Anda di halaman 1dari 32

PENGERTIAN-PENGERTIAN

DASAR UU NO. 5/1986 jis UU


NO. 9/2004, UU NO. 51/2009,
UU No 30/2014
Sengketa Tata Usaha Negara
(Pasal 1 Butir 10)
Sengketa yang timbul dalam bidang
Tata Usaha Negara
Orang/Badan Hukum Perdata Vs
Badan/Pejabat TUN di pusat/daerah
Sebagai akibat dikeluarkan KTUN
Termasuk sengketa kepegawaian
Berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Tata Usaha Negara (Pasal 1
Butir 7)
Administrasi negara
Melaksanakan fungsi
Menyelenggarakan urusan
pemerintahan di pusat dan daerah
Tergugat (Pasal 1 Butir 12)
Badan/pejabat TUN
Mengeluarkan keputusan
Berdasarkan wewenang yang ada
padanya/dilimpahkan kepadanya
Yang digugat orang/Badan Hukum
Perdata
UU No 30/2014
Pasal 1
22. Atribusi adalah pemberian Kewenangan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 atau Undang-Undang.
23. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan
dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah
dengan tanggung jawab dan tanggung gugat
beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi.
UU No 30/2014
24. Mandat adalah pelimpahan
Kewenangan dari Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang lebih
tinggi kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang lebih
rendah dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat tetap berada pada
pemberi mandat.
UU No 30/2014
Pasal 12

(1) Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan memperoleh Wewenang
melalui Atribusi apabila:
a. diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan/atau undang-undang;
b. merupakan Wewenang baru atau
sebelumnya tidak ada; dan
c. Atribusi diberikan kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan.
UU No 30/2014
Pasal 12
2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang memperoleh Wewenang melalui
Atribusi, tanggung jawab Kewenangan
berada pada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang bersangkutan.
(3) Kewenangan Atribusi tidak dapat
didelegasikan, kecuali diatur di dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan/atau undang-
undang.
UU No 30/2014
Pasal 13
(1) Pendelegasian Kewenangan ditetapkan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
memperoleh Wewenang melalui Delegasi apabila:
a. diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya;
b. ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, dan/atau Peraturan Daerah; dan
c. merupakan Wewenang pelimpahan atau
sebelumnya telah ada.
UU No 30/2014
Pasal 13
(3) Kewenangan yang didelegasikan
kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak dapat
didelegasikan lebih lanjut, kecuali
ditentukan lain dalam peraturan
perundang-undangan.
(4) Dalam hal ketentuan peraturan perundang-
undangan menentukan lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang memperoleh Wewenang melalui Delegasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
mensubdelegasikan Tindakan kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan lain dengan ketentuan:
a. dituangkan dalam bentuk peraturan sebelum
Wewenang dilaksanakan;
b. dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu
sendiri; dan
c. paling banyak diberikan kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan 1 (satu) tingkat di bawahnya.
(5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
memberikan Delegasi dapat menggunakan sendiri
Wewenang yang telah diberikan melalui Delegasi, kecuali
ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan
Delegasi menimbulkan ketidakefektifan penyelenggaraan
pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
memberikan pendelegasian Kewenangan dapat menarik
kembali Wewenang yang telah didelegasikan.

(7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang


memperoleh Wewenang melalui Delegasi, tanggung jawab
Kewenangan berada pada penerima Delegasi.
Pasal 14
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
memperoleh Mandat apabila:
a. ditugaskan oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan di atasnya; dan
b. merupakan pelaksanaan tugas rutin.
(2) Pejabat yang melaksanakan tugas rutin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. pelaksana harian yang melaksanakan tugas rutin
dari pejabat definitif yang berhalangan sementara;
dan
b. pelaksana tugas yang melaksanakan tugas rutin
dari pejabat definitif yang berhalangan tetap.
(3) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
dapat memberikan Mandat kepada Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan lain yang
menjadi bawahannya, kecuali ditentukan
lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(4) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang menerima Mandat harus menyebutkan
atas nama Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang memberikan Mandat.
(5) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang
memberikan Mandat dapat menggunakan
sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui
Mandat, kecuali ditentukan lain dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Dalam hal pelaksanaan Wewenang
berdasarkan Mandat menimbulkan
ketidakefektifan penyelenggaraan
pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang memberikan Mandat dapat
menarik kembali Wewenang yang telah
dimandatkan.
(7) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang memperoleh Wewenang melalui
Mandat tidak berwenang mengambil
Keputusan dan/atau Tindakan yang bersifat
strategis yang berdampak pada perubahan
status hukum pada aspek organisasi,
kepegawaian, dan alokasi anggaran.
(8) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
yang memperoleh Wewenang melalui
Mandat tanggung jawab Kewenangan tetap
pada pemberi Mandat
Badan/Pejabat TUN (Pasal 1
Butir 8)
Badan/pejabat
Melaksanakan urusan Pemerintahan
Berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
UU No 30/2014
Pasal 1
3. Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan adalah unsur yang
melaksanakan Fungsi Pemerintahan,
baik di lingkungan pemerintah
maupun penyelenggara negara
lainnya.
Badan/Pejabat TUN (Indroharto)
Instansi resmi di bawah Presiden sebagai
kepala eksekutif
Instansi dalam lingkungan kekuasaan
negara di luar kekuasaan eksekutif
Badan Hukum Perdata yang didirikan
Pemerintah untuk melaksanakan
tugas/urusan Pemerintah
Lembaga Hukum Swasta yang
melaksanakan tugas Pemerintahan
Keputusan Tata Usaha Negara
(Pasal 1 Butir 9)

Penetapan tertulis
Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN
Berisi tindakan Hukum TUN
Berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Konkrit, individual, final
Menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang/Badan Hukum Perdata
UU No 30/2014
Pasal 1
7. Keputusan Administrasi Pemerintahan
yang juga disebut Keputusan Tata Usaha
Negara atau Keputusan Administrasi
Negara yang selanjutnya disebut
Keputusan adalah ketetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
UU No 30/20124
Pasal 1
8. Tindakan Administrasi
Pemerintahan yang selanjutnya
disebut Tindakan adalah perbuatan
Pejabat Pemerintahan atau
penyelenggara negara lainnya untuk
melakukan dan/atau tidak melakukan
perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan.
Uu No 30 th 2014 Ps 87
Dengan berlakunya Undang-Undang
ini, Keputusan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara
sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004
dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun
2009 harus dimaknai sebagai:
a. penetapan tertulis yang juga
mencakup tindakan faktual;
b. Keputusan Badan dan/atau
Pejabat Tata Usaha Negara di
lingkungan eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan penyelenggara negara
lainnya;
c. berdasarkan ketentuan
perundang-undangan dan AUPB;
d. bersifat final dalam arti lebih luas;
e. Keputusan yang berpotensi
menimbulkan akibat hukum;
dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi
Warga Masyarakat.
Keputusan Berbentuk Elektronis
Pasal 38

(3) Keputusan Berbentuk Elektronis


berkekuatan hukum sama dengan
Keputusan yang tertulis dan berlaku
sejak diterimanya Keputusan tersebut
oleh pihak yang bersangkutan.
(4) Jika Keputusan dalam bentuk
tertulis tidak disampaikan, maka yang
berlaku adalah Keputusan dalam
bentuk elektronis.
.
(5) Dalam hal terdapat perbedaan
antara Keputusan dalam bentuk
elektronis dan Keputusan dalam
bentuk tertulis, yang berlaku adalah
Keputusan dalam bentuk tertulis.
(6) Keputusan yang mengakibatkan
pembebanan keuangan negara wajib
dibuat dalam bentuk tertulis
Sifat Lain KTUN
Berada di wilayah Hukum Publik
Sepihak
Penyempitan KTUN
(Pasal 2)

KTUN Perdata
KTUN Umum
KTUN yang masih memerlukan
persetujuan
KTUN berdasarkan KUHP & KUHAP
KTUN hasil pemeriksaan badan peradilan
KTUN TU TNI
Keputusan KPU pusat/daerah mengenai
hasil Pemilu
Penyempitan KTUN (Pasal 49)
KTUN yang dikeluarkan
Dalam perang, keadaan bahaya,
bencana alam, keadaan luar biasa
yang membahayakan
Dalam keadaan mendesak untuk
kepentingan umum
Perluasan KTUN
(Pasal 3)

Badan/Pejabat TUN tidak mengeluarkan


keputusan (fiktif) yang menjadi
kewajibannya
Jangka waktu yang ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan telah
lewat
Bila jangka waktu tidak diatur dihitung
4 bulan sejak permohonan diterima
UU No 30/2014

Pasal 1
Keputusan Berbentuk Elektronis
adalah Keputusan yang dibuat atau
disampaikan dengan menggunakan
atau memanfaatkan media
elektronik.

Anda mungkin juga menyukai