Anda di halaman 1dari 2

Teori pertanggungjawaban pidana korporasi

1. Doktrin identification theory


- Berasal dari anglo saxon (Inggris dan Amerika)
- Bertumpu pada asumsi bahwa semua tindakan legal maupun illegal yang dilakukan
oleh high level manager atau dierektur diindetifikasikan sbg tindakan korporasi.
- Digunaan untuk memberikan pembenaran atas pembebanan pertanggungjawaban
pidana kepad korporasi, meskipun pada kenyatannya korporasi bukanlah sesuatu yang
dapat berbua sendiri dan tidak mungkin memiliki mens rea karena tidak memiliki
kalbu.
- Sebuah perusahaan dapat melakukan sejumlah delik secara langsung melalui orang-
orang yang sangat berhubungan erat dengan perusahaan dan dipandang sebagai
perusahaan sendiri, dlm hal ini kesalahan pejabat senior (senior officer) diidentifikasi
sebagai perbuatan atau kesalahan dari korporasi.
- Korporasi memiliki suatu pertanggungjawaban pidana dengan dasar suatu perbuatan
yang dilakukan oleh individu yang diidentifikasikan sebagai tindakan korporasi
2. Strict liability
- Doktrin pertanggungjawaban pidana korporasi yang diadopsi dari doktrin hokum
perdata. Karena sering diterapkan ke PMH
- Doktrin yang mengesampingkan unsur kesalahan atau unsur mens dalam
pertanggungjawaban pidana. Doktrin strict liability menyimpangi asas utama dalam
hokum pidana yakni asas kesalahan atau asasmens rea.
- Dengan demikian, doktrin strict liability merupakan doktrin yang memandang
kesalahan atau mens rea sebagai unsur yang tidak relevan untuk dipertimbangkan.
Atau dengan kata lain mengesampingkan unsur kesalahan.
3. Vicarious liability
- maka korporasi dapat bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan oleh para
pihak yang telah diberikan atribusi tugas oleh korporasi berdasarkan suatu
hubungan pekerjaan. Hal ini tidak tertutup bagi pekerja yang berada di dalam organ
perusahaan, melainkan juga agen-agen atau wakil yang berada di luar organ
perusahaan, dengan batasan selama perbuatan yang dilakukan oleh pekerja, agen,
atau wakil tersebut terbatas pada ruang lingkup pekerjaan atau atribusi yang
diberikan kepada pekerja atau agen tersebut. Penerapan doktrin vicarious liability
harus dibatasi, karena doktrin ini merupakan bentuk penyimpangan terhadap
asasmens rea dalam hukum pidana. Penerapan hanya dapat dilakukan apabila
undang-undang secara tegas memperbolehkannya
4. Functioneel daderschap
- korporasi dapat dianggap sebagai subjek hukum pidana. Hal ini didasarkan pada korporasi
dapat melakukan tindak pidana dalam bentuk perbuatan fungsional. Selain itu terhadap
korporasi juga dapat diadakan kesalahan atas dasar kesengajaan atau kelalaian yang
dilakukan oleh alat-alat korporasi melalui suatu rangkaian perbuatan dalam lingkup
korporasi.
http://muhammadahsanthamrin.blogspot.com/2016/03/pertanggung-jawaban-pidana-
korporasi.html#:~:text=Orang%20bertanggungjawab%20atas%20perbuatan
%20orang,dengan%20perintah%20berdasarkan%20garis%20komando.

1.    Teori Strict Liability (tanggung jawab mutlak) yaitu pertanggungjawaban pidana yang
harus dilakukan tanpa harus dibuktikan unsur kesalahannya.
2.  Teori vicarious liability (pertanggungjawaban pengganti) yaitu suatu pertanggung
jawaban pidana yang dibebankan kepada seseorang atas perbuatan orang lain.
3. Teori doctrine of delegation yaitu teori yang menjadi dasar pembenar untuk
membebankan pertanggung jawaban pidana yang dilakukan oleh pegawai korporasi,
dengan adanya pendelegasian wewenang kepada seseorang untuk mewakili kepentingan
perusahaan
4.  Teori identifikasi yaitu teori yang digunakan untuk memberikan pembenaran
pertanggung jawaban pidana korporasi, meskipun pada kenyataannya korporasi
bukanlah sesuatu yang bisa berbuat sendiri dan tidak mungkin memiliki mens rea
karena tidak memiliki kalbu, artinya korporasi dapat melakukan tindak pidana secara
langsung melalui orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan korporasi.
5.  Teori corporate organs, yaitu teori menunjuk pada orang-orang yang menjalankan
kewenangan dan pengendalian dalam badan hukum, dengan kata lain, orang yang
mengarahkan dan bertanggung jawab atas segala gerak gerik badan hukum, orang yang
menetapkan kebijakan korporasi, dan orang yang menjadi otak dan pusat syaraf dari
korporasi tersebut.dengan demikian otak dari korporasi merupakan organ penting dari
korporasi sehingga bisa dimintakan pertanggung jawaban pidana korporasi.

Anda mungkin juga menyukai