaksakan
bekerja secara berlebihan saat keluhan muncul.

2.7 TERAPI MEDIKAMENTOSA


 Neurodex tablet 1 kali sehari jika perlu

2.8 PROGNOSA
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Carpal tunnel syndrome adalah kumpulan gejala khas dan tanda-tanda yang
terjadi termasuk kompresi saraf medianus dalam terowongan karpal. Gejala yang
termasuk adalah mati rasa, paresetesia, dan nyeri pada distribusi saraf medianus.
Gejala ini mungkin atau tidak disertai dengan perubahan obyektif dalam sensasi
dan kekuatan struktur medianus yang diinervasi di tangan.5
Sindroma ini dulu juga dikenal sebagai acroparesthesia, median thenar
neuritis, atau partial thenar atrophy. Diagnosis carpal tunnel syndrome berupa
adanya nyeri, mati rasa dan kesemutan yang dapat menjalar hingga pundak dan
leher, gangguan ini sering terjadi di malam hari saat tidur dengan posisi tidur
berbaring ke satu sisi. Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat
aktivitas repetitif yang menimbulkan mati rasa dan nyeri, perlu dilakukan gerakan
pergelangan tangan, tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi
penderita carpal tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan),
injeksi kortikosteroid dan pembedahan.6

3.2 EPIDEMIOLOGI
National Health Interview Study (NIHS) memperkirakan bahwa prevalensi
CTS yang dilaporkan sendiri diantara populasi dewasa adalah sebesar 1.55%
(2,6juta). CTS lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25
-64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 –60
tahun Prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita
dan 0,6% untuk laki-laki CTS adalah jenis neuropati jebakan yang paling sering
ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan
58% bilateral.7
Di Indonesia prevalensi CTS karena faktor pekerjaan masih belum diketahui
dengan pasti. Prevalensi dari populasi umum sekitar 3,8 % Penelitian yang
dilakukan oleh Silverstein (1987) pada 625 pekerja di 7 kawasan industri

16
mengevaluasi faktor-faktor pekerjaan yang bisa mempengaruhi terjadinya CTS,
ternyata ada enam faktor pekerjaan yangmenyebabkan berkembangnya CTS yaitu
gerakan pergelangan/jari tangan yang berulang, kontraksi yang kuat pada tendon,
gerakan pergelangan tangan yang menekuk ke bawah (flexi) atau menekuk ke atas
(extensi), gerakan tangan saat bekerja (gerakan menjepit), tekanan mekanik pada
saraf medianus.8
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Armstrong (2008) di kawasan
industri kerja ada empat sebagai faktor kontrol dari perkembangan CTS yaitu jenis
kelamin, usia, index masa tubuh (IMT) dan penyakit penyerta. CTS merupakan
hasil darikombinasi kondisi kesehatan dan aktivitas fisik yang berulang yang dapat
meningkatkan tekanan pada nervus medianus saat melewati terowongan karpal.9

3.3 ANATOMI
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di
mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui
oleh beberapa tendon dan nervus medianus. 10
Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang
keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse
carpal ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas
tulang-tulang karpalia tersebut. Di dalam terowongan tersebut terdapat saraf
medianus yang berfungsi menyalurkan impuls saraf ke ibu jari, telunjuk dan jari
manis serta mempersarafi fungsi otot-otot dari ibu jari atau otot thenar. Proses
inflamasi yang disebabkan stres berulang, cedera fisik atau keadaan lain pada
pergelangan tangan dapat menyebabkan jaringan di sekeliling saraf medianus
membengkak. Lapisan pelindung tendon di dalam terowongan karpal dapat
meradang dan membengkak.Bentuk ligamen pada bagian atas terowongan karpal
juga menebal dan membesar.Keadaan tersebut menimbulkan tekanan pada serat-
serat saraf medianus sehingga memperlambat penyaluran rangsang saraf yang
melalui terowongan karpal. Akibatnya timbul rasa sakit, tidak merasa atau kebas,
rasa geli di pergelangan tangan, tangan dan jari-jari selain kelingking.10

17
Gambar 1. Terowongan karpal10

3.4 ETIOLOGI
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga
dilalui beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf
medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita
lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada
pergelangan tangan dengan bertambahnya resiko menderita gangguan pada
pergelangan tangan termasuk carpal tunnel syndrome
Pada kasus yang lain etiologinya adalah :11
1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy,
misalnya HMSN (hereditary motory and sensory neuropathies) tipe III.

2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan


tangan. Sprain pada pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap
pergelangan tangan.

3. Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan


yang berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerjaan
kasar yang sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama
pemain piano dan pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga
merupakan penyebab yang mendasari carpal tunnel syndrome.

18
4. Infeksi : tenosinovitis, tuberkulosis tulang, sarkoidosis

5. Metabolik: amiloidosis dan gout artritis

6. Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, DM, hipotiroid dan


kehamilan

7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma,infiltrasi metastase dan mieloma

8. Penyakit kolagen vaskular: reumatoid artritis, polimialgia reumatika,


skleroderma, dan SLE

9. Degeneratif: osteoartritis

10. Iatrogenik: punksi arteri radialis, pemasangan shunt vaskular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dan terapi anti koagulan

11. Faktor stress

12. Inflamasi: inflamasi dari membran mukosa yang mengelilingi tendon yang
menyebabkan saraf medianus tertekan.

3.5 GEJALA KLINIS


Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja. Gangguan
motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya berupa
parestesia, hilangnya sensasi atau rasa seperti terkena aliran listrik pada jari dan
setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-
jari. Keluhan paresetesi biasanya lebih menonjol di malam hari.
Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada
malam hari sehinga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini
umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakan
tangannya atau dengan meletakan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri
juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya. Bila
penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan
yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang rasa nyeri dapat terus

19
terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di
daerah distal pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekauan pada jari-jari, tangan, dan
pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah
penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipestesia pata dijumai [ada daerah
yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi
kurang terampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil.
Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan
adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol
atau menggenggam. Pada penderita carpal tunnel syndrome pada tahap lanjut dapat
dijumpai atrofi otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh saraf
medianus.12
CTS dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda menjadi tiga tahapan,
yaitu: 17

Tahap 1: Pasien sering terbangun pada malam hari karena sensasi bengkak dan
tangan yang kebas. Mereka melaporkan adanya nyeri hebat yang menjalar dari
pergelangan tangan hingga ke bahu, dan perasaan kesemutan yang mengganggu
pada tangan dan jari-jari (brachialgia paraesthetica nocturna). Kibasan tangan
(tanda flick) dapat mengurangi gejala. Biasanya sensasi kaku pada tangan
bertahan sepanjang hari

Tahap 2: Gejala juga muncul pada siang hari, terutama ketika pasien berada
dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama, melakukan gerakan berulang
dengan tangan dan pergelangan tangan. Ketika terjadi defisit motoris, mereka
dapat menjatuhkan benda yang dipegang karena tidak dapat merasakan
tangannya.

Tahap 3: Ini merupakan tahap akhir yang ditandai dengan adanya atrofi pada otot
thenar. Saraf medianus biasanya berespon sangat minimal terhadap operasi

20
dekompresi. Pada fase ini, gejala sensoris dapat menghilang. Kadang terasa nyeri
pada thenar, dan dengan kompresi yang semakin parah dapat menyebabkan
kelemahan dan atrofi pada otot abductor pollicis brevis dan opponens pollicis

3.6 PATOGENESIS
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis dari carpal tunnel syndrome.
Umumnya carpal tunnel syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan
fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan terhadap saraf medianus. Tekanan
yang beruang-ulang dan lama akan menyebabkan peningkatan tekanan
intravaskuler. Akibatnya aliran darah vena intravaskular melambat. Kongesti yang
terjadi akan mengganggu nutrisi intravaskular lalu diikuti oleh anoksia yang akan
merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein
sehingga terjadi edema epineural. Keadaan ini menyebabkan keluhan nyeri dan
bengkak yang terutama timbul pada malam hari. Pada pagi hari akan terasa
berkurang setelah tangan digerak-gerakan atau diurut. Apabila keadaan ini terus
berlanjut maka akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lalu
saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan
fungsinsaraf medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada carpal tunnel syndrome akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi
tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul
iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan
intravaskular yang menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah. Selanjutnya
terjadi vasodilatasi yang menyebabkan edema sehingga aliran darah ke saraf
terganggu. Akibatnya kerusakan pada saraf tersebut.
Tekanan langsung pada saraf perifer dapat pula menimbulkan invaginasi
nodus ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi saraf terganggu.13

3.7 DIAGNOSIS
Diagnosis carpal tunnel syndrome ditegakan berdasarkan gejala-gejala yang
ada dan disukung oleh beberapa pemeriksaan:14
1. Pemeriksaan fisik

21
Haruslah dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi motorik, sensorik, dan otonom tangan.
Beberapa pemeriksaan tes provokasi yang dapat membantu menegakan
diagnosis carpal tunnel syndrome adalah sebagai berikut:
a. Flick’s sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa.

b. Thenar wasting
Pada inspeksi dan palpasi terdapat atrofi otot-otot thenar.

c. Wrist extension test


Penderita melakukan ekstensi secara maksimal, sebaiknya dilakukan
secara serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila
dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti carpal tunnel syndrome,
maka tes ini menyokong.

d. Phalen’s test
Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu
60 detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong
diagnosis.

e. Torniquet test
Dilakukan pemasangan tourniquet dengan menggunakan tensimeter
diatas siku dengan tekanan sedikit diatas sistolik. Bila dalam 1 menit
timbul gejala CTS maka tes ini menyokong.

22
f. Tinel’s sign
Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

g. Pressure test
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan
ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong

h. Luthy’s sign
Penderita diminta melingkari bu jari dan jari telunjuk pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya
dengan rapat maka tes ini menyokong diagnosa.

i. Pemeriksaan fungsi otonom


Diperhatikan adakah perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin
yang terbatas pada daerah inervasi nervus medianus.

j. Pemeriksaan sensibilitas
Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point
discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus,
tes dianggap positif.

2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

a. Pemeriksaan Pemeriksaan Elektromiografi (EMG) dapat menunjukan


adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah
motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai
kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus
carpal tunnel syndrome.

23
b. Kecepatan hantar saraf pada 15-20% kasus bisa normal. Pada yang
lainnya kecepatan hantaran saraf akan menurun dan masa latent distal
dapat memanjang, menunjukan adanya gangguan pada konduksi saraf
di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.

3. Pemerksaan radiologis
Pemeriksaan foto rontgen pada pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah penyebab dari CTS terdapat penyebab lain seperti fraktur
atau artritis.

4. Pemeriksaan laboratorium
Bila etiologi dari CTS belum jelas seperti pada usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

3.8 TERAPI
Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap
penyakit yang mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan
terjadinya carpal tunnel syndrome. Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:15
1. Terapi langsung terhadap carpal tunnel syndrome

a. Terapi konservatif

1. Istirahatkan pergelangan tangan

2. Obat anti inflamasi non steroid

3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai


dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama
2-3 minggu.

24
4. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil,
suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan
operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan
setelah diberi 3 kali suntikan.

5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik

6. Vitamin B6. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa CTS terjadi


karena adanya defisiensi vitamin B6 sehingga dianjurkan pemberian
piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis
lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat
bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis
besar

7. Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan.

b. Terapi operatif

Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis nervus


medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada
kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau
bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot
thenar. Indikasi relatif tindakan operasi adalh hilangnya sensibilitas
persisten.
2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari Carpal Tunnel
Syndrome

Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya carpal tunnel


syndrome harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan
kekambuhan Carpal tunnel syndrome kembali. Pada keadaan dimana CTS

25
terjadi karena adanya gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan
penyesuaian ataupun pencegahan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya


carpal tunnel syndrome atau mencegah kekambuhannya antara lain:
 Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral

 Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda.


Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam
sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk.

 Batasi gerakan tangan yang repetitif

 Istirahatkan tangan secara periodik

 Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan


memiliki waktu untuk beristirahat

 Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan


peregangan secara teratur

Disamping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering


mendasari terjadinya carpal tunnel syndrome seperti: trauma akut maupun
kronik pada pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita
yang sering hemodialisa, myxedema akibat hipotiroid, akromegali akibat
tumor hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen
vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan
penyakit lain yang dapat menyebabakan retensi cairan atau menyebabakan
bertambahnya isi terowongan.

3. Rehabilitasi Medik pada CTS


Untuk mengatasi nyeri, banyak teknologi fisioterapi dengan modalitas
yang tersedia seperti Micro Wave Diathermy (MWD), Short Wave
Diathermy (SWD), Ultra Sound (US), Infra Red (IR), Transcutaneus

26
Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Terapi Latihan (TL). Pada
penderita CTS, terapi modalitas yang sering digunakan, antara lain:
1. Micro Wave Diathermy (MWD)
Penggunaan terapi MWD cocok untuk jaringan superficial dan struktur
artikular yang dekat dengan permukaan kulit. MWD ditujukan untuk
memanaskan jaringan otot sehingga terjadi peningkatan aliran darah
intramuskuler. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan temperatur yang
signifikan sehingga akan menimbulkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri.
2. Ultra Sound (US)
Penggunaan US pada kasus CTS adalah untuk meningkatkan sirkulasi
darah akibat efek micro massage yang ditimbulkan dan menyebabkan efek
thermal sehingga menyebabkan relaksasi otot.

3. Infra Red (IR)


Penggunaan IR pada kasus CTS ditujukan untuk menaikan temperatur
pada jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah.
Pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh sedatif
terhadap ujung-ujung saraf sensoris.
4. Terapi latihan
Terdapat beberapa jenis terapi latihan yang digunakan pada kasus CTS,
antara lain:
a. Active exercise
Gerakan yang dilakukan karena adanya kekuatan otot dan anggota
tubuh sendiri tanpa bantuan, gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi dengan
melawan gravitasi.
b. Passive exercise
Gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar dan bukan merupakan
kontraksi otot yang disadari. Gerakan passive exercise menyebabkan efek
penurunan nyeri akibat aliran darah lancar serta membuat daerah sekitar
sendi menjadi rileks sehingga bisa menambah luas gerak sendi dan menjaga
elastisitas otot.

27
c. Resisted active exercise
Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot, karena jika suatu tahanan
diberikan pada otot yang berkontraksi, maka otot tersebut akan beradaptasi
dengan meningkatkan kekuatan otot akibat hasil adaptasi saraf dan
peningkatan serat otot.
5. Ortose Protesa
Ortose yang dipakai untuk penderita CTS adalah splint atau bidai. Splint
atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi rasa kebas
dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada
malam hari selama 2-6 minggu untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi
atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa meningkatkan tekanan. Pemakaian
bidai ini efektif jika dilakukan dalam jangka tiga bulan sejak timbul keluhan.

3.9 Pencegahan

Salah satu cara menhindari Carpal tunnel syndrome adalah dengan cara jika
melakukan sesuatu yang banyak menimbulkan pergerakan pada pergelangan
tangan dianjurkan untuk berhenti sejenak setiap 15-20 menit dengan
melakukan stretching agar pergelangan tangan tidak terekspos terus-menerus.
Menjaga tangan tetap hangat karena tangan lebih mudah terasa sakit bila dalam
suhu dingin. Perbaiki postur tubuh karena potur tubuh yang salah dapat
menyebabkan posisi bahu sedikit kedepan sehingga pada posisi ini otot leher
dan bahu akan memendek dan menekan saraf-saraf leher yang dapat
mempengaruhi pergelangan tangan, jari da tangan.16

28
BAB IV
ANALISIS KASUS
Ny. H, 59 tahun, perempuan, mengeluh ± 1 bulan yang lalu pasien mengeluh
kebas pada tangan kanan sehingga menjalar ke ujung- ujung jari tangan kanan.
Keluhan timbul terutama saat pasien beraktivitas yang banyak menggunakan
tangan. Akibat keluhan tersebut, pasien mengaku sulit memegang barang karena
kekakuan pada jari-jari tangan kanan. Pasien minum obat anti nyeri yang dibeli di
warong, keluhan dirasakan sedikit berkurang. Pasien masih belum berobat. ± 5 hari
yang lalu pasien mengeluh rasa kebas dan kesemutan dirasakan semakin memberat
terutama pada ibu jari, telunjuk dan jari tengah pada tangan kanan. Pasien mengaku
bahwa kegiatan seharian terganggu dan keluhan tidak berkurang setelah istirahat.
Pasien kemudian berobat ke Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Mohammad Hoesin.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dari inspeksi didapatkan pada ekstremitas
superior didapatkan atrofi tenar pada tangan kanan dan pada tes provokasi yaitu tes
Phallen positif dan tes Tinnel positif.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan tes provokasi yang telah
dilakukan dapat ditegakan bahwa pasien menderita Carpal Tunnel Syndrome
Dextra karena pada kasus ini dirasakan kebas dan kesemutan cukup khas yaitu pada
distribusi nervus medianus setinggi pergelangan tangan. Terapi medikamentosa
yang diberikan adalah neurodex untuk vitamin neurotopik yang diminum satu kali
sehari jika perlu. Pada pasien ini dilakukan terapi ultra sound dan parafin di bagian
Rehabilitasi Medik RSMH Palembang. Pasien juga diberikan motivasi supaya
datang terapi secara rutin dan diedukasikan untuk bisa mengatasi dan mengurangi
keluhan kebas dan kesemutan di rumah dengan mengurangi penggunaan tangan
yang lama untuk kegiatan yang berlebihan seperti mengangkat berat dan lain-lain
dan juga untuk mengistirahatkan tangan pasien yang benar.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed,
JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-9.
2. Maurice Victor, Allan H. Ropper “ Disease of Spinal Cord, Peripheral
Nerve and Muscle”. Adams and Victors Principle’s of neurology. 7th ed.
USA: Mc Graw-Hill, 2011: 1433-4.
3. Kurniawan B, Jayanti S, Setyaningsih Y. Faktor risiko kejadian carpal
tunnel syndrome (cts) pada wanita pemetik melati di desa karangcengis,
purbalingga. Jurnal promosi kesehatan Indonesia. 2008;3(1). h.35
4. De krom NC, Krips child PG, Kesler AD, et al. Carpal Tunnel Syndrome:
prevalence in the general population. J.clin. 2002: 373-6.
5. Nigel L Ashworth.’ Carpal Tunnel Syndrome”. Benjamin M Socher. Access
on Medscape. 2013.
6. Krames Communication. Carpal Tunnel Syndrome. San Bruno: Krames
Comm;1994:1-7.
7. Astroshi I, Gummeneson C, Johnsson R, Ornstein E, Rosem I, 1999,
Prevalence of Carpal Tunnel Syndrome in a general population, JAMA,
282(2):153-158.
8. Tana, Lusyanawati. 2004. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen
di Jakarta. Puslitbang Pemberantasan Penyakit vol.32, no.2 ,2004. P:73-82.
9. Armstrong BS, Dale MA,Franzblau A,Evanoff BA, 2008, Risk Factor for
Carpal Tunnel Syndrome and Median Neuropathy in a Working
Population.JOEM;50 (12): 1355-1364.
10. Salawati L, Syahrul. Carpal tunnel syndrome. Aceh: Jurnal kedokteran
syiah kuala. 2014; 14(1). h.29-33
11. Salter RB. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal
system. 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins Co; 1993.p 274-5
12. Adams RD, Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology. 6th ed. New
york: Mc Graw-Hill; 2007.p 1358-9.
13. Weimer LH. Nerve and Muscle disease. In: Marshall RS, Mayer SA, ed. On
call neurology. Philadelphia.

30
14. Dejong RN. The Neurological Examination Revised by AF. Haerer, 5th ed,
JB Lippincott, Philadelphia, 1992; 557-9.
15. Walshe III. Manual of neurology therapeutics. 5th ed. Boston: little Brown
and co; 1995.p 381-2.
16. De krom NC, Krips child PG, Kesler AD, et al. Carpal Tunnel Syndrome:
prevalence in the general population. J.clin. 2002: 373-6.
17. Lo SL, Raskin K, Lester H, Lester B. Carpal tunnel syndrome: a historical
perspective. Hand Clin 2002; 18(2): 211-7.

31

Anda mungkin juga menyukai