Anda di halaman 1dari 25

Masalah

Aktuil dalam
Hukum Orang
dan Keluarga

Tim Pengajar Hukum Perdata


FHUI
Beberapa masalah aktuil dalam Hukum
Orang dan Keluarga

Surrogate Mother
Surrogate
Mother
Definisi

– Blacks Law Dictionary : A woman who carries a


child to term on behalf of another woman and
then assigns her parental rights to that woman
and the father
KASUS BAYI MANJI (India, 2007)
– Pasangan jepang, ikufuni (suami) dan yuki yamada (istri) melakukan perjalanan
ke Indoa untuk memperoleh anak melalui praktik surrogate mother. Dengan
menciptakan embrio dari sel sperma Ikufumi dan sel telur yang disumbangkan
dari pendonor wanita India. Embrio ini kemudian ditanamkan ke rahim Mehta
(Ibu pengganti)
– Sebulan sebelum kelahiran Manji, Yamada dan Yuki bercerai. Yamada ingin
membesarkan anak tersebut, tapi Yuki tidak mau dengan alasan anak tersebut
tida memiliki hubungan dengannya baik secara genetika maupun secara hukum
KASUS BAYI MANJI (India, 2007)
– Menurut ketentuan perjanjian, tanggung jawab pendonor sel telur berakhir
setelah ia memberikan telurnya, dan tanggung jawab ibu pengganti berakhir
setelah bayi lahir.
– Tidak satu pun dari Ibu tersebut dapat bertanggungjawab secara hukum kepada
Bayi Manji.
Perkawinan
– Perkawinan
– Syarat sah perkawinan
– Akibat Perkawinan
– Akibat perkawinan terhadap suami dan isteri
– Akibat perkawinan terhadap harta benda
– Akibat perkawinan terhadap anak
Anak
– Orang tua mempunyai kewajiban untuk memelihara dan mendidik anak;
– UU No. 4/1979 tentang Kesejahteraan Anak : Anak adalah seseorang
yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah;
– UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak : Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan;
– KUH Perdata : Anak Sah vs Anak Luar Kawin
Peraturan perundang-undangan
terkait
– UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Peraturan Pelaksana terkait
– Peraturan Menteri Kesehatan No. 73/Menkes/Per/II/1999 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi Buatan
– SK Dirjen Medik Depkes RI tahun 2000 tentang Pedoman
Pelaksanaan Bayi Tabung di RS
– Peraturan Pemerintah Nomor 61/2014 tentang Kesehatan
Reproduksi
Pelarangan Surrogacy
– Hukum Positif di Indonesia melarang praktik surrogacy dalam bentuk apapun
– Dapat dikenakan tindakan administrative berupa peringatan sampai pencabutan
ijin pemyelenggaraan pelayanan teknologi reproduksi buatan
– Belum terdapat sanksi pidana terhadap para pelaku yang terlibat
Alas Hukum

Perjanjian
sewa
(Ps. 1548)
Pinjam
meminjam
(Ps. 1754)
Hukum
Perkawinan
Indonesia
bagi
Transeksual
Tim Pengajar Hukum
Keperdataan FHUI
– 29 Desember 2006 : permohonan penggantian jenis kelamin diatur
melalui Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
– Permohonan penggantian jenis kelamin bisa diajukan kepada
pengadilan negeri setempat.
– Pengubahan jenis kelamin menurut undang-undang termasuk
dalam kategori pencatatan peristiwa penting.
Peraturan Perundang-undangan terkait
– Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
191/MENKES/SK/III/1989 tentang Penunjukkan Rumah Sakit
sebagai Tempat dan Pelaksanaan Operasi Penyesuaian Kelamin;
– Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
– Undang-Undang Nomor Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan;
– Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.
– Fatwa MUI No. 3/MUNASVII/MUI/2010 tentang perubahan dan
penyempurnaan Alat Kelamin.
Putusan Pengadilan terkait
– Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Barat
No. 546/PDT.P/1973  permohonan dari Iwan
Rubianto Iskandar seorang laki-laki yang telah
melakukan operasi penggantian kelamin di Singapura
untuk ditetapkan di depan hukum sebagai seorang
perempuan.
– Putusan Pengadilan Negeri Surabaya 26/PDT/1985 
permohonan dari Boedi Wibiwo menjadi Linda
Wibiwo
Putusan Pengadilan terkait

– Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor


569/PDT.P/1989 PN JKT. PST
– Diperlukannya penegasan atas status hukum seseorang apakah
pria/wanita.
– Ketetapan hakim bersifat deklaratoir, bukan konstitutif.
Asas Perkawinan dalam UU No. 1/1974
– Unsur agama dan kepercayaan
– Tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga yang kekal
dan bahagia
– Syarat administrasi (pencatatan sesuai yang ditentukan
Undang-Undang)
– Asas monogami terbuka
– Cakap sebagai subjek hukum
– Kedudukan suami isteri seimbang
Unsur Perkawinan dalam UU No. 1/1974
– Ikatan lahir batin
– Antara seorang pria dengan seorang wanita
– Tujuan membentuk keluarga
– Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Harta Benda
dalam
Perkawinan
Terkait Harta Bersama
– Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta Bersama (Ps. 35 jo. 36 jo. 37
UUP)
– Hak milik secara kolektif mengenai harta yang diperoleh selama perkawinan berlaku terhadap
harta yang digolongkan dari hasil mata penvaharian
Terhadap Harta Bersama dari Perkawinan
yang putus karena perceraian

– Pasal 37 UUP:
Bila Perkawinan putus karena perceraian,
harta Bersama diatur menurut hukumnya
masing-masing.
﴿ Hukum agama
﴿ Hukum adat
﴿ Hukum lain-lainnya
Harta Benda dalam Perkawinan menurut
Hukum Islam
– Pasal 85 – 97 KHI:
﴿ Harta benda milik suami dan harta benda milik istri satu sama lain adalah
terpisah
﴿ harta benda yang dimiliki masing-masing dan dibawa pada waktu melakukan
perkawinan adalah tetap menjadi milik masing-masing
﴿ harta benda yang masing-masing peroleh selama berlangsungnya
perkawinan mereka sebagai penghasilan dari pekerjaannya, atau sebagai
penghibahan dari orang lain, atau hasil dari pembeliannya, dan lain-lain,
tetap terpisah satu sama lain atau tidak dicampur
– Pasal 97 KHI : “Janda atau duda hidup masing-masing berhak seperdua dari
harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan
Pembagian Harta Bersama sebelum
Perceraian
– Putusan No. 270/Pdt.G.2001/PN.Jak.Bar
Perjanjian Pembagian Harta Bersama yang telah
diperoleh selama Perkawinan melalui akta Notaris

Anda mungkin juga menyukai