Anda di halaman 1dari 2

Nama : Berry Sasongko

Nim : A1011161002

CONTOH RESERVASI

Pada tahun 1961 Indonesia telah ikut menandatangani Konvensi Tunggal Narkotika 1961 dan dengan
UU No 8 tahun 1976 telah pula meratifikasinya. Pada waktu menandatangani konvensi tersebut,
Indonesia mengajukan reservasi terhadap pasal 48 ayat (2) tentang keharusan penyelesaian
sengketa pada Mahkamah Internasional. Pasal 48 ayat (2) Konvensi Tunggal Narkotika selengkapnya
berbunyi sebagai berikut:

"Any such dispute which cannot be settled in the manner precribed shall be referred to the
International Court of Justice for decision ".

Pada intinya reservasi yang diajukan Indonesia terhadap pasal 48 ayat (2) Konvensi Tunggal
Narkotika itu adalah bahwa Indonesia tidak mengakui adanya jurisdiksi mengikat (compulsory
jurisdiction) dari Mahkamah Internasional. Alasan yang diajukan oleh Indonesia adalah bahwa
sengketa yang hendak diajukan ke depan Mahkamah Internasional harus ada persetujuan para pihak
dan harus dilihat secara kasuistis. Disamping itu, reservasi yang diajukan Indonesia tersebut
berdasarkan prinsip untuk menerima suatu kewajiban untuk mengajukan perselisihan-perselisihan
internasional, dimana Indonesia tersangkut kepada Mahkamah, terutama apabila perselisihan
demikian itu mempunyai segi politis.

Pensyaratan terhadap pasal 48 ayat (2) tersebut juga dilakukan oleh Bulgaria, yang isinya sama
dengan reservasi yang diajukan Indonesia, yakni tidak diakuinya jurisdiksi mengikat dari Mahkamah
Internasional, dengan mengatakan :

"The people's Republic of Bulgaria does not consider herself bound to implement the provisions of
article 48, paragraph 2, concerning the obligatory jurisdiction of International Court".

Reservasi yang diajukan, baik oleh Indonesia maupun oleh Bulgaria tersebut tidak banyak
menimbulkan masalah, karena dalam Konvensi Tunggal Narkotika 1961 itu sendiri diperkenankan
adanya reservasi demikian. Bahkan dalam pasal 50 ayat (2) Konvensi Tunggal Narkotika 1961
disebutkan secara tegas pasal-pasal mana saja yang boleh mendapatkan reservasi. Pasal 50 ayat (2)
Konvensi Tunggal Narkotika 1961 tersebut berbunyi:

"Any State may at the time of signature, ratification, or accession make reservations in respect of the
following provisions of this Convention : article 12, paragraphs 2 and 3; article 13 paragraph 2; arty
id e 14 paragraphs 1 and 2; article 31 paragraphs 1 (b); and article 48"

Dengan demikian, melihat ketentuan diatas, tidak ada persoalan mengenai sah tidaknya
pensyaratan yang diajukan Indonesia maupun Bulgaria. Sedangkan akibat hukum atas pensyaratan
dalam hubungannya dengan negara yang menerima maupun yang menolak pensyaratan itu, akan
berlaku ketentuan seperti yang terdapat dalam "advisory opinion" Mahkamah Internasional
mengenai pensyaratan pada tahun 1951 sebagaimana sudah diuraikan diatas. Apabila dikaitkan
dengan Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Peijanjian, maka akan berlaku ketentuan pasal 20 ayat
(4).

Anda mungkin juga menyukai