Enterobiasis
Oleh:
Anerza Nurfitri, S.Ked
G1A216065
Pembimbing:
dr. Azwar Djauhari, M.Sc
1
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama / JK / Umur : An. A / perempuan / 4 tahun 6 bulan
Pendidikan : PAUD
Alamat : RT 02 Cempaka Putih
2
Rumah tampak depan Rumah tampak samping
3
Dapur Kamar mandi
4
a. Kondisi Lingkungan Keluarga dan Kebiasaan:
Pasien merupakan anak kelima dari lima bersaudara, tinggal bersama
ayah, ibu dan 1 kakaknya. Sumber penghasilan keluarga dari penghasilan
ayah yang berwiraswasta membakar batok. Menurut keterangan ibu pasien,
tidak ada masalah dalam keluarganya dan keharmonisan dalam keluarga
baik. Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk dan kurang sehat.
Anak sangat senang bermain dengan teman sebayanya di sekitar
rumah dan terkadang bermain tanah. Anak biasa makan 2 kali sehari, sering
makan jajanan yang dijual gerobak keliling yang lewat di depan rumah,
seperti bakso, tekwan, atau pempek ketika bermain. Setiap hendak makan,
anak jarang mencuci tangan dengan sabun. Ibu biasa memotong kuku anak
bila terlihat sudah panjang, anak biasa mandi 2 kali sehari.
5
V. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga
Riwayat dengan keluhan sama 1 tahun yang lalu
Riwayat ibu dengan keluhan sama 4 bulan yang lalu dan sekarang
Riwayat kakak yang tinggal serumah dengan keluhan yang sama 4
bulan yang lalu
VI. Riwayat Imunisasi
BCG : dilakukan 1 kali
Hepatitis : dilakukan 3 kali
Polio : dilakukan 4 kali
DTP : dilakukan 4 kali
Campak : dilakukan 1 kali
Ibu selalu membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi.
VII.Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Nadi : 82 x/menit
4. Pernafasan : 26 x/menit
5. Suhu : 36,7°C
6. Berat Badan : 12 kg
7. Tinggi Badan : 110 cm
8. Status Gizi :
BB/U : -3SD s/d -2SD (Gizi kurang)
TB/U : -2SD s/d +2SD (Normal)
BB/TB : -3SD s/d +-2SD (Kurus)
Pemeriksaan Organ
Kepala Bentuk : normocephal, simetris
Mata Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
6
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Telinga : Sekret (-), serumen (-)
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)
Thoraks; Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea midclavicularis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
7
Perianal : hiperemis (-), pruritus (-)
8
Menjelaskan pentingnya pemberian makanan bergizi beserta
manfaatnya terhadap status gizi dan kesehatan anak.
Menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kesehatan lingkungan di
antaranya dengan tiap hari membuka pintu dan jendela agar
pertukaran udara berjalan lancar, bila perlu menambah jendela dan
ventilasi sehingga pertukaran udara menjadi lebih baik, mencuci
sprei dan sarung bantal dua minggu sekali, tidak menggantung
pakaian terlalu banyak, mencuci alat makan menggunakan sabun dan
air yang bersih, menguras bak mandi 2-3 minggu sekali, serta
meningkatkan kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, memastikan alat-alat makan bersih sebelum
digunakan, memotong kuku anak 1-2 minggu sekali.
b. Preventif :
Menjaga kebersihan tubuh anak dengan mandi dua kali sehari.
Memotong kuku bila panjang, tidak menggigit-gigit kuku, dan
menjaga kebersihan kuku
Coba mengganti air minum dengan galon
Mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar
maupun kecil, setelah menggaruk dubur, dan setelah bermain di
luar
Memakai alas kaki saat keluar rumah.
Jangan bermain tanah atau di tempat kotor
Anak sebaiknya memakai celana panjang jika hendak tidur agar
alas kasur tidak terkontaminasi dan tangan tidak dapat
menggaruk daerah perianal.
Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan,
bila mungkin setiap hari
Pakaian dicuci bersih dan diganti setiap hari
Tidak makan makanan yang dijual dipinggir jalan yang
diragukan kebersihannya.
9
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Diet makanan yang bergizi dan seimbang sesuai kebutuhan anak
Farmakologi
Pirantel Pamoat tablet 125 mg diberikan 1 x 1 tablet
Vitamin B complex tablet diberikan 2 x 1 tablet
RESEP
Pro : An. A
Umur : 4 tahub 6 bulan
Alamat : RT 02 Cempaka Putih
10
Tradisional
Akar pepaya dihaluskan bersama bawang putih, setelah itu
tambahkan segelas air. Lalu didihkan di atas api sampai tinggal
setengan gelas. Anda bisa meminum obat ini 2 kali sehari, tiap
kali minum yaitu ¼ gelas. Selama anda meminum obat ini
sebaiknya anda mengurangi makan anda, anda bisa mencampur
obat ini dengan susu agar tidak terasa pahit saat diminum.
d. Rehabilitatif
Menjaga asupan makanan bergizi, bersih, dan sehat untuk
memperbaiki gizi anak.
Kontrol ulang ke puskesmas 3 hari kemudian untuk melihat apakah
keadaan membaik atau tidak.
Memberikan pengobatan cacingan juga untuk anggota keluarga yang
tinggal serumah dengan pasien.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
A. Enterobiasis
Enterobiasis (Infeksi Cacing Kremi) adalah suatu infeksi parasit yang
terutama menyerang anak-anak, dimana cacing Enterobius vermicularis tumbuh
dan berkembangbiak di dalam usus.
1. Etiologi
Penyebab penyakit Enterobiasis adalah Enterobius vermicularis atau
Oxyuris vermicularis yang berukuran 1 cm dan berwarna putih. Dalam sekali
bertelur cacing ini dapat menghasilkan 11.000 butir telur. Telurnya bebentuk
asimetris, eclipse pada satu sisi dan datar pada sisi lainnya dengan ukuran 30-
60 µm. Setelah melalui proses pematangan larva dapat bertahan hidup dalam
telur sampai 20 hari.
Infeksi cacing Enterobius vermicularis bisa terjadi melalui 2 cara yaitu,
yang pertama telur cacing berpindah dari daerah sekitar anus (perianal)
penderita kemudian pindah ke pakaian, sprei atau mainan, kemudian melalui
jari-jari tangan telur cacing pindah ke mulut dan akirnya tertelan. Kemudian
cara yang kedua dapat terhirup melalui udara kemudian tertelan.
3. Patogenesis
a. Telur berada di lipatan perianal. Telur ini memerlukan waktu 4-6 jam
untuk menjadi telur yang infektif
b. Telur tertelan manusia, misal menggaruk anus lalu menggunakannya
untuk makan tanpa cuci tangan
c. Sesampainya di duodenum telur ini menetas dan menjadi larva
rhabditiformis dan berkembang menjadi cacing dewasa
d. Cacing dewasa akan menuju jejunum, coecum dan kolon
e. Cacing betina akan bermigrasi ke daerah perineum/perianal untuk
bertelur lalu mati setelah bertelur. Cacing jantan mati setelah kopulasi.
Motilitas cacing betina saat bertelur di anus, dapat menyebabkan gatal-
gatal di anus. Jika telur menetas di anus, larva akan masuk ke kolon lagi
(retrofeksi). Telur enterobius vermicularis biasa menempel di manapun,
di lantai, meja, kursi dan mudah diterbangkan bersama debu dan
menginfeksi orang yang menghisap debu ini (infeksi inhalasi).
b. Diagnosis banding
Pruritus ani merupakan gejala enterobiasis yang menonjol, yang juga
dijumpai pada hampir semua kelainan kulit, misalnya psoriasis dan dermatitis
atopik. Reaksi alergi, misalnya dermatitis kontak yang disebabkan oleh bahan
obat bius yang dioleskan di kulit, berbagai jenis salep atau bahan kimia dalam
sabun. Infestasi parasit seperi cacing kremi dan skabies atau pedikulosis.
Selain itu, penyakit-penyakit, seperti kencing manis atau penyakit hati,
kelainan anus (misalnya tanda di kulit atau skin tags, kriptitis, pengeringan
fistula) dan kanker (contohnya penyakit Bowen).
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan
pemeriksaan laboratorium yaitu dengan Anal Swab. Pemeriksaan Anal swab
dilkukan untuk menemukan telur atau cacing dewasa di daerah perianal di
dalam tinja. Pemeriksaan Anal swab dilakukan pada waktu pagi hari sebelum
anak buang air besar dan mencuci pantat (cebok).
Anal Swab adalah suatu alat dari batang gelas atau spatel lidah yang pada
ujungnya dilekatkan pita perekat atau Scoth adhesive tape. Bila adhesive tape
ini ditempelkan di daerah sekitar anus (perianal), telur cacing akan menempel
pada perekatnya. Kemudian adhesive tape diratakan pada kaca benda dan
dibubuhi sedikit toluol untuk pemeriksaan mikroskopik. Satu tes tidak selalu
17
cukup untuk berhasil mendiagnosa enterobiasis dan lebih dari satu mungkin
harus dilakukan. Sebuah tes ulang dilakukan setiap hari selama tiga hari
berturut-turut akan mendiagnosis enterobiasis lebih dari 90% dari waktu.
7. Pencegahan
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk pencegahan atau
mengendalikan infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis) antara lain :
a. Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
b. Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
c. Mencuci sprei minimal 2 kali seminggu
d. Membersihkan kamar mandi atau jamban setiap hari
e. Sebaiknya pakaian dicuci bersih dan diganti setiap hari
f. Makanan hendaknya dihindarkan dari debu dan tangan yang mengandung
parasit
8. Pengobatan
a. Perawatan umum
1) Pengobatan sebaiknya dilakukan juga terhadap keluarga serumah
atau yang sering berhubungan dengan pasien
2) Kesehatan pribadi perlu diperhatikan terutama kuku, jari-jari dan
pakaiain tidur
3) Toilet sebaiknya dibersihkan dan disiram dengan desinfektan, bila
mungkin setiap hari
b. Pengobatan spesifik
1) Mebendazole; Pemberian mebendazole dengan dosis tunggal 500 mg,
diulang setelah 2 minggu. Kerjanya merusak subseluler dan menghambat
sekresi asetilkolinesterase cacing, menghambat ambilan glukosa.
Absorpsi oral buruk, ekskresi terutama lewat urin dalam dalam bentuk
utuh.
2) Albendazole; Albendazole diberikan dosis tunggal 400 mg diulang
setelah 2 minggu.
18
3) Piperazin sitrat; Piperazin sitrat diberikan dengan dosis 2 x 1 g/hari
selama 7 hari berturut-turut dapat diulang dengan interval 7 hari.
Kerjanya menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin
sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik
usus. Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine.
4) Pirvium pamoat; Obat ini diberikan dengan dosis 5 mg/kg berat badan
(maksimum 0,25 g) dan diulangi 2 minggu kemudian. Obat ini dapat
menyebabkan rasa mual, muntah dan warna tinja menjadi merah.
Bersama mebendazole efektif terhadap semua stadium cacing Enterobius
vermicularis.
5) Pirantel pamoat; Pirantel pamoat diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat
badan sebagai dosis tunggal dan maksimum 1 gram. Kerjanya
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi
impuls, menghambat enzim kolinesterase. Absorpsi melalui usus tidak
baik, ekskresi sebagian besar bersama tinja, <15% lewat urine.
9. Prognosis
Infeksi cacing ini biasanya tidak begitu berat, dan dengan pemberian obat-obat
yang efektif maka komplikasi dapat dihindari. Pengobatan yang secara periodik
akan memberikan prognosis yang baik. Yang sering menimbulkan masalah adalah
infeksi intra familiar, apalagi dengan keadaan higienik yang buruk. Baik dan
biasanya tidak menimbulkan bahaya, terutama dengan pengobatan yang baik.
Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan pencegahan auto atau hetero-
infection kembali.
10. Epidemiologi
Penyebaran dan penularan penyakit cacing kremi (enterobiasis) terutama
terjadi pada suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup di dalam suatu
lingkungan yang sama (asrama, rumah piatu). Di berbagai rumah tangga dengan
beberapa anggota keluarga yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat
ditemukan (92%) di lantai, meja, kursi, buffet, tempat duduk kakus (toilet seats),
19
bak mandi, alas kasur dan pakaian. Kelompok usia yang rentan terinfeksi
Enteobius vermicularis adalah kelompok usia 5-9 tahun (anak-anak).
11. Kompilkasi
Bila jumlah cacing dewasa cukup banyak akan dapat menyebabkan
apendisitis. Cacing dewasa pada wanita dapat bermigrasi ke dalam vagina, uterus
dan tuba falopi, dan dapat menyebabkan peradangan di daerah tersebut.
- Salpingitis (peradangan saluran indung telur).
- Vaginitis (peradangan vagina).
- Infeksi ulang.
20
BAB III
ANALISIS KASUS
Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini:
Kuku yang panjang dan kotor dapat menjadi media bagi telur cacing untuk
masuk ke dalam tubuh anak. Sebelum makan anak juga jarang mencuci
tangannya terlebih dahulu dengan sabun. Jadi, cacing dapat masuk dengan
mudah melalui makanan yang masuk ke mulut. Kemudian cacing akan
berkembang di dalam tubuhnya.
Kebersihan diri, rumah, lingkungan, dan makanan yang kurang terjaga
yang mungkin sudah tercemar telur cacing.
Lingkungan rumah yang padat dan kumuh akan meningkatkan risiko
terjadinya penularan diantara penduduk setempat.
Lokasi sumur yang bersebelahan dengan jamban meningkatkan risiko
tercemarnya sumur oleh feses yang mungkin mengandung telur cacing,
apalagi keluarga pasien minum dengan air sumur tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
24