Anda di halaman 1dari 13

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA


KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Karina Natalia*, Pujiyono, Umi Rozah


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : karinagalingging@yahoo.com

Abstrak

Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia berkembang dengan cepat, besarnya perana
korporasi dalam mendorong terlaksananya proses pencucian uang perlu mendapatkan perhatian
serius dari pemerintah, namun sulitnya mengidentifikasi keterlibatan korporasi merupakan kendala
dalam memberantas tindak pidana pencucian uang, akibatnya Indonesia tidak pernah menjerat
korporasi sebagai pelaku tindak pidana pencucian uang, oleh karena itu undang-undang tentang
tindak pidana pencucian uang perlu memertajam pengaturan mengenai pertanggungjawaban
pidana korporasi dalam tindak pidana pencucian uang.
Permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini adalah : Bagaimana kebijakan formulasi
pertanggungjawaban pidana korporasi dalam Undang-Undang No 8 Tahun 2010 dan bagaimana
kebijakan pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana pencucian uang di masa
yang akan datang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah metode yuridis
normatif. Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis.
Data dalam penelitian ini yaitu, peraturan perundang-undangan, dan bahan pustaka.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengaturan di masa yang akan datang
selayaknya dapat memperbaiki kelemahan dalam pengaturan yang terdapat saat ini, diperlukan
adanya pembaharuan kebijakan pertanggungjawaban pidana korporasi.

Kata kunci : Pertanggungjawaban Pidana, Korporasi, Pencucian Uang.

Abstract

Money Laundering in Indonesia is growing rapidly, the role of corporations in


encouraging the implementation process of money laundering need to get serious attention from
the government, but it is difficult to identify the involvement of corporations is an obstacle in the
fight against money laundering, consequently Indonesia was never ensnare the corporation as a
criminal money laundering, and therefore the law on money laundering need to sharpen the
arrangements regarding corporate criminal responsibility in the crime of money laundering.
The problems that became the basis of this study is: How can the policy formulation of
corporate criminal liability in Act No. 8 of 2010 and how the policies of corporate criminal
liability in money laundering in the future.
The method used in the writing of this law is a normative juridical methods.
Specifications research used in this research is descriptive-analytic. Data in this research,
legislation, and library materials.
It can be concluded that the arrangements in the future should be able to fix the
weaknesses in current arrangements contained, the needed policy reforms of corporate criminal
liability.

Keywords : Criminal responsibility, Corporation, Money Laundering.

1
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

I. PENDAHULUAN Besarnya peranan korporasi


dalam mendorong terlaksananya
Tindak Pidana Pencucian Uang proses pencucian uang (money
(Money Laundering) secara popular laundering) baik yang dilakukan oleh
dapat dijelaskan sebagai aktifitas orang dalam korporasi secara
meindahkan, menggunakan atau langsung, maupun tidak langsung
melakukan perbuatan lainnya atas perlu mendapatkan perhatian serius
hasil dari tindak pidana yang kerap dari pemerintah dalam hal ini aparat
dilakukan oleh organized crime penegak hukum agar selanjutnya
maupun individu yang melakukan dapat dicegah dan diberantas.
tindakan korupsi, perdagangan Sulitnya membuktikan dan
narkotik dan tindak pidana lainnya mengidentifikasi keterlibatan
dengan tujuan menyembunyikan atau pengurus korporasi yang bertindak
mengaburkan asal-usul yang berasal atas nama sendiri maupun yang
dari hasil tindak pidana tersebut bertindak mewakili korporasi
sehingga dapat digunakan seolah- merupakan salah satu kendala dalam
olah sebagai uang yang sah tanpa memberantas tindak pidana
terseteksi bahwa uang tersebut pencucian uang yang dilakukan oleh
berasal dari kegiatan illegal.1 korporasi. Menjadikan pembelajaran
Modus kejahatan kian dari berbagai kasus yang terjadi di
berkembang. Kini, kejahatan tidak negara ini terkait pencucian uang
hanya dilakukan oleh orang yang ternyata melibatkan korporasi
perseorangan, tapi juga korporasi. sebagai media kejahatan, maka
Namun Kitab Undang-Undang dirasa sangat perlu untuk
Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku memperjelas isi undang-undang
saat ini belum mengatur mengenai tindak pidana pencucian uang. Badan
pertanggungjawaban pidana legislative saat ini dalam formulasi
korporasi dalam arti belum mengenal penempatan korporasi sebagai subjek
korporasi sebagai subjek tindak hukum mempunyai kecenderungan
pidana, oleh karena itu perlu dibuat untuk mencantumkan pidana (denda)
kebijakan formulasi mengenai yang tinggi dengan harapan dapat
pertanggungjawaban pidana mencegah korporasi melakukan
korporasi terkhusus dalam hal ini kejahatan, ancaman yang tinggi itu
mengenai tindak pidana pencucian dimaksudkan agar perusahaan yang
uang. Hal inilah yang mendorong melakukan tindak pidana (dalam hal
disahkannya Undang-Undang Nomor ini tindak pidana pencucian uang)
8 Tahun 2010 tentang Pencegahan merasakan kerugian atas
dan Pemberantasan Tindak Pidana perbuatannya, dan secara tidak
Pencucian Uang. langsung juga akan berpengaruh
terhadap pemegang saham. Karena
keuntungan perusahaan akan
1
Yunus Husein, “PPATK : Tugas, berkurang dikarenakan harus
Wewenang, dan Peranannya Dalam membayar denda dan keutungan
Memberantas Tindak Pidana Pencucian”, yang didapat oleh pemegang saham
Jurnal Hukum Bisnis (Volume 22 No.3, secara otomatis juga berkurang. Pada
2003), hal 26. akhirnya, hal tersebut mempengaruhi

2
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

perusahaan untuk tidak lagi A. Rumusan Masalah


melakukan pidana. Namun, pendapat
yang menyatakan bahwa perusahaan 1. Bagaimana kebijakan
harus membayar pidana denda atas formulasi
tindak pidana pencucian uang yang pertanggungjawaban pidana
dilakukannya sehingga mengurangi korporasi dalam Tindak
keuntungan perusahaan dan Pidana Pencucian Uang
mempengaruhi pemegang saham, menurut UU Nomor 8 Tahun
tidak akan banyak artinya apabila 2010?
perusahaan tersebut adalah 2. Bagaimana kebijakan
perusahaan yang besar atau pertanggungjawaban pidana
konglomerasi. Dengan demikian korporasi dalam Tindak
denda yang tinggi belum tentu Pidana Pencucian Uang di
menghalangi perusahaan melakukan masa yang akan datang?
kejahatan.
Dalam penulisan ini penulis B. Tujuan Penelitian
akan mengkaji mengenai
perkembangan konsep pemidanaan 1. Ingin mengetahui kebijakan
terhadap Korporasi yang melakukan formulasi
Tindak Pidana Pencucian Uang. pertanggungjawaban
Indonesia belum ada korporasi dalam Tindak
yurisprudensi atau putusan hakim Pidana Pencucian Uang
yang menyeret korporasi dalam menurut UU No. 8 Tahun
tindak pidana pencucian uang. Selain 2010
itu, masih sedikitnya kajian 2. Ingin mengetahui kebijakan
mendalam tentang pencucian uang pertanggungjawaban pidana
pada korporasi, padahal korporasi korporasi dalam Tindak
merupakan badan hukum yang Pidana Pencucian Uang di
sebenarnya lebih kuat dan lebih besar masa yang akan datang.
dibandingkan orang itu sendiri.
Namun penulis disini membatasi II. METODE
pembahasan soal korporasi sampai Metode penelitian adalah suatu cara
tahap sistem pertanggungjawaban penelitian dalam rangka mengumpulkan
korporasi terhadap keterlibatannya data yang akurat yang dapat
dalam tindak pidana pencucian uang, dipertanggungjawabkan dan menjamin
tujuannya adalah penulis ingin tingkat validitasnya. Metode merupakan
menemukan bagaimana sistem cara kerja untuk dapat memahami obyek
pertanggungjawaban yang tepat bagi yang menjadi sasaran ilmu yang
korporasi yang melakukan tindak bersangkutan2.
pidana pencucian uang. Metode pendekatan yang dilakukan
Oleh karena itu judul yang dalam penelitian ini adalah metode
dipilih dalam penulisan hukum ini pendekatan yuridis normatif, yaitu suatu
adalah “Tinjauan Yuridis penelitian yang berusaha
Pertanggungjawaban Pidana
2
Korporasi Dalam Tindak Pidana Soekamto, Soerjono, Pengantar Penelitian
Pencucian Uang” Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
1981, hlm. 5

3
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

mensinkronisasikan ketentuan-ketentuan Pengaturan mengenai


hukum yang berlaku dengan kaidah- pertanggungjawaban pidana korporasi
kaidah yang berlaku dalam perlindungan dalam sistem hukum pidana Indonesia
hukum terhadap norma atau peraturan pada dasarnya merupakan suatu hal yang
hukum lainnya dengan kaitannya dengan baru dan masih diperdebatkan.
penerapan peraturan-peraturan hukum Dikatakan demikian karena di dalam
itu pada praktik nyata dilapangan3. KUHP tidak diakui dan diatur secara
Spesifikasi penelitian yang tegas mengenai korporasi sebagai subjek
digunakan dalam penelitian ini bersifat hukum pidana. Hal ini merupakan suatu
deskriptif analitis, yaitu menggambarkan yang wajar mengingat KUHP yang saat
peraturan perundang-undangan yang ini berlaku masih menganut asas
berlaku dikaitkan dengan teori-teori ”societas delinquere non potest” atau
hukum dan praktek pelaksanaan hukum ”universitas delinquere non potest”,
positif yang menyangkut permasalahan yaitu badan hukum tidak dapat
terkait. melakukan tindak pidana. Dengan kata
Teknik pengumpulan data dilakukan lain, apabila dalam suatu perkumpulan
dengan melakukan studi kepustakaan terjadi tindak pidana maka tindak pidana
yang berhubungan dengan permasalahan tersebut dianggap dilakukan oleh
dalam penelitian ini. Pengumpulan data pengurus korporasi yang bersangkutan.
dapat dilakukan dengan cara Hal ini terlihat dengan jelas dalam
mengumpulkan dan meneliti peraturan, ketentuan Pasal 59 KUHP yang
konvensi, traktat, dan aturan lain yang berbunyi: ”Dalam hal-hal di mana
berkaitan dengan penelitian ini. Dapat karena pelanggaran ditentukan pidana
pula berupa litelatur-litelatur, pendapat- terhadap pengurus, anggota badan
pendapat atau tulisan para ahli. Analisis pengurus, atau komisaris, maka
data yang digunakan dalam penelitian ini pengurus, anggota badan pengurus, atau
adalah menggunakan metode kualitatif. komisaris yang ternyata tidak ikut
Tujuan penggunaan metode campur melakukan pelanggaran, tidak
kualitatif adalah karena peneliti dipidana”.4 Oleh karena dalam KUHP
berupaya memahami gejala-gejala yang tidak diatur mengenai korporasi sebagai
sedemikian rupa secara kualitatif dan subjek hukum pidana maka ketentuan
tidak memerlukan kuantifikasi, karena khusus yang mengenal korporasi sebagai
gejala tidak memungkinkan untuk diukur subjek tindak pidana harus mengaturnya
secara tepat dalam angka. dalam ketentuan umum sebagai akibat
dari penyimpangan tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpangan ini siperbolehkan dengan
A. Pertanggungjawaban Pidana dasar hukum Pasal 103 KUHP.
Korporasi dalam Tindak Pidana Dalam Undang-Undang Nomor 8
Pencucian Uang dalam Hukum Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Positif saat ini Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
A.1 Pengertian Korporasi dalam Uang disebutkan mengenai pengertian
Undang-Undang No. 8 Tahun korporasi, perumusan mengenai
2010 korporasi, diatur dalam Pasal 1 angka

3 4
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum. Kristian, Hukum Pidana Korporasi
(Jakarta: Rineka Cipta,2001), hlm.25 (Bandung: Nuansa Aulia), hal.47

4
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(9), dimana dikatakan bahwa setiap (2) Pidana dijatuhkan terhadap


orang adalah orang perserorangan atau Korporasi apabila tindak pidana
korporasi. Dalam Pasal 1 angka 10 Pencucian Uang:
dikatakan bahwa: “Korporasi adalah a. dilakukan atau diperintahkan
kumpulan orang dan atau kekayaan oleh Personil Pengendali
yang terorganisasi baik merupakan Korporasi
badan hukum maupun bukan dan/atau b. dilakukan dalam rangka
badan hukum”. Dari perumusan dalam rangka pemenuhan maksud
Pasal 1 angka (10) diatas jelas bahwa dan tujuan Korporasi
Undang-Undang Tentang Pencegahan c. dilakukan sesuai dengan
dan Pemberantasan Tindak Pidana tugas dan fungsi pelaku atau
Pencucian Uang menganut pengertian pemberi perintah; dan
korporasi yang luas yaitu berbadan d. dilakukan dengan maksud
hukum dan tidak berbadan hukum. memberikan manfaat bagi
Korporasi yang berbadan hukum Korporasi.
menurut Munir Fuadi misalnya: PT. Pada ayat diatas dapat dilihat bahwa
Korporasi dan lain-lain. Sedangkan Korporasi dapat dikatakan
Korporasi yang tidak berbadan hukum melakukan Tindak Pidana/ dapat
misalnya: perusahaan dalam bentuk dijatuhi Pidana apabila memenuhi
firma, usaha dagang biasa (sole syarat/kriteria tersebut. Namun UU
propiertorship). PPTPPU tidak menjelaskan lebih
A.2 Pertanggungjawaban Pidana lanjut apakah keempat syarat tersebut
Korporasi dalam Tindak Pidana harus dipenuhi untuk dapat
Pencucian Unag dalam Undang- menjatuhkan pidana terhadap
Undang No. 8 Tahun 2010 korporasi ataukah pidana dapat
Undang-undang Nomor 8 Tahun dijatuhkan jika hanya salah satu dari
2010 tentang Pencegahan dan kriteria tersebut yang terpenuhi.
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian 2. Penjatuhan sanksi pidana terhadap
Uang mengatur ketentuan baru mengenai korporasi`
pertanggungjawaban pidana korporasi Mengenai persoalan jenis pidana dan
sebagai pelaku tindak pidana pencucian pemidanaan, dalam Pasal 7 Undang-
uang. Namun dalam ketentuan tersebut Undang Nomor 8 Tahun 2010, diatur
penulis menemukan beberapa mengenai beberapa jenis pidana yang
kelemahan yuridis yang akan penulis secara garis besar digolongkan
uraikan sebagai berikut: kedalam 2 (dua) bagian yaitu pidana
1. Kapan korporasi dapat dijatuhi pidana pokok berupa denda dan pidana
Rumusan Pasal 6: tambahan. Hal yang menarik Pasal 9
(1) Dalam hal tindak pidana ayat 2 dikatakan Dalam hal
Pencucian Uang sebagaimana penjualan Harta Kekayaan milik
dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, Korporasi yang dirampas
Pasal 5 dilakukan oleh Korporasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pidana dijatuhkan terhadap tidak mencukupi, pidana kurungan
Korporasi dan/atau Personil pengganti denda dijatuhkan terhadap
Pengendali Korporasi Personil Pengendali Korporasi
dengan memperhitungkan denda
yang telah dibayar. Ketentuan pidana

5
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pengganti denda untuk “korporasi” menjadi likuidator dalam


diatas dirasa belum lengkap karena pelaksanaan pencabutan izin usaha
menurut ayat (2) pidana tersebut.
penggantinya dijatuhkan terhadap 4. Kualifikasi Delik
personil pengendali korporasi, UU PPTPPU tidak membedakan
namun tidak ada ketentuan pidana mengenai kualifikasi delik pelanggaran
untuk korporasi kalau harta dan kejahatan, hal ini menimbulkan
perampasan tidak mencukupi. Untuk konsekuensi yuridis materiil yaitu dalam
dapat tetap menjatuhkan pidana bagi Pasal 8. Pasal tersebut mengatur
korporasi setelah semua penjualan mengenai adanya percobaan,
harta kekayaan milik korporasi tidak pembantuan, permufakatan jahat dalam
mencukupi pemenuhan denda yang tindak pidana pencucian uang, namun
harus dibayar , alangkah baiknya dengan tidak dirumuskannya pengertian
apabila pidana tambahan yang mengenai percobaan dan pembantuan
terdapat dalam Pasal 7 ayat (2) dapat dalam Undang-Undang ini maka yang
dijadikan pidana pokok sehingga berlaku ialah ketentuan dari KUHP.
aparat penegak hukum tetap dapat Pasal 53 ayat (1) KUHP menegaskan:
menerapkan pidana bagi korporasi “mencoba melakukan kejahatan dipidana
ketika korporasi tidak sanggup jika niat untuk itu telah ternyata
mencukupi denda yang sepatutnya ada…..dst”. Ketentuan aturan umum
dibayar. Selain itu tidak ada mengenai percobaan dalam KUHP ini
ketentuan khusus berapa maksimum tidak dapat digunakan untuk perbuatan
pidana kurungan untuk personil percobaan melakukan tindak pidana
pengendali pencucian uang karena tidak ada
3. Cara pelaksanaan pidana penetapan kualifikasi delik berupa
Pasal 7 ayat (2) huruf c “pelanggaran” atau “kejahatan” dalam
menyebutkan pidana tambahan UU PPTPPU sebagaimana yang
terhadap korporasi berupa diharuskan oleh KUHP. Demikian juga
pencabutan izin usaha, namun tidak halnya dengan penetapan kadaluwarsa
ditambahkan kata “diikuti dengan penuntutan, dalam UU PPTPPU tidak
likuidasi”. Dengan tidak adanya kata ditentukan mengenai kapan kadulawarsa
“diikuti dengan likuidasi” dalam penuntutan sedangkan KUHP
Pasal 7 ayat (2) ini bukan berarti membedakan daluwarsa penuntutan
pencabutan izin usaha ataupun untuk pelanggaran dan kejahatan.
pembubaran korporasi tidak disertai B. Pertanggungjawaban Pidana
dengan likuidasi karena Pasal 147 Korporasi dalam Tindak Pidana
ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Pencucian Uang di Masa Yang
Tahun 2007 tentang Perseroan Akan Datang
Terbatas mengisyaratkan bahwa B.1. Formulasi dalam RUU KUHP
pembubaran Perseroan tersebut wajib 2015
diikuti dengan likuidasi yang 1. Formulasi Tindak Pidana Pencucian
dilakukan oleh likuidator atau Uang
kurator. Oleh harena itu sudah RUU KUHP 2015 telah
sebaiknya UU PPTPPU dapat merumuskan mengenai Tindak Pidana
merumuskan mengenai siapa saja Pencucian Uang yang dicantumkan pada
yang dapat melakukan likuidasi atau Pasal 760 s/d 767 memberikan rumusan

6
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tentang pencucian uang. Pasal-pasal mengambil keputusan atas nama


diatas mempunyai kemiripan mengenai korporasi, dan kewenangan menerapkan
sanksi pidana penjara dan denda dalam pengawasan terhadap korporasi)..”5
UU PPTPPU yang tidak menerapkan dalam penjelasan Buku ke-1 angka 4
sistem minimal, namun terdapat menunjukkan bahwa RUU KUHP
perbedaaan banyaknya pidana denda mengandung teori pertanggungjawaban
yang harus dibayar dalam UU PPTPPU pidana fungsional atau kepelakuan
Pasal 3 menyebutkan denda paling fungsional (fungsional daderschap). Ciri
banyak ialah 10.000.000.000,00 (sepuluh khas dari kepelakuan fisik dari yang satu
miliar), namun dalam RUU KUHP (yang sebenarnya melakukan)
denda paling banyak ialah Kategori VI menghasilkan perbuatan fungsional
yaitu sebanyak 12.000.000.000,00 (dua terhadap yang lain. Dengan demikian
belas miliar rupiah), sedangkan untuk kemampuan bertanggungjawab orang-
korporasi dalam Pasal 764 pidana pokok orang yang berbuat untuk dan atas nama
yang dijatuhkan adalah pidana denda korporasi dialihkan menjadi kemampuan
paling banyak lima kali dari ancaman bertanggungjawab korporasi sebagai
pidana denda Kategori VI, selain itu subjek tindak pidana.6
korporasi juga dijatuhkan pidana 3. Sanksi Pidana
tambahan yang serupa dengan RUU KUHP 2015 telah
UUPPTPPU. menetapkan korporasi sebagai subjek
2. Pertanggungjawaban Pidana tindak pidana dan mengatur bahwa
Korporasi pidana pokok bagi korporasi ialah pidana
Jika sebelumnya, KUHP belum denda, dalam Pasal 82 ayat (3). Selain
mengenal korporasi sebagai subjek itu dalam UU PPTPPU juga dijelaskan
hukum pidana, maka lain halnya dengan bahwa apabila korporasi tidak mampu
RUU KUHP. Adapun pengaturan membayar denda maka pidana tersebut
pertanggungjawaban Pidana Korporasi diganti dengan perampasan harta
dalam RUU KUHP Buku I terdapat kekayaan milik korporasi atau personil
dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 54. pengendali korporasi dan pabila itu
Dalam Pasal tersebut masih belum mencukupi maka pidana
pertanggungjawaban pidana terhadap denda diganti dengan pidana kurungan
pengurus korporasi dibatasi kepada yang dijatuhkan terhadap personil
pengurus yang mempunyai kedudukan pengendali korporasi, apabila
fungsional dalam korporasi. dibandingkan dengan RUU KUHP
Hal ini perlu diperhatikan bahwa 2015, pidana denda dapat dibayar
kata “kedudukan fungsional” ini lebih dengan cara mencicil dalam jangka
tertuju pada subjek orang yang mewakili waktu yang ditetapkan sesuai putusan
korporasi. Sehingga pelaku sebenarnya hakim, apabila tidak dapat dibayar penuh
adalah pengurus itu sendiri dengan
kedudukan tertentu. Karenanya 5
Badan Hukum Pembinaan Nasional,
korporasi bukanlah sebagai pelaku Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
fungsional dalam pasal ini. Selain itu Pidana revisi tahun 2015, Penjelasan Buku
juga adanya rumusan “…diidentifikasi ke-1 angka 4
dari kesalahan pengurus yang memiliki 6
http://hasanudinnoor.blogspot.co.id/2010/
kedudukan fungsional (mempunyai 05/penerapan-pertanggungjawaban-
kewenangan untuk mewakili korporasi, korporasi.html diakses pada hari Selasa 5
April 2016 pukul 13:17 WIB

7
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dalam jangka waktu yang ditentukan yang dahulunya diancam dengan pidana
maka barulah dapat diambil harta penjara/kurungan di bawa 1 tahun atau
kekayaan atau pendapatan terpidana. denda ringan atau delik-delik baru yang
Jika pengambilan kekayaan atau menurut penilaian, bobobtnya di bawah
pendapatan tidak memungkinkan maka 1 tahun penjara.
pidana denda yang tidak dibayar tersebut b. Delik yang dipandang “berat”,
diganti dengan pidana kerja sosial, yaitu delik-delik yang pada dasarnya
pidana pengawasan, atau pidana penjara, patut diancam dengan pidana penjara di
dengan ketentuan pidana denda tersebut atas 1 tahun s/d 7 tahun. Delik yang
tidak melebihi pidana denda Kategori I. dikelompokkannya di sini akan selalu
Kemudian dalam RUU KUHP dialternatifkan dengan pidana denda
2015 telah diatur pula perhitungan lebih berat dari kelompok pertama, yaitu
lamanya pidana pengganti didasarkan denda kategori III atau IV. Delik dalam
pada ukuran untuk setiap pidana denda kelompok ini ada juga yang diberi
sehingga dapat menyempurnakan hal ancaman minimal khusus.
yang tidak diatur dalam UU PPTPPU, c. Delik yang dipandang “sangat
dengan ini diharapkan tidak ditemukan berat/sangat serius”, yaitu delik yang
kesulitan lagi dalam menerapkan diancam dengan pidana penjara di atas 7
putusan hakim. tahun atau diancam dengan pidana lebih
4. Kualifikasi Delik berat (yaitu, pidana mati atau penjara
Konsep tidak lagi membedakan seumur hidup). Untuk menunjukkan sifat
tindak pidana dalam kualifikasi berupa berat, pidana penjara untuk delik dalam
“kejahatan” dan “pelanggaran”. kelompok ini hanya diancamkan secara
Kebijakan ini didasarkan pada resolusi tunggal atau untuk delik-delik tertentu
Seminar Hukum Nasional I tahun 1963 dapat dikumulasikan dengan pidana
dan hasil Lokakarya Buku II KUHP denda kategori V atau diberi ancaman
Tahun 1985.7 Walaupun konsep tidak minimal khusus.
lagi mengenal pembagian kejahatan dan B.2. Pertanggungjawaban pidana
pelanggaran sebagai suatu “kualifikasi Korporasi di Negara Perancis
delik”, namun di dalam pola kerja Hukum pidana materiil di
konsep masih diadakan Perancis sebagian besar diatur dalam
pengklasifikasian bobot delik sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
berikut:8 (KUHP). Dalam penelitian ini, diperoleh
a. Delik yang dipandang “sangat data yang berasal dari KUHP yang telah
ringan”, yaitu delik yang hanya diancam mengalami revisi sampai dengan tahun
dengan pidana denda ringan (kategori I 2002. Dalam KUHP ini diatur mengenai,
atau II) secara tunggal. Delik-delik yang antara lain sanksi pidana yang dapat
dikelompokkan di sini ialah delik-delik dikenakan pada korporasi.
Pada Pasal 131-37 diatur
7 mengenai sanksi pidana yang dapat
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Ke Dua dikenakan terhadap subjek hukum
Edisi Revisi, Bandung, Citra Aditya Bakti, buatan yang melakukan kejahatan dan
2002, hlm 87 pelanggaran. 9
8
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
9
Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Ke Dua Penalties for felonoies and
Edisi Revisi, Bandung, Citra Aditya Bakti, misdemeanours incurred by juridicial
2002, hlm 88 persons are:

8
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Sanksi-sanksi pidana yang dapat ditarik dananya oleh penarik, dari


dikenakan kepada koprorasi, secara lebih pembuat atau cek yang
rinci, diatur dalam Pasal 131-39. disertifikasi, dan larangan untuk
66Ketika suatu undang-undang menggunakan karti kredit, untuk
menetapkan sanksi terhadap subjek jangka watu maksimal 5 tahun.
hukum buatan, suatu kejahatan atau f. Perampasan benda-benda yang
pelanggaran dapat dihukum oleh salah digunakan atau dimaksudkan
satu atau lebih dari hukuman-hukuman untuk melakukan kejahatan atau
berikut ini: benda-benda yang merupakan
1. Dissolusi (Pembubaran), yaitu dalam hasil dari kejahatan tersebut.
hal subjek hukum buatan dibuat untuk g. Pengumuman kepada public,
melakukan suatu kejahatan, atau, pidana atau penyebarluasan baik
ketika kejahatan atau pelanggaran secara oleh media cetak atau oleh
tersebut memiliki ancaman hukuman media televise dan radio.
tiga tahun atau lebih, dimana subjek
hukum buatan telah dipindahkan dari B.3. Pertanggungjawaban Pidana
nsasarannya semula, untuk melakukan Korporasi di Negara Finlandia
kejahatan tersebut; Finlandia juga termasuk salah satu
2. Larangan untuk melaksanakan, Negara yang mengatur
alngsung maupun tidak langsung satu pertanggungjawaban korporasi dalam
atau lebih kejahatan professional atau KUHP. Pertanggungjawaban Pidana
social, baik secara permanen atau Korporasi diatur dalam Chapter 9.
untuk maksimal 5 tahun; Ruang lingkup yang ditetapkan
a. Penempatan dibawah disebutkan pada Section 1 sampai
pengawasan hakim untuk Section 3. Pasal-Pasal tersebut
maksimal 5 tahun. menjelaskan bahwa dalam Hukum
b. Penutupan permanen untuk Pidana di Finlandia suatu korporasi
penutupan selama maksimal 5 dapat dikenakan pidana terhadap
tahun, satu atau lebih badan perbuatan yang bukan saja dilakukan
usaha, yang digunakan untuk oleh personil pengendali korporasi
melakukan kejahatan, yang namun juga dapat dilakukan oleh
sedang diperiksa; pengurus korporasi sesuai dengan
c. Diskualifikasi dari pelelangan lingkup usaha korporasi tersebut.
public, baik secara permanen Kemudian dalam Section (2) dapat
atau untuk jangka waktu dilihat bahwa korporasi dapat berdiri
maksimal 5 tahun; sendiri sebagai subjek hukm pidana,
d. Larangan, baik secara permanen artinnya apabila pelaku tindak pidana
atau untuk jangka waktu dalam korporasi tersebut tidak dapat
maksimal 5 tahun, untuk diindentifikasikan namun tindak pidana
mengumpulkan dana dari tersebut telah ternyata dilakukan oleh
masyarakat; korporasi maka korporasi dapat tetap
e. Larangan untuk menarik cek, dijatuhi pidana. Namun dalam pasal
kecuali cek yang diijinkan untuk tersebut menyatakan adanya delik aduan
artinya delik yang hanya dapat dituntut,
1. a fine; jika diadukan oleh orang yang merasa
2. in the cases set out by law, the penalties dirugikan. Dalam Pasal ini Korporasi
enumerated under Article 131-39

9
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tidak dapat dikenakan denda apabila tindak pidana yang dilakukan oleh
tidak dilaporkan oleh pihak yang merasa korporasi. Mengenai pengaturan siapa
dirugikan kecuali korporasi sudah yang dapat dipertanggungjawaban
merugikan kepentingan publik. korporasi juga belum diatur secara
B.4. Pertanggungjawaban Pidana menyeluruh baik dalam KUHP maupun
Korporasi di masa yang akan dalam undang-undang diluar KUHP,
datang oleh karena itu untuk yang akan datang
Setelah melakukan perbandingan maka kebijakan tentang siapa yang dapat
dari RUU KUHP dan juga dari beberapa dipertanggungjawabkan dalam korporasi
peraturan di berbagai negara maka harus diatur dengan tegas
Undang-Undang yang akan datang Pengaturan jenis sanksi pidana
sebaiknya mengatur ruang lingkup juga perlu diatur secara tepat dan jelas
pertanggungjawaban pidana secara lebih dalam hal pemidanaan korporasi. Dalam
luas dan mengatur secara lebih tegas UU PPTPPU penjatuhan jenis sanksi
mengenai dasar pemidanaan korporasi, pidana belum diatur secara lengkap yaitu
karena seperti yang telah disebutkan belum adanya pidana pengganti untuk
diatas bahwa RUU KUHP menggunakan korporasi apabila harta kekayaan milik
doktrin identifikasi sebagai dasar korporasi yang dirampas tidak
pemidanaan, hal ini merupakan sebuah mencukupi, kemudian juga tidak diatur
batasan dalam pertanggungjawaban mengenai pengaturan maksimum pidana
pidana korporasi dikarenakan doktrin pengganti kurungan untuk personil
identifikasi mensyaratkan adanya pengendali korporasi, namun dalam
tindakan yang dilakukan oleh seseorang RUU KUHP 2015 telah diatur mengenai
dengan kedudukan yang tinggi dalam perhitungan pidana penjara pengganti
suatu korporasi agar korporasi tersebut denda untuk personil pengendali
dapat dimintakan petanggungjawaban. korporasi sehingga, hal ini sudah
Hal ini akan menjadi hambatan dalam selayaknya diatur agar penegak hukum
menarik pertanggungjawaban pidana tidak kesulitan dalam menerapkan
korporasi yang dilakukan oleh agen- putusan hakim. Selain itu juga undang-
agennya atau pelaku lapangan. Alangkah undang yang akan datang perlu mengatur
lebih baiknya apabila korporasi dapat mengenai pidana pengganti untuk
dimintakan pertanggungjawaban pidana korporasi apabila harta kekayaan
terhadap perbuatan yang bukan saja korporasi tidak mencukupi pidana denda
dilakukan oleh personil pengendali yang harus dibayar, karena apabila yang
korporasi namun juga dapat dilakukan dijerat adalah korporasi maka pidana
oleh pengurus korporasi. Oleh karena itu juga seharusnya ditujukan seutuhnya
perlu dipertimbangkan lagi doktrin mana terhadap korporasi. Oleh karena itu perlu
yang cocok dalam kemudahan adanya pembedaan pengaturan jenis
penerapannya untuk dapat menentukan sanksi pidana untuk korporasi dan untuk
kapan korporasi dapat dikatakan perseorangan, untuk itu perlu dicari
melakukan tindak pidana. kriteria tentang dasar atau alasan
Pengaturan pertanggungjawaban pembedaan tersebut, khususnya dalam
pidana korporasi dalam tindak pidana rangka menentukan kriteria atau kategori
pencucian uang perlu diatur secara tegas pidana pokok dan pidana tambahan yang
dalam peraturan peundang-undangan ditujukan untuk korporasi atau badan
nasional mengenai klasifikasi perbuatan hukum.

10
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

IV. KESIMPULAN atau tidak diawasi oleh pejabat


Pengaturan mengenai korporasi.
pertanggungjawaban pidana koporasi
dalam tindak pidana pencucian uang V. DAFTAR PUSTAKA
dalam UU No. 8 Tahun 2010 masih BUKU
terdapat kelemahan. Adapun beberapa Adil, Soetan K. Malikoel, Pembaharuan
kelemahan tersebut ialah mengenai: Hukum Perdata Kita, Jakarta: PT
a. Kapan korporasi dijatuhi pidana; Pembangunan, 1955.
b. Penjatuhan sanksi pidana Arief, Barda Nawawi, Masalah
terhadap korporasi; Pemidanaan Sehubungan dengan
c. Cara pelaksanaan pidana; Perkembangan Delik-delik khusus
d. Kualifikasi delik. dalam Masyarakat Modern,
Membahas mengenai kebijakan Bandung: Binacipta, 1982.
formulasi di masa yang akan datang, __________________, Pemidanaan,
berfokus pada RUU KUHP 2015, maka Pidana dan Tindakan dalam
pertanggungjawaban pidana korporasi Masalah-masalah Hukum,
mengalami beberapa pembaharuan Semarang: FH-UNDIP, 1987.
kebijakan yaitu: __________________, Perbandingan
a. kapan korporasi dapat dijatuhi Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali
pidana sudah diatur lebih jelas yaitu Pers, 1990.
memandang teori __________________, Doktrin-Doktrin
pertanggungjawaban fungsional Modern Dalam Corporate Law
dalam pengaturannya; dan Eksistensinya Dalam Hukum
b. sanksi pidana untuk korporasi juga Indonesia, Bandung, Citra Aditya
semakin berat dan diatur dengan Bakti, 2001.
lebih rinci jika dibandingkan dengan __________________, Bunga Rampai
UU PPTPPU, Kebijakan Hukm Pidana, Cetakan
c. konsep tidak lagi membedakan Ke Dua Edisi Revisi, Bandung: Citra
mengenai kualifikasi delik berupa Aditya Bakti, 2002.
“pelanggaran” dan “kejahatan”. __________________, Sari Kuliah
Hukum Pidana di Negara Perancis Perbandingan Hukum Pidana,
juga mengatur mengenai Jakarta: Raja Grafindo Persada,
pertanggungjawaban pidana terhadap 2002.
korporasi, dapat dilihat bahwa jenis __________________, Kapita Selekta
sanksi yang dijatuhkan terhadap Hukum Pidana, Bandung, PT Citra
korporasi lebih beragam dan lebih rinci, Aditya Bakti, 2003.
begitu juga di Negara Finlandia yang _________________, Pencucian Uang
secara teliti mengatur mengenai sanksi dan Kejahatan Perbankan, Jakarta:
untuk korporasi, juga pengaturan terkait Pustaka Sinar Harapan, 2005.
dasar pemidanaan korporasi lebih luas _________________, Kebijakan
karena korporasi dapat dijatuhi pidana Formulasi Ketentuan Pidana
bukan saja karena perbuatan atau dalam Peraturan Perundang-
perintah dari pengendali korporasi Undangan, Semarang: Pustaka
namun juga dapat dilakukan oleh Magister, 2012.
karyawan korporasi yang diperbolehkan

11
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Bemmelen, M. van., Hukum Pidana I Fakultas Pascasarjana KPK UI-


Hukum Material bagian umum, UNDIP, 1990.
Bandung: Binacipta, 1987. Prodjodikoro, Wirjono, Asas-Asas
Budianto, Agus, Delik Suap Korporasi Di Hukum Pidana Di Indonesia,
Indonesia, Bandung: Karya Putra Bandung: Refika Aditama, 2008.
Darwati, 2012. Rahardjo, Satjipto, Ilmu Hukum,
Burhan, Ashofa, Metode Penelitian Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.
Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Saleh, Roeslan, Tindak Pidana dan
Encshede, CHJ. dan A. Heijder, Pertanggungjawaban Pidana,
Beginselen van Strafrecht, derde Jakarta: Aksara Baru, 1983.
druk, Alih Bahasa R. Achmad Siahaan, N.H.T., Money
Soemadipradja, Bandung: Alumni, Laundering&Kejahatan
1982. Perbankan, Jakarta: Jala, 2008.
Fuandy, Munir, Hukum Perbankan di Sjahdeini, Sutan Remy, Seluk Beluk
Indonesia, Bandung: PT.Citra Tindak Pidana Pencucian Uang
Aditya Bakti, 1999. Dan Pembiayaan Terorisme,
Garnasih, Yenti, Kriminalisasi Pencucian Jakarta: pustaka utama graffiti, 2007.
Uang (Money Laundering), Jakarta: Soewarno, H. dan Reda Manthovani,
Program Pasca Sarjana Fakultas Pemberantasan Tindak Pidana
Hukum Universitas Indonesia, 2003. Pencucian Uang di Indonesia,
Husein, Yunus, Bunga Rampai Anti Jakarta: CV Malibu, Cetakan
Pencucian Uang, Jakarta: Books Pertama, 2004.
Terrace&Library, 2007. Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang:
Jahja, Juni Sjahfrien, Melawan Money Yayasan Sudarto d/a Fakultas
Laundering!, Jakarta: Visimedia, Hukum Undip Semarang, 1986.
2012. Syamsudin, Azis, Tindak Pidana
Kristian, Hukum Pidana Korporasi, Khusus, Jakarta:Sinar Grafika,
Bandung: CV.Nuansa Amalia, 2014. 2011.
Manthovani, Reda dan R. Narendra Jatna, JURNAL ILMIAH ATAU MAKALAH
Rezim Anti-Pencucian Uang dan PENELITIAN
Perolehan Hasil Kejahatan di
Indonesia, Jakarta: CV. Malibu, Yunus Husein, “PPATK : Tugas,
2012. Wewenang, dan Peranannya
Moeljatno, Tindak Pidana dan Dalam Memberantas Tindak
Pertanggungjawaban Pidana, Pidana Pencucian”, Jurnal
Jakarta: Bima Aksara, 1983. Hukum Bisnis (Volume 22
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, No.3, 2003),
Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Harian Ekonomi Neraca, Jadi
Muladi & Dwidja Priyatno, “Surga Money Laundering di
Pertanggungjawaban Pidana Perbankan Indonesia”, 12 Juli
Korporasi, Jakarta: Kencana, 2010. 2011.
Priyatno, Dwidja, Suatu Tindakan Program Pascasarjana Universitas
Terhadap Pertanggungjawaban Udayana dapat diakses pada
Korporasi Dalam Hukum Pidana http://www.pps.unud.ac.id/thesi
Dan Prospeknya, Tesis S2 Jakarta, s/pdf_thesis/unud-396-

12
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

1796740271-bab%20i- INTERNET
v%20tesis.pdf https://id.wikipedia.org/wiki/Asas_L
Ghozi, Ahmad. (2015) Analisis egalitas, Diakses pada 27 Juni
Pertanggungjawaban 2014, pukul 20.52.
Korporasi terhadap Putusan www.people.ex.ac.uk
PT. Ilhung Muliasarana. https://id.wikipedia.org/wiki/Pencuci
Penulisan Hukum Sarjana pada an_uang_Sejarah_Ringkas_UU
Universitas Indonesia Jakarta: _PP-TPPU, dikases pada 5 Mei
tidak diterbitan. 2015, pukul 04.50.
Rise Karmilia, Pengaturan http://hasanudinnoor.blogspot.co.id/2
Pertanggungjawaban Pidana 010/05/penerapan-
Korporasi Pada Ketentuan pertanggungjawaban-
Pidana di Luar KUHP, Tesis, korporasi.html diakses pada
Universitas Sumatera Utara hari Selasa 5 April 2016 pukul
(USU) 13:17 WIB
Dwidja Priyatno, Suatu Tindakan
Terhadap
Pertanggungjawaban
Korporasi Dalam Hukum
Pidana Dan Prospeknya,
Tesis S2 (Jakarta, Fakultas
Pascasarjana KPK UI-UNDIP,
1990)
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN NASIONAL DAN
INTERNASIONAL

Kitab Undang-Undang Hukum


Pidana (KUHP)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2003 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang
Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan
Terbatas
Undang-undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang
Penal Code Perancis
Penal Code Finlandia

13

Anda mungkin juga menyukai