Anda di halaman 1dari 7

SURAT PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 (JUDICIAL REVIEW)


DI MAHKAMAH KONSTITUSI
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 10110

Jambi, 19 September 2018

Nomor : 05/Tim 03/HakimAd Hoc/IV/2018

Perihal : Perbaikan Permohonan Pengujian Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Nomor


32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
terhadap Pasal 18 B Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945

Lampiran : 1 (satu) berkas

Kepada Yth.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

Di

Jakarta

Dengan Hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Yogi Sefpra Putra

Tempat/tgl Lahir : Padang, 21 September 1998

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Padang Pariaman, RT.04, Kel. Batu Sangkar, padang

Selanjutnya bertindak sebagai--------------------------- Pemohon I

2. Nama : Yuni Kartika

Tempat/tgl Lahir : Sungai Itik, 01 September 1998

Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Temenggung, RT. 008, kel. Sungai Itik, Kec. Sadu

Selanjutnya bertindak sebagai ----------------------- Pemohon II

3. Nama : Putri Dwi Juliani

Tempat/tgl Lahir : Mukai Mudik, 12 Maret 1998

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Siulak Deras, RT.09, Kec. Gunung Kerinci

Selanjutnya bertindak sebagai ----------------------- Pemohon III

Bahwa dalam hal ini para pemohon dapat bertindak secara sendiri-sendiri dan/atau
secara bersama-sama, yang selanjutnya memilih Alamat Jl. Perumahan Pinang
Merah, Blok E 4, No. 114, RT. 16, Kel. Bagan Pete, Kec. Kota Baru, Jambi. Kode
Pos. 36129. HP.081291472774 sebagai domisili hukum para Pemohon.

I. PERSYARATAN FORMIL PENGAJUAN PERMOHONAN

A.
KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Perubahan UUD NRI 1945 telah menciptakan sebuah lembaga baru yang berfungsi untuk
mengawal konstitusi, yaitu Mahkamah Konstitusi, selanjutnya disebut “MK”,
sebagaimana tertuang dalam Pasal 7B, Pasal 24 Ayat (1) dan Ayat (2), serta Pasal 24C
UUD NRI 1945, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5266)
2. Bahwa salah satu kewenangan yang dimiliki oleh MK adalah melakukan pengujian
undang-undang terhadap konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 24C Ayat (1) UUD
NRI 1945 yang berbunyi:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar...”

3. Selanjutnya, Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK menyatakan:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, ....”

Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5076)

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”

4. Bahwa mengacu kepada ketentuan tersebut di atas, MK berwenang untuk melakukan


pengujian konstitusionalitas suatu undang-undang terhadap UUD NRI 1945.

5. Dalam hal ini, PARA PEMOHON memohon agar Mahkamah Konstitusi melakukan
pengujian terhadap UU Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu Pasal 69
Ayat 2 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

B.
KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON

6. Dimilikinya kedudukan hukum/legal standing merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh
setiap pemohon untuk mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD
NRI 1945 kepada Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur di dalam Pasal 51 ayat (1)
Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi :
“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau Hak
Konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia;
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum publik atau privat; atau
d. lembaga negara.”

Penjelasan Pasal 51 ayat (1) UU MK:


“Yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur
dalam UUD NRI 1945.”

7. Berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU MK tersebut, terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi untuk menguji apakah Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
standing) dalam perkara pengujian undang-undang, yaitu :
(i) terpenuhinya kualifikasi untuk bertindak sebagai pemohon, dan
(ii) adanya hak dan/atau Hak Konstitusional dari Para Pemohon yang dirugikan
dengan berlakunya suatu undang-undang.

8. Bahwa oleh karena itu, Para Pemohon menguraikan kedudukan hukum (Legal Standing)
Para Pemohon dalam mengajukan permohonan dalam perkara a quo, sebagai berikut:

Pertama, Kualifikasi sebagai Para Pemohon. Bahwa kualifikasi Pemohon I sampai dengan
Pemohon III adalah sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum adat .

Kedua, Kerugian Konstitusional Para Pemohon. Mengenai parameter kerugian


konstitusional, MK telah memberikan pengertian dan batasan tentang
kerugian konstitusional yang timbul karena berlakunya suatu undang-
undang harus memenuhi 5 (lima) syarat sebagaimana Putusan MK Perkara
Nomor 006/PUU-III/2005 dan Perkara Nomor 011/PUU-V/2007, yaitu sebagai
berikut:
a. adanya hak dan/atau kewenangan Konstitusional pemohon yang diberikan
oleh UUD NRI 1945;
b. bahwa hak dan/atau kewenangan Konstitusional pemohon tersebut dianggap
oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji;
c. bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan Konstitusional pemohon yang
dimaksud bersifat spesifik (khusus) dan aktual atau setidaknya bersifat
potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi;
d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara kerugian dan
berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian;
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka
kerugian dan/atau kewenangan Konstitusional yang didalilkan tidak akan
atau tidak lagi terjadi.

9. Bahwa Pemohon I sampai dengan Pemohon III sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum
Adat, secara konstitusional telah dirugikan pemenuhan Hak Konstitusionalnya
untuk menjunjung tinggi dan menaati hukum yang dipositifkan di dalam Undang-
Undang tersebut, oleh karena :
a. Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup mengurangi hak konstitusional Pemohon I sampai dengan Pemohon III
mengenai pengecualian bagi Masyarakat Adat untuk membuka lahan dengan cara
membakar.

b. Pada prinsip perlindungan Masyarakat Adat dengan membuka ladang secara


tradisional diakui oleh konstitusi Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945: “Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”
Pengakuan tersebut diatas semakin dipertegas dalam Pasal 28I ayat (3) UUD 1945:
“Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman.” Oleh karena itu membuka lahan dengan cara membakar bagi
Masyarakat Adat adalah menjalankan hak-hak tradisionalnya sebagaimana diatur
dalam konstitusi.

10. Bahwa hak Konstitusional Para Pemohon tersebut telah sangat dirugikan dengan
berlakunya Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Kerugian tersebut bersifat spesifik dan potensial yang berdasarkan penalaran yang wajar
dipastikan akan terjadi, serta mempunyai hubungan kausal pegecualian dengan
berlakunya Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup . Oleh karena itu, dengan dikabulkannya permohonan ini oleh
Mahkamah Konstitusi sebagai the sole interpreter of the constitution dan pengawal
konstitusi maka kerugian Hak Konstitusional Para Pemohon tidak akan terjadi lagi.
11. Bahwa dengan demikian, Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal
standing) sebagai pemohon pengujian undang-undang dalam perkara tersebut
karena telah memenuhi ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah
Konstitusi beserta Penjelasannya dan 5 (lima) syarat kerugian hak konstitusional
sebagaimana pendapat Mahkamah selama ini yang telah menjadi yurisprudensi dan Pasal
3 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/PMK/2005.

ALASAN-ALASAN PERMOHONAN PENGUJIAN Undang-Undang Perlindungan


Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

C.
PASAL 69 AYAT (2) Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup BERTENTANGAN DENGAN Pasal 18 B ayat (2)UUD NRI 1945 YANG
MENJAMIN HAK KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON UNTUK MEMAJUKAN
DIRI DALAM MEMPERJUANGKAN HAK SECARA KOLEKTIF

12. Bahwa Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup berbunyi:
Pasal 69
(1) Setiap orang dilarang :
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundangundangan ke dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak
informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
(2). Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan
dengan sungguh-sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing.

II. PETITUM
Berdasarkan seluruh uraian di atas dan bukti-bukti terlampir, jelas bahwa di dalam
permohonon uji materil ini terbukti bahwa Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup merugikan Hak Konstitusional Para Pemohon yang dilindungi
(protected), dihormati (respected), dimajukan (promoted), dan dijamin (guaranted) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, diharapkan dengan
dikabulkannya permohonan ini dapat mengembalikan Hak Konstitusional Para Pemohon
sesuai dengan amanat Konstitusi.
Dengan demikian, Para Pemohon mohon kepada Majelis Hakim Konstitusi yang
mulia berkenan memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Pasal 69 ayat (2) huruf h Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar 1945
3. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya;
4. Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon Putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

III. PENUTUP
Demikian Permohonan Uji Materil (Judicial Review) ini kami sampaikan, atas
perhatian dan kearifan Majelis Hakim yang mulia kami sampaikan terima kasih. Dan sebagai
kelengkapan permohonan ini, Kami lampirkan bukti-bukti dan daftar sementara saksi dan
ahli.

Hormat kami,
Pemohon I Pemohon II Pemohon III

Yogi Sefpra Putra Yuni Kartika Putri Dwi Juliani


Nim : B10016017 Nim : B10016113 Nim : B10016118

Anda mungkin juga menyukai