Anda di halaman 1dari 13

SURAT PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 (JUDICIAL REVIEW)


DI MAHKAMAH KONSTITUSI
Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 10110

Pagar Alam ,18 desember 2021

Perihal : Perbaikan Permohonan Pengujian Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup terhadap Pasal 18 B Ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lampiran : 1 (satu) berkas

Kepada Yang Terhormat,

KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

Jl. Medan Merdeka Barat No. 6 Jakarta Pusat 10110

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yusi Afriani

Tempat/tgl Lahir : Pagar Alam , 21 September 2000

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Pagar Alam, RT.04, Kel. Muara payang, pagar alam

1
Selanjutnya bertindak sebagai Pemohon

Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 18 november 2021 memberi kuasa


kepada Agustina Simanjuntak S.H, Alamat Jl. Perumahan Pinang Merah, Blok E 4, No.
114, RT. 16, Kel. Muara payang. Kota pagar alam, . Kode Pos. 36129. HP.081291472774
sebagai domisili hukum para Pemohon.dengan ini mengajukan permohonan pengujian
undang-undang perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup terhadap undang –undang
dasar negara republik indonesia tahun 1945

Sebelum melanjutkan pada uraian permohonan beserta alasan-alasanya para pemohon


terlebih dahulu menguraikan kewewenangan mahkamah konsitusi dan kedudukan hukum
( legal standing ) pemohon sebagai berikut :

1.PERSYARATAN FORMIL PERMOHONAN PENGAJUAN

A. KEWEWENANGAN MAHKAMAH KONSITUSI

1. Perubahan UUD NRI 1945 telah menciptakan sebuah lembaga baru yang berfungsi untuk
mengawal konstitusi, yaitu Mahkamah Konstitusi, selanjutnya disebut “MK”,
sebagaimana tertuang dalam Pasal 7B, Pasal 24 Ayat (1) dan Ayat (2), serta Pasal 24C
UUD NRI 1945, yang diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5266)

2. Mahkamah Konstitus merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman yang meiniliki
peran penting guna mengawal dan menegakkan konstitusi beadasarkan kewenangan dan
kewajiban sebagaimana ditentukan o1eh peraturan perundangundangan. Apabila undang-
undang yang dibentuk bertentangan dengan Konstitusi atau Undang-undang Dasar Tahun
1945, Mahkamah Konstitusi dapat meinbatalkan undang-undang tersebut secara
menyeluruh atau sebagian perpasalnya. Seiain itu, MahKamah Konstitusijuga beMenang
memberikan

2
3. Bahwa salah satu kewenangan yang dimiliki oleh MK adalah melakukan pengujian
undang-undang terhadap konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 24C Ayat (1) UUD
NRI 1945 yang berbunyi:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar...”

4. Selanjutnya, Pasal 10 ayat (1) huruf a UU MK menyatakan:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, ....”

Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5076)

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir


yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945”

5. Bahwa mengacu kepada ketentuan tersebut di atas, MK berwenang untuk melakukan


pengujian konstitusionalitas suatu undang-undang terhadap UUD NRI 1945.

6. Dalam hal ini, PEMOHON memohon agar Mahkamah Konstitusi melakukan pengujian
terhadap UU Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu Pasal 69 Ayat 2
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

3
II. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) DAN KEPENTINGAN
KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON

II.1. Kedudukan Hukum Para Pemohon


1.Dimilikinya kedudukan hukum/legal standing merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh
setiap pemohon untuk mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD
NRI 1945 kepada Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur di dalam Pasal 51 ayat (1)
Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi :
“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau Hak Konstitusionalnya
dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;
c. badan hukum publik atau privat atau
d. lembaga negara.
Selanjutnya Penjelasan Pasal 51 ayat (1) UU MK menyatakan :
“Yang dimaksud dengan “hak konstitusional” adalah hak-hak yang diatur
dalam Undang –undang negara republik indonesia 1945.”

2.Berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU MK tersebut, terdapat dua syarat yang harus
dipenuhi untuk menguji apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) dalam
perkara pengujian undang-undang, yaitu :
(i) terpenuhinya kualifikasi untuk bertindak sebagai pemohon, dan
(ii) adanya hak dan/atau Hak Konstitusional dari Pemohon yang dirugikan dengan
berlakunya suatu undang-undang.

3.Bahwa oleh karena itu, Pemohon menguraikan kedudukan hukum (Legal Standing)
Pemohon dalam mengajukan permohonan dalam perkara a quo, sebagai berikut:

Pertama, Kualifikasi sebagai Pemohon. Bahwa kualifikasi Pemohon adalah sebagai warga
negara indonesia ,berdasarkan pasal 51 ayat (1) huruf a Undang –undang
mahkamah konsitusi , perorangan warga negara indonesia dan badan hukum

4
dapat mengajukan permohonan pengujian Undang –undang terhadap Undang-
undang Dasar 1945 .

Kedua ,Kerugian Konstitusional Pemohon. Mengenai parameter kerugian konstitusional,


MK telah memberikan pengertian dan batasan tentang kerugian konstitusional
yang timbul karena berlakunya suatu undang-undang harus memenuhi 5 (lima)
syarat sebagaimana Putusan MK Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 dan Perkara
Nomor 011/PUU-V/2007, yaitu sebagai berikut:
a. adanya hak dan/atau kewenangan Konstitusional
pemohon yang diberikan oleh UUD NRI 1945
b. bahwa hak dan/atau kewenangan Konstitusional
pemohon tersebut dianggap oleh Pemohon telah dirugikan oleh suatu
Undang-Undang yang diuji
c. bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan
Konstitusional pemohon yang dimaksud bersifat spesifik (khusus) dan aktual
atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat
dipastikan akan terjadi
d. adanya hubungan sebab akibat (causal verband)
antara kerugian dan berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian;
e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya
permohonan maka kerugian dan/atau kewenangan Konstitusional yang
didalilkan tidak akan
atau tidak lagi terjadi.

II.2 Kerugian Konstitusional Pemohon

1.Bahwa Pemohon sebagai warga negara indonesia, secara konstitusional telah dirugikan

pemenuhan Hak Konstitusionalnya untuk menjunjung tinggi dan menaati hukum yang

dipositifkan di dalam Undang-Undang tersebut, oleh karena :

a. Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup mengurangi hak konstitusional Pemohon mengenai pengecualian bagi

Masyarakat Adat untuk membuka lahan dengan cara membakar.

5
b. Pada prinsip perlindungan Masyarakat Adat dengan membuka ladang secara

tradisional diakui oleh konstitusi Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945: “Negara mengakui

dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat

dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”

Pengakuan tersebut diatas semakin dipertegas dalam Pasal 28I ayat (3) UUD 1945:

“Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan

perkembangan zaman.” Oleh karena itu membuka lahan dengan cara membakar bagi

Masyarakat Adat adalah menjalankan hak-hak tradisionalnya sebagaimana diatur

dalam konstitusi, dan juga ketentuan pasal 18Aayat (2) ini dimaksudkan agar

pengelenggara pemerintah daerah tetap menjamin adanya prinsip keadilan dan

keselarasan.

2.Bahwa hak Konstitusional Pemohon tersebut telah sangat dirugikan dengan

berlakunya Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kerugian tersebut bersifat spesifik dan potensial yang berdasarkan penalaran yang wajar

dipastikan akan terjadi, serta mempunyai hubungan pegecualian dengan berlakunya Pasal

69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga

berdasarkan undang –undang pasal 69 ayat 1huruf h tentang kehutanan dengan sanksi di

pidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun da paling lama 10 (tahun) dan denda

paling sedikit Rp,3000,000,000,00 ( tiga miliyar rupiah) Oleh karena itu pihak masyarakat

adat merasa sangat dirugikan terutama dalam masalah finansial ekonomi dan kebutuhan

hidup, dengan dikabulkannya permohonan untuk pengecualian masyarakat adat untuk

membuka lahan dengan cara tradisional ini oleh Mahkamah Konstitusi sebagai the sole

interpreter of the constitution dan pengawal konstitusi maka kerugian Hak Konstitusional

Pemohon tidak akan terjadi lagi.

6
3. Bahwasanya dalam hal ini pemohon berada di daerah adat yang masih menjunjung tinggi

tradisi yang berkembang di daerah pagar alam itu sendiri dan apabila dalam undang

-undang perlindungan dan pengelolaan lingkuan hidup tersebut menyebutkan adanya

sanksi denda serta pidana maka itu akan memberatkan bagi para masyarakat adat itu

sendiri dan juga alasan pembukaan lahan secara tradisional tersebut bukanlah bertujuan

untuk merusak alam dan mencemarkanya karena pada dasarnya di daerah pagar alam

sendiri hal tersebut sudah berlangsung sejak lama dan belum menimbulkan kerusakan

karena daerah yang dibuka lahan dengan cara tradisional tersebut masih tetap dilakukan

reboisasi dan didaerah setempat juga merupakan Lahan tanah yang subur

4. Pemohon mengajukan surat pengajuan Pengujian undang-undang Tersebut karena terdapat

keresahan pada masyarakat setempat terutama didaerah pagar alam itu sendiri karena

masyarakat setempat banyak yang berprofesi sebagai petani yang menggantungkan

hidup dari hasil pertanian, oleh karena itu dalam hal ini masyarakat setempat perlu untuk

memperluas lahan untul meningkatkan produktifitas ekonomi dan pemasukan daerah

setempat

5. Pemohon juga menjelaskan bahwa dalam pembukaan lahan dengan cara tradisional ini

masyarakat juga tetap memperhatikan lingkungan alam dan tetap melestarikan fauna dan

faula yang ada di daerah tersebut sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, dan para

masyarak adat juga memastikan dalam pembukaan lahan tersebut tidak mengganggu

kehidupan hewan yang didalamnya, karena bagi masyarakat hukum adat setempat

khususnya di daerah pagar alam hewan yang ada di hutan masih menyimpan aura mistik

sehingga hewan tersebut seperti di keramatkan, oleh sebab itu pemohon mengajukan surat

pengajuan undang –undang pengelolahan dan perlindungan lingkungan hidup ntuk

memberi keringan bagi masyaratak hukum adat terutama yang ada di daerah pagar alam

7
untuk bisa membuka lahan secara tradisional dan tetap mempertahan kan kelestarian alam

tersebut

6. Pemohon beranggapan bahwa ketentuan yang diuji materil Pemohon tersebut merugikan

atau berpotensi merugikan hak konstitusi Pemohon yaitu hak untuk menunjuk Kuasa,

didampingi atau diwakili oleh Kusa Hukum yang bebas, dan benanggungjawab dalam

meIaksanakan kuasa Pemohon sesuaidengan peraturan . Timbulnya kerugian atau potensi

kerugian Pemohon tersebut diakibatkan adanya kewenangan mutlak dari undang-undang

perlindungan dan pengelolahan lingkungan tentang pembukaan lahan dengan cara

membakar untuk menentukan persyaratan serta petaksanaan hak dan kewajiban

7. Bahwa dalam mencari keadilan dalam pelaksanaan hukum , Pemohon berhak menunjuk

Kuasa untuk mendampingi, memberi nasehat dan/atau mewakili Pemohon sebgai kesatuan

warga hukum adat sementara Kuasa Hukum.

8. Bahwa dengan demikian, Para Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing)

sebagai pemohon pengujian undang-undang dalam perkara tersebut karena telah

memenuhi ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi beserta

Penjelasannya dan 5 (lima) syarat kerugian hak konstitusional sebagaimana pendapat

Mahkamah selama ini yang telah menjadi yurisprudensi dan Pasal 3 Peraturan Mahkamah

Konstitusi Nomor 06/PMK/2005.

ALASAN-ALASAN PERMOHONAN PENGUJIAN Undang-Undang Perlindungan

Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

C.

8
PASAL 69 AYAT (2) Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup BERTENTANGAN DENGAN Pasal 18 B ayat (2)UUD NRI 1945 YANG

MENJAMIN HAK KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON UNTUK MEMAJUKAN

DIRI DALAM MEMPERJUANGKAN HAK SECARA KOLEKTIF

1. Bahwa Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup berbunyi:

Pasal 69

(1) Setiap orang dilarang :

a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup

b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundangundangan ke dalam

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia

d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

e. membuang limbah ke media lingkungan hidup

f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup

g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan

h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar

i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal dan/atau

j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak

informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.

9
(2). Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan

dengan sungguh-sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing.

(3). Bahwa ada beberapa alasan mendasar mengapa pengujian ini dilakukan karena

persyaratan keberadan masyarakat adat tersebut di akui oleh undang-undang dengan

memenuhi 4 syarat yang tercancum dalam passal 18B ayat (2) UUD1945: sepanjang

masih hidup, sesuai dengan perkembangan masyarakat, prinsip persatuan negara republik

indonesia , dan diatur dalam undang-undang , masyarakat hukum adat adalah

sekelompok orang yang hidup secara turun temurun yang memiliki asal-usul leluhur dan

kesamaan tempat tinggal ,identitas budaya ,hukum adat, hubungan yang kuat dengan

tanah dan lingkungan hidup serta menjunjung tinggi nilai leluhur yang ada

Dalam pembukaan lahan secara tradisional ini masyarakat hanya ingin meningkatkan

produktifitas masyarakat, tanpa merusak alam itu sendiri karena masyarakat menjunjung

tingggi nilai leluhur yang ada

(4) bahwasanya masyarakat adat dalam kepentingan pengurusan kepentingan adat

tersebut mengelolah hak-hak dan harta kekayaan adat untuk meningkatkan kemajuan dan

taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik

(5) bahwasanya tidak ada kepastian hukum tertulis yang menyatakan apa hak tanah

dalam masyarakat adat itu sendiri sehinnga ruang gerak dalam masyarakat adat terbatasi

oleh undang-undang tersebut ,masyarakat adat hanya mengadopsi peraturan turun

temurun dari leluhur mereka dan mereka berkeyakinan bahwa apabila peraturan adat di

langgar maka akan terkena musibah dan hal dalam pembukkaan lahansecara tradisional

ini sudah berlangsung secara turun temurun dan masih tetap melestarikan tanah leluhur

tanpa merusak alam dan kehidupan hewan di dalamnya

(6)bahwasanya apabila pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan juga berdasarkan undang –undang pasal 69 ayat

10
1huruf h tentang kehutanan dengan sanksi di pidana dengan pidana penjara paling

singkat 3 tahun da paling lama 10 (tahun) dan denda paling sedikit Rp,3000,000,000,00 (

tiga miliyar rupiah) diterapkan dalam masyarakat adat maka masyarakat adat merasa

sangat dirugikan terutama dalam masalah finansial ekonomi dan kebutuhan hidup .

I. PETITUM

Berdasarkan seluruh uraian di atas dan bukti-bukti terlampir, jelas bahwa di dalam

permohonon uji materil ini terbukti bahwa Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup merugikan Hak Konstitusional Para Pemohon yang dilindungi

(protected), dihormati (respected), dimajukan (promoted), dan dijamin (guaranted) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, diharapkan dengan

dikabulkannya permohonan ini dapat mengembalikan Hak Konstitusional Para Pemohon

sesuai dengan amanat Konstitusi.

Dengan demikian, Para Pemohon mohon kepada Majelis Hakim Konstitusi yang

mulia berkenan memberikan putusan sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Pasal 69 ayat (2) huruf h Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertentangan dengan Undang-Undang

Dasar 1945

3. Memerintahkan untuk memuat putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia

sebagaimana mestinya

4. Apabila Mahkamah berpendapat lain mohon Putusan seadil-adilnya (ex aequo et bono).

11
II. PENUTUP

Beadasarkan alasan-alasan hukum dan Konstitusionalitas yang telah diuraikan tersebut

diatas, maka pemohon dalam memohon agar Maielis Hakim Mahkamah Konstitusi dapat

mengabulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengabulkan seluruh permohonan pengujian undang-undang

2. PemohonMemerintahkan amar putusan Maielis Hakim Mahkamah Konstitusi

RepublikIndonesia yang mengabulkan permohonan pengujian Perbaikan Permohonan

Pengujian Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap Pasal 18 B Ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

3. Pemohon meminta pengecualian keringan terhadap pembukaan lahan secara

tradisional terhadap kesatuan masyarakat hukum adat yang tetap memenuhi syarat

ketentuan undang-undang perlindungan lingkungan hidup guna tetap menjalankan

tradisi hukum adat dalam masyarakat

Demikian Permohonan Uji Materil (Judicial Review) ini kami sampaikan, atas

perhatian dan kearifan Majelis Hakim yang mulia kami sampaikan terima kasih. Dan sebagai

kelengkapan permohonan ini, Kami lampirkan bukti-bukti dan daftar sementara saksi dan ahli

Hormat kami
Kuasa Pemohon

Agustina simanjuntak S.H.

12
13

Anda mungkin juga menyukai